Pecahan Bab 5 - Laut

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode
“……Apa sekarang sudah tidak apa-apa?”



“Belum juga, sebentar lagi.”



Dalam kegelapan, Mio dituntun oleh tangan Shinji.



Ngomong-ngomong, bukannya mereka masuk ke dalam gua yang tidak tersentuh cahaya, bukan juga berada di jalanan malam yang tidak ada lampu jalannya. Sederhana saja, itu karena Mio diminta oleh Shinji untuk menutup matanya sebentar.



Meskipun tidak nyaman berjalan dengan mata tertutup, Mio tidak merasa khawatir ataupun takut. ——Tentunya, itu karena Shinji menggenggam tangan Mio dengan erat.



Benar-benar——perasaan yang misterius.

Hanya dengan merasakan kehadiran Shinji lewat telapak tangan dan jarinya, semua kekhawatiran dan ketakutan terhempas dengan sendirinya.



Sungguh aneh, perasaan umum yang tidak berdasar. Tapi juga suatu kenyamanan yang tak dapat ditahan. Ini adalah sensasi aneh yang tidak bisa dibayangkan oleh Mio.



“Baiklah, sekarang sudah tidak apa-apa, Mio.”



Di saat itu, Shinji menghentikan langkahnya saat dia bicara.



“Un——”



Mio mengangguk sedikit saat dia perlahan membuka matanya.



Beberapa saat kemudian, cahaya terang merangsang mata Mio, yang mulai terbiasa dengan kegelapan.



Sesaat kemudian, pemandangan mulai terbentuk dari dunia yang putih bersih——sebelum bisa menangkap pemandangan dari cakrawala dengan seutuhnya.



“——Wow——!”



Tanpa diduga suara kagum keluar dari tenggorokan Mio.



Pertama-tama, ada banyak biru yang tidak bisa ditangkap oleh pandangannya dengan sepenuhnya.

Ayunan latar biru yang luasnya tidak kalah dengan langit.



Ada cahaya matahari yang pantulkan, suara deburan ombak, dan bau kuat yang merangsang hidung.



Benar, ini adalah——



“——Laut.”



Sambil melihat berbagai hal yang ada didepannya, Mio membandingkan pemandangan ini dengan pusat informasi yang ada di kepalanya.



Shinji mengangguk sambil tersenyum ramah.



“Ya, kau bilang kau ingin melihatnya, kan?”



“Ah……”



Mio ingat setelah dia diberitahu. Mio, yang telah menyerap pengetahuan dari buku dan video yang dibawa oleh Shinji, memperlihatkan ketertarikan yang kuat pada lingkungan khusus yang mengisi 70% bumi.



Namun, dia tidak menyangka Shinji akan mengingatnya. Mio merasa dadanya mengencang.



“——Aku sangat bahagia. Terima kasih, Shin.”



“Ah, uh…… selama kau bahagia.”



Mendengar hal ini, Shinji tersenyum dengan ekspresi malu yang terlihat di wajahnya.



Mio mengembalikan sikapnya dengan anggun sebelum berlari menuju ke pantai.



“Ah, Mio!”



“Hehe.”



Meninggalkan sepatunya di belakang Shinji, suara percikan air terdengar saat Mio melangkah di lautan.



Seperti yang diketahui, informasi ini sudah didapat relatif awal. Saat ditanya mengenai “laut”, Mio bisa menjelaskan hingga mendetail melebihi orang biasa.

Namun, ada perbedaan besar antara pusat informasi di pikirannya dan tingkat kerinciannya dan perasaannya yang sekarang saat merasakannya langsung dengan kelima indera.



Sentuhan air dingin dengan kaki terendam pasir, deburan ombak yang berulang-ulang, semuanya membuat Mio merasakan kekuatan besar yang tidak bisa dijelaskan.



“Ahh——”



——Sungguh nyaman.

Untuk sesaat, Mio terdiam; dia mengulurkan tangannya sambil mengangkat tubuhnya.



Bagi Mio yang baru saja dilahirkan, semuanya adalah pengalaman baru. Mata, telinga, hidung, lidah, dan sensasi sentuhan lewat kulitnya, anehnya semuanya menyelimuti tubuh Mio dengan kebahagiaan yang tidak bisa dikatakan.



Tidak——bukan itu saja masalahnya.

Mio tersenyum saat dia sedikit memutar tubuhnya untuk menemui Shinji dengan tangan terbuka.



“Shin!”



Dari sikap dan kata-katanya, dia bisa memperkirakan maksudnya. Setelah melebarkan matanya karena terkejut untuk sesaat, Shinji melepas sepatunya dan berjalan ke arah Mio yang ada di pantai.



“Hehe——”

Mio menunggu Shinji mendekat kesisinya sebelum dia mengambil langkah maju untuk menggenggam tangan Shinji dengan kedua tangannya.



“Wa, Mio……?”



Tiba-tiba, mata Shinji terbuka karena terkejut.



Namun, arti dibaliknya tidak sampai kepada Mio. Sambil menggenggam kedua tangan Shinji, dia mulai berputar, berdansa disepanjang desiran dan ombak lautan.



“——A-Ah, ini sungguh luar biasa.”



Benar. Memang, ini adalah pertama kalinya dia berjalan di sepanjang ombak lautan. Tubuh Mio masih bergetar karena bahagia.



Tapi di tingkat yang sama——tidak, mungkin lebih dari itu. Fakta bahwa Shinji memikirkan hal ini untuk Mio membuatnya benar-benar bahagia.



Dorongan batin yang melebihi kesan yang ditinggalkan kelima panca indra.

Ahh——ya.



Mio senang bukan hanya karena da bisa melihat lautan.



Shinji mengingat apa yang dia katakan.

Shinji membawanya ke sini.



——Datang ke sini bersama dengan Shinji.

Sungguh hal yang berharga dan tidak tergantikan, tidak ada yang bisa dilakukan terhadap kebahagiaan ini.



“Wa…… ah!”



“——!”



Menari dalam kebahagiaan, Mio kehilangan keseimbangannya lalu dia terjatuh di atas Shinji.



Suara keras dari percikan air yang berserakan menutupi mereka berdua. Meski tidak ada luka karena Shinji melindunginya di saat-saat terakhir, mereka berdua benar-benar basah kuyup.



“A-Apa kau baik-baik saja, Mio?”



“Un, maaf, Shin. Aku terlalu bersemangat.”



Saat mereka saling membalas satu sama lain, untuk sesaat pandangan mereka tertiup angin tepat di wajah mereka yang basah.



“…...Ha.”

“……Haha.”



Lalu, mereka mulai tertawa bersama.



Mio hanya bisa memeluk tubuh Shinji dengan kedua tangannya.



“Wa……! M-Mio……?”



“Ahh……’cinta’. Aku benar-benar mencintai Shin. Aku sangat mencintaimu sampai-sampai aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Jika untuk Shin, rasanya aku bisa melakukan apapun.”



Mio menyampaikan perasaan yang mekar di hatinya kedalam kata-kata yang dibisikkan ke dirinya sendiri.



Mungkin itu karena kosakata yang baru dia pelajari, atau memang karena batas alami saat menyampaikan arti dibalik kata-kata, tapi saat ini Mio merasa dia tidak bisa menyampaikan cinta mati yang dia rasakan dengan baik.



“——!”



Tidak. Mio sudah memahaminya. Itulah alasan kenapa dia sekarang memeluk Shinji.

Ini bukanlah tindakan disengaja, tapi lebih ke bentuk dari dorongan yang tidak bisa ditahan. Tapi tentunya itu hanyalah ekspresi kasih sayang yang ditunjukkan kepada pihak lain.



Ini past metode untuk menyampaikan cinta sebelum bahasa. Kehangatan Shinji di dalam air yang dingin, detak jantung, nafas, semuanya menyampaikan euforia kedalam detak jantung Mio yang berdetak cepat.



Ahh——tapi belum cukup. Masih belum cukup. Permohonan yang tak bisa diucapkan. Meskipun ini lebih dekat daripada sebelumnya, rasanya Shinji masih terlalu jauh. Jarak tipis dari lapisan pakaian yang menutupi mereka sepertinya menjadi gangguan. Sebuah penghalang yang membandingkan kehangatan kulit yang menutupi permukaan tubuh.



“——Aku ingin lebih dekat dengan Shinji. Aku ingin menjadi satu dengan Shinji.”



Dengan dorongan yang membakar dada, tanpa sadar Mio menatap mata Shinji.

Dia menutup matanya dengan pelahan dan mendekatkan bibirnya menuju bibir Shinji.



“……!?——”



Memperkirakan tujuan Mio, Shinji merasa gemetar di seluruh tubuhnya.

Meskipun pipinya menjadi merah terang, Shinji langsung mengerti. Dia juga mendekat ke arah Mio.



Sosok dua orang yang tercermin di air yang bergelombang secara bertahap bergabung menjadi satu——sesaat sebelum itu.



“——Achoo!”



Mio bersin kecil.



Pada saat itu, matanya terbuka lagi dan terhubung dengan pandangan Shinji.



“…………”



“…………”



“……… Pfftt.”



“……Haha.”



Setelah diam sejenak, mereka berdua tertawa lagi.



Ceria, lucu, dan tidak mungkin untuk tidak bahagia.



Mio mencintai Shinji, dan sudah pasti Shinji juga mencintai Mio.

Hanya dengan cara ini dunia yang indah ketambahan lapisan warna baru.

Pasti kebahagiaan ini akan berlanjut untuk selamanya.



Besok, sehari setelah besok, hari setelahnya, selalu.



Hanya dengan memikirkan hal itu, Mio merasakan kebahagiaan yang melambung menuju ketinggian baru.
Share Tweet Share

0 comments

Please wait....
Disqus comment box is being loaded