Bab 4
Surga Sementara
“Ike——Ike! Bertahanlah Ike!”
Ellen,
yang meninggalkan medan perang sambil membawa Westcott dalam Voluntary
Territorynya, terus memanggilnya sambil menerapkan hemostatis, penghilang rasa
sakit, dan pemercepat penyembuhan.
Luka
Westcott memang luka yang fatal, tapi itu masalah yang berbeda saat orang yang
membawanya adalah Wizard terkuat di dunia. Meskipun tidak sekuat Medical
Realizer Apparatus, Territory Ellen yang dirajut dengan lembut masih bisa
menutup lukanya sampai ke batas tertentu.
Meski
begitu, itu hanya di aspek fisik. Meski lukanya disembuhkan dengan baik,
tidak ada yang tahu jika lukanya akan terbuka kembali setelah kehilangan
kesadaran. Agar hal ini tidak terjadi, Ellen terus memanggil Westcott.
“……Ah,
aku bisa mendengarmu, Ellen.”
Westcott
membuat jawaban lemah namun pasti, jari jemarinya yang gemetar menyentuh
dadanya yang kini ternodai oleh darah.
“……Fu,
begitu ya, jadi begini rasanya diekstrak kristal Sephiranya saat masih hidup.
Aku mendapatkan pengalaman yang berharga.”
“Sekarang
bukan waktunya untuk bercanda……!”
Saat
Ellen meraungkan suara yang hampir seperti tangisan, Westcott tersenyum seakan
menghargainya. Lalu, dia mengalihkan perhatiannya kepada Artemisia yang ada di
sampingnya.
“……Jadi,
bagaimana situasi saat ini?”
“——<Deus> telah kembali. Juga, sepertinya
<Nightmare> mempercayakan kekuatannya pada Itsuka Shidou, yang sekarang
sedang menuju lokasi <Deus>.”
“...…Dan
<Goetia>?”
Westcott
terus bertanya. Sekarang giliran Ellen yang menjawab.
“……Saat
ini, di samping <Fraxinus>. remot kontrol tidak terganggu.”
“……Begitu
ya.”
Mendengar
perkataan Ellen, Westcott mengangguk puas.
“——Berjalan dengan baik, ya kan?”
Lalu,
Westcott tersenyum.
Seakan——seperti segalanya telah berjalan sesuai rencana.
Di
atas lautan awan, di eksterior
kapal udara <Fraxinus EX Celsior>, yang berada di langit seperti kastil
yang megah.
“Ku……”
Sebagai
kapten yang memimpin kapal perang, Kotori mengeluarkan sedikit erangan sedih,
berlutut ditempat tanpa daya.
Mengikuti
hal ini, Angel di tangannya <Camael> dan Limited Astral Dress yang
menutupi tubuhnya hancur ke udara. Spirit api yang gagah berani kembali menjadi
gadis muda lemah lembut yang memakai seragam militer.
“Kotori!”
“Apa
kau baik-baik saja, Kotori-san?”
Para
Spirit dan Mana berkumpul ke sekitarnya dengan tatapan khawatir. Kotori mencoba
mengangguk santai untuk membuat semuanya merasa tenang.
“Ya,
aku baik-baik saja. Aku tidak terluka. ——Hanya saja waktu sudah mencapai batasnya.”
Kotori
menaruh tangan di dadanya untuk mengatur pernapasannya. Para Spirit dan Mana menghela nafas lega
mendengar hal tersebut.
Angel
api <Camael> yang dimiliki oleh Kotori memiliki kekuatan penghancur yang
luar biasa dan kapasitas pemulihan yang tidak tertandingi. Namun, harga dari
penggunaan kekuatan itu dalam waktu yang lama akan menyebabkan impuls
penghancur yang kuat. Karena itulah, Kotori berusaha untuk tidak
memanifestasikan Astral Dress ataupun Angelnya sebanyak mungkin, dan bahkan
saat berada dalam keadaan yang tidak bisa dihindari dia akan menetapkan batas
waktu dalam pertempuran.
Meski begitu, di tengah panasnya pertempuran, mungkin saja dia tidak
bisa mengangkat Astral Dressnya meski sudah mencapai batas waktunya. Itu
artinya saat ini memang anugrah.
Benar sekali. Beberapa saat yang lalu, serangan Mio,
yang menyebar seperti badai yang kejam, sekarang benar-benar menghilang tanpa
jejak.
Namun——Kotori tidak merasa bahwa hasil ini patut dirayakan.
Di saat Shidou mencium Mio, Angel besar yang melayang di
belakang Mio menyelimuti
mereka berdua dan berubah menjadi bola raksasa.
“Ini adalah……”
“Misterius. Apa yang terjadi?”
Kaguya dan Yuzuru mengeluarkan suara terkejut saat
mereka melewati bola itu dengan tenang.
Meski
kata-kata itu hanya diucapkan oleh Yamai bersaudari, tidak berlebihan jika dibilang
semua yang ada disini memiliki kesan yang sama terhadap situasi saat ini.
Ukuran diameternya sekitar 10 meter. Berbentuk bola
halus dengan eksterior yang mirip permata sambil memantulkan berbagai cahaya.
Secara keseluruhan penampilannya seperti kepompong
raksasa——atau biji tumbuhan yang menunggu tumbuh kecambah.
“Kotori, apa yang terjadi dengan Shidou? Apa dia
baik-baik saja?”
Tohka mengerutkan keningnya dengan cemas saat dia
bertanya. Setelah ragu sejenak, dengan mantap Kotori mengangguk balik.
“Ya, tentu saja. Pernahkan Shidou menjadi tipe orang
yang menyelesaikan perselisihan dengan enteng?”
“Mu…… umu, benar.”
Tohka mengangguk pada balasan Kotori.
Penampilannya tidak cocok dengan mempercayai perkataan
Kotori. Tapi lebih tepat jika dibilang dia mempertimbangkan posisi Kotori
sebagai komandan sambli berusaha untuk tidak membuat orang lain merasa tidak
nyaman.
……Apa ini perasaan dari orang tua yang melihat
pertumbuhan anak mereka? Meski tanpa sadar memikirkan hal ini sekarang, itu
memang perasaan yang aneh.
Apapun itu, bahkan mereka tidak memiliki satu
petunjukpun dengan situasi saat ini. Kotori mengeraskan suaranya ke
arah alat komunikasi yang
terpasang di bagian belakang telinganya.
“——Anjungan, bisakah kau mendengarku? Cobalah
memvisualisasikan interiornya melalui perangkat observasi.”
“Ya, ya, tolong tunggu sebentar imouto-chan.”
Suara itu terdengar membalas perintah Kotori.
Namun, Kotori mengerutkan alisnya sebagai respon.
Alih-alih berasal dari alat komunikasi tulang konduksi, suara itu rasanya
dikirim langsung ke telinganya.
Alasannya langsung ditemukan——dari lubang yang terbuka di eksterior
<Fraxinus>, Nia muncul keluar sambil memakai seragam militer
<Ratatoskr>.
“Halo——Nia yang selalu menemani ada di
sini.”
“Nia!”
Saat Kotori memanggil namanya, Nia melambaikan
tangannya dengan gaya santai saat dia memanjat menuju ke zirah luar. Saat para
Spirit lain bisa melompat menggunakan kekuatan Reiryoku dan kekuatan fisik
mereka, sepertinya ini tidak mungkin bagi Nia yang harus menggunakan tangga
sebagai gantinya.
“Uwaah! Sungguh menakutkan! Dunia 15000 meter di langit!?
Jatuh dari sini itu artinya jilid terakhir. Ah, tapi cuaca dingin dan anginnya
enak di sini. Sudah kuduga, Voluntary Territory benar-benar berguna! Kekuatan
sains luar biasa!”
Nia berteriak dengan berisik sambil melihat ke ujung
kapal dan kearah permukaan tanah. Melihat keluar situasi saat ini, Kotori
menutup sebagian matanya dengan lelah.
“Apa yang kau lakukan Nia? Meski pertempurannya telah
diganggu, bukankah terlalu berbahaya datang kesini?”
“Eh? Ah, benar. Lihat ke sini.”
Seakan diingatkan oleh Kotori, Nia mengambil mesin
kecil seukuran telapak tangan dari tas yang dia bawa.
“Uh, jadi sekarang, ah Manatee, bisakah kau masukkan
alat ini ke dalam benda mirip kepompong itu?”
Nia memberikan benda misterius itu kepada Mana, yang
memiringkan kepalanya karena penasaran.
“Apa ini?”
“Terminal perangkat observasi. Meskipun, kita bisa
menganalisanya dengan cara meliputinya dengan Voluntary Territory, memasang ini
akan memungkinkan untuk memahami struktur interiornya dengan lebih akurat.”
“Ah, aku mengerti. Tapi kenapa kau datang sendiri?
Kita bisa pergi ke anjungan untuk mengambilnya.”
“Hei, para Spirit selalu dikerahkan, tapi aku selalu
berada di anjungan. Itu bukanlah sesuatu yang akan dilakukan oleh teman
sejati.”
“J-Jadi itu alasannya……”
Mana membalas dengan ekspresi samar seolah-olah tidak
mengerti tetapi juga merasa ini terlalu merepotkan jika mengerjarnya lagi.
“Tolong berhati-hatilah Mana. Meskipun pertahanannya
telah berhenti, kita tidak tahu soal ini sekarang.”
“Un, aku mengerti, kau tidak perlu mengingatkanku dua
kali.”
Setelah mengangguk balik pada Kotori, Mana menekuk
kakinya dengan pelan, menggunakan kekuatan melompat untuk meluncurkan dirinya
ke langit. Tentu saja, kekuatannya datang dari pendorong yang ada di
punggungnya, tetapi sumber kekuatannya datang dari citra mental yang
dikendalikan oleh Realizer Manifestation Device. Bagi Mana, pergerakannya saat
ini ditenagai dengan membayangkan dirinya sendiri untuk “bergerak cepat”.
Saat Mana sudah tiba di kepompong, perlahan di
mengangkat tangannya sambil menaikkan kekuatan pertahanan Voluntary Territory——memasang alat observasi dipermukaannya.
“Fumu…… tidak ada yang terjadi.”
“Terima kasih Manatee. Sekarang, bagaimana cara kita
menggunakan ini?”
Nia bicara sambil berjongkok, mengeluarkan sebuah
laptop dari tasnya. Para Spirit berkumpul dibelakang Nia untuk melihat
layarnya.
Namun, saat Nia menekan tombolnya, gambarnya menjadi
statis seakan diacak-acak oleh badai pasir.
“Hmm…… bukan begitu. Bagaimana ini……”
Kemudian.
“——Ufufu, sungguh memalukan bagi Spirit yang maha tau.”
Tepat saat Nia memutar otaknya sambil menekan
keyboard, seorang gadis muncul di depan mereka.
Dengan rambut yang diikat tidak rapi di
kedua sisi dan jam emas yang
membekas di mata kirinya——dan bersama dengan gaun Gothic Lolita, seorang gadis
yang berpakaian dengan gaya renaissance.
“Kurumi!”
Tanpa sadar Kotori menyebut namanya.
Benar. Gadis yang muncul adalah Spirit terburuk,
Tokisaki Kurumi.
Tapi, entah kenapa Astral Dress yang dia pakai berbeda
dari sebelumnya. Tidak dalam keadaan sempurna, tapi lebih ke versi Limited
Astral Dress. Dengan tambahan, bisa dilihat bahwa gayanya juga berbeda dari
yang biasanya.
“Penampilan itu……”
“Salib Gothic Lolita…… sebuah salib kan? Kuh……”
“Penjelasan. Sebuah pukulan mutlak kepada poin utama
Kaguya.”
“……………”
Melihat pakaian Kurumi, para Spirit menjadi riuh. Mana
memandang Kurumi dengan jengkel, tapi kelihatannya dia tidak ingin memulai
pertarungan.
Meski Kurumi yang sekarang tidak berencana melawan
kelompok Kotori. Bisa dipercaya bahwa faktanya dia mempercayakan Reiryokunya
pada Shidou tadi. Sementara masih tidak mungkin untuk memahami tujuannya,
memang benar bahwa Shidou mampu menghadapi Mio, dengan tambahan selain itu,
terima kasih pada Kurumi.
Kurumi memandang ekspresi rumitnya Kotori bersamaan
dengan sikap para Spirit dan tertawa, dan kemudian dia mengangkat tangannya
kanannya dengan pelan.
Dan kemudian, dia memanggilnya.
Nama——dari Angel itu.
“——<Rasiel>.”
“Apa……”
Saat Kurumi menyebut nama itu, Nia membulatkan
matanya.
Tapi tidak ada yang salah dengan itu. Entah bagaimana,
itu juga nama dari Angel yang dimiliki oleh Nia sejak awal.
Di tangan yang Kurumi angkat, muncul sebuah buku besar.
Buku itu terbuka secara otomatis, dan karakter dan hurufnya bersinar terang
seperti biasa.
Melihat wujud itu, Nia berteriak.
“Uwaa! Apa itu benar-benar Kurumin!? Tidak bagus, akan
jadi masalah jika kau mengambil kristal Sephiraku dari direktur jahat itu, tapi
apa itu juga berarti bahwa posisiku dalam hal ini sudah tidak dibutuhkan!? Ini
adalah krisis identitas!”
“Tolong diamlah. Ini pertama kalinya aku mengontrol
Angel ini, jadi biarkan aku berkonsentrasi.”
“Ugh…… inikah NTR? Ini menyakitkan……!”
Tidak jelas kenapa Nia memeluk bahunya sementara
tubuhnya gemetar.
Untuk sementara Kotori mengabaikannya, mengalihkan
pandangannya kepada Kurumi.
“——Jadi bagaimana? Di mana Shidou?”
“Shidou-san…… ya, dia baik-baik saja.”
“……!”
Mendengar kata-kata Kurumi, ekspresi para Spirit
menjadi cerah. Kotori, yang juga berusaha menyembunyikan ekspresinya, menghela
napas
lega.
Tapi kemudian.
“…… Ini……?”
Kurumi melihat halaman <Rasiel>, dan kemudian
mengangkat alisnya sambil berbicara sendiri.
——Hal pertama yang terasa adalah panas yang terik.
Rasanya seperti dipanggang di wajan panas.
Dan juga cahaya. Cahaya menyilaukan melewati kelopak
matanya yang tertutup rapat, terus-menerus menstimulasi retinanya.
“Un……”
Dengan erangan kecil, Shidou menggerakkan tubuhnya.
Akhirnya, dia sadar bahwa dia sedang berbaring.
Perasaan tidak nyaman muncul dalam kesadarannya yang
keruh. ——Apa dia pingsan? Apakah itu mimpi? Pikiran yang
dihasilkan oleh perasaan bangun tidur secara bertahap membawa Shidou kembali
menuju kenyataan. Setelah sepuluh detik penuh, kesadaran Shidou pulih
sepenuhnya.
“Benar, Aku——”
Perlahan Shidou mulai menyambungkan kembali
urutan-urutan kejadian sebelum pingsan.
Dia telah dipercayakan dengan Reiryoku Kurumi——dan kemudian mencium Mio untuk menyegel kekuatannya.
“……!”
Sesaat setelah mengingat ini, mata Shidou terbuka saat
dia kembali berdiri.
“——Apa yang terjadi? Mio? Kurumi? Semuanya? Kenapa dia terbaring?
Apa-apaan panas yang membakar tubuhnya barusan? Apa yang terjadi saat dia
kehilangan kesadaran——“
“…………… ha?”
Bertentangan dengan pikiran yang mengalir deras
seperti ombak, apa yang keluar dari mulutnya adalah tanda bingung yang
sederhana.
Namun, jika ditempakan di situasi yang sama, tidak
diragukan lagi jika seseorang itu akan memiliki reaksi yang serupa.
Karena sekelilingnya adalah——hanyalah pemandangan pantai yang tenang.
Bukan di langit, bukan di <Fraxinus>, bahkan
bukan di ruang monokrom buatan Mio. Tidak ada Angel berbentuk bunga raksasa
ataupun sebuah Angel, tidak juga Angel dengan bentuk pohon besar, bahkan para
Spirit tidak terlihat. Pemandangan disekelilingny adalah bagian lautan yang
luas dan langit yang tingginya tak terkira. Getaran dari kembalinya ombak
berdering di gendang telinganya disaat suara burung camar yang familiar
terdengar dari waktu ke waktu.
“Ini… …”
Sambil bicara, Shidou menyadari——pemandangan yang familiar ini.
Benar. Ini adalah pantai yang Shidou pilih untuk
kencan dengan Reine.
Tapi tidak semuanya sama dengan yang ada diingatannya.
Perbedaan kecil bisa terlihat dalam sekali lirik.
Ombaknya baru. Jumlah batu beton tampaknya berkurang. Mungkin
itu hanya khayalan imajinasinya, bahkan lautpun terasa lebih transparan.
Dan fakta yang paling jelas——musimnya berbeda.
Cuaca dingin bulan februari, hawa dingin yang membuat
orang menggigil benar-benar menghilang. Sebaliknya, matahari bersinar seperti
awal musim panas.
Jika dia bisa menjelaskannya, ini seperti——
“……Shin.”
“Uhya!?”
Saat sedang berpikir, Shidou merasakan bahunya gemetar
saat ada suara yang tiba-tiba memanggilnya.
Sambil mendorong tangannya ke pantai, dia menoleh
kearah suara itu, di sana Reine berdiri sambil memakai pakaian yang
menyegarkan.
“R-Reine-san……!?”
Shidou hanya bisa menaikan suara balasannya.
Tapi itu hal yang lumrah. Karena, musuh yang baru saja
dia hadapi dalam pertempuran bertahan dan menyerang yang sengit tiba-tiba
memanggilnya. Ekspresi terkejut tidak bisa dihindari.
Terlebih lagi——ada satu hal lagi. Alasan Shidou melihatnya dengan
bingung.
Karena yang ada disana bukan “Mio”, tapi “Reine”,
asisten guru dari kelasnya Shidou dan pegawai analisis <Ratatoskr>.
“A-Apa yang terjadi, ini……semuanya? <Fraxinus>……?”
“……Tangan.”
Daripada membalas balik, dia mengulurkan tangan ke
arahnya.
“Eh? A-ah……terima kasih.”
Meskipun menyadari kekurangtanggapannya, Shidou masih
memegang tangannya untuk berdiri.
Mungkin ruang misterius ini adalah ulah Reine——dilihat dari penampilannya, sepertinya dia tidak menyembunyikan niat jahat apapun
padanya.
Tapi sebelum itu, dia tidak mengerti kenapa sekarang
dia muncul sebagai Reine. Memang, setelah Mio muncul dari Kurumi, dia
seharusnya menyatu dengannya untuk kembali ke bentuk sempurna——
“——Hei, ke sini!”
Di saat itu.
Pikiran Shidou dipotong oleh suara yang memanggilnya
dari belakang.
Melihat ke sana, dia mengenali gadis yang melambaikan tangannya
dari sisi pantai dengan seorang lelaki muda berdiri di sampingnya.
“Ha——”
Melihat sosok itu, Shidou menahan nafasnya.
Tapi hal itu sudah bisa diduga. ——Soalnya, pemandangan itu tidak normal.
Pertama, ada gadis yang memberi isyarat pada
mereka. Dia adalah seorang gadis cantik
yang berusia sekitar 16 tahun, mengenakan gaun putih dan topi jerami lebar.
Ujung rambutnya yang dikepang longgar itu sedikit bergoyang saat dia melambai.
——Mio. Disaat sosok itu tertangkap penglihatannya, nama
itu langsung muncul dipikiran Shidou.
Tidak diragukan lagi. Itu adalah Spirit asal mula, Mio Takamiya sendiri.
“Eh……”
Shidou hanya bisa melirik dari samping Reine. Hawa
kehadiran ini tidak terasa seperti ilusi ataupun halusinasi.
“Mio” dan “Reine”, keduanya seharusnya adalah orang
yang sama, di sini ada sebagai individu yang terpisah.
Meski begitu, itu bukan sesuatu yang mengejutkan saat
ini. Meski dia tidak tahu alasannya untuk memisah, Shidou sudah tahu Mio dan
Reine bisa saling memisah, hidup berdampingan sebagai dua eksistensi paralel.
Apa yang bener-benar mengejutkan Shidou adalah
penampilan dari lelaki yang berdiri di samping Mio.
——Seorang lelaki muda dengan ekspresi wajah netral yang memakai pakaian musim panas yang tipis. Saat
berdiri di samping Mio, dia melihat balik ke Shidou dengan sikap yang seperti
malu-malu.
Melihat wajah lelaki itu, dia kehilangan kemampuannya
untuk bicara. Karena Shidou sudah sangat familiar dengan wajah itu di seluruh
dunia.
“A-Aku……?”
Tiba-tiba, kata-kata itu keluar.
Benar.
Di sana ada lelaki yang terlihat benar-benar sama dengan Shidou——tidak, meski
itu tidak cukup untuk menjelaskannya; lelaki itu memiliki wajah yang identik
dengannya.
Untuk sesaat, Shidou merasakan ilusi melihat doppelgangernya
sendiri. Sebuah legenda urban dan cerita hantu dari orang asing dengan wajah
yang identik, dikatakan bahwa orang yang bertemu dengannya akan mati.
……Karena Shidou sudah pernah mati beberapa kali hingga
sekarang. Mungkin, tidaklah aneh orang semacam itu muncul.
——Namun. Tiba-tiba Shidou menebak identitas aslinya.
“Tidak…… itu berbeda. Kau adalah——”
Sambil melihat ke arah wajahnya sekali lagi, Shidou dengan pelan
membisikkan namanya.
“——Shin. Takamiya Shinji… …?”
Setelah Shidou bicara, lelaki itu mengendurkan pipinya
saat dia menjawab.
“Ah. Ya, ini…… pertemuan pertama kita kan?”
Sambil bicara, Shinji mengangkat bahunya.
Meski Shidou bisa mengkonfirmasi itu memang Shinji,
dia masih tidak mengerti situasinya dan mengerutkan alisnya.
“Ini…… ada apa. Terlebih lagi, tempat ini……”
Saat Shidou bergumam dengan cemas, Reine menggerakkan
bibir lembutnya saat menjawabnya.
“Kelihatannya…… tempat ini dibuat oleh <Ain Soph>.”
“Jadi kau bilang…… bahwa tempat ini tidak dibuat oleh Reine-san?”
“……Kemungkinan besar itulah persoalannya. Setidaknya
tidak diragukan lagi bahwa fenomena ini berasal dari kekuatanku. Tapi……
jujur saja, tidak banyak
kesadaran dari diriku untuk hal ini.”
“Jadi, yang kau maksud adalah……”
Saat Shidou bertanya, Reine menyentuk bibirnya dengan
ujung jarinya.
“……Disaat itu, apa kau menciumku?”
“……Ya.”
Mendengar pertanyaan tidak terduga itu, Shidou terkejut.
Tapi memang. Rasa hangat dari bahu Mio dan kelembutan bibirnya masih jelas
dalam ingatannya.
“……Sepertinya pada saat itu ingatan dibagikan oleh
jalurnya telah diproduksi. Dalam hal itu, untuk membuat keadaan lebih dekat
menuju ingatan, “aku” dan “Mio”, juga “Shidou” dan “Shin” telah memisahkan
kesadaran kita.
“Ah…… jadi itu alasannya. Tapi kenapa menjadi seperti ini……”
Saat Shidou meneruskan renungannya, tiba-tiba Mio
meraih tangan Shidou dan Reine.
“Tidak bagus hanya berdiri saja. ——Daripada itu, bisakah kita bermain bersama?
Jarang-jarang bisa datang ke pantai.”
Mio menunjukkan senyuman riang gembira saat dia
bicara.
Hanya dari ekspresi itu, dia tidak bisa melihat delusi
bahaya yang mengakar dalam dari yang ada sebelumnya. Kelihatannya seakan-akan
Mio kembali ke dirinya sendiri 30 tahun yang lalu——sebelum kematian Shinji.
“Huh? Tidak, aku……”
Saat Shidou berusaha bicara dengan keadaan bingung,
Mio menarik tangannya, memotong omongannya di tengah jalan.
“Armada DEM telah dimusnahkan oleh <Deus>!”
“Pasukan <Bandersnatch> yang muncul di
mana-mana sudah dihancurkan
oleh para Spirit!”
“<Deus> menelan Itsuka Shidou dan membuat medan
penghalang!”
Di anjungan kapal udara <Fraxinus>, berbagai
laporan muncul dengan mengejutkan. Situasi di medan perang berubah dengan
cepat. Pemberitahuan tentang kabar baik dan kabar buruk bercampur dalam
kekacauan. Ini memicu badai informasi yang membuatnya sulit untuk memahami
situasi secara keseluruhan.
Namun, seluruh informasi berkonsentraso pada satu
laporan.
“——Selain <Deus>, seluruh Spirit——semuanya baik-baik saja!”
Mendengar siaran itu, para anggota kru <Ulmus>
menghela napas lega bersama-sama.
Karena
semua orang di anjungan ingin menghela napas dengan tidak semencolok mungkin,
banyak orang membuat suara keras yang tidak terduga yang masuk ke telinga
Woodman. ——Yang kemudian diikuti oleh batuk palsu seakan ingin menutupi hal
ini.
Woodman mendengarkan rentetan suara-suara itu saat dia
mengendurkan pipi tegangnya.
“——Sepertinya aku berhasil menghindari kematian. aku
tidak menyangka <Nightmare> akan menyerang Ike.”
“Ya. Aku harus berterima kasih padanya nanti.”
Karen, yang berdiri di belakang Woodman, membalas dengan sikap formal. Meski
nada suaranya datar seperti jalan beraspal, itu sudah jelas karena telah lama
menemani Woodman yang membuatnya merasa lega dan senang disaat yang bersamaan.
Meski begitu, keadaan masih harus ditangani dengan
sangat hati-hati. Semuanya belum berakhir.
“Bagaimana keadaan <Deus>?”
“——Ya. Saat ini masih dalam penyelidikan……
belum ada kabar rinciannya,
tapi kami akan melaporkannya pada anda segera saat laporannya dikirim dari
<Fraxinus>.
Seorang anggota kru yang ada di anjungan bawah
menanggapi pertanyaan Woodman. Woodman membalas dengan “ah, aku mengandalkan hal
itu” sebelum mengembalikan perhatiannya ke monitor utama.
Objek mirip kepompong yang mengumbar permukaan yang
halus. Meski tujuan <Deus> dengan objek ini masih belum diketahui, perang
belum berakhir sampai mereka bisa mengkonfirmasi keselamatannya dan Shidou yang
terbungkus oleh benda ini.
“Hasil terbaiknya adalah mereka kembali dengan
selamat…… tapi apa yang akan terjadi selanjutnya?”
Woodman berbisik saat dia mengelus jenggotnya dan
menjulingkan matanya.
Ditambah <Deus> di medan perang ini, masih ada
satu hal yang masih mengkhawatirkan.
“Jadi, bagaimana dengan Ike——Westcott?”
Ya, sudah sekitar 120 detik sejak Isaac Westcott
meninggalkan medan perang bersama Ellen Mathers dan Artemisia Ashcroft setelah
kristal Sephiranya dicuri oleh <Nightmare>. Sementara dia entah
menghilang ke mana, sepertinya mereka kabur dan sedang bersembunyi di
suatu tempat di tanah.
Para anggota kru mengangkat kepala mereka setelah
melihat ke monitor pribadi mereka.
“Tentu saja kami masih berjaga-jaga dengan serangan
mendadak dari Ellen Mathers dan Artemisia Aschcroft…… tapi setelah kehilangan kristal Sephira dan armadanya
dihancurkan, haruskah Isaac Westcott dianggap sebagai ancaman? Dan bahkan
sebelum itu…… dengan luka seperti itu ada kemungkinan bahwa dia sudah mati.”
Setelah mendengarkan seorang kru, Woodman menghela napas.
“Apa kau pikir begitu…… tidak, itu mustahil. Memang benar dari informasi yang
kita himpun bahwa dia menderita kekalahan telak. Dia adalah pria yang
mengumpulkan bawahannya dengan penuh semangat tanpa ragu sedikitpun dengan
hidup mereka. Sulit membayangkan peran apa yang masih dia miliki.”
——Tapi Woodman meneruskannya.
“Pria bernama Isaac Westcott tidak akan berakhir di
sini. ——Itu tidak kan menghentikan firasat buruk ini. Si
jenius itu tidak akan membiarkan tirainya jatuh seperti ini.”
Setelah Woodman selesai bicara, para anggota kru
menelan ludah mereka sambil melihat ekspresi tidak biasa ini.
“Di-Dimengerti, memulai pencarian——”
Kemudian, saat para anggota kru mulai bicara, alarm keras mulai
terdengar di kapal <Ulmus>.
“Apa yang terjadi?”
Karena bertanya pada kru dengan suara tenang. Setelah
mengkonfirmasi data, bawahannya menjawab dengan suara lemas.
“Ini……sebuah respon Spirit! Gelombang Spirit besar
yang tidak biasa sedang diproduksi sangat besar berada dekat dengan <Fraxinus>!”
“Apa kau bilang——”
Perkataan Karen terhenti di tengah jalan.
“………”
Tapi alasannya bisa cepet dimengerti oleh Woodman.
Dia juga salah satu dari beberapa Penyihir asli di
dunia ini. Sepertinya dia juga merasakan hal yang sama dengan Woodman.
Memikirkan perasaan yang familiar ini——ini adalah perasaan déjà vu yang aneh.
“Elliot, ini tidak mungkin.”
“Ah. Tidak diragukan lagi. ——Spirit Formula.”
Dari perkataan Karen, Woodman, dengan tatapan suram,
menyampaikan persetujuannya.
Ya. Tidak ada kesalahan dengan ini. Mustahil untuk
salah.
Aliran sihir yang melimpah ini——seperti tiga puluh tahun yang lalu, ini sama dengan
saat Woodman dan yang lainnya membuat Spirit asal mula.
“Ha…… ah, haha.”
“T-Tunggu sebentar, Mio……”
Di bawah langit biru dan dengan butiran keringat yang
menetes dari dahi mereka, Shidou dan Shinji berdalih kelelahan.
Tapi mustahil untuk tidak kelelahan. Karena Shidou dan
Shinji sudah melakukan semua yang mungkin dilakukan di pantai dari berenang di
laut, membangun istana pasir, memancing di pinggir pantai, membelah semangka,
dan akhirnya voli pantai.
Sekilas, terlihat seperti empat sahabat baik. Atau
trio murid SMA yang dipimpin oleh seorang guru.
——Atau sebuah kencan ganda yang terdiri dari dua
pasangan.
“Ah, maaf. Itu sangat menyenangkan……”
“……Ya. Mari istirahat sejenak.”
Mio dan Reine bicara saat mereka menjentikkan jari
mereka di saat yang sama.
Lalu, sesuatu yang mirip partikel cahaya berkumpul
dari sekitar sana. Kemudian, muncul meja kemah, kursi, dan payung pantai,
dengan minuman dingin berada di atas meja.
Itu adalah pemandangan yang ajaib. Meskipun sudah
melihat hal ini dengan semangka dan alat panjing, melihat hal itu masih membuat
Shidou takjub.
“Benar-benar, segalanya hanya muncul begitu saja……”
“…… Di dalam sebagian kecil dari dunia sebelahnya <Ain
Soph>, kemauan di dunia ini bisa berefek pada realita. Meskipun Voluntary
Territory seorang Wizard bekerja dengan prinsip yang sama, mustahil untuk
memunculkan material. Shin——tidak, Shidou, kau juga memiliki Reiryoku yang sama.
Jika kau bisa terbiasa dengan itu, seharusnya kau juga bisa melakukan hal ini.”
Reine mengganti namanya di saat terakhir. Yah, karena Shinji juga ada di
sini, akan sedikit
membingungkan jika memanggilnya Shin juga.
“Benarkah?”
“Bisakah aku melakukannya juga?”
Saat Shinji bertanya dengan antusias, Reine
menempatkan tangan di rahangnya dengan tatapan sulit di wajahnya.
“……Sulit dikatakan. Meskipun Shidou telah menyegel
Reiryoku para Spirit, Shin adalah manusia biasa. Itu bergantung seberapa banyak
eksistenmu yang dibagi-bagi ketika diciptakan ulang.”
“B-Begitu ya……”
Bahu Shinji terkulai saat dia memandang Shidou dengan
iri.
“…… Itu pasti bagus, Reiryoku…… karena kau juga diriku, bisakah kau memberiku
sedikit?”
“Ahh……”
Saat Shidou membuat senyum tegang dengan keringat yang
menetes di pipinya, Shinji mulai mengemis dengan sungguh-sungguh.
“Aku memohon padamu. ——<Rasiel>, <Zafkiel>, <Michael>,
<Haniel>, <Gabriel>, siapapun akan melakukannya.”
“Serahkan Angel untuk bertarung padaku!”
Mungkin karena keberadaannya berpisah dari Shidou,
Shinji juga memiliki pengetahuan tantang para Angel. Pemilihan Angel akurat yang
justru sangat berguna. Ketika Shidou terjebak dalam dilema yang canggung,
Shinji tertawa ketika dia mengulurkan tangannya seolah-olah ingin menghibur
Shidou.
“Bercanda. Belum lagi jarang bagi mereka untuk
memberikan persiapan seperti ini. Mari kita istirahat. Tenggorokanku sudah
kering.”
“Ahh…… ya.”
Setelah selesai bicara, Shidou duduk di
kursi yang baru muncul di
pantai berpasir, menuangkan jus beraroma tropis ke gelas yang elegan dan ke
tenggorokannya.
Rasa manis dan asam yang menyegarkan dari buah yang
diserap kedalam tubuhnya yang kehausan. Meminumnya, Shidou menghabiskan
minumannya dengan sekali tegukan.
“Fuha……!”
Rasanya suaranya diliputi oleh sesuatu. Melihat kearah
meja, Shinji menunjukkan ekspresi yang sama dengan Shidou.
“Fufu.”
“…… Itu seperti cermin, ya kan?”
Reine dan Mio tersenyum saat melihat mereka. Merasa
sedikit malu, Shidou mengalihkan pandangannya…… tapi bahkan tingkah ini dilakukan bersama dengan
Shinji.
……Itu tidak mengherankan, bagaimanapun juga mereka
berdua aslinya adalah orang yang sama. Makanya tidak bisa dihindari jika
gerakan halus mereka mirip satu sama lain.
Saat Shidou memikirkan hal ini, suara ceria terdengar dari
seberang meja.
“Ku……”
“Ahaha, sepertinya perutku telah memanggil.”
Mio bicara dengan tawa kecil. Mungkin jus yang mereka
minum telah merangsang perut mereka. Meski sudah bermain sebanyak yang mereka
bisa, menjadi lapar itu wajar.
“……Hmm, jadi ayo dapatkan sesuatu untuk dimakan.”
“Ya, Shin dan Shidou, apa kau punya permintaan?”
Sambil bicara, Reine dan Mio memutar-mutar jari
telunjuk mereka seperti penyihir yang meniru sebuah lingkaran di udara. Jika
dilakukan oleh mereka, masakan apapun akan dibuat dalam sekejab.
Tapi kemudian, Shinji sepertinya memikirkan sesuatu
saat dia memukulkan kepalan tinjunya ke telapak tangannya.
“Ah, ya, jika kita bisa menyelesaikannya dengan cara
ini. Mio, bisakah kau membawakan peralatan dapur dan beberapa bahan makanan?”
“Peralatan dapur dan bahan makanan?”
“Ah——apa Shidou juga bisa?”
Shinji
bicara dengan kilatan di matanya saat dia berjalan menuju pisau dapur untuk
memulai menyiapkan beberapa sayuran. Shidou mengeluarkan suara.
‘……
Huh?” saat alisnya begetar sedikit.
“Apa kau serius? Apa kau benar-benar menginginkannya?”
“Ah. Bahkan untuk makanan langka, hanya memunculkan
barang jadi belum tentu enak kan? Karena ada dua juri disini, biarkan mereka
yang memutuskan siapa yang lebih enak. Temanya harus…… mari kita lihat, bagaimana dengan makanan dari setiap
rumah pantai, yakisoba?”
“Baiklah, jadi aku terima tantanganmu. Biarkan aku
melihat kekuatanmu!”
Shidou berdiri setelah menerima usulan Shinji.
Sambil melihat mereka, Reine dan Mio bertukar senyuman
ceria sebelum menjentikkan jari mereka pada saat yang sama.
Di saat itu, meja masak yang bagus, wajan besi besar, dan
bermacam-macam sayur warna-warni dan daging muncul di pantai berpasir.
Tiba-tiba, apron juga terpasang di tubuh Shidou dan Shinji dengan sendirinya
tanpa disadari.
“Oh……!”
“Haha……ini benar-benar mengagumkan.”
Shidou dan Shinji saling berbagi tawa——berdiri di depan peralatan dapur mereka mulai bekerja.
“Ohhhhhhhh!”
“Haaaaa!”
Mereka berdua meneriakkan teriakan pertarungan sambil
memotong kubis dan wortel. Meski seharusnya tidak perlu begitu, seperti itulah
suasananya.
Kemudian, tanpa jeda, mereka menuangkan minyak ke
wajan besi dengan cepat, menambahkan sayur-sayuran, daging, dan mie sebelum
akhirnya membumbuinya dengan saus.
Kemudian, masakan mereka berdua selesai dibuat dengan
hampir bersamaan.
Yakisoba mereka masing-masing disajikan di piring di
depan Reine dan Mio.
“……Ho.”
“Wow……!”
Mereka berdua menaikan suara kagum pada wangi yang
aromatik, melihat lebih depat untuk membandingkan mana yang lebih baik dari
kedua makanan itu.
“……Mereka terlihat hampir sama. Keduanya sepertinya
enak.”
“Un, sejak awal Shin dan Shidou aslinya ada orang yang
sama, jadi bukankah perbedaannya tidak terlalu besar?”
Kemudian, kedua koki mengeluarkan keinginan mereka
untuk dievaluasi. Shidou dan Shinji menaikkan ujung bibir mereka dan
mengulurkan tangan mereka sebagai isyarat kepada juri.
“Bagaiman dengan ini? Bagaimanapun juga, makanlah
selagi masih panas!”
“Selamat makan!”
Saat Shidou dan Shinji selesai bicara, Reine dan Mio
menempelkan tangan mereka secara bersama-sama dan berkata “Itadakimasu” disaat
yang sama sebelum mulai makan yakisobanya.
“… …Hmm, ini enak.”
“Un, lezat.”
Saat mereka berdua menghabiskan yakisoba mereka,
perlahan mereka bertukar pandangan, mengangguk satu sama lain.
Lewat sikap itu, Shidou dan Shinji tahu mereka berdua
sudah memutuskannya.
“Ayolah……!”
“Tolong beritahu kami siapa yang lebih enak!”
Setelah Shidou dan Shinji bertanya dengan grogi, Reine
dan Mio mengangkat papan pilihan yang muncul di meja tanpa disadari dan
mengungkapkannya pada mereka di saat yang sama.
——Kedua kartu pilihan mereka tertulis dengan nama
“Shidou”.
“Mantap!”
“Bagaimana bisa begitu——!?”
Saat Shidou mengambil pose kemenangan, Shinji jatuh
berlutut di pantai berpasir. Shidou melihat padanya dan menyeringai.
“——Bukankah kau mengerti, Shinji. Itu karena kau tidak
cukup mengontrol wajan besinya.”
“A-Apa……!?”
Saat Shinji mengangkat wajahnya, Shidou melanjutkannya
sambil memegang spatulanya.
“Teknikmu memang kuat…… jika ini pertarungan dengan wajan penggorengan,
hasilnya mungkin akan seri. Tetapi jika kau membuat yakisoba dengan menggunakan
wajan besi, akan sia-sia jika tidak menggunakan permukaan yang luas untuk
menggoreng masing-masing mienya satu persatu. Dengan melakukan ini, bagian luar
akan menjadi lebih renyah saat berada di dalam mulut.”
“Apa…… tapi, seharusnya tidak ada wajan besi apapun di
kehidupan sehari-harimu! Di mana kalian mendapatkan teknologi itu……!?”
Shinji gemetar saat dia membuka matanya. Melihat hal
ini, Shidou hanya menghela napas sebelum bicara.
“——Naif sekali. Kau pikir berapa kali aku memasak untuk
para Spirit secara teratur? Jumlah wajan yang kubawa berbeda darimu!”
“Guhaaaaaaaaaa——!”
Saat Shidou mengangkat jarinya saat bicara, Shinji
membenamkan dadanya keatas pantai berpasir.
Lalu, Reine dan Mio, yang melihat mereka berdua dengan
penasaran, memiringkan kepala mereka.
“……Apa kalian tidak ingin makan?”
“Bukankah ini akan dingin?”
“Ah, ya.”
“Itadakimasu.”
Shidou dan Shinji duduk, melepas apron mereka dan
mulai memakan yakisoba mereka satu sama lain.
“Wow, rasanya sangat renyah… ini benar-benar enak.”
“Benarkah? Un, tapi bukankah punya Shinji juga lumayan
enak?”
“Ayolah, kadang-kadang mengasihani itu juga kejam.
Sial——aku
tidak ingin kalah dengan diriku sendiri……”
Shinji mengerang dengan pasrah sambil memutar
tubuhnya. Kemudian Mio meletakkan tangannya di pundaknya seakan ingin
menghiburnya.
“Semangatlah. Aku lebih suka masakan Shinji.”
“Mio……”
Meskipun Shinji merasa matanya menjadi basah, dia
segera mengangkat alisnya.
“Tapi Mio, bukankah kau memilih Shidou sebagai
pemenangnya?”
“Huh? Itu karena kau bilang untuk memilih mana yang
lebih enak.”
“…………”
Setelah mendengar apa yang Mio katakan, Shinji
bersandar di atas meja sambil mempertahankan senyuman kaku di wajahnya.
“Benar-benar tanpa ampun……”
Kepolosan kadang-kadang juga kejam, Shidou mengangkat
bahunya sambil tersenyum lembut.
Lalu,
seakan mengikuti irama itu, Reine menaruh sumpitnya setelah menghabiskan
yakisobanya, membisikkan rasa terima kasihnya atas makanan itu saat dia
mengalihkan matanya kembali kearah Shidou dan yang lainnya.
“…… Baiklah, selanjutnya biarkan kami menyuguhkan sesuatu
untukmu. Jarang-jarang bisa datang ke lautan. Bagaimana dengan es serut?”
“Oh, kedengarannya bagus. Rasa apa yang kalian sukai?”
Saat Mio memiringkan kepalanya sambil bertanya, Shidou
dan Shinji membalas di saat yang sama tanpa ragu.
“Baiklah kalau begitu, pakai stroberi.”
“Baiklah kalau begitu, pakai melon.”
Mendengar jawaban masing-masing, tanpa diduga Shidou
dan Shinji saling memandang satu sama lain.
“Ah, Shinji adalah bagian dari kelompok melon.”
“Yah, rasanya tidak terlalu penting dengan rasa itu,
karena aku sudah pernah makan banyak blewah. Jadi, kutebak Shidou lebih suka
rasa stroberi?”
“Karena Kotori suka rasa stroberi, itu menjadi hal
yang wajar untuk memakannya. Yah, pada dasarnya es sirup memiliki rasa yang
sama; hanya warna dan aromanya saja yang berbeda.”
“Hehe, benar juga. Asyik juga mencoba makan rasa
lain.”
Di saat yang sama, Shidou dan Shinji mengangkat kepala
mereka dengan suara “Hmm?”
Alasannya sederhana. Reine dan Mio melihat percakapan
mereka dengan ekspresi tersentuh.
“……Hmm?”
“Ada apa, Mio?”
Saat Shidou dan Shinji bertanya, Reine dan Mio melihat
ke bawah
pada saat yang sama.
“Tidak ada apa-apa.”
“……Tidak ada. Selain itu, lihat kemari.”
Saat mengatakannya, mereka berdua menjentikkan jarinya.
Kemudian, empat piring es serut yang berkilauan muncul
di atas meja.
“Jadi, silakan.”
“……Selamat makan.”
“Oh!”
“Selamat makan!”
Di saat yang sama, Shidou dan Shinji menyatukan tangan
mereka untuk berterima kasih atas makanannya, menggerakkan es serut ke mulut
mereka. Pada saat yang sama, mereka menyentuh dahi mereka dengan tangan mereka
sendiri karena sakit kepala yang disebabkan karena makan es dingin dengan
cepat.
“Ku……”
“Kenapaaaa...…”
Melihat adegan lucu antara mereka berdua, Reine dan
Mio tertawa saat mereka juga mulai menikmati dessertnya. Kebetulan, Reine
memilih rasa stroberi sedangkan Mio lebih suka rasa melon.
“Fu……”
Setelah sepuluh detik, sakit kepala itu akhirnya reda.
Shidou menghela napas lembut, melihat Reine dan Mio memakan es serut yang
enak sebelum sekali lagi mengalihkan pandangannya ke pemandangan sekitar.
Seperti laut yang tak berujung, matahari yang
membakar, seluruh tanda-tanda awal musim panas. Meski sudah memainkan seluruh
permainan itu setidaknya selama lima jam hingga sekarang, tidak ada tanda-tanda
matahari akan tenggelam di cakrawala.
Ya. Seakan-akan kunjungan Shinji dan Mio ke lautan langsung
terputus dari dunia jadi itu bisa berlangsung selamanya.
Terlebih lagi, menurut Reine, aliran waktu di dalam
<Ain Soph> berbeda dari dunia luar. Sepertinya paling lama baru beberapa
menit yang berlalu di luar.
Namun, Shidou mengerti bahwa situasi ini bukanlah
tempat dimana dia bisa tetap bersenang-senang. Meski Westcott sudah dipukul
mundur, para Spirit masih menunggu kepulangannya ke dunia luar. Meski waktu
sudah ditunda di luar, poin itu masih tidak berubah.
Namun, Shidou masih belum mencapai tujuannya. Selain
itu——
“……………”
Shidou berbalik untuk melihat wajah Mio.
Dalam lubuh hatinya, Mio senang mengobrol dengan
Shinji. Tidak bisa diingkari bahwa faktanya dia tidak bisa menolak ajakannya.
Tapi meski dibilang begitu——dia merasa bahwa perasaannya kepada Mio berbeda dari
sebelum dia tertelan ke dalam ruang ini.
Tidak, dia masih menghargai Mio, rasa suka itu masih
tidak berubah.
Namun, saat mengingat kembali, emosi ini jelas berbeda
dari perasaan cinta terkutuk yang dia rasakan belum lama ini.
Bukan itu saja. Ini sama dengan emosi Shinji. Sampai
ditangkap ke dalam <Ain Soph>, tingkat obsesi Shinji sampai ke titik
dimana rasanya itu akan mendominasi tindakannya sendiri. Tapi sekarang rasa
sakit itu benar-benar tertutup.
Tentu, dia masih memiliki ingatan dari 30 tahun yang
lalu——tapi
sederhananya, sensasi dari “perasaan” itu mulai menghilang.
“……Apa perasaan Shin tidak lagi memiliki peran——?”
“——!?”
Tiba-tiba mendengar suara Reine secara tak terduga,
Shidou merasakan sedikit gemetar yang mencapai pundaknya.
Di seberang meja, Shinji dan Mio masih tersenyum bahagia.
Agar tidak mengganggu mereka, Shidou membalas dengan suara bisikan.
“……Apa kau bisa membaca pikiranku di ruang ini?”
“Tidak, hanya menebak dari ekspresi wajahmu. ……Aku
penasaran jika kau sama denganku.”
“Huh——?”
Saat mendengarkan Reine, Shidou hanya bisa melebarkan
matanya. Kemudian, Reine meneruskan omongannya dengan pelan.
“…… Kenapa keberadaanku terpisah, perasaan sebagai “Mio”
mungkin telah pergi ke Mio yang ada di sana. Tentu, ingatannya masih ada tapi……
bagaimana aku menjelaskannya,
itu adalah perasaan yang misterius. Sepertinya aku benar-benar menjadi Murasame
Reine.”
“Reine-san……”
Shidou berbisik sambil mengalihkan matanya ke
arah Shinji dan Mio.
Tiba-tiba, dia mengingat pertandingan memasaknya.
Shidou terbukti menang, tetapi saat dia bicara pada dirinya sendiri,
kemenangannya dikaitkan dengan eksistensi para Spirit.
Tapi tidak terbatas hanya itu saja. Memang bahwa
Shidou dan Shinji aslinya adalah eksistensi yang sama, tapi beragam kejadian
yang dialami dalam hidupnya sampai sekarang yang telah membentuk kepribadiannya
saat ini.
Mereka tidak lagi sama. Pemikiran itu muncul di
pikiran Shidou sekali lagi.
Dan jika itu memang——
“……………”
Shidou menggigit bibirnya dengan erat saat dia
menghirup napas dalam untuk beberapa detik——dan kemudian dia mengeraskan suaranya seakan sudah
membuat keputusan.
“……Hei, Mio, Shinji.”
“Hmm? Ada apa, Shidou?”
“Apa? Selanjutnya ingin bertanding nasi goreng? Sekarang
aku tidak akan kalah.”
Mio memiringkan kepalanya sementara Shinji membalasnya
dengan melakukan pose bertarung.
Dengan senyum pahit, dengan singkat dia membalas
“tidak”, sekilas melihat kearah Reine sebelum melanjutkan bicaranya.
“Untuk sedikit menggerakan badan, bisakah kita
jalan-jalan…… bersama?”
Mendengar usulan Shidou, Shinji dan Mio mengangguk
setelah saling bertutap tatapan sekilas.
——Empat jejak kaki tergambar di pantai yang tampak tak
berujung sebelum dihapus oleh ombak yang datang setelah beberapa saat
setiap kali sensasi dingin
terasa saat kaki mereka sedikit tenggelam kedalam pasir.
Belaian mentari yang hangat dan angin laut di pipinya.
Semuanya bersatu bersama-sama untuk membuat Shidou merasakan kedatangan musim
panas.
Meskipun di tempat ini, itu hanyalah kedatangan dari
musim panas palsu.
“Un——”
Berjalan kedepan, Mio meregangkan badannya saat dia
menghirup napas dalam.
“Benar-benar——ini sangat nyaman. Fufu, terima kasih telah membawa
kami ke sini Shin.”
Saat Mio bicara, Shinji, yang berjalan disampingnya,
memberikan senyuman ceria tapi entah bagaimana juga malu-malu.
“Dirimu yang senang membuat semuanya bagus. Tidak
mudah untuk mencari tempat dengan pemandangan yang bagus. Dan jika terlalu
jauh, maka kita tidak bisa pergi. Kelihatannya, ada sesuatu yang disebut
smartphone di era Shidou. Sungguh tidak adil. Terlalu enak untuk mengumpulkan
seluruh informasi dunia kapan saja dan di mana saja.”
Shinji bercanda saat dia hanya bisa mengangkat
bahunya. Melihat hal ini, Shidou memaksa tersenyum di tengah ekspresi tidak jelasnya.
“…… Shidou.”
Saat melihat situasi yang sama dengan dia, Reine
membisikkan namanya dengan pelan. Shidou mengangguk pelan, membalasnya dengan
“aku baik-baik saja” dengan suara yang banya bisa didengar Reine.
Tidak ada yang menyadari percakapan di
belakang mereka, Shinji dan
Mio terus mengukir jejak kaki mereka di pantai.
“——Ah, aku selalu ingin mencobanya. Kembang api. Bukankah
lautan itu sempurna untuk kembang api? 30 tahun yang lalu, kita tidak punya
kesempatan karna kita kembali saat malam.”
“M-Mau bagaimana lagi. Jika kita pulang telat, itu
akan membuat Mana khawatir karena salah paham……”
“Fufu, pasti lebih menyenangkan melakukannya di masa
depan. ——Aku juga ingin mencoba menyelam dan barbeque. Ayo
pergi ke kota nanti. Aku, Shin, Reine, Shidou. Ah, itu pasti menyenangkan.
Benar-benar, kuharap saat-saat ini akan berlangsung selamannya.”
Mio bicara dengan suara yang enerjik.
Wajah dari kebahagiaan yang murni——seakan ingin menunjukkan apa yang benar-benar dia
inginkan dari dalam lubuk hatinya.
Itu sebabnya ada jeda saat membalas.
“——Oh, aku mengerti.”
Tetapi dia harus mengatakan ini. Shidou mengepalkan
tinjunya saat dia meneruskannya.
“Tapi…… itu tidak akan berlangsung selamanya. Ya kan……
Mio?”
“——”
Di saat itu.
Kaki Mio yang berjalan sepanjang pantai tiba-tiba
berhenti.
Setelah beberapa detik, Mio berbalik ke
arah Shidou dan Reine, bicara
dengan senyuman di wajahnya.
“Maaf. Aku yang memaksanya mengatakan itu.”
“Mio……”
Tepat di sampingnya, Shinji memanggil nama Mio dengan nada
berat saat dia mencoba menyentuh bahunya. Namun, dia berhenti di tengah jalan,
menggigit bibirnya saat dia menurunkan tangannya.
Seperti Mio, Shinji juga menyadarinya. Dan tentu saja——Reine juga. Semuanya yang ada di dalam <Ain
Soph> menyadarinya, tapi tidak bisa mengatakannya. Pikiran bahwa itu akan
baik-baik saja jika momen ini berlangsung selamanya——bahkan Shidou juga memikirkan hal itu.
Namun, akan tiba waktunya bagi seseorang untuk
menurunkan tirainya. Jika begitu, maka itu pasti peran Shidou.
Shidou menutup matanya sebentar dan kemudian membuka
mulutnya seakan sudah mengambil keputusan.
“…… Setelah mencium Reine, ingatan Mio datang lewat jalan
itu. Awalnya, aku tidak mengerti apa itu atau apa maksudnya. Tapi
perlahan-lahan, aku akhirnya mengerti.”
Shidou mengusap air mata yang mengucur saat dia
melanjutkannya dnegan menatap langsung ke arah mata Mio.
“Mio, kau menciptakan ulang diriku untuk membangkitkan
Shinji, kan?”
“…… Un.”
Mio mengangguk pelan.
Benar. Ini adalah harapan Mio selama 30 tahun.
Demi membuat kembali kehidupan terdahulu orang
berharga yang pernah mati, tindakan ilahi itu selaras dengan nama <Deus>.
“Tidak salah lagi. Itu adalah harapan dan impianmu.
Tapi…… bukan itu saja. Bahkan Shinji yang ada di sini bukanlah Shinji yang asli.”
“…………”
Mendengar perkataan Shidou, Shinji melihat ke
arahnya. Tapi dia tidak
mengatakan apapun.
Sepertinya Shinji juga sudah mengetahuinya. Bahwa dia
hanyalah sosok fiksi yang dibuat dari kepingan ingatan Shidou.
Begitulah, Mio seharusnya juga mengerti sampai di
sini.
Meski mengetahui hal ini sejak awal, dia memaksa
dirinya sendiri untuk mempercayai gambaran itu.
Meski
itu bukan Shinji yang asli, mungkin gambaran palsu dari dirinya dan ingatan
yang dimilikinya akan cukup untuk mengisi kekosongan lubang di hatinya.
Sebenarnya, itu juga bukan sebuah kesalahan.
Tapi setelah mencium Reine, Shidou telah mencapai
kemungkinan lain.
Kenapa Mio memberi Shidou kekuatan untuk menyegel
Reiryoku——kekuatan yang bisa disebut sebagai musuh alami bagi
seluruh Spirit.
Sampai di pertanyaan itu.
Tentu, ada alasan kenapa membagi Reiryoku menjadi
sepotong-potong untuk mencegah tubuh manusia dari kewalahan.
Demi alasan itu, banyak gadis dikorbankan dan Shidou
diubah menjadi sosok yang tidak begitu berbeda dari Spirit.
Namun——
“Aku tidak yakin apakah kau sudah menyadarinya, tapi
melihat ingatanmu dari sudut pandang lain...…’
(——Aku hanya punya Shin. Jika aku kehilangan Shin, tidak
ada lagi alasan untuk hidup)
Suara Mio bangkit sendiri di pikirannya.
(——Aku tidaklah lemah seperti manusia, meski aku ingin
mati aku tidak bisa.)
Shidou jatuh berlutut——saat dia berjuang untuk bicara.
“Mio, demi menciptakan eksistensi yang bisa membunuh
dirimu sendiri, kau melahirkanku.”
Untuk kata-kata itu.
“……………”
Mio tidak membalasnya——tapi dia tersenyum sedih.
“——Jadi apa yang terjadi pada Shidou, Kurumi?”
“Apa yang terjadi di dalam sana? Apa Shidou bersama
dengan Mio?”
“Kya! Itu terlalu licik! Kenapa mereka tidak membawaku
juga!?”
“Eh? Mungkinkah kau tidak tahu? Mungkinkah kau tidak
mengerti Kurumin? Sudah pasti, Angel yang tidak familiar pasti sulit. Jadi
bagaimana kalau mengembalikan Resielmon padaku?”
“To · long · di · am!”
Sambil meraba-raba halaman buku <Rasiel>
mengenai keadaan yang ada di dalam kepompong, Kurumi mengeraskan suaranya kepada
kebisingan di sekitarnya.
Dalam sekejap, pada bayangan yang ada di lapisan luar
<Fraxinus>, banyak klon melompat keluar untuk mengusir para Spirit yang
berkumpul di sekitar Kurumi. Kurumi menghela napas sambil menggaruk kepalanya.
Dengan cepat, para Spirit <Ratatoskr> berkumpul
disekitar saat Kurumi memulai penyelidikan. Membuat keributan dan meraih
roknya, mereka hanya melakukan tindakan yang mengganggunya.
“Aku mengerti kalau kalian mengkhawatirkan Shidou-san,
tapi tolong diamlah! Itu mengganggu! Juga Miku-san! Berhentilah mencoba
mengangkat rokku dari belakang selama kekacauan!”
Saat Kurumi berteriak, Seluruh Spirit mengangguk
meminta maaf. Dari satu sisi ada suara yang bicara, “Aku mengerti……
tapi perkataan Kurumi-san
seperti ajakan untuk lebih mendekat.”
Saat salah seorang Spirit membual, Kurumi
memerintahkan para klon untuk mengencangkan genggamannya.
“Adadadadadada.”
“Benar-benar…… sekarang aku mengerti betapa sulitnya
pekerjaanmu, Kotori-san.”
“Terima kasih.”
Saat Kurumi selesai bicara, Kotori, yang berdiri
menjauh dari Mana dan Natsumi, membalas dengan senyum getir. Meski umurnya
masih muda, sikap dewasanya mirip orang yang telah mengalami kehidupan sehari-hari
yang sulit.
Kurumi menghela napas sekali lagi sebelum membaca pesan yang muncul di
halaman <Rasiel>.
Itu adalah perasaan yang misterius. Dengan menelusuri
jarinya melewati karakter yang berkilauan, sebuah adegan yang ditunjukkan oleh
kata-kata itu dimainkan dalam kepalanya sebagai gambaran mental. Terlebih lagi,
melalui kondisi ini, bisa memungkinkan untuk mempelajari segala hal yang ada di
dunia ini. Memang, itu adalah kinerja curang yang sesuai dengan Angel yang maha
tahu.
“——Shidou-san, Mio-san…… juga Murasame-sensei…… dan juga Shidou-san yang lain……? Ada empat orang di
sisi lautan——seperti garis pantai yang ada di
bawah sana.”
Kurumi menjelaskan potongan gambar yang ditunjukkan di
pikirannya. Mendengar hal ini, para Spirit memberikan respon kebingungan.
“Mun…… di dalam sana ada dua Nushi-sama?”
“Sungguh…… aneh.”
“Yah, Mio dan Reine berpisah lagi itu bisa dimengerti……
tapi apakah kepompong itu
punya efek pengembang biakan?”
“Tunggu
sebentar…... Aku tidak tahu. Biarkan aku mencari sebabnya——”
Pada
saat Kurumi akan mencari lebih banyak informasi lewat <Rasiel>.
“————!?”
Para
Spirit yang ada di sisi luar <Fraxinus> gemetar dengan mata mereka yang terbuka lebar.
Tentu saja, tidak terkecuali Kurumi. Dia menghentikan
jarinya menelusuri halaman <Rasiel> saat dia melihat ke sekitar dengan
bingung.
Alasannya sederhana. Reiryoku yang sangat dahsyat
muncul di dekat <Fraxinus>.
Kebetulan, hanya Nia, yang telah kehilangan sebagian
besar kristal Sephiranya, tidak menyadarinya. Namun setelah melihat reaksi
semuanya, dia segera berpura-pura memberikan impresi yang sama.
“Apa yang terjadi——ini adalah……!”
“Respon gelombang Spirit……!? Dari mana datangnya!?”
“……S-Semuanya, di sana!”
Yoshino mengeraskan suaranya seakan menyadari sesuatu.
Para Spirit yang lain melihat ke arah yang dia tunjukkan.
Sesaat semuanya terdiam.
<Goetia>, kapal udara yang menempel di sisi
<Fraxinus>.
Tanpa diduga, bagian luarnya diselimuti Reiryoku padat
yang memancarkan cahaya yang berkilauan.
“Ini adalah——!?”
“<Goetia>...…!?”
Para Spirit mengeraskan suara mereka karena takut.
Tapi itu sudah bisa diduga. Westcott sudah terluka
parah dan Ellen dan Artemisia kabur bersama dia. Seharusnya tidak ada orang
yang tertinggal di <Goetia>.
Tidak mungkin, mungkinkah saat ini mereka memicu
penghancuran diri karena tidak bisa menang lagi? Itu bukanlah ide yang tidak
terpikirkan dari Wizard jahat itu, Kurumi mengerutkan alisnya dengan kesal.
“Fu——”
“Tch——”
Sesaat kemudian, dua bayangan melesat melewati bidang
pandangan Kurumi. ——Origami dan Mana. Sepertinya mereka maju untuk
menghancurkan <Goetia> setelah menilai bahwa itu adalah ancaman yang berbahaya.
Seperti yang diduga dari mantan anggota AST, itu adalah waktu bereaksi cepat
yang cukup mengagumkan.
Namun——
“Ku……!”
“Apa……!”
Serangan mereka tidak mencapai <Goetia>. Saat
Origami dan Mana mendekati <Goetia>, mereka dicegat di tengah jalan.
“——Itu sia-sia. Upacara operasi telah diaktifkan. Tidak
ada yang boleh menghentikannya sekarang.”
“Maaf. Tapi——kelihatannya ini adalah akhir.”
Dua Wizard DEM muncul di sisi lain langit, Ellen
Mathers dan Artemisia Ashcroft.
“Ellen, Artemisia……!?”
Wajah Kotori terkejut saat dia mengkonfirmasi
identitas kedua orang itu.
Lalu, seakan mengikutinya, suara ketiga terdengar
entah dari mana.
“——Ah, aku mempercayai Itsuka Shidou. Kalian semua pasti
akan membantu menghentikan <Deus>.”
“……Suara itu——”
Kurumi mengubah ekspresinya saat dia menatap ke
arah <Goetia>.
Kemudian dari sana, sosok yang diselimuti cahaya
melangkah maju secara perlahan.
——Dengan noda darah yang masih tersisa di dadanya, Isaac
Westcott muncul.
“Westcott……!”
Westcott tertawa seakan untuk merespon kegaduhan itu.
Dan kemudian keluarlah——kata-kata yang menggambarkan kehancuran.
“——Bergembiralah kawan-kawanku. Karena kalian semua
mendapatkan hak istimewa untuk menyaksikan kelahiran Spirit asal mula yang
kedua.”
0 comments
Please wait....
Disqus comment box is being loaded