Pecahan Bab 3 - Sekolah

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode

“Hah.”



Saat pagi dan di dalam ruang kelas.



Takamiya Shinji menghela sepasang nafas keluhan saat dia membenamkan wajahnya di meja.



Bencana misterius yang meratakan semua tempat—— dua minggu berlalu sejak gempa angkasa menghantam kota ini. Karena SMA Shinji dan yang lainnya secara ajaib ikut terhindar dari kerusakan, kelas telah dimulai beberapa hari yang lalu.



Di saat ada bencana besar, sekolah-sekolah biasanya menjadi tempat pengungsian para korban. Namun, para penduduk dari bencana sebelumnya telah menghilang bersamaan dengan kota. Hasilnya, sedikitnya jumlah orang yang dievakuasi sangat mengejutkan mengingat besarnya bencana tersebut.

Namun, pemandangan ruang kelas tidaklah sama dengan sebelum bencana melanda. Ada satu atau dua bangku yang dihias dengan bunga sesaji tidak terkena dampaknya. Meskipun mereka bebas dari bencana, beberapa murid masih terbaring sakit karena shock mental. Kenyataannya, beberapa murid sudah pindah ke prefektur lain karen takut jika gempa angkasa terjadi lagi di sini.



Keluhan Shinji tidak benar-benar berhubungan dengan ini.



Dia merasa sedikit sedih saat mengingat obrolan normal dengan para murid yang tiba-tiba menghilang. Dan tentu saja, khawatir dengan apa yang akan terjadi dengan sekelilingnya dimasa yang akan datang.



Namun, kemampuan adaptasi manusia masih tidak bisa ditandingi. Shinji dan teman sekelasnya yang masih tersisa perlahan mulai terbiasa dengan lingkungan baru.



Awalnya, ada beberapa yang menangisi kematian teman mereka, mengulang hari-hari mereka saat bersekolah mungkin akan mengembalikan senyuman mereka secara bertahap.



Perasaan yang tak bisa dijelaskan, tidak bisa digambarkan, dan ketidakpastian yang tersisa dari mereka. Bagaimanapun juga, untuk bergerak maju dalam kondisi yang seperti itu, anak laki-laki dan perempuan harus ters mengambil potongan-potongan yang tersebar setiap hari.



“……Haah.”



Namun, dalam lingkungan itu, meski keluhan akan memunculkan semacam ketidak bijaksanaan, ada arti lain dibalik keluhan Shinji.



“Keluhanmu cukup banyak, Takamiya-kun.”



“……Hmm?”



Saat Shinji lupa sudah berapa kali keluhan yang dia keluarkan, tiba-tiba terdengar suara yang tidak diduga.



Ketika dia menoleh ke arah sumber suara, dia melihat lelaki muda berkacamata dan penampilan yang ramah. Shinji mengeluarkan sebuah “ah” saat dia mengangkat kepalanya.



“Selamat pagi, Itsuka.”



“Ya, selamat pagi.”



Teman Shinji, Itsuka Tatsuo membalasnya dengan senyuman saat dia menaikkan kepalanya.



“Jadi, ada yang salah? Apa kau mengkhawatirkan sesuatu?”



“Uh……ah, ya, sedikit.”



Shinji tersenyum masam saat dia berbicara dengan nada yang tidak jelas.



“Hmmm……”



Lalu, setelah melihat ekspresinya untuk sesaat, Tatsuo bergumam pada dirinya sendiri.



“……Apa ini soal gadis yang kau sukai?”



“——Pffftt.”



Mendengar apa yang dia katakan, Shinji mulai terbatuk tanpa sengaja. Akibatnya, dia mengejutkan teman-teman sekelasnya yang menatapnya dengan penasaran.



“K-Kau…… kenapa kau mengatakan sesuatu yang aneh secara tiba-tiba?”



“Eh, benarkah? Sepertinya intuisiku memang akurat.”



“…………”



Menghadapi tuduhan Tatsuo, wajah Shinji memerah saat dia menghindari tatapan matanya.

……Memalukan, itu memang permasalahannya. Wajah Mio terus berkelip di pikirannya sejak dia mengajaknya kencan kemarin, membuat semua yang ada di pikirannya bercampur aduk tanpa arah.



“Hihihi——”



“Apa yang kau bicarakan?”



“Kami juga ingin bergabung!”



Sepertinya tiga teman perempuan menguping pembicaraan mereka dengan penuh minat saat mereka mendekat. Mereka bertiga adalah teman dekat di kelasnya Shinji, Ako, Mako, dan Miko.



“A-Ada apa dengan kalian, tidak ini bukan hal yang istimewa.”



“Jangan berkata begitu. Beritahu kami, dan kami akan mendengarkanmu, tuan~”



“Aku tidak menyangka musim semi akhirnya mendatangi Takamiya-kun yang tidak berdosa——”



“Sekarang, gadis ini orangnya seperti apa? Ayo bicarakan saja.”



“K-Kalian……”

Kemudian.



“——Shin.”



Saat Shinji dikelilingi mereka bertiga, tiba-tiba dia mendengar suara yang familiar datang dari pintu masuk kelas.



“Huh——”



Sambil melihat ke sana, mata Shinji menatapnya dengan kosong.



Tidak, bukan Shinji saja. Semua murid menatap gadis muda itu dengan tatapan takjub.



Tapi itu sudah bisa diduga. Bagaimanapun juga, ada seorang gadis cantik yang berdiri di sana.



“M-Mio……?”



Saat ekspresi Shinji ditandai dengan kebingungan, dia memanggil nama gadis itu.



Lalu, Mio membalasnya dengan senyuman. Dia belum sadar atau tidak peduli saat menjadi pusat perhatian, ketika dia berjalan dengan tegas menuju ke arah Shinji dengan langkah yang cepat.

“Ke-Kenapa kau di sini……”



“Ini, kau meninggalkan ini.”



Saat Shinji bertanya dengan keringat sebesar manik-manik yang menetes di lehernya, Mio mengambil kotak makan siang dari tasnya dan menaruhnya di meja.



“Ah……”



Melihat hal itu, dia mencari ke dalam tasnya…… saat dia berangkat hari ini, pikirannya terus terfokus pada Mio sampai-sampai dia lupa menaruh makan siang di tasnya.



“Terima kasih…… itu sangat membantu.”



“Hehe…… berguna untuk Shin.”



Mio tertawa ceria sebelum melambai padanya.



“Jadi, aku akan kembali.”



“A-ah.”



Saat Shinji berjuang memberikan balasan, Mio memberikan sedikit anggukan saat berjalan kembali.



Namun, di saat itu, seakan mengingat sesuatu, dia berbalik sebelum berkata.



“——Aku menantikan kencan kita besok. Shin, apa kau menantikannya juga?”



Mio membalas dengan senyuman ceria.



“……!”



Karena itu terlalu manis, Shinji hampir menahan napasnya.



“Ah, um…… aku tahu.”



“Um, sampai jumpa, Shin.”



Saat Shinji kesulitan menemukan kata-kata untuk dibicarakan, Mio melambai lagi sebelum pergi.



“…………”



Kelas menjadi sunyi sesaat.



“……Uh.”

Seakan mengantisipasi badai yang akan datang beberapa detik kemudian, Shinji ingin menyelinap keluar sebelum ada orang yang bicara.



Tapi——sudah terlambat. Saat dia ada ditengah jalan sebelum keluar, tiba-tiba seseorang menggenggam lehernya dan memaksanya duduk.



“Hei, siapa gadis cantik barusan, Takamiya-kun!?”



“Mungkin itu pacarnya yang dirumorkan?”



“Aku belum mendengarnya!”



“Ah, sungguh cantik, Takamiya-kun.”



……Dan lain sebagainya.



Sampai walikelas datang, Shinji di kelilingi oleh seluruh teman sekelasnya.

Share Tweet Share

1 comments:

    Please wait....
    Disqus comment box is being loaded