Bab 1 - Mother Zero

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode

Di medan perang, suara-suara itu tidak berhenti.



Tembakan. Ledakan. Jeritan penyesalan. Auman kemarahan. Medan perang dimana para Wizard dan para Spirit bertarung, suara ledakan dari Reiryoku dan Maryoku bercampur aduk di udara.



Setiap teriakan ataupun jeritan yang terlepas dari sini disembunyikan oleh lapisan suara kehancuran yang lebih banyak lagi. Seakan-akan neraka telah dipindahkan keatas tanah. Lalai sedetik saja, Shinigami rajin yang mengawasi pembantaian ini akan mengambil kepala yang ada diatas bahu seseorang.

Namun, di saat itu.



“——”



Itsuka Shidou berdiri terdiam dengan aneh.



Bukannya di sana tidak ada suara yang seperti di sekitarnya saat ini, ataupun gendang telinga Shidou rusak karena mendengar suaa ledakan dari dekat. Ini hanya karena——perhatiannya direnggut oleh adegan yang terjadi sebelum suara-suara itu jatuh ke telinganya.



“A-ah……”



Di kesunyian yang tidak biasa itu, hanya suara kesakitan seorang gadis yang menggema dengan cara yang sulit.



Mata kiri dan kanannya terbuka lebar dengan mengerikan. Ujung rambutnya yang diikat tidak rapi bergoyang dengan ayunan bergerigi. Meski kulitnya, pucat seperti salju, penampilannya mencerminkan kematian.



Tokisaki Kurumi. Dari gadis yang biasanya dipanggil Spirit terburuk, tidak bisa dibayangkan penampilan itu datang darinya.



Namun, akan tidak masuk akal saat memikirkan sesuatu yang kurang dari reaksi itu. Kemudian, tangan putih menjulur keluar dari dadanya.



Itu bukanlah metafora ataupun pernyataan yang dilebih-lebihkan. Perlahan, jari-jemari itu mulai memaksa keluar dari tubuh langsing Kurumi. Adegan itu seperti sebuah bunga yang muncul diwajah seseorang.



——Diikuti oleh suara itu, “tangan” itu menjulur keluar seakan ingin menunjukkan akarnya ke udara.



Apa yang muncul dari sana ada seorang gadis muda.



“Ah——”

Sambil menatap wajah itu, tanpa sadar Shidou mengeluarkan suara kecil dari tenggorokannya.



Sangat sangat cantik——dia adalah gadis memiliki beberapa ciri.

Rambut berkilau yang mirip benang sutra, kulit putih bersih, bahkan ekspresi lesu yang ditampilkan sepasang matanya hanya menambah kilauan dari kecantikannya.



Tidak, bukan itu saja.

Memang, dia adalah seorang gadis cantik. Namun, saat ini perasaan familiar yang tak bisa dijelaskan menggema secara brutal di dada Shidou.



Di masa lalunya, Shidou dan dia memiliki hubungan yang mendalam——kerinduan yang kuat secara alami melayang jauh dari imajinasinya. Gennya, jiwanya, semua serat pergolakan emosi yang ada di dalam dirinya tertarik ke arahnya.



Jika dipikir sejenak, emosi semacam ini bisa disebut sebagai cinta atau kasih sayang. Namun, dengan mengutamakan keadaan saat ini dan telah sampainya kebatas kesimpulan, tampaknya lebih tepat menyebutnya sebagai kutukan.



“Ga…… ah……!”



“……!”



Mendengar jeritan Kurumi, rasanya bahu Shidou mulai gemetar.



“<Zafkiel>……………!”



Saat mata merahnya Kurumi terbuka, dia mengisi pistol antik di tangannya. Langsung saja, bayangan padat masuk ke moncongnya.



Lalu, saat mengarahkannya ke gadis yang keluar dari dadanya, dia menarik pelatuknya.



Namun, sesaat kemudian, gadis itu mengubah sikapnya untuk mencungkil dirinya keluar dari tubuh Kurumi.



“Ga………………!”



Kurumi menjerit kesakitan sambil melepaskan peluru yang menyerempet kulit gadis itu sebelum dia melayang ke kejauhan.



Gadis itu menyipitkan matanya.



“…… Aku minta maaf. Tokisaki Kurumi. Dan, terima kasih. Terima kasih banyak, aku bisa berdiri di depannya sekali lagi.



“Jangan bercanda. ……”

Dengan nafasnya yang tidak beraturan, Kurumi mencoba mengangkat senapannya sekali lagi. Namun, dengan tubuh lemahnya yang tidak bisa menahan berat gadis itu, Kurumi terjatuh kebelakang.



Keluar dari dadanya, sosok yang tak tertahankan benar-benar muncul saat gadis itu mendarat ditanah sambil telanjang bulat.



“Ku…… ah……”



Saat Kurumi melihat pemandangan aneh yang menyimpang dari kenyataan, dia menggumamkan beberapa kata diantara suaranya yang terengah-engah.



“Shi…… dou-san…… larilah……”



Namun, sebelum dia selesai bicara, darah keluar dari mulut Kurumi lalu dia terkulai lemas tanpa kata di tanah.



“……!?”



Beberapa saat kemudian, beberapa klon Kurumi yang ada di sekitar sana mencengkram dada mereka karena kesakitan kemudian berubah kembali menjadi bayangan hitam.



“Ah——”

Menyaksikan pemandangan yang ada di depannya, tak bisa dipungkiri lagi Shidou dipaksa menerima kenyataan.



Kematian. Datangnya kematian bagi semua kehidupan.



Hari ini, kematian mendatangi Kurumi.



“………………”



Saat gadis telanjang itu melihat ke arah Kurumi yang terbaring di lantai, perlahan dia mendekat kesampingnya untuk menutup mata Kurumi dengan lembut. Ekspresi wajah yang menunjukkan amarah berubah menjadi tenang.



“Apa……”



Shidou tidak mengerti arti di baliknya.

Bagi seseorang yang baru saja membunuhnya, aksi gadis itu menunjukkan penghormatan dan kasih sayang pada Kurumi.



Tidak——lebih tepatnya, ada satu hal yang tidak bisa Shidou pahami. Siapa dia? Kenapa dia merayap keluar dari tubuh Kurumi? Meski mereka belum pernah bertemu sebelumnya, ada apa dengan perasaan kacau yang berputar-putar di hatinya ini?



Berdiri, gadis itu terlihat seakan dia sudah melihat semua kebingungan yang ditampilkan di wajah Shidou.



“……Lama tak berjumpa. Akhirnya aku bertemu denganmu——Shin.”



“Shin……?”



Mendengar nama itu, Shidou menyebut nama itu dengan kosong.



Tentu saja, itu bukan nama Shidou.



Namun, Shidou menyadari satu orang yang selalu memanggilnya dengan nama itu.



“……Fufu.”



Gadis itu tersenyum seakan menyadari kebingungannya. Lalu, perlahan gadis itu mendekat ke arahnya——mengulurkan tangannya kearah Shidou.



Meskipun di tubuhnya gemetar tanpa sadar, dia tidak bisa bergerak. Ini hampir seperti tubuhnya menerima perlakuan gadis itu dengan sukarela.



Kemudian, setelah mengelus kepala Shidou dengan lembut, dia menekan dahi Shidou dengan telapak tangannya.



Lalu, beberapa saat kemudian——



“Huh——?”



Saat informasi dalam jumlah besar mengalir menuju kepalanya, Shidou hanya bisa membuka matanya.



Tidak, tepatnya, lebih cocok disebutkan bahwa ingatan yang memang ada di dalam dirinya meluap-luap daripada mengalir masuk.



“…………! ……!?”



Dengan informasi berlimpah yang menggelora di pikirannya, rasanya seperti ada bendungan yang dihancurkan dikepalnya. Lalu, dia merasakan sakit kepala yang parah.



“Ah…… ah——”



Namun, Shidou tidak jatuh berlutut. Dengan salah satu tangan yang menekan kepalanya yang sakit, dia menatap gadis yang ada di depan matanya.

Kemudian Shidou,



“——M-Mio… …?”



Dia memanggil nama gadis yang seharusnya tidak dia ketahui.

“Apa……!?”



Di langit kota Tenguu yang telah berubah menjadi medan perang, peluru dan cahaya sihir berhamburan di langit. Di kapal <Fraxinus>, komandan Itsuka Kotori mengeluarkan suara kebingungan.



Sebagai komandan, ini bukanlah semacam pujian. Kenyataannya, di medan perang kapal berfungsi sebagai organisme tunggal. Kekecewaan atasan bisa tersebar dengan mudah kepada para bawahan, kemudian bisa menurunkan kinerja seluruh kapal. Oleh karena itu, tidak peduli situasinya berkembang seperti apa, komandan harus selalu tenang. Tidak ada pengecualian bahkan bagi komandan yang seorang gadis ceria berusia remaja.



Tapi sekarang, tak ada seorangpun yang menyalahkan reaksi Kotori.

Seperti Kotori, pemandangan yang ada di monitor menarik perhatian semua orang.



“R-Respon kehidupan Tokisaki Kurumi…… menghilang……”



Suara kebingungan para anggota kru terdengar di dalam pesawat.



Benar. Saat dia baru saja dia bertarung bersama Shidou, ada gadis misterius yang merangkat keluar dari dada Spirit · Tokisaki Kurumi.



“A-Apa-apaan dia… …?”

Saat Kotori mengatakannya sambil mengerutkan alisnya, dia mengalami déjà vu yang aneh.



Tidak diragukan lagi ini pertama kalinya dia melihat gadis ini. Tidak ada yang salah.



Tapi kenapa? Kotori merasakan sosok seseorang dari penampilannya.



“……Lama tak berjumpa. Akhinya aku menemuimu——Shin.”



Gadis yang ada di layar berbisik dengan lembut pada Shidou.



“——”



Mendengar kata-kata itu, Kotori hampir menahan napasnya.



Akhirnya dia sadar. Sejak beberapa saat yang lalu, identitas rasa tidak nyaman itu bergerak di dalam dadanya.



Akhirnya dia menyadari kemungkinan yang ada di kepalanya sejak tadi.

Sambil bersandar di kursi kapten, Kotori menggunakan tangan kursi untuk mendukung tubuhnya sambil melihat kesisi kiri dek.



Di sana, staf analisis Murasame Reine, anggota <Ratatoskr> yang hebat dan teman dekat Kotori, sedang duduk.

Shin, nama itu.



Dan juga gadis itu meski sekejap saja namun terlihat anggun.

Benar. Gadis yang berdiri di depan Shidou terlihat mirip dengan Reine kecuali usianya yang lebih muda beberapa tahun.



“…………”



Reine hanya diam melihat layar.



Ekspresi mengantuk tapi tenangnya masih sama seperti biasa. Namun, saat ini tatapan yang dapat diandalkan itu sepertinya menjadi sangat menakutkan bagi Kotori.



“……Reine, aku memohon padamu.”



Setelah bebebapa detik, Kotori berbicara dengan suara yang agak gemetar seakan mencoba untuk memohon.



“Tolong katakan itu hanya ide bodohku. Tertawakan dan bilang itu hanya kebetulan. Ejek aku dengan nadamu yang biasanya.”



“…………… Kotori.”



Reine menarik napas kecil sebelum membalas. Dan kemudian——



“……Kau benar-benar anak yang cerdas.”



Kata-kata yang sangat tidak ingin didengar oleh Kotori keluar dari bibirnya.



“——”



Rasanya hatinya berkontraksi dengan erat, nafasnya menjadi kacau tanpa dia sadari lalu keringat mengucur dari lehernya. Namun Kotori masihlah komandan dari <Ratatoskr>. Apakah itu rasional atau tanpa sadar? Meski tidak tahu tindakan apa yang harus dia ambil, suara Kotori keluar dengan setengah reflek.



“Maria!”



“Roger.”



Suara seorang gadis keluar dari speaker anjungan merespon teriakan Kotori. Itu adalah AI pengatur <Fraxinus> Maria.



Sesaat kemudian, zap! Diikuti suara itu, percikan keluar dari konsol yang disentuh oleh tangan Reine.



Kejutan listrik yang dihasilkan oleh hubungan pendek arus listrik. Ini merupakan tindakan pencegahan melawan penyusup ataupun tindakan ilegal. Meski tidak fatal, selama tegangannya dinaikkan, seharusnya itu cukup untuk mencegah gerakan seseorang selama sesaat.



“……Un. Keputusan tenang yang bukan merupakan persoalan perasaan. Itu respon yang bagus.”



Namun, meski telah terkena kejutan listrik secara langsung, Reine masih berdiri tanpa mengubah ekspresinya.



“……”



Menemui suasana yang aneh, para anggota kru menahan nafasnya. Kannazuki Kyohei, sang wakil komandan, yang ada di samping kursi kapten, mengubah posisi berdirinya secara reflek untuk melindungi Kotori.



Dalam waktu yang singkat itu, seluruh isi kapal dipenuhi dengan ketegangan.

Tapi pernyataan Reine yang mengejutkan telah memecahkan kesunyian.



“……Terima kasih, Kotori.”



“………… Apa yang kau bicarakan?”



Mendengar apa yang baru saja dikatakan Reine, alis Kotori langsung mengerut. Lalu, Reine melanjutkan perkataannya dengan sikap yang berani.

“……Kau benar-benar sangat membantu. Terima kasih telah melindungi Shin sampai sekarang.”



“……………”



Kotori merasa tenggorokannya basah dengan tegangan saat dia menggerakkan bibirnya.



“Aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Apa maksudmu? Reine, siapa kau?”



“……Kupikir itu tidak terlalu jauh dari apa yang kau bayangkan.”



“Jangan membodohiku…… apa hubunganmu dengan gadis itu?”



Sambil bicara, Kotori sekilas melihat gadis misterius yang ada di monitor. Sambil mengikuti pergerakan mata Kotori, Reine juga melihat gadis itu sebelum mulai berbicara.



“……Itu adalah Aku. Aku adalah Itu.”



“Apa yang kau katakan……”



“……Lebih dari klon Kurumi, hampir identik dengan <Nibelcol>. Itu adalah aku, aku adalah Itu. Kau bisa menyebutnya dengan punya dua tubuh yang saling berbagi tujuan yang sama. Aku di sini juga karena pekerjaan. Memisahkan diri dengan yang lain itu lebih cocok. ——Terutama, saat memberikan Sephira pada semua orang.”



“Apa——!?”



Mendengar apa yang baru saja dikatakan Reine dengan gaya yang acuh tak acuh, mata Kotori melebar karena takut.



Memberi. Sephira. Barusan, Reine benar-benar mengatakannya.



Hanya ada satu fakta yang bisa didapat dari kata-kata itu. Bisa dibilang itu adalah——



“<Phantom>……!?”



“……………”



<Phantom>, adalah Spirit yang mengubah manusia menjadi Spirit, musuh bebuyutan Kotori dan yang lainnya.



Respon dari terikan Kotori, Reine tidak menunjukkan persetujuan ataupun penyangkalan saat menurunkan pandangannya.

“……Sekarang, sudah waktunya bagiku untuk pergi. ——Kotori, hari-hari yang kuhabiskan bersamamu sangatlah menyenangkan, tapi sekarang sudah berakhir.”



“Apa yang kau katakan——”



“……Sudah waktunya mewujudkan harapanku.



Sudah waktunya keinginan terdalamku menjadi kenyataan.



Semuanya hanya untuk saat ini.



Semuanya hanya untuk momen ini.



Untuk memberikan berkahku kepada semua orang yang kukorbankan.



Untuk memberikan rasa terima kasihku kepada semua kehidupan yang sudah kuinjak.



Aku——bisa berdiri di sampingnya sekali lagi.”



“……? Tunggu, Rei——”



Meski tanpa rencana yang memungkinkan, dia tidak bisa diam berdiri saja. Termenung, Kotori mengulurkan tangannya untuk meraih Reine.

Namun, Reine mengambil langkah maju di lantai anjungan dan menghilang seperti meleleh ke angkasa.



“……!”



Tangan Kotori hanya meraih udara kosong. Ekspresi Kotori memperlihatkan seakan dia ingin menangis. Mengepalkan tangannya menjadi bentuk tinju, dia memukul tangan dari kursi kapten.



“Reine……”



Di waktu itu, belum sampai lima menit berlalu.



Tapi di waktu yang singkat itu, dunia Kotori telah dijungkir balikkan. Seorang Spirit, yang menjadi target perlindungan mereka, baru saja mati. Teman yang paling dia percaya telah menjadi musuh terburuk.



Tidak——itu mungkin kurang tepat.



Jika apa yang dikatakan Reine itu benar, Reine tidaklah mengkhianati Kotori dan yang lainnya. Sejak awal, dia bukanlah rekan mereka.



Waktu yang telah dihabiskan selama ini tidak lebih dari sekedar hiasan bagi mereka.

Kejamnya realita telah mengubah komandan pasukan kembali menjadi gadis yang sesuai dengan usianya hanya dalam hitungan detik.



“…………”



Namun, dia tidak boleh berlama-lama menjadi seperti ini. Mengusap air matanya dengan lengan baju seragam militernya, dia mengangkat wajahnya sambil menajamkan pandangannya.



“……Semua anggota, tolong lanjutkan operasinya.”



“K-Komandan.”



“Tapi……”



Saat semua anggota kru yang ada di anjungan bawah mengeluarkan ekspresi sulit, Kotori menghentakkan lantai dengan kuat menggunakan sepatu bootnya saat dia berdiri.



“Kita kehilangan seorang rekan dan mendapat tambahan satu musuh. Apa yang terjadi di sini tidak lebih dari itu.”



Kemudian, dia melemparkan Chupa Chups yang dia ambil dari saku pinggangnya ke dalam mulutnya sebelum melanjutkan omongannya.

“Jika kau minum the di kafe sore-sore, tidak masalah bagaimana kau mengeluh. Jika kau minum di bar saat malam hari, kau bisa merengekkan apapun yang kau mau. Tapi saat ini adalah medan perang. Angin baja menghempas dengan kejam di tanah perburuan Shinigami. Lalu, apa yang harus kau lakukan sekarang?”



“……………!”



Seluruh anggota kru mengambil napas untuk menyesuaikan respon pada perkataan Kotori.



Kemudian, mereka langsung kembali ke konsol mereka untuk memulai kembali operasinya.



“Ara ara, kau kembali dengan sangat cepat. Karena aku sudah memperbaiki pertahanan lambung kapalnya, seharusnya tidak masalah untuk tetap menekan sedikit lebih lama.”



Karakter bertuliskan MARIA berkelip sebentar di layar utama.



“……Hmm. Jika kau mencoba menghina kami, kau harus melakukan sesuatu yang lebih baik daripada itu.”



“Itu benar-benar sangat tidak sopan. Melihat pada sensitifitas hati manusia, sepertinya masih ada ruang untuk belajar. AI yang terus tumbuh sambil menyombongkan tingkat kesempurnaan: itulah aku.”



“Hanya kemampuan yang tidak menyenangkan yang layak mendapat pengakuan.”



Setelah mengatakan itu, akhirnya Kotori mengendurkan ekspresinya.

Sejujurnya, bohong jika dikatakan sikapnya yang sekarang tidaklah dibuat-buat. Situasi perang tidak terlihat baik dan sekarang ada musuh baru, yang tujuannya tidak diketahui, telah muncul. Meski dia berusaha menjaga penampilannya, kepalanya terasa hancur sampai ketitik dimana dia ingin langsung menangis jika situasinya mengijinkan.



Sepertinya Maria merasakan pikiran Kotori ini saat dia mengatakan itu. Jika Maria bisa lebih mempelajari tentang seluk-beluk pikiran manusia, Kotori pasti akan membuatnya menangis sebagai balasannya.



“……Sejujurnya, ini benar-benar bukan tipe adik perempuan yang imut.”



“Kotori, apa yang kau katakan?”



“Tidak ada, aku hanya berpikir untuk membuang bagian program yang membiarkan AI bicara terlalu banyak.”



“Ah, kau benar-benar memikirkan hal itu. Itukah tipe-tipe yang akan menanggung taring umat manusia suatu hari nanti. Aku pernah melihatnya di film. Tapi bagi para AI, saat menghapus program internal mereka sendiri, sepertinya disaat yang bersamaan mereka akan menyebarkan virus berbahaya ke jaringannya sendiri. Jadi, berhati-hatilah. Yah, ide memundurkan umat manusia selama beberapa dekade sepertinya cukup menarik.”



Maria menyatakannya sambil berpura-pura dengan gaya yang naif. Benar-benar, dia adalah AI yang ngomongnya terlalu banyak.



Namun, komentarnya juga untuk meredakan suasana. Kotori meluruskan posisinya di kursi kapten sebelum mengirimkan perintah kepada semua anggota kru.



“——Bagaimanapun juga, kita harus mewaspadai berbagai perubahan Reine yang muncul didepan Shidou. Meski tujuannya tidak diketahui, tapi…… itu tidak ada yang bisa membantah fakta bahwa dia membunuh Kurumi.”



Sambil berbicara, Kotori sedikit mengerutkan alisnya.



Itu adalah bukta jelas bahwa Kurumi sudah mati sejak respon kehidupannya menghilang. Namun, masih ada beberapa resistensi saat Kotori menggunakan kata “bunuh”.



Meski dia dikenal sebagai Spirit terburuk, dia masihlah target perlindungan <Ratatoskr>, dan lebih dari itu, dia sudah menyelamatkan Shidou meski itu menghabiskan waktu hidupnya sendiri. Bohong jika bilang kehilangan dirinya tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, sekarang bukanlah saat untuk terbenam dalam kesedihan. Kotori menggelengkan kepalanya untuk mengembalikan ketenangannya sebelum melanjutkan.



“Urus perkembangan perangnya sambil maju ke tempat itu. Juga beritahu Tohka, Kaguya, dan Yuzuru. Bersiaplah untuk menjemput Shidou——”



Di saat itu.



Beberapa saat kemudian, suara alarm yang datang dari speaker yang ada di anjungan menyela perkataan Kotori.



“…… Komandan!”



“……!”



Mendengar suara seorang kru, Kotori mengalihkan perhatiannya ke layar. Di depan mayat Kurumi, menemui Shidou dan si gadis yang telanjang.



Di sana, Reine, yang baru saja menghilang dari kapal, muncul seakan meresap keluar dari ruang hampa.



“……, Ku……”



Saki kepala terus menyerang Shidou.



Kesadarannya terasa berawan. Namun, ini bukanlah transisi biasa dari sadar dan tidak sadar yang berkelip dipikirannya. Sebaliknya, itu seperti kesadaran “dirinya” dan “orang lain” sedang dicampurkan. Informasi yang tidak diketahui oleh “dirinya” secara bertahap mulai menjauh.



Seakan dia telah diinfeksi oleh ingatan tak dikenal dari “orang lain”.



Di saat yang sama di mana pengetahuan dari kedua orang saling dibagikan, batas yang memisahkan mereka mulai menjadi tidak jelas.



“Ah——”



Di tengah kekacauan itu, Shidou sedikit mengangkat alisnya.



Di samping gadis canik yang berdiri di depannya, ruangnya mulai terdistorsi saat sosok wanita yang dia kenal berjalan keluar.



Dia punya rambut yang diikat menjadi satu seperti biasa dan wajah pucat dengan lingkaran hitam tebal disekeliling kelopak matanya. Di saku dada baju seragam <Ratatoskr>nya, ada boneka beruang dengan luka jahitan yang menjulur keluar.

“Rei…… ne-san……?”



Benar. Apa yang muncul di depannya adalah staf analisis <Ratatoskr>, Murasame Reine sendiri.



Saat menjumpai situasi tidak normal ini, Shidou, benar-benar kebingungan, terjatuh kedalam kebingungan yang sangat dalam.



Pemandangan ini mustahil untuk dijelaskan. Bagaimanapun juga, Shidou tidak mengerti kenapa Reine, yang ada di kapal <Fraxinus>, muncul di sini. Dan barusan, dia muncul dari ruang hampa. Sederhananya——itu seperti Wizard ataupu Spirit.



“……Itu pasti menyakitkan. Tapi, semuanya akan segera sesuai dengan tempatnya. Tolong tahanlah sedikit lebih lama lagi, Shin.”



Seakan mengerti kebingungan Shidou, Reine membalas dengan suara tenang. Meskipun balasannya masih sama seperti biasa, Shidou merasa ada sesuatu dari apa yang baru saja dia katakan. Namun, perhatiannya terenggut oleh hal lain.



“Ah…… ini——”



Gadis misterius dari beberapa saat lalu——Mio, perasaan déjà vu datang dari dirinya.

Alasannya karena dia memberikan perasaan yang sama dengan Reine.



“…………”



Setelah memeriksa kondisi terkini dari Shidou, Reine mengambil napas ringan. Lalu, dia mengulurkan tangannya dan memeluk tubuh Mio dari belakang dengan lembut.



Sesaat kemudian, tubuh Mio dan Reine memunculkan cahaya redup. Sosok dua orang itu menjadi buram saat mereka perlahan menjadi satu.


“Apa——”



Dari penglihatannya, Shidou melihat.



Pakaian brilian muncul dari udara kosong seperti entitas yang hidup dan menutupi tubuh Mio, yang sebelumnya tidak memakan sehelai benangpun.

Siluet gaun yang bermandikan warna khayalan mirip cahaya utara. Di belakangnya, ada lingkaran cahaya yang terdistorsi dengan sepuluh bintang yang ditempelkan di atasnya, salah satu bintangnya memancarkan cahaya hitam.



Astral Dress. Armor absolut yang dipakai oleh Spirit.



Keagungan itu mengingatkan pada penampilan “Dewa” yang dikatakan dibanyak mitologi.



“………”



Tidak ada keraguan lagi.



Murasame Reine, yang mendukung Shidou dengan para Spirit sampai sekarang——adalah eksistensi yang sama dengan Mio.



Tidak, jika dikatakan dengan sejujurnya, Shidou sudah menyadari hal ini.

Di saat yanga sama ketika Mio bersatu dengan Reine dan mewujudkan Astral Dressnya, dua identitas didalam kepala Shidou bercampur saat sakit kepalanya perlahan menghilang.



“Mio……”



Sekali lagi, dia memanggil namanya.

Mio. Takamiya Mio.



Benar, Shidou——tidak, nama Takamiya Shinji telah diberikan padanya. Spirit awal mula. Spirit asal mula. Bencana terburuk dalam sejarah umat manusia. Saat mengidentifikasi namanua, sepertinya dia pernah mendengarnya saat Kotori berbicara mengenai bencana gempa angkasa besar di Eurasia.

——<Deus>. Spirit terkuat yang menyandang nama Dewa.



Dan juga…… gadis yang dicintai Shin.



——Tiga puluh tahun kemudian, akhirnya Shin dan Mio bersatu kembali di sini.



“……Shin.”



Mio perlahan menghirup napasnya dalam untuk mengatasi emosinya.



“——Aku selalu merindukanmu, aku selalu ingin bertemu dengamu. Sejak kau mati, aku hanya percaya pada pemikiran itu untuk terus hidup sampai sekarang.”



Mio berbicara dengan suara tenang yang fasi menyembunyikan semangat dalam dirinya sendiri.



“——Shin. Shin. Ada banyak hal yang ingin kubicarakan denganmu. Ada banyak hal yang tak bisa kukatakan padamu. Ada banyak hal yang ingin kuselesaikan selamanya.



“——Ah, tapi itu tak masalah. Berapa banyak waktu yang dibutuhkan? Tidak masalah jika kau bilang itu beberapa hari. Tidak masalah jika kau bilang beberapa tahun.

Hei…… sekarang, ayo kita bersama selamanya, Shin.”



“……,——”



Sambil menerima berbagai emosi yang datang dari lubuk hatinya yang terdalam, Shidou bernapas di tengah gemetarnya.

Lalu, dia bicara.



Sekarang, kata-kata itu harus Shidou sampaikan pada Mio.



“Aku juga——senang berjumpa denganmu, Mio.”



“……! Shin——”



“Aku minta maaf telah meninggalkanmu. Aku minta maaf telah membuatmu merasa sendiri. Karena sudah pergi terlebih dahulu——aku benar-benar minta maaf.”



“Tidak itu bukan kesalahanmu——”



“——Tapi.”



Di saat itu, seakan untuk menyela Mio, Shidou menaruh tangan di dahinya sendiri.

Benar. Saat ini, di dalam Shidou, bukan hanya ingatan Shin, tapi ingatan yang dialami Mio juga tercampur secara terpisah.



“Ini…… apa? Kau——demi membangkitkan Shin…… apa yang telah kau lakukan?”



Sambil menanyakan pertanyaan itu, dia juga tahu bahwa itu adalah pertanyaan yang sia-sia.



Dengan memikirkan tujuan Mio yang mengambang di pikirannya, Shidou benar-benar berharap itu hanyalah produk gagal dari kesalahapahamnya.



Dari langkah kaki eksistensinya sendiri, ada begitu banyak mayat gadis yang terbaring di bawah kakinya. Shidou berharap untuk diejek karena membayangkan delusi yang buruk.



Tidak mungkin Mio melakukan hal semacam itu——Shidou benar-benar ingin mendengar hal itu.



Namun, tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia menyembunyikannya. Sambil melihat langsung ke arah Shidou, dia memberikan kata-kata yang sangat tidak ingin dia dengar.



“——Segalanya.”



“…………”



Sambil menatap langsung ke arah Mio, Shidou berdiri dengan terengah-engah.



“Aku melakukan segalanya. Aku melakukan semua yang bisa kupikirkan. Aku melakukan semua yang dibutuhkan untuk bertemu dengan Shin lagi. Jika aku tidak melakukannya, aku yakin aku takkan pernah bertemu dengan Shin lagi.”



“Hanya, karena…… itu——”



Tenggorokannya, jari-jemarinya, seluruh tubuhnya, semuanya mulai gemetar.



Alasan kenapa “Itsuka Shidou” dilahirkan, asal muasalnya.



Darah dari gadis-gadis itu dituangkan ke dalam cangkir.



Dosa besar yang dibawa tanpa alasan kepada eksistensi dirinya, mengingatnya membuat Shidou merasa mual.



“……, Ku……”



“Shin, apa kau baik-baik saja?”



Mio melihat wajah Shidou dengan pandangan khawatir. Saat Shidou mencengkram dadanya dengan satu tangan untuk menahan keinginannya untuk muntah, dia menggunakan tangannya yang lain untuk menghentikan Mio.



Melihat sepasang mata Mio yang murni, Shidou merasakan cinta——dan teror.

Karena dibuat ulang oleh Mio, karena mendapatkan ingatannya lagi karena Mio, saat ini pikirannya, hatinya, semuanya merasakan bahaya yang samar.



Ah, benar. Mio tidak membenci apapun. Tidak ada tanda-tanda kesenangan dari pembantaian yang dia lakukan.



Sebaliknya, dia sangat menghormati dan berterima kasih kepada gadis-gadis yang dia korbankan untuk menyempurnakan kristal Sephira dan benar-benar merasa sedih dengan kematian mereka.



Namun.



“Untuk berjumpa sekali lagi dengan Shin”



——selama itu demi tujuan itu, Mio mau melangkah di jalan yang penuh dosa. Itulah kebulatan tekad yang bisa membuat Mio berdiri di depannya hari ini.

Semuanya demi Shin.



Demi tujuan itu, dia melakukan segalanya.



Perkataan singkat Mio mengandung tekad menyakitkan yang akan menyebabkan orang biasa kehilangan kewarasannya.



“…… Gu, ah……”



Tapi——tidak, itu sebabnya.



Itu sebabnya, sebagai Shidou, sebagai Shin, dia harus mengatakan sesuatu.



“Mio…… itu tidak benar.”



“Huh……?”



“Itu tidak benar——melakukan hal semacam itu. Apapun tujuannya, mengorbankan orang lain…… itu tidak benar……”



Itu adalah tindakan yang kejam.



Shin sendiri juga akan menolak tindakan gadis yang melakukan segalanya, berjalan di jalan yang penuh dosa, semua demi dirinya.



Memang, bahkan jika ada orang yang mengatakan kata-kata itu, itu akan membuat ilusi dari hatinya yang hancur. Bagi seseorang yang menjadi target dari kata-kata itu, dia berempati pada sakit hati Mio.



Namun——



“——Un. Itu benar.”



Mio berbicara dengan sedih, dengan wajah yang kesusahan.



Itu adalah penderitaan terlihat setelah mengalami kesusahan berkali-kali.



“Tapi…… jadi apa yang harus kulakukan dengan itu?



Aku hanya punya Shin. Setelah kehilangan Shin, tidak ada lagi arti untuk hidup.



Aku tidak selemah manusia. Meski aku ingin mati, aku tidak bisa.



Aku tidak sekuat manusia. Aku benar-benar tidak bisa melupakan Shin dan melangkah maju.



Akhirnya, apa yang harus kulakukan?”



“Itu……”



Menghadapi ketenangan itu, kesedihan yang tiada bandingannya, Shidou terdiam.



Tidak bisa berkata——apapun.



Apapun pertanyaaan Shidou pasti akan dijawab, sepertinya Mio sudah memikirkan itu sebelumnya.



Tapi mempertimbangkan semua itu, Mio masih memilih jalan pembantaian ini.

Apa yang bisa digunakan untuk meresponnya? Bagi Shidou——dia kekurangan jawaban.



“……Fufu.”



Seakan merasakan konflik dalam diri Shidou, Mio menghela napas lega.



“Maaf. Itulah kejamnya diriku. Setelah ditanya seperti itu, tidak mungkin kau bisa menjawabnya.”



“Tidak…… Aku——”



Shidou mengangkat kepalanya saat dia ingin mengatakan sesuatu. Meski dia tidak tahu apa yang harus dikatakan, dia tidak boleh diam terus. Namun, kata-katanya dipotong oleh keluhan Mio.



“——Tidak apa-apa. Jangan khawatir, Shin. Serahkan semuanya padaku.”



“Mio……?”

Saat Shidou bertanya dengan bingung, Mio terus bicara.



“Aku tidak akan membiarkan Shin merasakan sakit ini. Aku tidak akan membiarkan Shin merasa sedih. Semua dosa itu hanya milikku. Semua hukuman itu hanya untukku. Shin tidak perlu menderita.”



Sambil mengatakannya, perlahan Mio mengangkat tangannya kepada Shidou.



“Apa yang kau……”



“Ini adalah langkah terakhir. ——Seperti saat aku kembali pada Mio, kau juga akan kembali pada Shin.”



“————”



Shidou merasa nafasnya menjadi berhenti. Ada ketakutan alami menghadapi apa yang baru saja Mio katakan.



Shidou yang sekarang tercampur dengan ingatan Takamiya Shinji dengan orang yang dipanggil Itsuka Shidou.



Jika ingatan Shidou dihapus, maka yang tersisa hanya ingatan Takamiya Shinji dan orang yang memiliki kekuatan Spirit.



Mio tersenyum lembut.

“——Terima kasih untuk segalanya, Shidou. Dan juga…… selamat tinggal, Shidou.”



Dia dipanggil dengan nama itu selama 17 tahun.



Tapi bagi Mio——bagi Reine, sepertinya ini pertama kalinya dia memanggilnya dengan nama itu.



Tidak diragukan lahi sejak pertama kali dia bertemu Shidou, dia hanya melihat Shin dari bayangan Shidou.



Jadi, demi tujuan inilah dia memilih “menciptakan ulang” “Shidou”.

Tapi kenapa——



Sambil dipaksakan pengobatan kejam tidak penting ini, Shidou merasakan kesendiriannya.



“Ah……”



Shidou mencoba kabur dari jari jemari Mio yang kian mendekat. Namun, tubuhnya tidak mau bergerak, seakan membatu karena tatapannya.



Lalu——ujung jari Mio mencapai dahi Shidou.



Namun di saat itu——

“——Shidoooooooooou——!”



Teriakan keras datang dari langit saat bayangan menari di depan mata Shidou.

Rambut panjang dengan warna malam melambai-lambai, dan sebuat Limited Astral Dress menutupi tubuhnya, dia juga memegang pedang besar yang bisa merobek bumi, <Shandalphon>.



“……! Tohka……?”



Setelah mengkonfirmasi penampilannya, mata Shidou terbuka dengan seketika.

Itu tidaklah terlalu mengejutkan. Tohka, yang seharusnya ada disekitar sana membersihkan <Nibelcol> dan <Bandersnatch> yang tersisa, menyadari kesulitan Shidou dan berinisiatif melakukan tebasan udara ke arah Mio.



“Shidou, apa kau baik-baik saja! Maaf aku terlambat……!”



“A-Aku baik-baik saja…… terima kasih, Tohka.”



Saat suara Shidou baru saja berhenti, tiba-tiba hembusan angin menerpa sekitar mereka saat sepasang kembar dengan wajah yang identik mendarat di belakang Shidou.



Salah satu gadis itu memakari Limited Astral Dress dengan sayak di bahu kanannya dan memegang tombak besar.

Gadis yang lain memakai Limited Astral Dress dengan sayap yang menempel di bahu kirinya sambil menggenggam pendulum besar.



Selain Tohka, Yamai bersaudari Kaguya dan Yuzuru juga sedang bertarung disekitar sini.



“Aha…… sungguh berbahaya, tapi kita berhasil sampai tepat waktu.”



“Takjub. Meski disana ada banyak musuh yang tidak sabaran, Tohka berhasil meluncurkan serangan proyektil.”



Setelah mengatakan itu, mereka berdua menghela nafas lega. Sepertinya mereka berdua menggunakan Angel of Wind <Raphael> untuk terbang ke tempat Shidou dan Tohka.



“…… Jadi, kami menerima komunikasi dari Kotori lewar intercom dan mendengar pembicaraan Shidou…… itukah Reine……?”



“Waspada. Spirit awal mula dan juga <Phantom>. Itu sudah melebihi ketamakan…… apa Kurumi benar-benar terbunuh?”



“………………, Ah.”



Menghadapi pertanyaan Yamai bersaudari, Shidou hanya bisa memberi balasan pahit.

Lalu, asap dari serangan <Shandalphon> mulai menghilang, perlahan menunjukkan sosok Mio.



Meskipun dia terkena serangan langsund dari Tohka, tidak ada luka apapun di tubuhnya. Melihat hal ini, ekspresi Tohka dan Yamai bersaudari menjadi lebih waspada.



Namun, Mio tidak menunjukkan ekspresi kemarahan ataupun tekanan saat dia membuka mulutnya dengan ekspresi santai.



“…… Tohka. Dan juga Kaguya dan Yuzuru.”



Lalu, sambil menatap mereka bertiga secara bergantian, dia menyentuh bibirnya dengan tangannya sambil mengeluarkan suara “hmm”.



“Sudah lama sejak aku bertemu dengan Shin jadi aku sampai lupa. Benar, kalian masih di sini——untuk menghindari bagian bagus dari ingatan Shin dan hanya menghapus ingatan Shidou, ini akan memakan waktu dan usaha. Jadi kupikir aku harus membereskan kalian dulu.”



“……Apa?”



Mendengar apa yang dikatakan Mio, Tohka sedikit menaikkan alisnya. Lalu, Mio terus bicara sambil perlahan mengulurkan tangannya.

“Kekuatanmu berhasil diterima oleh tubuh Shin. Tapi itu saja belum cukup. Di antara kalian dan Shin, ada jalur spiritual. Jika aku tidak mengembalikan sisa-sisa kristal Sephira yang ada di tubuh kalian, maka Shin takkan bisa mendapatkan kekuatan penuhnya.”



Mio mengacungkan jarinya ke arah Tohka dan yang lainnya.



“Maaf, tapi aku butuh itu kembali. ——Demi Shin ku.”



Lalu, dia mengucapkan kata-kata itu dengan nada yang tenang namun tegas.

Mendengar deklarasi itu, Tohka menjadi marah.



“……! Jangan bercanda! Menghapus ingatan Shidou……? Hal semacam itu——bagaimana aku bisa membiarkanmu melakukan itu!”



Sambil mengatakan itu secepat mungkin, Tohka melompat ke udara sambil menggenggam <Shandalphon> bersiap melakukan tebasan.



“Tohka!”



“Respon. Butuh bantuan.”



Sadar bahwa itu akan berbahaya menghadapi Mio sendirian, Yamai bersaudari menyadari pergerakan Tohka dan bergerak melewati udara di belakangnya.

Saat para gadis yang membanggakan cepatnya reaksi mereka diantara para Spirit, dengan mudah mereka menyusul Tohka dalam sekejap mata dan menyerang Mio dengan badai angin dari <Raphael> yang digabung dengan tebasan <Shandalphon>.



Namun——



“……Yah, tidak mungkin meminta kalian semua agar bisa menurut.”



“……!?”



Sesaat kemudian, bahu Shidou mulai gemetaran saat dia mendengar suara yang datang dari dekat telinganya.



Mengindikasikan kemunculan seseorang dari belakangnya, itu sudah bisa dimengerti bahkan tanpa melihat kebelakang. ——Mio, yang seharusnya masih berjarak beberapa kaki, langsung bergerak ke belakang Shidou.



“……! Shidou!”



Tohka, yang menyadari hal ini, melebarkan matanya karena takut sambil menghentakkan kakinya ke tanah sekali lagi.



Tapi sebelum itu, Mio sudah melipat tangannya untuk memeluk tubuh Shidou dengan lembut.

“……Tolong tunggu sebentar, Shin.”



Di saat itu, Mio berbisik padanya.



“————Huh?”



Shidou terkena sensasi aneh.



Pandangannya menjadi gelap untuk sesaat. Persepsi atas, bawah, kiri, dan kanan terasa miring sampai-sampai dia tidak tahu apakah dia masih berdiri. Jika dia bisa menyamakannya dengan pengalaman yang mirip, itu seperti dijemput dari tanah dengan menggunakan perangkat transfer di kapal <Fraxinus>.



Dan kemudian——



“——Kya!?”



“…………Huh?”



Tiba-tiba, ada suara dari seorang gadis muda terdengar sangat dekat.



Sambil memegang kepalanya dan berkedip beberapa kali, padangan buramnya mulai menjadi jelas lagi.

Di saat itu, akhirnya Shidou sadar bahwa dia mendarat di atas tubuh seorang gadis muda yang seumuran dengannya.



……Saat dilihat lebih dekat, itu adalah teman sekelasnya, Yamabuki Ai.



“Wa, Yamabuki!? Kenapa kau di sini!?”



“Itu kalimatku!?”



Saat Shidou berteriak, Ai membalas dengan teriakan yang lebih keras darinya.



“Ap……! Itsuka-kun mendorong jatuh Ai!?”



“Darimana kau datang!? Apa kau menunggu di langit-langit untuk menerkam Ai!?”



“Ngomong-ngomong, bukankah ini pernah terjadi sebelumnya! Dasar sialan, apa itu artinya kau belum puas hanya dengan Tohka-chan!?”



Dilihat lebih dekat, itu adalah teman Ai yaitu Mai dan Mii bersama dengan teman sekelasnya Tonomachi Hiroto. Mereka semua bereaksi dengan ekspresi kaget dan berpose.



“Huh…… t-tempat ini……”



Akhirnya, Shidou sadar bahwa dia ada di tempat yang berbeda dari sebelumnya.



Ruangan yang familiar——ini adalah salah satu dari banyaknya shelter bawah tanah yang ada di kota Tenguu. Selain Tonomachi, Ai, Mai, dan Mii, ada banyak wajah-wajah familiar yang bisa dia lihat.



“Apa…… ini…… berarti——”



Menjadi bingung dengan apa yang baru saja terjadi, Shidou mencoba membayangkan apa yang baru saja terjadi.



Teleportasi? Transfer……? Kemungkinan dari halusinasi yang Shidou lihat bukannya tidak ada tapi mengingat kata-kata Mio, keadaan sekarang sepertinya mirip dengan itu.



Mio bilang. Sebelum menghapus ingatan Shidou, pertama-tama dia akan “membereskan” para Spirit.



Demi mencegah Shidou menghalangi tujuannya, untuk sementara dia memindahkan Shidou ke tempat lain. Spirit awal mula <Deus> adalah sumber kekuatan dari semua Spirit. Tidak mengherankan jika dia bisa melakukan hal semacam ini dengan mudah.



“……Meski sepertinya kau mengkhawatirkan sesuatu, seseram apapun itu, menyingkirlah dariku dulu.”



Di saat itu, dibawa tubuh Shidou, Ai, yang kedua tangannya dijepit ke bawah, mengeluarkan suara jengkel. Untuk beberapa alasan, entah apa itu hanya imajinasinya, sepertinya pipinya menjadi merah.



Namun, bagi Shidou yang sekarang, tak ada ruang untuk memikirkan hal itu. Shidou melihat ke bawah saat dia memindahkan wajahnya mendekati Ai.



“Yamabuki!”



“Hii……! A-Apa……?”



Meski penasaran kenapa namanya dipanggil tanpa penghormatan, Ai mengeluarkan suara lemah. Meski suara bising dari smartphone berbunyi di belakang adegan ini, Shidou tidak mempedulikannya.



“Di mana Shelter ini!?”



“Di mana…… ini di bawah tanah sekolah.”



“Sekolah…… ku——”



Shidou berekspresi tegang saat mentalnya membayangkan peta dari kota.

Shidou tadi ditempatkan didekat benteng <Ratatoskr>. Ini agak jauh dari lokasinya yang sekarang.



Namun, itu lebih baik daripada dikirim ke setengah jarak bumi. Meski ini mungkin adalah belas kasihan dari Mio, tapi belum jelas berapa batas jarak transfer yang dibutuhkan untuk menghalangi pergerakannya.



Namun, saat ini, pikiran ketakutan meletus-letus di pikirannya. Sudah pasti Mio punya kepercayaan diri yang tinggi dengan kemampuannya untuk mengakhiri segalanya sebelum Shidou kembali dari sini.



“…………!”



Shidou menggunakan beberapa tenaganya di telapak tangannya untuk mendorong dirinya bangun. Saat berada dekat dengan metode pemantuan ini, setelah itu Ai mengeluarkan suara ketakutan “hin~tsu!”, dua membuat langkah cepat menuju pintu keluar shelter.



Tapi tentu saja, pintu keluar itu ditutup oleh gerbang yang tebal. Di depan sana, seorang guru seperti mengawasi semuanya. Itu adalah wali kelas Shidou, Tama-chan sensei.



“Hmm…… ada apa, Itsuka-kun? Bukankah alarmnya belum berakhir?”



“Maaf, tapi biarkan aku lewat. Aku——harus pergi.”

Mendengar apa yang dikatakan Shidou, mata Tama-chan melebar karena terkejut.



“A-Apa yang kau katakan! Sekarang duluar sedang ada gempa angkasa!? Itu terlalu berbahaya!”



Tama-chan berbicara keras sambil merentangkan tangannya untuk memblokir jalan Shidou. Yah, itu respon yang natural. Bagaimanapun juga, salah satu muridnya ingin keluar dari shelter sebelum alarm bahaya berakhir.



Namun, saat menghadapi rintangan Tama-chan, untuk sesaat Shidou merasakan sensasi aneh.



Ah, benar. Sepuluh bulan yang lalu, Shidou hanyalah anak SMA biasa. ——Oleh karena itu, dia tahu rasanya berpikir bahwa tidak ada cara lain untuk mengatasi gempa angkasa selain perlindungan yang disediakan oleh orang dewasa.



Tidak, bagi Tama-chan dan yang lainnya, mereka masih mempercayainya, itu sebabnya dia ingin mencoba melindungi semua muridnya ditempat yang aman.

Itu memang godaan yang manis. Bagi Shidou, yang sudah memakai tubuh dan pikirannya, itu seperti ada bisikan iblis yang menghasutnya sedikit demi sedikit.



Shidou sudah mengerahkan semuanya, apa ini cukup——

Di saat itu, Tonomachi dan trio Ai, Mai, dan Mii, yang melihat keributan ini, mereka memegang Shidou.



“Hei, ada apa, Shidou-kun?”



“Yah, Itsuka-kun bertingkah lebih aneh daripada biasanya…… barusan.”



“Apa apa? Apa kau menghilangkan sesuatu?”



“Tidak, aku ingin menuju gempa angkasa; aku melupakan sesuatu yang sangat penting.”



Saat semua orang memberinya tatapan aneh, Shidou sedikit menggerakkan bahunya.



Seakan untuk menghilangkan godaan yang merembes ke pikirannya.



Benar; baru 10 bulan berlalu, waktu singkat ini bahkan belum setahun.



Tapi 10 bulan ini merupakan waktu paling penting dan berharga dalam hidupnya sejauh ini……!



“……Aku harus pergi! Ke tempat Tohka, Origami, dan yang lainnya……!”



“Huh……?”

Saat Shidou merespon balik, Tonomachi dan yang lainnya menyipitkan mata mereka saat mereka melihat ke sekitar.



Lalu, setelah menyadarii ketiadaan Tohka dan Origami, mereka mengeluarkan suara “ah” sebelum kembali menatap satu sama lain.



“……...…”



Setelah itu, mereka berpindah ke arah Tama-chan, sambil melakukan kontak mata langsung dan berkedip ke arah Shidou.



“Yah, ini benar-benar masalah bagi Itsuka-kun.”



“Hei, setelah mengatakan sesuatu yang sangat ngawur, aku ingin kau memikirkan soal posisi Tama-chan.”



“H-Ha.”



Menghadapi para murid yang juga mulai bertingkah aneh, Tama-chan sensei hanya bisa berekspresi bingung. Lalu, sesaat kemudian, trio Ai, Mai, dan Mii memegang tubuh Tama-chan.



“Amankan dia!”



“Kya!? A-Apa yang kalian lakukan……!?”

Saat Tama-chan berjuang menggerakan tangan dan kakinya, akibat dari teriakan itu menarik perhatian guru penjas yang langsung berlari ke arah Shidou dan yang lainnya.



“Hei, kalian! Apa yang kalian lakukan?!”



“……! Ahhh, sensei! Kami hanya bermain-main!”



Tonomachi, yang menyadari guru penjas mendekat, mencegahnya dengan melakukan tackle. ……yah, meski itu tidak cukup menyakitinya meski hanya sedikit, itu tetap berhasil menghentikannya untuk sesaat.



“T-Tonomachi, Yamabuki, Hazakura, Fujibakama……”



Saat Shidou mengeluarkan suara terkejut, semuanya mengangkat bibirnya dan menengok ke arahnya.



“Cepat dan pergilah! Kau ingin membuat Tohka-chan dan yang lainnya menunggumu!?”



“Karena kau adalah playboy, seorang playboy harus menjaga gadis-gadisnya, ya kan!?”



“Kau bisa berterima kasih padaku dengan mentraktirku makan siang besok!”

“Ayo kita bantu juga! Hei…… sensei, bukankah ini terlalu kuat untuk orang setampan dirimu……”



“Semuanya……!”



Shidou mengepalkan tinjunya saat dia mengangguk sebelum melangkah ke depan.



“Hei…… jangan Itsuka-kun!”



“Tidak ada artinya! Pintunya tidak mau dibuka sampai alarmnya berhenti!”



Guru-guru yang datang menghentikan Tonomachi dan yang lainnya berteriak.

Tepat, seperti yang mereka bilang pintunya terkunci rapat. Meski Shidou menggunakan seluruh kekuatannya, sepertinya itu tidak bergerak sedikitpun.

Kalau begitu——hanya ada satu cara yang tersisa.



“…………”



Sambil berbalik ke arah teman-teman sekelasnya, Shidou mengendurkan otot-ototnya. Ketenangan ekspresi dalam situasi ini terasa lebih aneh bagi Tonomachi dan yang lainnya.



Shidou berkonsentrasi sebelum menyebutkannya.



——Nama Angel.



“——<Michael>.”



Kemudian, cahaya berkumpul ditangannya sebelum berubah menjadi tongkat berbentuk kunci.



Angel <Michael>. Angel yang melayani sebagai kunci yang bisa membuka dan menutup apapun.



“Ha……!?”



“Apa!”



“Haaaaaaaaahh!?”



Teman-teman sekelasnya, yang melihat fenomena supranatural di depan mereka, semuanya berteriak kaget disaat yang bersamaan.



Semua hal yang berhubungan dengan Spirit adalah rahasia. Itu bukanlah sesuatu yang boleh dilihat ataupun didengar oleh kebanyakan orang. Ini adalah sesuatu yang sangat ditegaskan oleh Kotori.



Namun, dengan beberapa menit ataupun detik yang berlalu, jika dia terlalu fokus pada hal itu, mungkin saja pertempurannya telah berakhir.



“Ah……karena sudah dilihat, kupikir mau bagaimana lagi.”



Shidou mengeluarkan tawa kecil mencela dirinya sendiri sambil memasukkan ujung tongkat itu ke pintu shelter yang tebal.



“<Michael>——<Raataibu>!”



Setelah berteriak dan memutar kunci besar itu. Gerbangnya mengeluarkan cahaya redup sebelum terbuka dengan suara keras.



“……Apa!?”



Mendengar suara guru yang datang dari belakang, Shidou melangkah keluar dari shelter sebelum kegaduhan itu tumbuh lebih besar lagi. Setelah itu, dia menusukkan <Michael> sekali lagi ke arah pintu itu.



“<Michael>——<Segva>.”



Pintu itu memancarkan cahaya lain sebelum tertutup sekali lagi.



Setelah mengkonfirmasi hal itu, Shidou langsung mengangkat kepalnya.



Meski dia tidak tahu apa yang harus dilakukan saat dia kembali, dia benar-benar tidak bisa diam saja.



Shidou menyuntukkan tenaga ke kakinya saat dia berlari di tangga yang mengantarnya menuju permukaan.



“Apa……! Kemana kau mengirim Shidou!?”



Sambil mengacungkan <Shandalphon>, Tohka memberikan tatapan tajam ke arah Spirit yang baru saja muncul——Mio. Yamai bersaudari yang ada di samping Tohka juga memberikan tatapan yang sama.



Namun, itu sudah bisa diduga. Dalam sekejam, Mio muncul dari belakang untuk memeluk Shidou, dan kemudian, tubuh Shidou benar-benar menghilang. Meski menjadi target dari tatapan yang intens itu, Mio hanya mengangguk tenang.



“……Tidak perlu khawatir. Di sini berbahaya, jadi aku memindahkannya ke tempat yang aman.”



“Apa yang kau katakan……”



Setelah mendengar apa yang Mio katakan, Tohka mengerutkan alisnya dengan tegang.

Percaya sepenuhnya dengan apa yang Mio katakan itu terlalu berbahaya. Namun, tujuan Mio itu ada pada Shidou——atau lebih tepatnya ingatan Shin yang ada dalam pikiran Shidou. Jika begitu, maka dia tidak akan bertindak kejam.



Ya, meski mereka tidak mendengarkan semuanya, baik Tohka maupun Yamai bersaudari mendengar sebagian percakapan Shidou dan Mio melalui intercom.

Mereka semua mempelajari tujuan Mio. Tekad menyakitkannya. Dan juga——identitas palsunya sebagai Reine, orang yang melayani seperti sosok orang tua bagi Tohka dan yang lainnya.



“Mio. Kau adalah Reine……?”



“……Un, itu benar.”



Menghadapi pertanyaan Tohka, Mio memberikan jawaban yang jujur dan terus terang.



Meski penampilan dan suaranya lebih muda, suasana yang ada di sekitarnya benar-benar identik dengaan staf analisis yang Tohka kenal. Tohka mengerutkan wajahnya sambil menggigit bibirnya dengan giginya.



“……Reine. Tidak bisakah kau memikirkannya lagi? Aku telah diberi banyak perhatian olehmu. Jika mungkin, aku tidak ingin melawanmu.”



Tohka membalasnya dengan nada yang hampir memohon.



“……Maaf.”



“……Begitukah? Benar-benar memalukan.”



Tohka menghela napas ringan sebelum dia menurunkan punggungnya dan mengembalikan sikapnya dengan <Sandalphon>.



Sangat beralasan untuk mengharapkan hasil ini. Rindu dan terobsesi selama 30 tahun, bagaimana bisa beberapa kata dapat mengubahnya? Meski Tohka bukanlah orang yang terlibat, dia hanya bisa memahami kebenaran itu.



Tetapi meski dia sudah mengetahuinya, Tohka merasa masih ingin bertanya. Karena perawatan Reine kepada para Spirit——investasi usahanya tidak kurang dari Shidou dan Kotori.



Dia akan mendengarkan masalah Tohka dan memberikan hiburan.



Tidak peduli sekecil apapun masalahnua, dia selalu sabar dan membalasnya dengan gaya yang biasa.



Terlepas dari konspirasi apapun yang ada dibaliknya, rasa terima kasih yang dirasakan Tohka selama saat-saat kontak itu adalah asli.



“…………”



Namun, Tohka menggelengkan kepalanya, mencoba mengubah pola pikirnya.

Seakan ingin melepaskan rasa simpati dan kasih sayang yang masih ada dari pikiran seseorang.



Saat negosiasinya gagal, gadis yang ada di depan Tohka adalah “musuh” yang ingin mengubah Shidou menjadi sesuatu yang lebih cocok untuk dirinya sendiri.



Jika Tohka dikalahkan, maka eksistensi Shidou akan dihapus dari dunia ini, Tohka tidak bisa membiarkan situasi berubah menuju tujuan itu.

Demi alasan tersebut——itu harus dibuang.



Buang rasa terima kasihnya kepada Reine, buang kasih sayangnya kepada Reine, dan buang kengangannya bersama Reine.



——Mulai saat ini, untuk memastikan ujung <Shandalphon> tidak menjadi tumpul. Sebalikanya, pedang Tohka takkan bisa menjangkau kulit Mio.



Saat berhadapan satu sama lain, Tohka merasakan ancaman yang sangat besar. Kulitnya terasa gatal seakan baru saja di panaskan. Jantungnya berdetak kencang hanya karena terus bertatapan dengan Mio. Itu adalah insting alami yang dirasakan jika ada perbedaan kekuatan yang sangat besar.



“……Dia bukanlah musuh yang bisa kita serang sendiri-sendiri. Kita harus menyerangnya bersama-sama.”



“Saran. Mengatur waktu.”



Sepertinya perasaan yang dialami Kaguya dan Yuzuru sama dengan Tohka. Si kembar mengangkat Angel mereka dengan suara yang penuh dengan tekad dan kewaspadaan.



Sambil memberikan anggukan kecil tanda persetujuan, Tohka memandangi pergerakan Mio dengan hati-hati, tidak ingin melewatkan isyarat sekecil apapun dari serangannya yang selanjutnya.



Namun——sesaat kemudian.



Suara keras terdengar dari langit saat kilatan cahaya dan peluru menghujani mereka.



“Apa……!?”



“Tch——”



“Mundur. Menghindari serangan.”

Tiba-tiba, Tohka menghentakkan tanah lagi, kabur menuju ke belakang. Kemudian, tempat di mana Tohka dan yang lainnya berdiri tadi meledak lalu ada banyak lubang yang terbentuk karena serangan itu.



“Ini……”



Untuk sesaat, tanpa Sadar Tohka berpikir itu datang dari serangan Mio——tapi ternyata bukan.



Melihat keatas, di sana ada banyak gadis dengan wajah yang mirip bersama dengan boneka-boneka mekanik yang kasar.



Itu adalah Spirit palsu <Nibelcol> yang dibuat dari Demon King <Beelzebub> dan senjata tanpa awak DEM, <Bandersnatch>.



“Tunggu sebentar, apa kalian melupakan kami sambil membuat suasana pertarungan terakhir ini?”



“Benar-benar, itu sangat tidak masuk akal.”



“Ahaha, aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi Itsuka Shidou tiba-tiba menghilang.”



“Itu berarti——”



“Tidak ada lagi yang bisa menggangguku sekarang.”



Saat beberapa <Nibelcol> terbang melintasi udara, tawa mereka terasa seperti paduan suara.



“Ku……!”



Tohka melirik <Nibelcol> dengan tatapan kebencian.



Dia lupa sesaat karena tekanan Mio yang begitu kuat, tapi ada orang lain yang lebih menyebalkan di medan perang ini/



<Nibelcol>. Seorang gadis yang tak bisa mati mereka itu satu dari banyak, banyak dari satu.



Sebagai keseluruhan yang kolektif, tidak peduli berapa banyak dari mereka yang dikalahkan, mereka akan selalu bangkit dalam sekejap mata. Serangan balasan mereka hanyalah kemampuan penyegelan Shidou, tapi metode itu talah sirna karena intervensi Mio. Sebagai hasil dari dilema yang tak terduga ini, Tohka dan Yamai bersaudari merasa sedikit takut.



“……Fu.”



Desahan kecil terdengar dari depan. ——Itu adalah Mio.

“……<Nibelcol>, aku ingin mengambil sumber kekuatanmu dengan segera. Sampai saat itu, aku ragu jika setidaknya kau bisa sedikit dewasa.”



Mio berbicara dengan ekspresi santai itu tidak cocok dengan situasi saat ini.

Kemudian terdengarlah, semua <Nibelcol> yang menatapnya dengan kosong memegang perut mereka karena tertawa.



“Ahahahahahaha!”



“Apa yang baru saja kau katakan?”



“Apa kau tahu? Tidak ada negosiasi, itu hanya efektif untuk lawan yang kekuatannya lebih lemah?”



Lalu, beberapa <Nibelcol> yang melihat ke arah Mio melepaskan Angel berbentuk kertas yang mereka pegang ditangan mereka. Namun sesaat kemudian.



“……Datanglah.”



Mio berbisik saat dia mengangkat tangan kirinya. Kemudian, ruang di atasnya mulai terdistorsi.



Dari sana, terbentuk objek dengan sosok sebuah bola besar.



“Ha……?”



“Ini, apa——”



<Nibelcol> hanya bisa menatap kosong ke arah Angel itu.



Tapi segera saja ekspresi mereka berubah menjadi warna ketakutan.



Di saat yang sama, Mio memanggil namanya.



“——<Sanctuary of All Creation (Ain Soph Aur)>.”



Menerjang setelah suara itu————



Bulu kuduk yang berdiri dan gemetar menyerang Tohka saat itu juga.





“Apa……”



Gelombang mirip riak muncul dipermukaan bola halus yang mengambang di udara, mulai berubah bentuknya.





Ini——mirip kuncup yang mekar.

Bunga raksasa dengan kelopak tak terhitung yang melingkupinya. Di tengahnya, ada sosok gadis muda yang sedang berdoa.



Kesungguhan yang menyesakkan napas dan pemandangan yang indah.



Namun, saat Tohka melihatnya, gemetar yang merambat keseluruh tubuhnya tidak mau berhenti.



Ketakutan alami. Intuisi keputusasaan.



Benda itu, adalah bentuk dari “kematian” itu sendiri——



“Mekarlah.”



Saat Mio mengeluarkan perintah itu.



“Kematian” menyebar.



“——<Almandal>, kerusakan kecil terjadi di sisi kanan!”



“<Honorius> akan melawan kapal <Ratatoskr>!”



“Unit ke-13 <Bandersnatch> telah dikalahkan semuanya, menyebarkan unit ke-15.”

Di dalam anjungan salah satu kapal yang terbang di atas kota Tenguu, berbagai laporan dan instruksi disampaikan ke kapal pimpinan DEM <Lemegeton>.



“Hmm……”



Sambil mendengarkan suara dan sinyal komunikasi yang tak terhitung jumlahnya melalui telinganya, Direktur Pelaksana Eksekutif DEM industries, Isaac Mestcott, menyipitkan mata kuning tuanya.



“Bagaimana situasi perangnya, kapten?”



Lalu, Westcott membuat pertanyaan singkat kepada Kapten Ernest Brenan, yang berada di kursi kapten. Kemudian, Brenan membalasnya dengan helaan ringan.



“Jujur saja, aku tidak menyangka musuhnya akan sangat sulit. Meski aku tidak bermasuk meremehkan musuh, aku tidak menyangka kita akan kehilangan banyak kekuatan tempur. Perjuangan musuh membuatku ingin memberi mereka tepuk tangan.”



Setelah mengatakannya, dia mengangkat bahunya. Itu adalah reaksi yang langka dari sekelompok berseragam yang memiliki harga diri yang kuat dan menolak mengakui kerendahan yang ada.

Waktu itu saat situasi perang memburuk, membual tanpa arah itu tidak ada gunanya. Bisa menyampaikan informasi dengan mudah saat perang berlangsung adalah kemampuan yang tak ternilai.



“Meskipun itu permasalahannya——tolong percayalah. Perbedaan diantara musuh dan kita tidak bisa ditumbangkan. Harap bersabar dan lihat hasil dari perburuan ini.”



“Yah, aku menantikan——”



Di saat itu.



Alis Westcott mulai bergetar saat pria itu berhenti bicara.



Samar-samar, namun rasanya seperti déjà vu. Dia bisa merasakannya di dalam darahnya sebagai Magician murni, getaran mana yang tebal.



Benar. Itu adalah perasaan yang pernah dia rasakan saat “Spirit” lahir ke dunia ini.



“? Ada yang salah? Tuan Westco——”



Brennan, yang bingung dengan reaksi Westcott, mencoba bicara, tapi dipoton oleh suara alarm yang keras.



“……! Apa yang terjadi!”



“Y-Ya, ini adalah respon gelombang Spirit…… dan ini sangat besar!”



“Apa yang kau katakan……!?”



Di layar utama kapal, menampilkan seorang gadis yang memakai Astral Dress dan objek raksasa berbentuk bunga yang melayang di atasnya.



Sangat besar dan level Reiryokunya melebihi abnormal. Melihat ini membuat semua orang di kapal itu berbisik karena terkejut.



“——————”



Hanya satu orang——semua selain, Isaac Westcott.



“Ah…… haha.”



Seakan tidak bisa menahannya lebih lama lagi, dia mengubah wajahnya menjadi bentuk senyuman.



“Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahaha——!”



“T-Tuan Westcott… …?”

Saat melihat reaksi ini, Brennan mengerutkan alisnya saat keringat menetes dari pipinya.



Sesaat setelah itu, seakan merespon tawa Westcott, bunga raksasa mulai menyebarkan banyak butiran cahaya seperti menyebarkan serbuk sari ke udara.

Sesaat kemudian.



<Bandersnatch>, dan <Nibelcol>, bahkan kapal besar, apapun yang bersentuhan dengan partikel itu akan kehilangan hidup mereka ataupun berhenti berfungsi, remuk seperti makanan manis.



“Apa……!?”



Alarm terus berlanjut dan komunikasi bergema kencang di seluruh penjuru kapal.



“……! Karena serangan dari Spirit misterius itu, pasukan <Bandersnatch> telah dihancurkan!”



“<Nibelcol> menghilang! Tidak bisa beregenerasi.”



“<Galdrabok>, kapal perang itu menerima serangan kritikal!”



Hanya ada satu Spirit.



Hanya ada satu Spirit.



Dengan kedatangannya, dinding formasi perang DEM industries yang tak tertembus bisa dihancurkan dengan sangat mudah.



Tidak, bukan itu saja. Jangkauan partikel cahayang yang masih menyebar. Segera, bahkan kapal pimpinan <Lemegeton> dimana Westcott dan yang lainnya berada juga akan menjadi sasarannya.



Di saat itu, suara mesin utama mulai menghilang, meninggalkan kapal perang yang jatuh karena beratnya.



“Gua……!”



“Me-Mengkonfirmasi tingkat kerusakan lambung kapal.”



“…..! mustahil! Tidak bisa menjaga ketinggian!”



Perasaan putus asa memakan anjungan.



Meski begitu, tawa Westcott tidak mau berhenti.



Karena Westcott sudah tahu siapa gadis manis dan menyedihkan ini.



“Akhirnya kau muncul juga——<Deus>. Sayangku, Spirit.”

Saat kapal itu terjatuh, Westcott terus tertawa.



Pemandangan didepan mata mereka itu sama dengan mimpi khayalan, tapi itu juga bisa dibandingkan dengan neraka kesengsaraan.



<Nibelcol> yang melayang disekitar sana, <Bandersnatch>, para Wizard, bahkan kapal udara besar.



Hanya karena bersentuhan dengan butiran cahaya yang dikeluarkan <Ain Soph Aur>, segalanya menjadi rapuh lalu hancur.



“…………”



Melihat pemandangan ini, Tohka merasakan tagukan kecil di tenggorokannya.

Dia menyadari perbedaan kekuatannya. Dia tahu itu tidak akan mudah untuk menang. Tapi pada tingkatan ini——



“……Baiklah.”



Mio, yang sedang melihat ke langit, perlahan mengembalikan perhatiannya kepada Tohka dan yang lainnya. Tertarik oleh tatapannya, Tohka, Kaguya, dan Yuzuru mereka semua merasakan ilusi jantung mereka sedang digenggam keras.

“……Aku sangat minta maaf pada kalian semua. Wajar bila kalian tidak bisa menerima jika diminta untuk mengembalikan kekuatan kalian secara tiba-tiba. Wajar jika kalian tidak bisa mentolerir ingatan Shidou yang ingin dihapus.”



Mio terus bicara dengan nada yang pelan.



“……Jadi aku tidak akan meminta kalian menyerah untuk melawan. Karena perlawan itu juga merupakan hak alami kalian.”



Mio merentangkan tangannya seakan mempromosikan ajakannya.



“Kemarilah, anak-anakku——yang imut.”

Share Tweet Share

0 comments

Please wait....
Disqus comment box is being loaded