Bab 5 - Orang yang Menarik Pelatuk

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode

——Shidou berpikir ini hanyalah mimpi.



Dia berpikir ini adalah ilusi yang disebabkan karna dia sudah melampaui batasnya.



Namun, kehadiran gadis yang kelap-kelip di depan matanya itu menerbangkan pemikiran lemah itu.



Rambut berwarna malam yang indah menari-nari dengan angin, sepasang mata kristal yang merefleksikan cahaya, dan memakai pakaian cemerlang bersamaan dengan armor ungunya.



“Toh,ka……Tohka……!”



Di saat otaknya bisa mengkonfirmasi penampilannya dengan jelas, air mata mulai mengalir dari matanya.



Perasaan lega melanda dirinya saat tahu Tohka masih hidup. Tapi di atas semua itu, meski hanya sesaat, Shidou tidak bisa memaafkan dirinya yang dengan cerobohnya melupakan harapan semuanya dan hampir menyerahkan dirinya pada Mio.

“Maaf, Tohka…… aku…… untuk sesaat aku ingin menyerah saja——”



“Apa yang kau katakan?!”



Seakan menyela Shidou, Tohka mengeraskan suaranya.



“Karena kau tidak menyerah, Shidou masih hidup sampai sekarang! Tidak ada hasil yang lebih baik dari itu!”



“……!”



Mendengar perkataan itu, Shidou merasa tersentak seakan dia baru saja tersambar petir.



Itu adalah peringatan untuk dirinya sendiri. Shidou menghela napas frustasi sekali lagi karena harus bergantung pada Tohka yang baru kembali.



Untuk membalas Tohka dan para Spirit yang lain, dia harus berdiri dengan kakinya sendiri……!



“Un…… terima kasih, Tohka.”



Sambil menyuntikkan lebih banyak kekuatan ke kakinya, Shidou berdiri. Energi aneh meluap-luap di tubuhnya yang seharusnya sudah mencapai batasnya.

“Benar-benar——aku selalu diselamatkan oleh Tohka.”



“Apa yang kau katakan? Akulah orang yang selalu bergantung pada Shidou. Karena aku punya Shidou, aku bisa kembali. Karena Shidou di sini, aku bisa berdiri di depan Mio lagi.”



“Tohka……”



Memanggil namanya sekali lagi, Shidou mengusap air mata yang tersisa di matanya saat dia mengangkat wajahnya lagi.



“……Jadi, begitu.”



Mio berbalik untuk melihat pecahan Astral Dressnya.



“……Sudah kuduga, itu adalah kau——Tohka. Ah, benar. Jika ada orang yang bisa melawanku, kupikir itu mungkin saja.”



“……Apa?”



Mendengar apa yang Mio katakan, Shidou mengerutkan alisnya.



Tapi kemudian, Tohka menyela dengan memberi responnya.



“Meski aku tak tahu rinciannya…… tapi——sepertinya aku adalah tipe Spirit yang yang berbeda dari yang lainnya.”



“Spirit…… yang berbeda?”



Saat Shidou bertanya dengan bingung, sekarang giliran Mio yang menjawab dengan nada emosional yang dalam.



“……Aku membagi kekuatanku menjadi sepuluh kristal Sephira dan memberikannya pada pada manusia untuk menciptakan para Spirit…… tapi untuk semacam alasan, salah satu kristal Sephira mengembangkan egonya sendiri. Seperti, saat aku lahir.”



Saat Shidou hampir mencekik napasnya sendiri, dia mengalihkan matanya pada Tohka.



“Tidak mungkin, itu berarti……”



Lalu, Mio mengangguk pelan.



“Shin, apa kau menyadarinya? Perbedaan antara Tohka dan para Spirit yang lain. Apa yang para Spirit punya tapi tidak dimiliki Tohka?”



“Apa katamu——”



Lalu, bahu Shidou mulai gemetar.



Dengan pertanyaan biasa itu, Shidou mengingat perasaan tidak mengenakkan yang hampir dia lupakan.



Origami. Nio. Kurumi. Yoshino. Kotori. Mukuro. Natsumi. Kaguya. Yuzuru. Miku.



Apa yang mereka semua miliki, tapi tidak dimiliki Tohka.



Benar. Diantara semua Spirit, Tohka——adalah satu-satunya yang tidak punya nama.



“…………”



Namun, bahkan saat dia diberitahu soal ini, Tohka tidak terlihat tertegun sedikitpun. Tidak, lebih tepatnya, sepertinya dia sudah tahu soal ini.

Tohka membuka mulutnya saat matanya menunjukkan tekad yang pasti.



“——Itu membingungkan, terkadang aku menderita karena tidak memiliki nama.



Tapi sekarang aku bersyukur karena kenyataan itu.



Karena aku tidak memiliki nama, Shidou memberikannya padaku.

Karena aku bukan manusia, aku bisa berdiri di samping Shidou lagi!”



“Tohka——”



Melihat tekad mulai Tohka, Shidou merasakan getara frustasi saat bersiap-siap. Meski ada rekan yang bisa diandalkan didepannya……!



——Ah, iya. Kenapa Shidou merasa sangat frustasi? Kenapa dia berlutut tadi?

Shidou berdiri di samping Tohka, yang mengacungkan pedangnya ke arah Mio.



“! Shidou?”



“Mungkin, masih ada sesuatu yang bisa kita lakukan. Aku tidak akan menyerah——ayo bertarung bersama.”



“……! Umu!”



Tohka mengangguk setuju saat dia menempatkan lebih banyak kekuatan pada genggaman <Sandalphon>nya.



Melihat hal ini, Mio menghela napas lembut saat dia menyipitkan matanya.



“……Meskipun jadwalnya menjadi agak kacau, tidak masalah. Hasilnya takkan berubah.”

Lalu, seakan merespon suara Mio, pohon anorganik besar muncul dibelakang Mio saat ruang lain meluas karena itu. Di atas kepala mereka, Angel yang mirip bunga besar juga termanifestasi di sana.



“Tohka, apa ini?”



“Umu——itu disebut <Ain Soph> dan <Ain Soph Aur>. Hati-hati, semua hukumi di ruangan ini berada di bawah kendali Mio. Juga, kau akan mati jika menyentuh cahaya yang datan dari bunga itu. Jika kau tidak punya Reiryoku, kau akan mati seketika.”



Mendengar balasan Tohka yang segar namun mengejutkan, Shidou merasakan keringat yang menuruni wajahnya.



“Ah, bukankah itu terlalu mengerikan.”



“Ya, itu memang sangat berbahaya. ——Ingin menyerah?”



“Tidak.”



Tohka menaikkan ujung bibirnya saat Shidou mengelap keringatnya.

Menendang tanah sebagai sinyal, Tohka mengayunkan <Sandalphon> dengan sangat kasar.



“Ohhhhhhhhhhhhhh——!”

Kilatan pedang itu menjadi gelombang kejut yang langsung mendekati Mio. Bukannya menghindar, Mio bersiap menangkap serangan itu secara langsung. Namun——



“……!”



Saat pinggirannya menyentuh serangan pedang Tohka, Mio mengerutkan alisnya saat dia mundur kebelakang.



Tebasan pedang itu menyerempet hidung Mio. ——Meski sangat kecil, sebagian Astral Dressnya terpotong.



“——Huh!?”



Menyadari efek serangannya, Tohka melebarkan matanya karena terkejut.



“Kita bisa Shidou! Serangan itu menembusnya!”



“Ah…… tapi sepertinya dampaknya tidak banyak.”



“Apa yang kau katakan? Bahkan <Halvanhelev> tidak bisa mendaratkan sebuah goresan tadi !?”



“Apa kau bilang……?”



Mendengar apa yang Tohka katakan membuat Shidou mengangkat alisnya.

Sebagai Spirit asal mula, Mio memiliki kekuatan yang berlimpah. Shidou tidak berpikir Tohka sedang berbohong.



Namun, meskipun kecil, sebagian Astral Dress Mio telah terpotong oleh <Sandalphon> Tohka. Apa yang berbeda dengan yang tadi dan sekarang?



Apa Mio menahan diri? Apa kekuatannya menurun? Atau——



“……!”



Saat itu, Shidou menyadari sesuatu.



Benar; saat ini Tohka memakai Astral Dress lengkap bukannya yang terbatas. Namun, tidak seperti sebelumnya, Shidou tidak merasakan Reiryoku Tohka yang berbalik.



Dengan kata lain, Reiryoku Tohka masih berada di tubuh Shidou.



Apa maksudnya? Meski Shidou tidak mengerti kehendak Tuhan, membuang kesempatan ini untuk mengalahkan Mio si Spirit absolut akan sama seperti semut yang terjebak di dalam lubang.



“……………”

Seakan menyadari pikiran Shidou, ekspresi Mio sedikit berubah sebelum memfokuskan perhatiannya kepada Tohka lagi.



“……Aku mengerti. Ini sedikit menjengkelkan.”



Mio menghela napas kecil saat berbalik menuju ke arah mereka.



“——Maaf, Tohka. Mulai sekarang, aku tidak akan meremehkanmu. Aku akan menggunakan seluruh kekuatanku untuk mengambil Shin darimu.”



“Aku takkan membiarkanmu berhasil, Shidou——”



Berteriak untuk merespon perkataan Mio, Tohka menghentakkan tanah lagi.



“Shidou adalah milikku!”



“Eh……?”



Untuk sesaat Shidou terkejut mendengar pernyataan Tohka yang tak terduga. Namun, anggap saja ini bukan waktunya membicarakan hal semacam itu, Shidou langsung membuat keputusan untuk mendukung Tohka.



“——”



Serangan, dua, serangan, tiga serangan, empat serangan.

Dalam pandangan Mio, tebasan <Sandalphon> melesat dengan kecepatan yang tak bisa diikuti mata.



Sampai sekarang, Mio bisa bertahan dari serangan sebelumnya tanpa bergerak. Tapi sekarang, Angel itu dilengkapi dengan kekuatan untuk menghancurkan pertahanan Mio dan memotong Astral Dressnya.



“……Jadi, itu alasannya.”



Sambil menghalau ayunan pedang Tohka, Mio mengeluarkan bisikan kecil sebelum mengulurkan selendang cahaya untuk membalasanya.



Benar. Sekarang bukan hanya Reiryoku Tohka yang bisa dirasakan dari <Sandalphon>.



Mungkin, saat kabur dari Mio, dia menyerap pecahan Reiryoku dari Spiri lain dan bahkan Mio sendiri. <Sandalphon> yang sekarang diperkaya olah kekuatan tebal yang bahka lebih hebat dari <Halvanhelev>.



Faktanya, seakan ingin menunjukkan kekuatan barunya ini, sejak awak pergerakan Tohka tidak ada putus-putusnya.



——Mio mencoba mengikat pergerakannya dengan <Ain Soph>.

Namun, itu tidak beralasan. <Ain Soph> adalah Angel Mio. Meski hanya pecahannya, jika Tohka punya sebagian Reiryoku Mio, wajar saja baginya untuk tidak terganggu.



“……Aku tidak menyangka kau mengambil kekuatanku.”



Mio berbisik pada Tohka dengan volume yang hampir tak terdengar.



Saat sindiran sarkastik yang lahir dari ketidaksabaran itu, disaat yang sama adalah kata-kata monolog yang menunjukkan hasil yang tak terduga.



——Saat Tohka membicarakan dirinya, kelahirannya benar-benar berbeda dari para Spirit lain.



Tidak, lebih tepatnya, bisa dikatakan bahwa dia satu-satunya Spirit asli selain Mio.



Lahir dari ketiadaan seperti Mio.



Tidak punya nama seperti Mio.



Dan juga——bertemu Shidou seperti Mio.



Rasanya, Tohka adalah salinan Mio.



Seorang gadis yang memakai kekuatan Mio untuk melawannya.

Bagaimanapun juga, Mio hanya bisa merasakan sensasi yang aneh.



“Ohhhhhhhhhhhhhhhh!”



Dengan kekuatan yang cukup untuk meninggalkan retakan di tanah, Tohka mengayunkan <Sandalphon> tepat ke arah Mio.



“<Ain Soph>——<Anaph>”



Alis Mio sedikit bergetar saat dia memanggil nama itu.



Seketika, cabang <Ain Soph>, meruncing seperti pedang, muncul dari kekosongan dan menahan serangan Tohka.



“Muu……!?”



“…………”



Saat menahan tebasan <Sandalphon>nya Tohka, Mio melirik ke arah Shidou.

Benar. Dari belakang, Shidou terus menggunakan <Gabriel> untuk menguatkan Tohka. Tidak diragukan lagi jika ini juga untuk menambah kekuatan Tohka.



Tidak——bukan itu saja.

Mungkin karena khawatir mengganggu Tohka atau tahu bahwa serangannya tidak efektif, Shidou tidak mencoba menyerang Mio secara langsung.



Namun, saat dia bertarung melawan Tohka, Shidou terus menatap Mio.

Cahaya di matanya tidak sesuai dengan wajah putus asa yang dia miliki tadi.

——Mungkin, bahkan sampai sekarang, dia masih berpikir.



Entah cara untuk mengalahkan Mio. Entah kemungkinan untuk membangkitkan para Spirit yang lain.



Mio merasakan jantungnya berdegup kencang saat menatapnya.



“……Ah, memang putus asa itu tidak cocok denganmu.”



Setelah merenungkan hal itu, Mio menyipitkan matanya lagi saat dia mengubah perhatiannya kembali pada Tohka.



Lalu, dia mengangkat kedua tangannya saat Tohka ingin menyerang lagi.



“——Tembuslah, <Ain Soph>.”



Seketika, ruang di sekitar Mio mulai berubah saat beberapa “akar” dilepaskan dari <Ain Soph>.



“Apa……!?”

Tohka menyerang “akar” itu, tapi “akar” itu mengejarnya seperti cambuk.

Memang, hukum dari <Ain Soph> tidak berlaku pada Tohka, yang memiliki sebagian kekuatan Mio. Namun, hal yang sama tidak bisa dikata jika soal ditusuk oleh bagian luar akar, yang memanjang dengan cepat kearah tubuh Tohka karena perintah Mio.



Tapi——di menit berikutnya.



“Tohka!”



Dengan auman, Shidou melompat ke depan Tohka.



“……!”



Langsung saja, Mio gemetar saat dia menghentikan serangannya tepat sebelum “akar” itu mencapai Shidou.



Dengan kekuatan <Camael>, meski ditusuk di dada itu belum cukup untuk membunuhnya. Karena inilah dia berencana menyegel kekuatan penyembuhan <Camael>nya Shidou dulu.



Tapi meski begitu, mustahil baginya untuk menusuk dada Shidou dengan sengaja.

Kemudian, Shidou melompat ke depan Tohka, pikiran Mio mengingat adegan 30 tahun yang lalu——pemandangan Shin yang jatuh karena peluru musuh yang tidak memiliki ampun.



“……Ku——”



Mio sedikit mengubah ekspresinya saat dia memanipulasi “akar” itu agar menjauh dari Shidou.



“Uwa……!?”



Shidou mengerang saat dia berguling di tanah. Untuk sesaat——serangan Mio menjadi terganggu.



Namun, hasil dari penghentian paksa serangannya sendiri telah memicu sebuah peluang dalam sekejap mata.



Dan untuk Tohka, itu adalah dorongan yang dibutuhkan untuk membalikkan gelombang.



“——<Sandalphon>!”



Tohka memanggil nama Angelnya saat tumitnya menghentakkan tanah.

Merespon perintahnya, singgana besar yang melebihi tingginya Tohka muncul dari tanah.

——<Halvanhelev>.



Di saat dia melihat itu, nama itu muncul di pikiran Mio.



Kartu truf dari Angel pedang, <Sandalphon>. Sebuah pedang yang kekuatan penghancurnya tidak ada tandingannya.



Jika itu Tohka yang dulu, Mio tidak perlu bertahan.



Namun, jika <Sandalphon> yang sekarang bisa mendaratkan serangan padanya, maka mustahil jika yang satu ini tidak berbahaya.



Jika begitu——



“<Ain Sop Aur>——<Henet>.”



Saat Mio mengulurkaan tangannya ke depan, bola seukuran tangan muncul didepan tangaannya.



Kuncup bunga kematian. saat bola itu mekar seketika, cahaya kematian yang terkondensasi melesat luruh ke arah Tohka.



<Halvanhelev> memang punya serangan yang kuat, tapi butuh waktu untuk membangkitkan dan melepaskan serangannya.

Memanggil singgasana, menghancurkannya, memasangkannya ke pedang, dan akhirnya mengayunkannya.



Di saat itu, saat semua kekuatan Tohka terfokus pada pedangnya, tubuh Tohka menjadi mudah diserang. Selama menargetkan kesempatan ini dengan serangan langsung dari <Ain Soph Aur>, bahkan Tohka yang memiliki kekuatan Mio pun tidak bisa selamat.



Namun——



“——<Ratelibish>!”



“……Apa?”



Mendengar apa yang Tohka katakan, Mio hanya bisa mengerutkan alisnya.

Pecahan singgasana yang hancur membungkus tubuh Tohka seperti zirah ketimbang menutupi pedangnya.



Lalu, Tohka memutar tubuhnya untuk menghindari cahaya dari <Ain Soph Aur>.



——Memasangkan Angel ke tubuhnya sendiri, itu mengingatkan pada <Siryon>nya Yoshino.



Otoritas sebuah Angel tidak hanya terbatas pada sebuah singularitas. Meski atribut kristal Sephira udah ditentukan sebelumnya, kekuatan manifestasinya tergantung pada kepribadian penggunanya. Hasilnya, bahkan Mio pun tidak bisa benar-benar memahami segalanya.



Setidaknya, ini adalah pertama kalinya Mio melihat sosok Tohka yang sekarang.



“Apa——”



“Haaaaaaaaaaaaahhhhhhh——!”



Tertutup zirah dari singgasana emasnya, akar dan cabang <Ain Sop> tertangkis saat Tohka menutup jarak antara dirinya dan Mio dengan cepat.

Dengan momentum ayunan ke bawah itu, dia menebas bahu Mio.



——Rasa sakit yang hebat. Astral Dress yang menutupi tubuhnya benar-benar terkoyak saat kulit putih Mio tergores untuk pertama kalinya.



“——”



Gelombang kejut dari tebasan itu mengenai seluruh tubuhnya, darah mengucur keluar dari luka yang terbuka.







Ahh——ini adalah rasa yang misterius.



Sejak dia lahir, tidak ada musuh yang mampu melawannya.



Bagi Mio, ini adalah pertama kalinya dia menderita luka yang diberikan oleh eksistensi yang mirip seperti anak ataupun salinannya.



Antara sensasi aneh dan juga euforia, Mio mengangkat wajahnya yang tertutup darah.



“……Hebat sekali, Tohka.”



Kata-kata itu bukanya hanya untuk serangan yang telah dilakukan.



Bahkan saat rekan-rekannya telah dibunuh, bahkan saat dia dipenjarakan ke dalam dirinya, Tohka tidak kehilangan harapan dan berdiri di depan Mio sekali lagi.



“Untuk perbuatanmu, hatimu, kau mendapat penghargaan dariku. ——Jadi, aku akan membalasnya.”



Mio bicara sambil menatap langsung ke arah mata Tohka.

Dan kemudian, dia mengatakanya.



Nama dari Angel terakhir yang dimiliki oleh Mio.

“——<Ain>.”



Dalam sekejap.



Cahaya memenuhi seluruh dunia.



“……! Tohka……!?”



——Di saat itu, memakai singgasananya sebagai zirah, Tohka mengayunkan pedangnya ke arah Mio saat ruang lain memutih karena cahaya.



Dihembuskan oleh Mio, tanpa sadar Shidou menutup matanya saat dia meneriakkan nama Tohka.



Kemudian, dia tak tahu seberapa lama waktu telah berlalu.



“……!”



Ragu dan takut pada bentuk Mio yang menyakitkan, juga kehebohan saat serangan Tohka mendarat ditargetnya, dua emosi mengelilingi hatinya secara bersamaan.



Tapi kemudian, kesadaran Shidou didominasi oleh sensasi tidak mengenakkan yang mengikutinya.



“Toh, ka…………?”



Benar. Siluet Tohka yang barusan menyerang Mio, sekarang tidak terlihat dimanapun.



Mio menghela napas singkat saat matanya menunjuk ke arah Shidou.



“……Tohka telah pergi.”



“Eh……?”



Dari perkataan Mio, Shidou membeku sesaat dan melebarkan matanya karena shock.



“! Tidak mungkin?”



Namun, dia segera mengerti arti di balik kata-kata itu.



Mungkin Mio merasa bahwa Tohka adalah ancaman, dan seperti Shidou tadi, memindahkannya ke tempat lain.



Jika begitu, sampai Tohka kembali, Shidou akan menghadapi Mio sendiri. Tidak, jika dia dipindahkan kesuatu tempat yang dekat dengan tempat ini, Shidou akan baik-baik saja, tapi jika Tohka dihempaskan ke tempat yang sama dengan Shidou tadi maka——

Lalu, saat Shidou memikirkannya dengan hati-hati, Mio menggelengkan kepalanya secara perlahan seakan melihat pikirannya.



“Aku tidak memindahkannya. Sejak awal, dengan Tohka yang mengambil kekuatanku, trik kecil tidak akan berefek apa-apa.”



“Hah……? jadi——”



Saat Shidou mengatakannya, Mio sedikit menggerakkan bibirnya.



“——Seperti yang kubilang, dia sudah tidak ada. Bukan dihempaskan ke suatu tempat ataupun dibunuh——tapi dihilangkan menuju ketiadaan.”



“……Apa ……yang ……”



“Angel of Void <Ain> mengabaikan semua hukum dan benar-benar menghapus targetnya. ——Biarkan aku mengatakannya lagi, Tohka telah pergi, bukan lagi bagian dari manapun di dunia ini.”



“——”



Mendengar apa yang Mio katakan, Shidou terdiam.



Tohka telah pergi.



Meski sulit dimengerti, kata-kata itu hanya memiliki satu arti.



“Tentu, Reiryoku Tohka juga telah hilang sepenuhnya. Untuk alasan itulah, aku tidak ingin menggunakan Angel itu…… tapi tak ada jalan lain untuk meraih keinginanku dengan kekuatan Tohka.



——Di sisi lain, Tohka memaksaku untuk memainkan kartu truf terakhirku. Tolong beri dia pujianmu. Dia melewati batasnya sambil memikirkan dirimu.”

Sambil mengatakannya, Mio menyentuh lukanya dengan tangannya.



Lalu, lukanya menghilang seperti film yang diputar mundur. Astral Dressnya yang koyak dan terpotong juga kembali ke bentuk aslinya.



“…… Jadi, Shin. Sekarang tak ada seorangpun yang bisa menghalangi. ——Jangan khawatir, meski hilangnya Tohka mengurangi jumlah Reiryoku yang ada, dengan kekuatanmu yang masih ada itu seharusnya sudah cukup untuk memberimu kehidupan yang abadi. Sekarang yang harus kulakukan adalah mengembalikanmu sepenuhnya kepada Shin.”



Perlahan Mio berbalik menuju Shidou.



Shidou merasa napasnya tersumbat.



Jari-jemarinya gemetaran. Keputusasaan yang pernah hilang kini muncul kembali, melekat di kakinya.

——Namun.



“——<Metatron>!”



Shidou menggertakkan giginya saat dia berteriak dengan keras.



Dia mengangkat tangannya untuk memanggil Angel of Light, setelah itu rentetan cahaya ditembakkan ke arah Mio.



Ah, ini pasti keadaan putus asa yang lebih buruk dari sebelumnya. Semua Spirit telah dibunuh dan bahkan harapan terakhirnya, Tohka, juga dihapus.



Namun, lutut Shiddou tidak menyerah saat dia menggertak kepada Spirit yang tak terkalahkan.



Karena dia sudah berjanji. Dia berjanji pada Tohka, kepada para Spirit.

Dia berjanji untuk tidak menyerah lagi. Sebuah janji bahwa tidak takkan pernah menyerah……!



“Ohhhhhhhhhh——!”



Dengan <Zadkiel> ditangan tangan kiri dan <Camael> di tangan kanannya, dia melepaskan udara dingin dan api secara bersamaan.



Namun, Mio tidak perlu bergerak untuk menahan serangan yang kacau itu. Jika tubuhnya dilindungi oleh lapisan tipis yang tak terkalahkan, serangan itu takkan bisa mencapainya.



Memang, dia tahu kenapa serangan Tohka bisa memotong sebagian Astral Dressnya. Perbedaan kekuatannya memang keterlaluan.



Meski begitu, Shidou tidak menyerah.



Menggunakan <Michael> untuk menyegel kekuatan musuh. Mentransformasikan Mio menjadi bentuk non-menyerang menggunakan <Haniel>. Memanggil angin dengan <Raphael>. Membiarkan suara dari <Gabriel> beresonansi. Dan akhirnya menebas dengan <Sandalphon> untuk membalas Mio.



Shidou menggunakan semua Angel yang ada di gudang senjatanya untuk melawan Mio.



Namun——



“……Itu tidak berguna.”



“……!”



Saat itu diucapkan, semua serangan Shidou telah dilenyapkan.

Sesaat kemudian, Mio mengangkat jarinya, itu membuat selendang cahaya tumbuh dari tanah dan menjerat kakinya.



“Apa……ini ——”



“Maaf, tapi akan merepotkan jika membiarkanmu melompat-lompat.”



Saat dia minta maaf, Mio menendang lantai, menggambar lintasan aneh yang menahan gravitasi saat dia mendekat ke arah Shidou.



“Ku——”



Meski Shidou mencoba melepaskan ikatannya, sepertinya selendang cahaya itu disatukan ke kakinya hingga tidak bisa dipisahkan. Meski dia mencoba memotongnya dengan <Sandalphon>, selendang cahaya itu tetap tidak tergores.



Sementara itu, jarak antara Mio dan Shidou menjadi semakin dekat dan dekat.

——Memang, sepertinya ini memang akhinya.



Meski begitu, Shidou masih tidak ingin menyerah.



Sampai detik terakhir, pemikiran itu terus berpacu saat dia melihat Mio mendekat dengan cepat.



Akibatnya——Shidou tidak melewatnya apa yang terjadi selanjutnya.



——Dia melihat peluru nyasar mengenai tangan Mio.



“……!?”



“……Apa?”



Kebingungan Shidou tumpang tindih dengan suara Mio.



Tangan Mio tidak terluka.



Tapi barusan, sebuah peluru baru saja mengenai tangan Mio.



Namun, sepertinya itu bukan gumpalan logam yang diluncurkan oleh bubuk mesiu. Sebenarnya, Shidou tidak mencium bau mesiu atau melihat percikan api dari senapan itu.



Benar. Itu lebih seperti bayangan hitam yang dipadatkan menjadi bentuk peluru——



“————Kihihihihi.”



Seakan menyelanya——tidak, malahan suara itu untuk membenarkan pemikiran Shidou.

Tawa yang khas muncul dari dekat.



“——Ara, ara, sepertinya aku tepat waktu.”



“Apa……”



Dengan penampilan si pemilik peluru yang muncul ke ruang yang berbeda ini, seketika saja Shidou mengeraskan suara kagetnya.



Astral Dress yang ternoda oleh darah dan kegelapan.



Rambut sehitam gagak yang diikat tidak rapi dikedua sisinya.



Dan——jam emas aneh yang sama di mata kirinya.



Benar. Orang yang ada di sini adalah——



“Kurumi……!?”



Spirit Tokisaki Kurumi membuat kemunculan yang tak terduga.



“Apa…… apa maksudnya ini!? Kau telah dibunuh oleh Mio tadi jadi……”



Shidou berbicara dengan nada terkejut saat dia melebarkan matanya.

Karena Shidou telah melihatnya dengan matanya sendiri, Mio merangkat keluar dari dada Kurumi dan membuat Kurumi menjadi mayat. Bahkan klon yang ada disekitarnya juga menghilang.



Tapi sekarang, Kurumi ada tepat di depannya itu adalah halusinasi yang terlalu nyata, dan kepribadiannya juga terlalu mirip untuk dilihat sebagai tipuan.



“Aku minta maaf, Shidou-san. Aku seharusnya bisa sampai tadi, tapi karena baru pertama kali melakukan ini, waktunya tidak berjalan persis seperti yang direncanakan.”



“……? Apa maksudmu……”



Mendengar perkataan Kurumi yang membuat penasaran, Shidou merasa semakin bingung.



Lalu, sikap Mio berubah seolah menyadari sesuatu.



“……Peluru kesebelah, <Yud Aleph>, ya kan?”



“Eh……?”



“——Kihihi.”

Saat Shidou masih kebingungan, Kurumi memperlihatkan senyuman berani setelah mendengan apa yang dikatakan Mio.



——Kembali ke satu jam yang lalu.



Di medan perang, tangan putih keluar dari dada Kurumi.



“A-ah……”



Tenggorokannya gemetar saat rintihan keluar dari bibirnya.



“Diriku……!”



Tapi jeritan itu adalah jeritan kosong saat suara Kurumi menjadi lebih dan lebih redup——seakan menyamainya, tangan itu perlahan merangkat keluar dari dadanya.



Kemudian, muncul seorang gadis muda yang cantik.



Seorang gadis cantik dengan sepasang mata lesu.



“Apa——”



Melihat penampilan gadis itu, semua klon Kurumi yang ada di sekitar sana merasa napas mereka tersumbat.

Itu adalah ekspresi yang normal saat melihat ada seorang gadis yang merangkat keluar dari tubunya. Namun, bagi Kurumi yang sekarang, ketakutan mereka bukan hanya itu saja.



Mereka semua——sangat familiar dengan penampilan gadis itu.

——Takamiya Mio.



Gadis yang mengubahnya menjadi Spirit.



Gadis yang bekerja dan bertarung bersama dengan Kurumi.



Dan gadis yang menyebabkan sahabat Kurumi mati.



Benar, dia adalah awal dan juga akhir untuk dendam Kurumi.



Si bangsat Spirit awal mula ada di sini.



“……!”



Menyadari hal ini, klon Kurumi mengerti situasinya.



Beberapa hari yang lalu, Kurumi bertemu dengan Spirit awal mula dan menangkapnya di bayangannya.



Saat <City of Devouring Time> menyedot waktu dari objek yang ditelannya. Mereka yang terjatuh akan dirampas umurnya sampai api kehidupan mereka padam saat kematian mengisyaratkan pada mereka——atau setidaknya, begitulah seharusnya.



Namun, untuk semacam alasan yang masih misterius, Mio tidak mati. Sebaliknya, tubuhnya malah menjadi muda ke umur saat dia pertama bertemu Kurumi. Seakan dialah orang yang menyerap waktu dari Kurumi.



“Ga…… ah……!”



Menemukan identitas gadis yang muncul dari dadanya, Kurumi mengeluarkan auman seperti hewan buas saat dia menyuntikkan kekuatan ketangannya yang menggenggam pistol pendek.



“<Zafkiel>……!”



Kemudian, merespon suara Kurumi, sebuah bayangan menggeliat di bawah kakinya lalu tersedot ke dalam moncongnya.



Lalu, melihat Mio keluar dari dadanya, Kurumi menekan pelatuknya.

Namun, di saat itu, Mio memutar tubuhnya untuk melepaskan diri dari Kurumi.



“Ga……!”

Kurumi menjerit kesakitan saat sikapnya hancur.



Tidak perlu dikatakan. Peluru yang Kurumi tembakkan tidak mendarat pada Mio——



“……!?”



Malahan, lintasan tembakannya mendarat di salah satu klon Kurumi.



“Apa…… d-diriku!?”



Klon Kurumi terengah-engah saat dia mencengkram dadanya.



“……………!”



Sungguh ketidakberuntungan hingga ketitik yang mencengangkan. Berpikir, bahwa ini akan menjadi serangan terakhir dari orang yang dipanggil Spirit terburuk, Tokisaki Kurumi.



Namun, klon itu segera sadar bahwa peluru ini bukan hanya bayangan yang dipadatkan.



Tak ada rasa sakit yang datang dari dadanya. Malahan, dari titik datangnya peluru itu, ada sensasi seperti seluruh tubuhnya tersedot ke dalam pusaran air.



“Tidak mungkin…… ini……!”



Klon itu membuka matanya saat dia melihat Kurumi.



“……………”



Lalu, untuk sesaat, Kurumi tersenyum bisu sebelum jatuh ke dalam jurang kematian.



“Ah——”



Seketika, klon itu sadar.



Kurumi tidak menembakkan serangan terakhir karena putus asa.



Dia mencoba membidik Mio untuk menyamarkan tujuan aslinya.



Ya, Kurumi, sudah tahu kalau kematian sudah dekat, menuangkan sisa kekuatannya——untuk mempercayakan peluru ini pada klonnya.



<Zafkiel>——<Yud Aleph>.

Senjata rahasia Kurumi, dipasangkan dengan peluru kedua belas <Yud Bet>, peluru yang digunakan untuk mengirim targetnya ke masa lalu.



Peluru tabu yang mengirim targetnya ke masa depan.

Dia mengerti tujuan Kurumi saat dia menembakkannya.



Tak ada kata ataupun perintah yang dibutuhkan. Karena klon berbagi tujuan dan aspirasi yang sama sebagai Kurumi, dia tidak lebih dari Tokisaki Kurumi juga.



“……Diriku——”



Dipercayakan dengan segalanya, klon itu menelan kata-katanya saat dia menahan keinginannya untuk berteriak.



Kurumi sengaja mengabaikannya sehingga perhatian Mio tidak terfokus pada klonnya. Dia tidak menyia-nyiakan dedikasi itu untuk keinginan sesaat.



Klon itu berbicara lembut dengan volume yang tak bisa didengar siapapun.



“——Ya, ya, kau bisa mempercayakannya pada diriku——untuk masa depan.”



Klon itu membisikkan kata-kata itu sebelum benar-benar menghilang dari dunia ini.



“Benar sekali, Mio-san. Aku adalah klon dari Tokisaki Kurumi yang dikirim ke masa depan dari satu jam yang lalu. Pembunuh terakhir yang dikirim untuk membunuhmu.”



Kurumi mengatakannya sambil memegang dua pistol antik ditangannya.

Melihat pergerakannya, Mio menghela napas ringan.



“…… Apa kau serius mengatakannya? Seorang klon adalah ancaman bagiku?”



“Ya, ya. Aku yang asli telah dibunuh olehmu. Dan semua klon selain aku juga menghilang, tapi——lewat Reoryoku yan dipercayakan padaku melalui <Yud Aleph>, aku akan terus ada sampai waktuku habis. Itu sudah cukup——untuk membunuhmu!”









Kurumi berteriak saat dia menendang tanah dan menembakkan kedua senapannya.



Meski kedua senapan itu menyerupai senapan antik yang hanya sekali tembak, ada bayangan yang tersedot setiap kali dia menembakkan peluru, mengisi ulang magazinenya dalam sekejap. Hujan peluru mendekati Mio.



“……………”



Mio mengerutkan alisnya saat dia mendorong dada Shidou dengan pelan.

Lalu, dengan momentum yang tidak bisa dibayangkan dari sikap biasa ini, tubuh Shidou terhempas ke belakang.



“Ku……!”



Meski jatuh ke tanah, mata Shidou tetap tertuju pada Mio dan Kurumi.



Peluru Kurumi menghujani Mio seperti badai yang tidak punya ampun.



Tentu, Mio tetap tidak terluka, tapi peluru nyasar itu tetap terpental kemana-mana, meninggalkan banyak bekas peluru di tanah. Mungkin, aksi Mio tadi karena kepeduliannya pada Shidou——tidak, Shin——mungkin itu karena tidak ingin tubuh Shin tergores meski sedikit.



Lalu, seakan mengantisipasi tindakan Mio, Kurumi mendaratkannya diantara Mio dan Shidou.



“! Kurumi, apa yang kau lakukan——”



Shidou menyipitkan amtanya saat dia memanggil namanya. Balasannya, Kurumi menatap Shidou dengan tenang.



“——Aku kan tadi sudah bilang jika kau datang ke sini untuk mengalahkan Mio-san. ——Ah, meski ada satu hal lagi.”



Kurumi melengkungkan ujung bibirnya.



“——Mungkin, itu karena aku tidak bisa melupakan rasa bibir Shidou-san.”

Setelah mengatakannya, Kurumi menendang tanah lagi untuk menyerang Mio.



“Apa……”



Sambi melihat punggung Kurumi, Shidou mengerutkan alisnya.



Alasannya sederhana. Itu karena tindakan Kurumi benar-benar tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dari Kurumi.



“——Kihihihihi——! Hei, ada apa? Ini bukan hanya pertarungan defensif.”



“……………”



Kurumi terus menembak Mio dengan rentetan peluru dari kedua pistol antiknya. Namun, serangan itu tetap tidak berefek pada Mio.



——Terlalu banyak, perbedaan kekuatannya telalu berlebihan.



Dia tidak berpikir jika Kurumi tidak mengetahuinya.



“Apa…… yang terjadi?”



Seperti yang klon itu katakan, Kurumi yang asli telah dibunuh oleh Mio. Klon itu seharusnya tahu bahwa dia tidak akan bisa menang melawan Mio.

Tidak diragukan lagi, Kurumi mengirim klonnya ke masa depan untuk suatu tujuan. Untuk tujuan apa?——Meski dia tahu itu tidak berguna, apa dia masih melakukannya karena balas dendam?



“……………”



Tidak, Shidou langsung menyangkal kemungkinan itu di pikirannya.



Jika orang biasa yang melakukan ini, Shidou akan percaya.



Namun, tidak bisa dibayangkan jika Tokisaki Kurumi melakukan ini. Gadis itu, tidak peduli apa batas yang dia tekan, takkan pernah menggunakan peluru rahasianya tanpa suatu tujuan.



Pasti ada sesuatu. Pasti, ada sesuatu yang disembunyikan jadi Mio takkan menemukannya.



Benar. Keputusan Kurumi tidak tergoyahkan meski di depan kematian.



Shidou yakin akan hal itu setelah mengalami masa lalu Kurumi lewat peluru kesepuluh <Yud>.



Tidak peduli apapun itu——mustahil baginya untuk menyerah.



Untuk menulis ulang dunia, Kurumi terus bertarung meski harus menenggelamkan dirinya kedalam kekejaman.



Berulang kali mengulang waktu untuk menyelamatkan hidup Shidou——

(——Mungkin, itu karena aku tidak bisa melupakan rasa bibir Shidou-san.)



“——Ah——”



Saat itu.



Suara lemah keluar dari mulut Shidou saat dia tanpa sengaja menyentuh bibirnya dengan jarinya.



Dalam pikirannya, rasanya ada potongan puzzel terakhir yang jatuh ke tempatnya.



Sensasi benang yang terjalin menjadi terurai dengan seketika.



Tidak diragukan lagi, Kurumi pasti——



“……Ku, ha……!”



Tiba-tiba, Shidou membuka matanya setelah mendengar jeritan kesakitan yang datang dari depan.



“! Kurumi……!?”



Saat dia mengangkat wajahnya dengan tergesa-gesa, dia melihat sosok Kurumi saat tubuhnya ditusuk oleh banyak selendang cahaya yang muncul dari tanah.



“Ma… af…… sungguh…… tidak……”



Sambil memuntahkan darah, Kurumi melihat Shidou dengan tatapan kosong.

Tapi melihat ekspresi Shidou——dia tersenyum dengan diam.



Pasti, itu berhasil dikirimkan.



Jawabannya telah dicapai oleh Shidou.



“Ah——ha……”



Kurumi tersenyum lembut saat dia jatuh ke tanah——setelah itu, dia menghilang kembali menjadi bayangan.



“…… Sulit dimengerti. Seharusnya kau tahu jika kau takkan bisa mengalahkanku.”



Mio melihat ke tempat dimana Kurumi datang dengan tatapan aneh sebelum perlahan berbalik ke arah Shidou.

“Bagaimanapun juga——sekarang semuanya sudah beres. Aku memuji ketabahan semuanya dan menghargai kemauan bertarung mereka. Tapi akhinya itu adalah perlawanan yang sia-sia. Karena hasilnya, tak ada yang berubah.”



“——Sia-sia?”



Mendengar perkataan Mio, Shidou merasa gemetar di tenggorokannya.



“Itu tidak...… sia-sia. Semuanya——semua yang dibutuhkan.”



“……Shin?”



Mungkin karena mendapat respon yang tak terduga dari Shidou, Mio menunjukkan ekspresi heran.



Shidou terus menatap lurus ke arah Mio.



“——Karena semua orang ada disini, karena Tohka bertarung, Kurumi yang sampai tepat waktu...… itu membuatku sadar……!”



Hampir hilang kesadaran, air mata menuruni matanya.



Ya, semua yang dibutuhkan.



Jika ada satu hal yang hilang, maka ingatan Shidou akan hilang selamanya.



Namun, rangkaian keajaiban terhubung dengan benang yang memungkinkannya untuk mempertahankan hidupnya. Sambil menatap Mio, Shidou menghela nafas kecil.



Mio memang sangat kuat sampai-sampai memanggilnya ‘kuat’ itu seperti pernyataan yang tidak masuk akal.



Mustahil untuk memojokkannya, tidak peduli apapun yang dia gunakan.



Cahaya <Metatron>



Udara dingin <Zadkiel>



Api <Camael>



Penyegelan <Michael>



Transformasi <Haniel>



Angin <Raphael>



Suara <Gabriel>

Pedang <Sandalphon>, tak ada satupun dari serangan itu yang bisa mencapai Mio.



Meskipun bisa mengembalikan kristal Sephira Nia untuk menggunakan <Rasiel> dalam pertempuran, hasilnya mungkin sama saja,



Namun, dalam tubuh Shidou——memiliki kekuatan dari satu Angel lagi.



“……!”



Shidou memanggal nama Angel itu.



“<Zafkiel>——peluru keenam <Vav>!”



Di saat itu, bayangan Shidou——merambat dari tanah dan berkumpul di tangannya dalam bentuk pistol pendek.



Di saat yang sama, suara dentingan mekanik terdengar dari mata kirinya.



Benar, jam emas terukir dengan sendirinya di mata kiri Shidou.



Kurumi telah memegang Angel of time, <Zafkiel>.



Saat kematiannya, kekuatan itu terserap kembali pada Mio——tapi ada satu dari dua belas kekuatan itu, peluru keenam <Vav>, yang sudah tersegel dalam tubuh Shidou.



Dulu, Kurumi pernah memberi ciuman pada Shidou sebagai senda gurau. Hasilnya, hanya satu peluru yang bisa tersegel.



Kekuatan——untuk mengirim kesadaran seseorang kembali ke masa lalu.



Setiap kali Shidou dibunuh, Kurumi menciumnya untuk mengembalikan kekuatan itu agar bisa mengirim kesadarannya kembali ke masa lalu.



Namun, selama dunia ini diperhatikan, Shidou masih belum mati.



Mau tidak mau, kekuatan peluru keenam <Vav< masih ada di dalam tubuh Shidou.



Namun, Shidou belum pernah memanggil <Zafkiel> sampai sekarang. Mustahil untuk mencapai ide ini lewat usahanya sendiri.



Ah, benar. Kurumi telah memeras kekuatan terakhirnya untuk mengirim klonnya ke masa depan untuk memberitahu Shidou mengenai langkah terakhir ini.



“……Apa——?”

Melihat hal itu, untuk pertama kalinya di wajah Mio, tiba-tiba menjadi goyah.

Tapi——sudah terlambat.



“Aaaaaaaaaaaaa——!”



Shidou berteriak, mengarahkan senapan itu di pelipisnya——



Lalu menarik pelatuknya.







“——!”



Kesadarannya yang buram mulai berangsur-angsur jelas kembali.



Langit berbintang terhampar di depan mata Shidou.



“…… Ini……”



Shidou melihat kearah dirinya sendiri sebelum melihat kesekeliling untuk mengecek sekitarnya.



Langit-langit berubin kaca. Kamar putih dengan vending machine yang menjual minuman di dinding, juga beberapa tanaman dedaunan untuk dekorasi. Duduk di bangku, dia memegang secangkir kertas berisi teh susu.

——Benar. Ini adalah area istirahat kapal <Fraxinus>. Shidou langsung menaruh gelas kertas itu dibangku saat dia buru-buru mengambil smartphonenya untuk mengecek tanggal dilayarnya.



“——19 Februari——”



Dia membisikkan tanggal itu di mulutnya saat mengencangkan genggamannya pada smartphonenya.



Sehari sebelum pertempuran terakhir <Ratatoskr> dan DEM. Dan juga, sehari sebelum para Spirit dibunuh.



“……Ah.”



Shidou membungkuk dengan posisi yang hampir seperti orang berdoa, berjuang untuk menahan hasrat yang tak tertahankan di tenggorokannya.



Bersyukur karena keberhasilan peluru keenam <Vav> dan apresiasi yang mendalam pada semua orang memenuhi hatinya.



“……………”



Namun, ekspresi Shidou segera berubah menjadi suram saat dia menelan ludahnya.

Memang, karena kesadarannya yang dikirim kembali ke masa ini dengan peluru keenam <Vav>, Shidou bisa kabur dari akhir terburuk dengan krisis kehancuran dan kematian dari semua Spirit.



Meski begitu, bukan berarti masalahnya bisa diselesaikan.

Spirit asal mula·Takamiya Mio.



Spirit absolut yang menyandang nama <Deus>.



Meski bisa kembali ke masa ini, selama tidak ada cara untuk mengalahkannya, ancaman dari akhir yang sama masih tetap bisa terulang.



Tidak ada artinya kecuali akar masalahnya bisa diatasi. Shidou mulai merenung dengan putus asa.



——Perbedaan diantara dunia yang dulu dan yang sekarang. Kemungkinan yang dibutuhkan untuk menghancurkan tragedi sejak awal.



Satu-satunya hal yang datang ke pikiran Shidou adalah eksistensi Shidou yang mengetahui peristiwa dari masa lalu. Tidak berlebihan jika dibilang bahwa kemungkinan menghindarkan semua orang dari kematian dalam waktu kurang dari 30 jam itu tergantung pada tindakan Shidou.



Namun, dari dasar pemikiran itu, muncul pertanyaan apa yang benar-benar harus dilakukan. Sangat sulit bagi Shidou untuk mendapatkan jawabannya.

Saat dalam monolog soliternya, Shidou mulai bergumam pada dirinya sendiri.

——Tidak memunculkan Mio sejak awal?



Tidak, Mio sudah ada didalam Kurumi, dan juga ada Reine. Itu tidak mungkin.

——Tetap mengulang sejarah menggunakan peluru keenam <Vav> sampai menemukan jawaban yang benar?



Tidak, jika Shidou maupun Kurumi mati di medan perang, mereka tidak akan bisa lagi menggunakan <Vav> untuk mengubah sejarah. Ditambah, kekuatan <Vav> itu didapat dari Mio. Ada kemungkinan bahwa intuisi Mio menyadari bahwa dia telah mengulang sejarah.



——Menyegel kekuatan Kurumi dan kembali ke 30 tahun yang lalu menggunakan <Yud Bet>?



Tidak, jika dia mencoba hal itu, Mio akan mempelajari kemungkinan itu dari dalam Kurumi. Pada akhirnya, itu akan membawa Kurumi pada kematian.



“Ku……”



Shidou menggelengkan kepalanya. Kemunculan Mio adalah ujung dari semua pilihan.



Membunuh semua makhluk hidup dan menulis ulang semua hukum, Spirit asal mulai akan membunuh semua eksistensi.

“Apa yang harus dilakukan——”



——Di saat itu, wajah Shidou bergejolak dengan bingung.



“——Shidou?”



Di belakangnya, menggema sebuah suara.



“……!”



Di saat dia mendengar suara itu, ilusi yang dibuat oleh pikiran-pikiran yang masih ada dibenaknya tersapu seketika.



Dia berbalik untuk melihat pemilik suara itu.



“Kenapa, di tempat seperti ini?”



“Tohka——”



Dia membuka matanya dengan terkejut saat dia perlahan memanggil namanya.

Benar. Tohka berdiri disana sambil memakai piyama yang imut.



Itu masuk akal saat memikirkannya. Disaat yang sama, Shidoou bertemu dan berbicara dengan Tohka di area istirahat.



Namun, Shidou tidak memikirkan soal itu.



Tohka, seorang gadis yang menginspirasi Shidou untuk berdiri dan menantang Mio——eksistensi yang sudah dihapus serakang berdiri di sini



Dengan setengah sadar Shidou membuka tangannya lalu memeluk Tohka.



“Tohka…… Tohka……”



“Ada apa……! S-Shidou!?”



Saat dikejutkan oleh pelukan Shidou yang mendadak itu, Tohka sadar dia memanggil namanya dengan air mata di matanya, lalu dia mengelus kepalanya dengan lembut.



“Yah, ini aku——apa yang terjadi, Shidou?”



“Tohka, aku——”



Dalam kegembiraannya, Shidou hampir menceritakan pada Tohka tentang apa yang akan terjadi selanjutnya dan bagaimana keberadaan Tohka menyelamatkannya.



Namun——dia berhenti tepat sebelum dia ingin mengatakan sesuatu.

Alasannya sederhana. Mereka masih didalam <Fraxinus>.

Speaker dan mikrofon dengan pengumpul suara dipasang diseluruh fasilitas utama didalam kapal, dengan semua percakapan direkam dan disimpas sebagai data. Kecuali ada jaminan bahwa itu tidak akan dilihat oleh Reine, tidak bagus jika membicarakan masa depan di sini.



Oleh karena itu, Shidou menghela nafas saat dia menjaga informasi itu sendiri.



“……Aku bermimpi.”



“Mimpi?”



“……Ya, mimpi yang sangat buruk dimana semua orang terbunuh saat perang dengan DEM. Aku…… aku tidak bisa melakukan apapun meski Tohka berusaha sangat keras.”



“Shidou……”



Tiba-tiba Tohka mengendurkan pipinya dan mengelus punggungnya dengan lembut.



“Semuanya baik-baik saja. Itu pasti takkan terjadi.”



Saat Tohka mengatakannya, dia meneruskannya sambil sedikit bercanda dengan ekspresi ceria.



“Hmm…… tapi jika begitu, aku pasti bekerja keras dalam mimpi Shidou.”



Melihat tatapan puas itu, Shidou merasa tekanannya berkurang.



“……Ah. Oh iya, kau benar-benar merencanakan peran aktif yang sangat benar.”



“Hehe, jika begitu, apa salah bagi Shidou karena tidak bisa melakukan apapun, jadi aku harus bekerja lebih keras lagi demi Shidou.”



“Tohka……”



“Shidou menyelamatkanmu. Kau tidak perlu menghormatiku, seorang Spirit, sebagai seorang musuh dan mengulurkan tanganmu. Jadi, aku bersumpah bahwa aku kan melidungi Shidou apapun yang terjadi.”



Saat mengatakannya, Tohka memeluk Shidou dengan erat.



“Terlebih lagi——itu bukan masalah. Bukankah Shidou adalah orang yang bisa merawatku dan semua Spirit yang lain? Bagaimana bisa orang semacam itu dibunuh oleh DEM?”



“Haha...… itu…… mungkin saja.”



Shidou merasa pipinya mengendur sambil mendengar perkataan Tohka.

Memang, seperti yang Tohka katakan, semua Spirit yang sekarang berada di <Ratatoskr> pernah dipanggil bencana umat manusia yang memiliki kekuatan yang mengerikan.



“Tentu, apakah itu lewat kekuatan yang melampaui kecerdasan manusia atau kehancuran yang disebabkan gempa angkasa, itu bukan sesuatu yang diinginkan Tohka dan yang lainnya. Karena itulah Shidou bisa menyegel para Spirit lewat dialog——”



“——”



Tiba-tiba, saat memikirkan ini, Shidou melebarkan matanya.



“……Benar sekali. Ya——inilah caranya.”



“Muu, ada apa, Shidou?”



Mendengar apa yang Shidou katakan membuatnya bingung, Tohka sedikit memiringkan kepalanya dengan kebingungan. Sekali lagi Shidou memegang Tohka kemudian melepaskan tangannya dengan tekad yang baru.



“——Terima kasih, Tohka. Terima kasih, rasanya aku menemukan apa yang harus kulakukan.”



“Muu……? Umu, begitukah? Itu luar biasa.”

Meski Tohka tidak mengerti apapun, senyuman Shidou padanya adalah tanda bahwa semuanya sudah baik lagi.



Dengan tekad baru ini, Shidou meninggalkan area istirahat.



Lalu, dia berjalan dengan berat di koridor panjang <Fraxinus>.



“……Ah.”



Shidou berbicara sendiri.



——Kenapa hal sederhana ini tidak terpikirkan.



Apa karena kemunculan Mio yang tiba-tiba?



Apa karena kekuatan Mio yang berlebihan?



Apa karena Mio membunuh semua Spirit?



Mungkin itu karena semua alasan itu. Meski setelahh menggunakan peluru keenam <Vav>, pikiran Shidou masih didominaso oleh ketakutan dan keraguan.



Jika dia tidak bisa mengalahkan Mio, dia takkan bisa bergerak maju. Sampai beberapa saat yang lalu, Shidou benar-benar merasakan demikian. Dia menganggap Mio sebagai musuh dan memperlakukannya seperti itu.



Tapi——itu salah.



Shidou lupa sampai Tohka mengingatkannya.

Benar. Selama musuhnya adalah Spirit, maka hanya ada satu hal yang harus Shidou lakukan sejak awal……!



“……!”



Sambil memikirkan hal ini, dia menghentikan kakinya saat alisnya bergetar.

Dia menemukan seorang wanita di akhir koridor.



Bergara rambut acak-acakan, ada kantong mata tebal di bawah wajahnya.

——Pegawai analisis <Ratatoskr>·Murasame Reine.



Dan juga penampilan sementara dari si Spirit·Mio.



Shidou mengencangkan tinjunya dengan kebulatan tekad saat dia mengambil langkah maju.



“——Reine-san.”



“……Hmm? Ah, ada apa, Shin?”



Balasan Reine masih sama seperti biasa. Namun, tidak mungkin dia akan mendengar panggilan Shin dengan cara yang sama seperti sebelumnya.



Namun, sekarang bukan saatnya untuk tenggelam dengan sentimen semacam itu. Shidou menghela napas ringan sambil menatap tepat kearah Reine——lalu, dia bertanya.



“Reine-san. Maukah kau pergi berkencan denganku besok?”


Share Tweet Share

1 comments:

    Please wait....
    Disqus comment box is being loaded