Bab 5 - Kebangkitan Spirit

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode


“Ha……, ha……”



Bersembunyi di gang sepi, lelaki itu menaik turunkan bahunya dengan kuat. Keringat sebesar manik-manik menetes dari dahinya saat dia menekan tangannya yang terluka. Lelaki itu menggertakkan giginya untuk menahan rasa sakit sambil perlahan menyandarkan punggungnya ke tembok.



“Ti-Tidak perlu cemas, Mio……”



“Un…… daripada itu, tunjukkan tanganmu.”



Saat lelaki itu disuruh melakukannya, Mio, yang juga berlari di belakangnya menuju gang, menaruh tangannya ke tangan si lelaki dengan ekspresi tenang.

Lalu, bagian tang tertutup oleh tangannya mulai memancarkan cahaya redup, rasa sakit yang ada di tangan lelaki itu perlahan menghilang.



“Wow…… luar biasa.”



“Aku hanya menutup luka dengan Reiryoku. ──Hanya itu.”



Sambil berbicara, Mio menatap ke arah jalanan. Di sana ada banyak langkah kaki dan suara orang yang mencari si lelaki dan yang lainnya.



“…… Ah. Siapa orang-orang itu?”



Lelaki itu berbiik sambil melihat siluet cahaya melalui celah bangunan.



Benar. Saat ini si lelaki dan Mio sedang di kejar oleh sekelompok orang tak dikenal.



Alasan pengejaran dan identitas asli mereka tidak jelas. Namun, saat si lelaki dan Mio sedang berbelanja seperti bisa, tiba-tiba ada orang asing yang muncul dan mulai menyerang mereka. Itu terlihat seperti adegan murahan yang ada di film aksi.



“…………”



Mio menutup mulutnya, tetap diam. Lelaki itu memiringkan kepalanya karena penasaran.



“Un? Ada yang salah, Mio?”



“…… Mungkin, mereka ingin menangkapku.”



“Huh?”

“Di dalam, ada beberapa orang yang rasanya pernah kulihat. Kita sudah pernah membicarakan hal ini sebelumnya, orang-orang yang pertama kali kulihat.”



Mio mengerutkan alisnya saat dia melanjutkannya dengan penuh rasa sakit.



“…… Aku minta maaf. Kau jadi terlibat karena aku. ──Larilah, lalu aku akan……”



“Aku tidak akan melakukannya!”



Lelaki itu memotong perkataan Mio saat dia bangkit.



“Eh ──”



“Di saat itu, aku berbicara dengan gadis yang ada di tengah ledakan; aku sudah siap terkena masalah. dan ──”



Lelaki itu menarik tangan Mio untuk mencegahnya melihat wajah merahnya saat dia berbicara.



“Kita adalah…… keluarga.”



“…………!”

Tangan Mio bergetar sedikit karena terkejut. Setelah itu, dia menggenggam balik tangan lelaki itu.



Tidak perlu kata-kata. Itu adalah jawaban terbaik. Lelaki itu mengangguk sedikit, menarik tangan Mio saat dia mulai berjalan lagi.



“──Bagaimanapun juga, pertama-tama kita harus pergi ke kantor polisi. Kita akan bilang bahwa kita dikejar orang-orang berbahaya dan butuh perlindungan. Jangan meremehkan hukum negara ini……”



Namun, di saat itu, tiba-tiba lelaki itu menghentikan langkah kakinya. Alasannya sederhana. Sesaat setelah mereka meninggalkan gang, mereka belari menuju seorang pria yang sedang berjalan.



Rambut pirang cerah dan wajah ramping, dia adalah orang barat yang memakai pakaian hitam. Tidak diragukan lagi. Dia adalah anggota dari kelompok yang mengejar si lelaki tadi.



“……! Merunduk!”



Mio melangkah ke depan untuk menglindungi lelaki itu.



“Mio!”



“Tenanglah, aku tidak akan membunuhnya… …!”

Setelah mengatakannya, Mio menatap pria itu.



Namun, tensi yang padat itu tidak berlangsung lama. ──Saat pria itu menghirup nafas berat lalu menaruh tangan di dahinya.



“…… Hei, hei, benar-benar. Kaulah orang yang berlari ke arahku!”



Lalu, pria itu mulai berbicara dengan logat jepang.



“Huh……”



Respon tak terduga itu membuat si lelaki dan Mio terdiam sejenak. Namun, pria itu melanjutkannya dengan suara tenang.



“…….… Mio, apa itu nama anak ini?”



“…… Ah, aku yang memilihkannya.”



“Itu benar-benar nama yang bagus.”



Lalu, saat pria itu mulai bicara, dia menghadap ke arah Mio.



“Hei, sekarang ──apa kau bahagia?”





“…… Setidaknya, aku tidak ingin merasa bahagia saat dikejar musuh.”



“T-Tidak, bukan itu maksudku… Apa kau tetap ingin bersama lelaki itu?”



“…………”



Meskipun Mio menatap pria itu dengan penuh keraguan, dia mengangguk.



“Begitu ya.”



Lalu saat pria itu menghela nafas berat lagi, dia membuat ekspresi gugup sambil menunjukkan mereka kembali ke arah gang.



“──Pergilah.”



“……Ha?”



Mendengar kata-kata yang tak terduga itu mengekutkan si lelaki. Saat itu, dia berpikir itu adalah tipuan untuk membuatnya menurunkan kewaspadaannya. Namun, dia tidak merasakan niat jahat sedikitpun yang datang dari pria itu.



“A-Apa maksudmu?”



“Tak ada waktu untuk menanyakan itu. Cepat pergilah. Jika tidak ──”



“ Temukan mereka! Ke sana!”



Kemudian, suara keras terdengar dari jalanan. Diikuti langkah kaki yang kuat, tiga pengejar berlari kesana.



“Aaahh benar-benar, kubilang juga apa.”



Pria itu mengangkat bahunya dengan berlebihan, mengerutkan dahinya sambil menyipitkan matanya dan menerjang ke tanah.



Lalu, setelah melewati si lelaki dan Mio, dia membuka telapak tangannya, menyerang para pengejar tepat di perutnya.



“Kaha……!?”



“Woodman-san, apa……!”



Para pengejar mengeluar suara kesakitan saat mereka jatuh ke tanah satu persatu. Pria yang dipanggil Woodman menggaruk kepalanya seakan terganggu oleh masalah itu. Lalu, dia mengarahkan jempolnya ke arah gang untuk menyuruh lelaki itu lagi.



“……Cepat. Anak itu ──Mio. Kuserahkan padamu, nak.”



“……Ah, um……!”

Entah berkelahi atau mengkhianati ──entah apa yang baru saja terjadi, tapi sepertinya mereka selamat. Beberapa saat kemudian, lelaki itu memegang tangan Mio dan mulai berlari.



Namun, saat dia berlari entah sudah sejauh mana, tiba-tiba dia merasakan paksaan dari tangan Mio, yang menarik si lelaki ke belakang.



“Waa!?”



Pengereman mendadak itu membuat tubuh si lelaki berayun kebelakang.

Kemudian, “pan!” diikuti suara nyaring, di depan lelaki itu ──atau lebih tepatnya ditempat dia berada beberapa saat yang lalu telah meledak.



Lelaki itu mengerutkan alisnya. Setelah itu, ada banyak pengejar yang membawa senapan muncul di depan gang.



Dan dari belakang grup itu ──seorang pria yang terlihat menonjol maju ke depan.



Dia adalah pria tinggi berumur sekitar dua puluhan. Dia memiliki ciri-ciri rambut perak redup dan mata kuning tua. Meskipun ekspresi dan tingkah laku sangat lembut, tubuhnya memancarkan suasana aneh yang tidak dia sembunyikan.





“──Lama tak berjumpa, Spirit. Aku ingin menemuimu.”



“…………”



Mio berekspresi cemberut. Namun, pria itu tidak menghiraukannya dan mengarahkan perhatiannya kepada si lelaki.



“Ini adalah pertemuan pertama kita, ya kan nak. Terima kasih karena telah menjaga Spirit kami. Aku sangat menghargainya. Tentu, kami sudah menyiapkan hadiah yang pantas sebagai balasannya.”



Pria itu tersenyum tipis sambil berbicara. Kata-kata yang dia dengar itu mirip dengan seseorang yang merawat peliharaannya, lelaki itu langsung mengangkat suaranya.



“Apa yang kau ──”



Namun.



“──Saat ini kami menjaga adikmu. Ayo saling mengembalikan dengan jalan yang baik-baik.”



“Ap……!?”



“……”

Mendengar apa yang baru saja dikatakan pria itu, si lelaki dan Mio langsung menahan nafasnya.



“Kau b*j*ngan! Jika kau melakukan sesuatu pada Mana, aku takkan memaafkanmu……!”



“Huh? Jadi gadis itu dipanggil Mana. Haha, sepertinya lawakanku benar-benar berguna. Sepertinya tak ada alasan Spirit itu tetap berada di tanganmu.”



Meski tidak paham apa kesalahannya, pria itu tertawa lepas.



Tentu saja, mungkin dia berbohong soal penculikan Mana, namun karena kebingungan dan banyaknya anak buah membuat pria itu tidak seperti sedang berbohong.



Sepertinya dia menduga hal yang sama dengan si lelaki, Mio maju kedepan dengan ekspresi cemberut.



“……Berjanjilah jika aku pergi denganmu, kau akan mengembalikan Mana.”



“Ah, tentu saja.”



“Mio!?”



Lelaki itu mengeluarkan suara terkejut. Namun, Mio perlahan menghadap ke arahnya.



“……Tak apa. Sejak awal, aku adalah eksistensi yang seharusnya tidak muncul di sini. Aku tidak ingin membuat Mana dalam bahaya karena diriku. ──Meski hanya sebentar, aku senang bersama denganmu.”



“──, ……”



Dari dalam tenggorokan lelaki itu, dia mengeluarkan suara yang tak bisa didengar. Perlahan Mio berjalan ke arah pria itu.



Namun ──



“……Jangan bercanda……!”



Dengan kekuatan yang dia tuangkan kedalam tubuh gemetarnya, lelaki itu berlari untuk meraih tangannya lalu kabur dengan cepat.



“! Tunggu!”



“B*j*ngan ──”



Kabur dengan panik, para pengejar itu mengambil senapan mereka dan mulai menembak; percikan api beterbangan saat peluru mereka memantul di tembok.



“Apa yang kau ──”



“Bodoh. Apa kau pikir pria itu bisa dipercaya!? Meski mereka mendapatkanmu, tak ada jaminan bahwa mereka tak akan membunuhku ataupun Mana setelah itu!”



“……! Itu ──”



“Selama kau bersamaku di sini, mereka tak akan menyentuh Mana! Bagaimanapun juga ──mari pikirkan kembali posisi kita. Selamatkan Mana kembali juga terus membiarkan Mio hidup bahagia. Itu adalah jalan terbaik!”



Lelaki itu berteriak sambil berlari. Mio membuka matanya dengan perasaan lega.



“……! Un……!”



Namun ──sesaat kemudian.



“──Oh, menyebalkan. Padahal aku tidak ingin berbohong.”

Dari sudut penglihatannya, dia melihat sosok seorang pria yang memegang pistol berkaliber besar.



Lelaki itu merasakan luka bakar yang datang dari dadanya.



“Ah ────?”



Beberapa saat setelah itu, lelaki itu mengerti bahwa dia baru saja ditembak.

Luka parah. Getaran yang tersalur ke seluruh tubuhnya membuatnya kesulitan bernafas. Tiba-tiba, kakinya lemas lalu dia terjatuh di tempat. Perlahan, perlahan, rasanya dia sedang berendam di genangan yang hangat.



“──!?──!”



Mio mengatakan sesuatu, semacam teriakan putus asa.



Tapi kemudian, suara itu tak lagi terdengar.



Setelah menyilangkan pedang berkali-kali, cahaya magis tersebar ke udara.

Artemisia sedikit mengubah alisnya sambil menggetarkan tombak laser yang dipegang Origami.



“──Sungguh, kau sangat handal.”



“Kau juga.”



Origami merespon pujian Artemisia. Namun, samar-samar dia mengerti dari pertarungan sebelumnya bahwa kemampuan tempur mereka berdua tidaklah sama.



Memang, jumlah kekuatan yang dimiliki Origami memang mengejutkan. Menggabungkan Astral Dress dan Angel dengan CR-Unitnya mungkin bukanlah hal yang bisa dilakukan orang lain selain dirinya.



Namun. Meski dengan manuver tambahan itu, Artemisia masihlah orang paling dominan dalam pertarungan ini. Mungkin akan beda ceritanya bila Origami bisa mengakses kekuatan penuhnya. Sayangnya, sulit mengalahkan Artemsia dengan kekuatannya yang tersegel.



Meski begitu, sepertinya Artemisia juga mengerti akan hal itu. Origami juga mengerti bahwa dia yang sekarang tidak bisa bersaing dengan Artemisia. Itu sebabnya, daripada mencoba untuk membunuh Artemisia, tujuan Origami yang sedang bertahan adalah mengulur ulur waktu.

Benar, seakan sedang menunggu sesuatu.



“………”



Artemisia sekilas melihat kesekelilingnya untuk menilai situasi yang sedang terjadi.



Di sekitarnya ada <Bandersnatch> dan Wizard DEM yang sedang bertarung melawan Mana dan Spirit <Hermit> dan <Zodiac>. Ditengah pertempuran yang kacau itu, Artemisia bertarung satu lawan satu dengan Origami, sepertinya rencana mereka adalah memblokir jalan dari Wizard pendukung.



──Apa tujuan mereka menghambat Artemisia di sini? Tidak, karena sangat penting untuk menahan musuh no.2, itu akan sangat berarti bagi kelompok lawan jika mereka mendekati hal ini sambil mempertahankan keunggulan jumlah. Menghentikan Artemisia sendirian, mereka menggunakan sebagian besar kekuatan militer mereka yang terdiri dari 3 Spirit dan seorang Wizard. Dari sudut pandang itu, sepertinya biaya tidak efisien.



“Tujuanmu ──apa?”



“…………”



Meski dia mencoba menekan Origami dengan interogasinya, ekspresi wajah Origami tidak berubah sedikitpun.

Saat dia datang ke arah Origami, aspek dirinya yang paling mengerikan terletak pada kekuatan fisiknya daripada tipuan liciknya. Meskipun dia berpikir dia tak akan berada dalam bahaya jika ini terus berlanjut, Artemisia masih ingin menentukan hasilnya sesegera mungkin.



Namun, untuk melakukannya, setidaknya dia butuh seorang penolong. Kekuatan orang itu tidak perlu setara dengan kemampuan Origami. Setidaknya, orang itu hanya perlu memotong rute pelarian Origami ──



“──!”



Saat sedang berpikir, tiba-tiba Artemisia mengerutkan alisnya sedikit. Karena ada sinyal dari rekannya yang terkonfirmasi oleh sensor yang diproyeksikan ke retinanya.



Sambil menarik perhatian Origami, Artemisia melihat-lihat kesisi lain, ada beberapa Wizard yang melewati medan perang di sebelah lalu mendekat ke arah mereka dengan cepat.



Melihat CR-Unit yang mereka pakai, mereka bukanlah Wizard DEM. Sepertinya, mereka adalah anggota AST setempat yang sudah diminta bergabung. Sejujurnya, kekuatan mereka sangat kurang saat bertarung melawan Spirit. Namun, dalam situasi yang mendesak ini, bala bantuan sama persis dengan apa yang dia inginkan.



“Tepat waktu. Ini adalah eksekutif officer kedua DEM, Artemisia Ashcroft. Tanda nomor panggilan adalah Adeptus 2. Sekarang aku sedang bertarung dengan Spirit. Tolong halangi rute pelarian musuh ──setelah itu aku akan mengatasi semuanya.



Artemisia mengatakannya sambil menghentakkan langit untuk maju kearah Origami.



Namun.



“……Maaf, tapi kami tidak bisa memenuhi harapanmu. ──Karena, sekarang kami semua sudah tidak bekerja lagi!”



Sesaat kemudian, setelah mendengar suara dari belakang, anggota AST mulai menembak.



──Target mereka, Artemisia.



“Ap……!?”



Ledakan yang mendadak itu membuat Artemisia terdiam sesaat.



Ledakan laser itu menciptakan cahaya yang menyilaukan lalu mereka menyerang Territory yang membungkus tubuh Artemisia.

Tentu, tembakan artileri dari para Wizard itu tidak cukup untuk menggores Voluntary Territory milik Artemisia. Namun, akibat dari serangan mendadak itu, untuk sesaat perhatian Artemisia terpecah.



Nilai dari momen itu melebihi emas bagi pihak musuh.



“──Fu ────ha!”



Melihat pecahnya perhatian Artemisia, Origami menerjang Artemisia sambil menajamkan tombaknya dengan menyerap kekuatan sihir yang ada di sekitarnya.



“──!”



Tapi, Artemisia masihlah ──seorang monster.



Artemisia mengubah Territorynya dengan cepat, mengerahkan kekuatannya kepada tubuhnya sendiri agar bisa membengkok dengan sudut yang tidak alami. Iganya patah. Tidak diragukan lagi mereka telah patah.



Namun, karena itulah Artemisia bisa menghindari serangan Origami.Tidak ──mungkin terlalu berlebihan untuk dikatakan jika dia benar-benar bisa menghindarinya. Ujung tombak Origami memotong Territorynya dengan rapi, menyebabkan panggul Artemisia menjadi remuk.

Namun, organ dalamnya aman, itu bukanlah serangan fatal yang bisa menyingkirkannya dari pertarungan itu. Dengan cepat Artemisia membalasnya dengan menebas Origami dengan pedang lasernya <Arondight>.



“Ku……”



Darah berceceran ke langit, Origami mengeluarkan suara kesakitan saat Artemisia tersenyum berani dengan keringat yang menetes dari wajahnya.



“Seimbang ──tidak, aku menang.”



Tapi kemudian, Origami membuat tindakan langka yaitu menaikkan ujung bibirnya.



“……Tidak. Ini kemenanganku ──kemenangan kami.”



Sesaat kemudian──



“Huh……?”



Artemisia hanya bisa mengeluarkan suaranya karena merasakan sesuatu yang aneh.



Objek aneh muncul di ujung cakrawala.



Itu adalah──sebuah kunci.



Ujung tongkat berbentuk kunci besar keluar dari ketiadaan dan menusuk kepala Artemisia.



Angel. Angel berbentuk kunci, <Michael>.



Jauh dibelakang Orgami, dia bisa melihat sosok seorang Spirit──<Zodiac>, yang memasukkan kunci itu kedalam ketiadaan.



Akhirnya, Artemisia mengerti.



Membuat AST menarik perhatian Artemisia, kemenangannya melawan Origami──adalah untuk menjalankan rencana mereka, Origami adalah umpan.



“<Micahel>──<Rataibu>.”



Dari sisi lain ruang kosong yang memunculkan kunci, ada suara yang menggema disaat yang sama dengan saat kunci itu diputar.



“Ah──”



Informasi dalam jumlah besar, meledak-ledak seperti sebuah aliran, mengalir ke dalam pikiran Artemisia.

“…… Seperti yang diduga dari kapten. Kau membuat keputusan yang tepat… …kau benar-benar sangat membantu.”



“…… Jangan bercanda, benar-benar. Waktu tidak bisa dikembalikan. Selamat tinggal kehidupanku sebagai pelayan rakyat……”



Gendang telinganya bergetar karena obrolan antara Origami dan para anggota AST.



Sambil mendengar percakapan dalam medan perang untuk meredakan ketegangan, Artemisia pingsan karena gelombang ingatan yang meluap-luap.





“──Ufufu, Shidou-san, sudah berapa lama kau ingin melakukan aksi itu? Yah, meski aku ingin menerimanya, tapi sayangnya bukankah ini masih di tengah medan perang?”



“……! Ah──.”



Mendengar godaan Kurumi, Shidou melepaskan tangannya lalu bahunya mulai sedikit bergetar.



Di tengah kacaunya perang, dia pikir sindiran keras itu akan datang dari <Nibelcol>, tapi dia tidak menyangka itu akan datang dari dirinya.

Di belakangnya, dia diikuti oleh jam raksasa <Zafkiel>. ──Ini bukanlah klon. Sebaliknya, dia adalah Spirit yang asli, Tokisaki Kurumi.



“Kurumi, aku──.”



Saat Shidou ingin berbicara, dia menghentikan perkataannya sendiri. Tidak, berbading terbalik dengan niatnya, dia menghentikan dirinya sendiri.



Shidou sudah tahu jika Kurumi juga akan berada di medan perang, tapi setelah melihat Kurumi, keinginannya untuk bicara menumpuk seperti gunung.



Namun──tidak, itu murni karena pertemuannya dengan Kurumi yang mendadak membuat pikiran Shidou dibanjiri dengan begitu banyak pertanyaan sampai menyumpat kemampuan bicara normalnya.



“Ara, ara.”



Apa karena dia memergoki Shidou yang melakukan aksi semacam itu? Setelah mengangkat ujung bibirnya dengan genit, dia meraih leher Shidou. Lalu, dia mendekatkannya dengan erat.



“Ap──?”



Meski kaget, Shidou langsung menenangkan dirinya.

Setelah Shidou mendengar suara tembakan yang memekakkan telinga dari belakangnya.



“Kya……”



Dibelakangnya, <Nibelcol> terjatuh sambil mengeluarkan teriakan kesakitan. Ternyata, Kurumi menembak <Nibelcol> di bagian dahinya menggunakan senapan yang ada di tangannya.



“Kau tidak boleh ceroboh.”



“A-Ah, terima kasih Kurumi. Kau menyelamatkanku, kau penyelamat hidupku.”



“Ufufu, itu terlalu berlebihan.”



Kurumi membalasnya dengan gaya bercanda. Namun, bagi Shidou, kata itu tidaklah berlebihan. Sebaliknya, itupun belum bisa menyampaikan satu persen perasaan yang ada di pikirannya.



“Tidak, bukan hanya sekarang. Karena sejak awal──kau sudah menyelamatkanku berkali-kali. Jadi, aku sangat berterima kasih. Tak peduli apapun itu…… aku ingin memberitahumu secara langsung.”



“…………”

Mendengar apa yang baru saja dikatakan Shidou, Kurumi terdiam sejenak. Namun, Dia langsung bangkit kembali dengan senyum yang merevitalisasi.



“Ara, ara, sama-sama. Jadi, sebagai rasa terima kasih, bisakah Shidou-san memberikanku Reuryokunya?”



“Itu persoalan lain!”



“Ufufu, itu memalukan. Kelihatannya aku harus beralih ke cara yang lebih memaksa……ack!”



Shidou dan Kurumi bertukar obrolan keras saat mereka menendang tanah di saat yang sama.



Daripada jatuh kedalam kebuntuan; malahan, mereka berdua berpisah untuk menghalau serangan yang dipimpin oleh <Nibelcol>.



Kurumi menembakkan rentetan peluru bayangan kearah <Nibelcol>



Sementara, Shidou meniup ciuman ke arah <Nibelcol> untuk mengantisipasinya lalu di saat yang sama dia menyambar bibir mereka. <Nibelcol> yang lain, yang melihat adegan ini, pipinya memerah karena malu lalu menghilang.



“Fu…… ahahhahaha! Apa-apaan itu!”

Melihat metode yang digunakan Shidou untuk mengalahkan <Nibelcol>, Kurumi menertawakan aksi lucu itu dari lubuk hatinya.



“Menggunakan cara semacam itu untuk mengatasi <Nibelcol> yang bisa bangkit terus menerus……? Ufufu, jadi itu alasan Shidou-san, yang ditargetkan, maju ke garis depan. Saat pertama kali aku tahu bahwa Shidou-san ada di medan perang, aku bermaksud untuk membunuhmu sendiri.”



“Hei, hei……”



Shidou tersenyum masam saat dia mendengar perkataan Kurumi yang berbahaya, tapi bukannya dia tidak mengetahui maksud Kurumi. Membuat pengorbanan yang tak terhitung jumlahnya untuk melindungi yang lain, itu seperti melesat jauh melewati ladang ranjau. Meski bukan Kurumi, siapapun akan dipaksa untuk memakai hasrat membunuhnya disaat yang seperti ini.



Namun, Shidou juga sama.



Sebelum berangkat, dia diperintahkan oleh Kotori untuk tetap hidup sebagai prioritas utamanya.



Itu sama saja dengan mengejar dua orang ke dalam lubang kelinci di saat yang bersamaan. Meski begitu, Shidou langsung mengingatkan dirinya untuk tidak jatuh terlalu dalam untuk menggapai Kurumi.



Namun, dia masih tidak bisa berhenti. Di medan perang yang kacau ini, jika dia melewatkan kesempatan pertemuan yang ajaib ini, Shidou berpikir dia takkan bisa meraih tangan Kurumi lagi.



Shidou mengalahkan <Nibelcol> yan ada di sampingnya lalu berteriak keras ke arah Kurumi.



“──Kurumi! Aku sangat berterima kasih dari lubuk hatiku yang terdalam karena kau sudah menyelamatkanku! Terima kasih karena dirimu para Spirit tidak terinversi! Terima kasih banyak!...… Namun, apa aku harus bersembunyi hanya karena DEM menyerang dengan kekuatan penuhnya!? Aku tidak ingat pernah diminta sampai sejauh itu! Aku tak akan senang jika kau menyelamatkan hidupku sebagai ganti dari hidupmu sendiri!”



“…… Ara? Itu sangat arogan; aku hanya ingin kekuatan Reiryoku Shidou-san. Selain itu, menukar hidupku? Rasanya aku telah diremehkan. Kau pikir, Aku, Tokisaki Kurumi, akan kalah melawan DEM?”



“…… T-Tidak, itu hanyalah latihan yang menjadi pertarungan sengit selain berakting menjadi penjahat!”



Mendengar teriakan Shidou setelah dia mencum <Nibelcol>, Kurumi menatap tidak sabaran ke arah itu.



“Jangan berpura-pura berani. Sejujurnya lebih baik Shidou-san menunggu dengan sabar di dalam pesawat itu saja. Setelah ini berakhir, kau bisa berterima kasih dengan air mata haru dan menyerahkan Reiryokumu padaku sebagai gantinya!”



“Jadi, bukankah itu hanya mengubah pembunuhku dari DEM menjadi dirimu!?”



“Aku tidak bilang begitu! Aku akan mengubah segalanya dengan Reiryoku Shidou-san. Sebelum kau menyadarinya, itu akan menjadi dunia baru! Spirit tidak akan ada, segalanya akan kembali menjadi dunia yang tenang dan damai!”



“Tidak ada kekuatan yang bisa memperbaiki sejarah dengan sempurna! Kau pikir perubahannya kan terjadi semulus itu!?”



“Aku tidak ingin mendengar hal itu dari seseorang yang berhasil mengubah sejarah!”



“Kenapa kau mengatakan hal itu, sialan!”



Mendengar Kurumi yang memuji contoh kuat itu, Shidou mengeluh keras.



Shidou pernah berhasil sekali mengubah mengubah sejarah dengan meminjam kekuatan Angel Kurumi <Zafkiel>.

“Benar! “kematian Shidou-san” juga akan menghilang. Jadi apa ada alasan yang tidak memuaskan!?”



“Itu benar-benar tidak memuaskan!”



“Jadi, apa yang──”



“Jika segalanya tidak pernah terjadi… …itu berarti aku takkan pernah bertemu denganmu! Bahkan fakta itu juga akan menghilang, ya kan!”



“…………!”



Mendengar teriakan Shidou yang barusan itu, Kurumi kehilangan kata-kata.



“Aku menyukaimu; aku tidak bisa membiarkan pertemuanku denganmu hilang begitu saja!”



“A…… Apa yang kau katakan, disaat seperti ini. Apa kau membenturkan kepalamu?!”



“Aku tidak membenturkan kepalaku! Saat ini aku benar-benar blak-blakan. Intinya, Kurumi, bukankah kau juga menyukaiku!”



“Ha……ah!?”



Mendengar perkataan Shidou, Kurumi hanya bisa menatapnya dengan kaget.



“Apa……! Tolong jangan membicarakan perasaan orang lain dengan seenaknya!”



“Tidak──aku tidak salah! Kenapa kau mengulang waktu sampai lebih dari 200 kali untuk orang tidak kau sukai!”



“Itu karena aku ingin mendapatkan Reiryokumu──”



“Jangan lupa bahwa aku memiliki ingatanmu lewat peluru kesepuluh <Yud>.”



“────.”



Kurumi menahan nafasnya karena terkejut.



Tepatnya di hari itu, Shidou mengalami masa lalu Kurumi dengan menggunakan kekuatan peluru ke sepuluh <Yud> dari <Zafkiel>.



Namun, disaat yang sama, bukan hanya motif dendamnya yang mengalir ke dalam pikiran Shidou.



Terpecah-pecah──tapi sudah pasti itu adalah perasaannya pada Shidou.

Perasaan penuh gairah dari seorang gadis muda yang dibuang untuk menghidari rasa malu, itulah akibat dari pikiran-pikiran yang disampaikan pada Shidou.



“…, ……! ……”



Kurumi memerah seperti tomat. Setelah menggeliat malu selama beberapa saat, dia akhirnya membenarkan nafasnya dan menatap Shidou.



“…… Meskipun yang kau katakan itu benar, jahat sekali kau mengatakannya sambil mencium wanita lain.”



“Aku sangat minta maaf!”



Di sisi lain, Shidou benar-benar minta maaf, sambil bertukar ciuman penuh nafsu dengan <Nibelcol>. <Nibelcol> berjalan sempoyongan untuk sesaat, tapi kemudian mengeluarkan suara desahan “hawa” sebelum menghilang menjadi partikel cahaya.



Kurumi berbalik sambil mengeluarkan suara “huff” dari hidungnya. Setelah itu, dengan tenggorokannya yang sedikit gemetar, dia mengencangkan pegangannya pada senapannya.



“Bukankah itu berarti──kau ingin aku menyerah dari tujuanku? Membiarkanku meninggalkan begitu banyak nyawa yang ku renggut? ──Sawa-san, apa kau memintaku untuk membiarkannya mati tanpa mencoba untuk menyelamatkannya?”



Tenang──tapi suara Kurumi penuh dengan amarah dan dendam.



“Tidak mungkin.”



Shidou menggelengkan kepalanya untuk meresponnya.



“Seperti yang kukatakan, aku sudah mengalami ingatanmu. Bagaimana bisa aku memintamu untuk menyerah dengan begitu mudah?”



“…… Jadi, apa yang ingin kau lakukan? Bukan hanya menentang penghapusan pertemuan kita, tapi juga tidak memintaku untuk menyerah dari tujuanku? Tidak peduli bagaimana mengatakannya, itu sangat bertentangan.”



“Aahh…… benar. Aku merasa apa yang kukatakan itu sangat absurd. ──Tapi!”



Shidou berteriak setelah meluncurkan ciuman kepada <Nibelcol>.



“Ah, ini benar-benar usaha terakhir! Untuk mewujudkan kedua harapan kita!”



“Huh……?”

“──Bukan segalanya! Hanya memperbaiki hal-hal yang buruk saja. Membuat pilihan untuk mengembangkan hal-hal yang bisa mengubah sejarah menjadi bentuk idealnya……! Jika itu bisa dilakukan, bagaimana menurutmu?”



Shidou menaikkan suaranya untuk berteriak, itu rasanya seperti dia telah menghancurkan tenggorokannya sendiri. Menanggapi hal itu, Kurumi mengerutkan alisnya karena tidak mengerti dengan apa yang dia katakan.



“A-Apa yang kau katakan……? Aku benar-benar tidak mengerti. Kau pikir sesuatu semacam itu bisa lakukan……?”



“Aku tidak tahu.”



“…………”



Saat mendengar jawaban Shidou, Kurumi membuat wajah cemberut. Namun, Shidou yang sudah menduga hal itu kemudian melanjutkan.



“Sudah pasti! karena, itu belum pernah dicoba. Namun, perjudian ini patut dipertaruhkan!”



“…… Jadi, ayo dengarkan. ──Angan-angan ini, apa yang harus dilakukan untuk mencapainya?”





“Pertanyaan bagus! Pertama-tama, aku akan menyegel Reiryokumu!”



Mendengar perkataan Shidou, Kurumi menghela nafas.



“Seharusnya aku tidak usah bertanya. Tidak ada gunanya mendiskusikan hal ini. Percakapan ini──”



Tapi.



Shidou melanjutkannya tanpa menghiraukannya.



“──Setelah itu, dengan Reiryoku milikku, aku akan menggunakan <Zafkiel> untuk kembali ke 30 tahun yang lalu……!”



“………… Ha──”



Mendengar hal ini.



Kurumi menatapnya, dengan kedua mata yang menjadi titik kosong.



“Apa…… tujuannya? Bukankah tidak ada bedanya jika aku melakukannya sendiri──”



“Ada satu hal! Dari sudut pandang Kurumi, kau hanya bisa menghentikan kelahiran Spirit Asal Mula! Namun, jika aku yang pergi, mungkin aku bisa menyegel kekuatan Spirit Asal Mula……!”



“Menyegel……!? Kau berencana menyegel kekuatan Spirit Asal Mula……!?”



Mungkin karena terkejut dengan tujuan Shidou, suara Kurumi penuh dengan kebingungan yang tidak biasa. Setelah menghindari bahaya yang sehelai rambut, Shidou membalasnya dengan anggukan dan berkata “Ya!”



“Benar! Orang itu juga Spirit kan!? Jadi, itu adalah pekerjaanku! Meskipun aku tidak tahu seberapa banyak Reiryoku yang dia punya, tapi biarkan aku──membuatnya jatuh cinta padaku!”



“…………!?”



Mendengar hal itu, Kurumi kembali terdiam sesaat.



Shidou terus menekan dengan memomentum ini.



“Dan kemudian! Jika kau bisa menyegel Spirit Asal Mula, aku akan menggunakan kekuatan ini…… untuk memperbaiki sejarah! Kemalangan yang didapat Kurumi! Aku akan melangkah menuju pembunuhan itu untuk memastikan kehidupan itu tidak pernah terjadi! Setelah itu, aku ingin──bertemu denganmu lagi. Bukan hanya itu! Hal yang sama juga berlaku bagi para Spirit yang lain! Mengulurkan tangan para mereka yang butuh pertolongan, memperbaiki kesalahan yang tidak dapat diubah! Aku akan membuat sejarah paling ideal……!”



“Ap……. Apa yang kau katakan! Kemungkinan sukses dari hal itu, maka──”



“Itulah alasannya kenapa aku bilang aku tidak tahu! Tapi bukankah dia yang dipanggil Spirit Asal Mula adalah eksistensi yang menjadi sumber dari semua Spirit!? Jika begitu, dia pasti punya kekuatan yang sangat hebat! Jadi──ada satu hal yang pasti!”



Shidou menunjukkan jempolnya ke arah dadanya.



“Biarkan aku mengulang apa yang kau katakan, Kurumi. Aku adalah satu-satu orang di dunia. Seorang manusia yang pernah menulis ulang sejarah!”



“────”



Kurumi tak bisa berkata-kata saat dia menantap Shidou dengan kosong.



Namun, kemudian, ada teriakan kesal yang datang dari depan.



“Aaaaa! Yang abaikan keberadaanku, sambil menikmati dunia yang isinya hanya kalian berdua──!”

Diikuti oleh teriakan <Nibelcol>, lembaran kertas yang tak terhitung banyaknya beterbangan seperti badai salju.



Lembaran-lembaran itu berkumpul disalah satu <Nibelcol>, mengelilingi tubuhnya dengan erat seperti armor yang aman.



“<Beelzebub · Page>──<Library Binding>……!”



<Nibelcol>, terbungkus armor kertas, menghentakkan tanah dan menerjang kearah Kurumi dengan kecepatan yang mengerikan. Dengan bahu mereka yang bergerak cepat karena refleks, Shidou dan Kurumi melepaskan peluru dan lemparan ciuman di saat yang bersamaan.



Namun──



“Fuu!”



<Nibelcol> menghalau peluru dan mengabaikan lemparan ciuman sambil terus membuat pergerakan yang gila.



Namun, itu sudah bisa diduga, armor kertas benar-benar membungkus <Nibelcol> bahkan sampai matanya.



“……Ah.”

Di posisi itu, telat bagi mereka berdua meskipun mereka sudah menyadarinya. Kecepatan <Nibelcol> sampai ketitik dimana Kurumi tidak bisa mengelak dengan kekuatan fisik sendiri.



“Kurumi────”



“……!”



“Kiyahahahahaha Matiiiii!”



Tujuannya menusuk sisi kiri Kurumi, tangan armor <Nibelcol> berubah menjadi tombak kerucut.



────Tusukan tajam <Nibelcol> mendekati dadanya dengan kecepatan yang luar biasa.



Dari sudut pandang itu, Kurumi merasa seperti ada digerakan lambat. Ini bukan karena Kurumi menggunakan <Zafkiel> untuk meningkatkan kecepatannya. Bukan juga karena kecepatan <Nibelcol> yang tiba-tiba menurun.



Itu hanyalah kondensasi kesadaran seseorang yang membuat semacam ilusi tentang waktu secara tiba-tiba.



Ini juga disebut sebagai pemutaran lentera yang disebaban oleh otak, selama dibahayakan oleh kematian, menemui pengalaman masa lalu dan juga ingatan. Saat ini, Kurumi berada di kondisi yang mirip. Sementara itu, kesadarannya masih sangat jelas, waktu reaksi tubuhnya tidak bisa mengikuti kesadaran yang sama dengan saat dia menerima serangan fatal.



Saat ini, sangat sulit untuk benar-benar menghindari serangan <Nibelcol>. Selama bukan serangan fatal, Kurumi masih bisa menggunakan peluru keempat <Dalet>. Namun, jika yang mendarat adalah serangan yang bagus, dia ragu bahwa <Nibelcol> akan membiarkannya melakukan hal itu malahan dia akan menyerangnya.



Salah perhitungan. Pertarungannya cukup diserahkan pada para klon sementara tubuh utamanya melihat dari kejauhan sambil bersembunyi dalam bayangannya.



──Tidak, bagaimanapun juga mereka benar-benar tidak diuntungkan. Bertarung tanpa menggunakan <Zafkiel> hanya membuang-buang pasukannya dengan sia-sia.



Tidak, sebelum itu, ada sesuatu yang lebih penting.



Ahh──benar. Mustahil untuk tidak merasa bingung karena perkataan Shidou.

Tidak peduli seberapa cepat serangan <Nibelcol> selama diserang kembali di celah waktu pemulihan, seharusnya dia punya waktu yang cukup untuk melakukan pengisian ulang peluru <Zafkiel>.



Ngomong-ngomong, itu juga tidak bisa dihindari.



Karena perkataan Shidou, perkataan──yang mempengaruhi hati Kurumi.

Gila, absurd, dan ocehan yang tidak masuk akal.



Namun, Kurumi memikirkannya.



Sungguh luar biasa jika itu bisa menjadi kenyataan.



Sungguh menyenangkan untuk mempercayai mimpi itu.



Jika kau mati seperti ini, setidaknya, kau harus mempercayakan kekuatanmu pada Shidou──



“──Jadi, apa diriku, memikirkan sesuatu soal itu?”



Kemudian, di tengah kesadarannya, ada suara yang terdengar seperti telah membaca hati Kurumi.



Di saat itu.

Dari bayangan Kurumi, seorang klon Kurumi yang memakai penutup mata khusus keluar dan menerima serangan yang datang dari <Nibelcol> dengan tubuhnya.



──Tidak diragukan lagi. Ini adalah klon Tokisaki Kurumi dari lima tahun yang lalu yang Kurumi biarkan hidup hingga saat ini.



Bunga darah bermekaran di depan mata Kurumi. Ujung tangan yang menusuk Kurumi berpenutup mata terlihat jelas di depan wajahnya.



“Diriku……!?”



Akhirnya, tubuhnya bereaksi menyusul waktu mentalnya. Suara keras keluar dari tenggorokannya.



Namun, Kurumi langsung mengembalikan sikapnya.



Dengan tubuh yang masih tertembus tangan <Nibelcol>, Kurumi berpenutup mata menatap ke arah Kurumi.



“──Lihat, tataplah……? Berguna, akhirnya, …… kan?”



Setelah selesai, dia sedikit tersenyum dengan bangga.



“────, Ya. Meskipun, ini bukan tujuan asliku, membiarkanmu hidup adalah tindakan yang berguna.”



Kemudian, Kurumi mengambil pistol pendek dan memotong <Nibelcol> dengan <Fourth Bullet> <Dalet> sambil mengarahkannya keatas bahu Kurumi berpenutup mata.



Peluru padat diledakkan kearah armor kertas yang ada disekeliling <Nibelcol>.

Pembalik waktu dari Peluru Keempat <Dalet> mengubah armor baja yang dia pakai menjadi lembaran kertas yang berhamburan lagi.



Seketika, <Nibelcol> benar-benar tidak memiliki pertahanan.



Kemudian, sepertinya Shidou, yang berlari kearah Kurumi, mengulurkan tangannya kearah leher <Nibelcol> dan menyambar bibirnya.



“Apa kau baik-baik saja, Kurumi!”



“……Ya.”



Kurumi membalas sambil menatap kolam darah yang ada di samping Kurumi berpenutup mata. Shidou, yang juga melihatnya, ekspresinya penuh dengan kesedihan. Namun, Kurumi berpenutup mata merespon dengan senyuman puas.



“Diriku, tolong…… jujurlah…… hadapi hatimu sendiri──”



Setelah selesai, dia terjatuh kedalam bayangan.



“Kurumi, itu──”



“──Tolong jangan pikirkan diriku yang seharusnya sudah mati. Meskipun dia adalah klon yang malang, akhirnya dia bisa berguna sebelum kematiannya.”



“……Ugh, tidak perlu mengatakan hal itu……”



Di tengah jalan, Shidou berhenti bicara. Sebenarnya, itu karena dia melihat Kurumi yang menatap ke bawah dengan bibir yang dieratkan.



“……”



Kemudian Kurumi berbalik ke arah Shidou, sebelumnya dia menarik nafas ringan untuk mengembalikan sikapnya. Setelah itu, dia menatap Shidou sekali lagi.



Benar. Kurumi harus menanyakannya.



Untuk memastikan benar tidaknya ide yang melintasi pikirannya saat dia sudah siap untuk mati.

Untuk memastikannya sendiri apakah dia bisa mengikuti apa yang dikatakan Kurumi berpenutup mata, orang yang telah menyelamatkan hidupnya, diapun berkata.



“──Selain itu, Shidou-san, apa yang kau katakan tadi, seberapa seriuskah dirimu?”



Saat Kurumi bertanya sambil menatapnya dengan mata yang serius, Shidou membalasnya sambil sedikit mengerutkan alisnya.



“Tentu saja──dari lubuk hatiku yang terdalam.”



“…………”



Sambil menamdangnya tepat di garis penglihatannya, Shidou membalas dengan jujur.



──Ahh, sungguh menjengkelkan. Benar-benar menjengkelkan.



Dia, dari lubuk hatinya yang terdalam, mempercayai sesuatu yang tidak diketahui ataupun tidak benar-benar mungkin untuk dicapai.

Dan meski tahu jika jalan itu penuh dengan penderitaan, dia masih berencana untuk mendapatkan hasilnya.



Ya, bagi Shidou, tidak ada tanda-tanda keraguan sedikitpun.



Dan ini semua demi mimpi yang pernah diceritakan pada Kurumi. Pasti──meski sudah berkata, “Aku menyukaimu” juga.



“──Ahh, ahh, aku benar-benar bodoh.”



Kurumi mengerang pada dirinya sendiri sebelum melanjutkan.



“Hei──Shidou, apa kau masih mengingatnya? Pertandingan kita.



“Huh?”



Mendengar apa yang dikatakan Kurumi, Shidou melebarkan matanya saat dia menjawab.



“……Siapa yang bisa membuat yang lain jatuh cinta, akan menang?”



“──Fufu.”



Kurumi perlahan melonggarkan mulutnya saat dia berbicara.

“Ayo lanjutkan sisa obrolan ini setelah perang. Jika DEM bisa dikalahkan dan setelah menghindari hal yang mengancam hidup Shidou──menyerahkan bibirku padamu mungkin bukan ide yang buruk.”



“……! Benar-benar, Kurumi……!”



Mata Shidou melebar karena terkejut karena mendengar perkataannya. Melihat tatapan itu, Kurumi hanya bisa tertawa. ──Mencoba bersikap anggun sampai sekarang, sepertinya dia tidak bisa mengurus sikap itu sampai akhir saat matanya mulai berbinar-binar seperti anak kecil.



“……Sungguh, benar-benar imut.”



“Huh?”



“Tidak ada apa-apa. ──Yang lebih penting, itu hanya jika kau bisa bertahan untuk mengalahkan DEM. Jadi, ufufu, bisakah kau melakukannya Shidou-san?”



“Tentu saja! Setelah ini berakhir, kita akan membicarakan soal Spirit Asal Mula sebagai musuh bersama!”



Setelah Shidou bekata dengan penuh semangat, dengan lembut dia mengulurkan tangannya pada Kurumi.



Seakan ingin berkata. Ayo pergi bersama.



“……Fufu.”



Kurumi sedikit mengatakannya saat dia perlahan mengangkat tangannya ke arah Shidou.



Lalu, beberapa saat kemudian──





“A……ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh──!”



──Tangisan kesedihan mengusai seluruh dunia.



Air mata yang tidak bisa dikendalikan meluap dari matanya saat suara teriakan melengking yang tidak ada putusnya keluar dari tenggorokannya.



Tapi hal semacam itu belum bisa menunjukkan sekeping duka cita mendalam yang dialami Mio.



Tepat di depan Mio──hanya ada seorang lelaki yang terbaring di depannya.

Di saat itu, lelaki ini ditembak setelah mencoba kabur sambil menarik tangan Mio. Mio, yang sedang diliputi oleh kamarahan, kesedihan, dan kebingungan, menyebarkan Reiryokunya tanpa pandang bulu, lalu menghancurkan sekelilingnyaa dan membiarkannya kabur.



Tidak ada luka yang tersisa di tubuh si lelaki, karena Mio sudah menggunakan Reiryokunya untuk menutup lukanya.



Namun──lelaki itu masih belum bangun.



Pasti, dengan kekuatan Mio, dia bisa memulihkan tubuh yang terluka.



Namun, mustahil untuk mengembalikan nyawa yang telah hilang.



“Kenapa…… k… kenapa……”



Mio──menangis.



Dia menangis, menangis, tidak bisa berhenti menangis, sampai-sampai dia kehilangan jejak waktunya.



Meski begitu, air matanya tidak mau berhenti.



Mio sangat-sangat berterima kasih pada lelaki ini.



Mio menyukai lelaki ini.

Jika lelaki ini tidak menemukan Mio, dia tidak akan pernah berada di tempatnya yang sekarang. Lelaki ini memberinya rumah, makanan, pakaian, dan juga pengetahuan, Mio bisa mengerti semua itu.



Tapi──salah.



Semua itu sekarang telah pergi.



Sekarang lelaki itu telah meninggal, dia tidak bisa menemuinya lagi, akhirnya Mio mengerti.



Seberapa besar keberadaan lelaki itu di hatinya, seberapa tak tergantikannya dia bagai Mio.



Setelah orang itu pergi, dunia yang pernah menjadi sangat berwarna berubah menjadi abu-abu gelap. Hari-hari yang dipenuhi dengan harapan, semua telah pergi.



Pertemuan pertama itu terjadi karena kebetulan. Tapi tapi sekarang tidak berlebihan jika dibilang──bahwa lelaki itu adalah alasan Mio untuk hidup. Dia adalah segala bagi Mio.



Jika dia tidak pernah bertemu lelaki itu.





Jika dia tidak terlalu mengandalkan lelaki itu.



Jika dia memilih mati sendiri──



──Mungkin lelaki ini tidak akan mati.



Penyesalan yang tak ada artinya berputar-putar dipikirannya.



“……, ……”



Mio menggigit bibirnya sampai berdarah sambil menarik rambutnya. Dia terus berpikir. Dengan semua pengetahuan yang sudah dia kumpulkan sampai sekarang. Menggunakan semua perkiraan dan imajinasi yang didapat dari pengalamannya untuk menemukan cara mengatasi keputusasaan ini.



Namun, tidak peduli seberapa lama dia berpikir, tidak ada jawaban yang datang.



Manusia itu sangat rapuh. Meski tadi dia berhasil bertahan hidup, selama lelaki ini ditargetkan oleh sekelompok pria tadi, suatu hari dia pasti akan mati.

Tidak, bukan itu saja. Umur manusia benar-benar singkat.



Dari pengertahuan yang dia peroleh di buku dan pemahamannya sendiri; tidak seperti Mio, manusia yang bisa hidup sampai 100 tahun itu sudah luar biasa.

Meskipun semua masalah telah diatasi, lelaki itu pasti akan mati sebelum Mio. Bisakah dia menerima kenyataan ini?



“…………”



Untuk melihat senyuman lelaki itu lagi.



Untuk tetap bersama lelaki itu selama mungkin, apa yang harus dilakukan?

Mio berpikir keras.



Terus──berpikir dan berpikir.



──Berapa lama waktu yang dibutuhkan?



“……… Ah………”



Tanpa disadari bibirnya mendesir satu sama lain, mengeluarkan suara kecil.



“Itu…… benar……”



Mio menyangga tubuhnya yang tak berdaya, melihat ekspresi lelaki yang tertidur lelap.



“──Membangun kembali dari awal……. seharusnya itu cukup.”



Mio berbisik sambil mengelus pipi lelaki itu dengan lembut.



Ya.



Ini adalah jawaban yang Mio dapatkan setelah berpikir panjang.



──Mio menjilat bibir basahnya, mendekati wajah lelaki itu.



Lalu, dia menekan bibirnya ke bibir lelaki itu.



Meskipun bibirnya sangat lembut, semua suhu tubuhnya telah hilang.



“…………”



Mio menutup matanya untuk berkonsentrasi.



Rasanya seperti mengubah dunia yang ada disekitarnya dengan pikirannya.



Lalu, tubuh lelaki itu berubah menjadi partikel cahaya redup──yang perlahan diserap ke dalam tubuh Mio.



“………… Un…………”





Setelah Mio benar-benar menyerap tubuh lelaki itu, dia menghela nafas kecil sambil bangkit di saat yang sama.



Lalu, dia mengelus perutnya.



“──Aku akan malahirkanmu; sekali lagi kau akan lahir.



Sekarang kau tidak akan mati.



Sekarang kau tidak akan hancur.”



Lelaki yang telah mati tidak akan bisa hidup lagi.



Jadi, ──dengan menggunakan rahimnya, dia akan menciptakan lelaki itu kembali. Tidak, bukan hanya itu aja.



Dalam proses rekonstruksi tubuhnya di rahim Mio, Mio juga akan memberikan kekuatakan ke tubuh lelaki itu.



Lelaki itu akan mendapatkan tubuhnya sekali lagi juga kekuatan dari seorang Spirit.



Ahhh──namun, itu saja belum cukup.



Tubuh manusia masih sangat rapuh. Jika dia langsung memberikan semuanya, tubuhnya takkan bisa menahannya dan akan hancur sendiri.



Sedikit demi sedikit, sedikit demi sedikit.



Itu harus dibagi menjadi beberapa faktor terlebih dahulu sebelum diserahkan pada lelaki itu satu persatu.



Jadi artinya, hanya ada satu kemampuan yang akan diberikan untuk itu.



“──Kemampuan untuk menyerap kekuatan.”



Suatu hari, dihari itu, saat tiba waktunya lelaki itu lahir, dan mendapatkan tubuh yang stabil.



Maka, dia akan menyebarkan benih ke seluruh dunia untuk dia kumpulkan satu persatu.



Mio hanya akan melihat dari samping.



Lalu, saat lelaki itu mendapatkan semua kekuatannya──



Lelaki itu akan mendapatkan kekuatan yang bisa mencegahnya dilukai oleh orang lain.



Semakin dekat untuk mendapatkan hidup yang abadi.



Kemudian, dia akan jadi kekasih abadi Mio.



“──Aku tidak akan membiarkanmu pergi. Aku benar-benar tidak akan membuat kesalahan lagi.”



Mio mengatakannya sambil mengelus perutnya dengan lembut.



“Jadi…… tolong tunggulah──Shin.”





“────Huh……?”



Di medan perang.



Shidou mengeluarkan suara yang hampir tidak bisa didengar.



Namun itu sudah bisa diduga. Karena, disampingnya, ada tangan yang bukan milik Kurumi keluar dari dada Kurumi.



Ini bukanlah metafora ataupun guyonan. Seperti bunga segar yang bermekaran, tangan putih keluar dari dada Kurumi.



Sambil melihat pemandangan aneh yang seperti déjà vu, Shidou pikir dia pernah melihat hal ini sebelumnya.



Benar. Di bulan juni. Di atap sekolah.



Itu saat Kurumi yang asli menusuk klonnya dari belakang, yang juga mengulurkan tangannya ke arah Shidou.



Beberapa saat berlalu, pikiran Shidou langsung membuat adegan penting itu. Namun, tidak diragukan lagi Kurumi yang ada di depannya adalah Kurumi yang asli. Terlebih lagi, tangan yang keluar itu sepertinya bukan milik Kurumi, dan dia sangat ragu jika ada klon yang ingin keluar melalui dada Kurumi yang asli.



Tapi di situlah masalahnya……



“……Huh?”



Sepertinya agak terlambat menyadarinya, Kurumi menatap dadanya dengan kosong sambil membuka matanya lebar-lebar seakan tidak mengerti apa yang sedang terjadi.



“Apa……. ini……?”



“Ah────”

Mengikuti suara Kurumi, tangan itu memanjang sedikit demi sedikit. Sepertinya ada sesuatu yang keluar dari Kurumi.



“Ah, ah, ah, ah, ah, ah………”



“Kurumi!”



Saat tangan itu menggunakan jarinya untuk mencakar dirinya keluar, Kurumi mengerang kesakitan. Langsung saja Shidou memanggil namanya.



Namun, perkembangan itu tidak langsung berhenti──



“Tokisaki Kurumi. Terima kasih. Kau benar-benar teman yang hebat hingga akhir.”



Diikuti oleh suata itu, dia menunjukkan sosoknya.





Bersambung.
Share Tweet Share

1 comments:

    Please wait....
    Disqus comment box is being loaded