Bab 3 -Istirahat Terakhir

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode


“… … … … …”



Gadis itu tetap terdiam sambil terus menatap halaman demi halaman dari buku yang ada di tangannya.



Lalu, dengan mata yang berbinar-binar, dia langsung ingat dengan karakter yang tertulis di teks itu dan membuka lembar berikutnya beberapa saat kemudian.



Buku yang dia pegang sekarang adalah buku ilmiah besar, yang meringkas sejarah singkat mengenai pembentukan dunia ini.



Sepertinya benda itu awalnya digunakan untuk belajar bersama. Karena gaya penulisannya dibuat dengan bentuk yang sederhana, buku itu sangat mudah untuk dimengerti. Namun, karena kebiasaannya meringkas frasa menjadi lebih sederhana, sepertinya dibutuhkan waktu lebih lama untuk menjelajahi makna di balik setiap kata yang ada disana.



Namun, itu hanyalah lika-liku dari apa yang disebut sebagai sifat manusia. Gadis itu menyipitkan matanya sambil merasakan getaran yang menggetarkan gendang telinganya.

Saat ini, ada banyak alat elektrinik seperti televisi, radio dan kaset recorder yang diletakkan di sekitar gadis itu, semuanya memiliki suaranya masing-masing. Berita. Drama. Siaran langsung. Rakugo. Musik. Suara dari berbagai benda saling berlomba menuju otak gadis itu.



[Note : Rakugo : Story telling/pembacaan cerita khas jepang.]



“… …Fuu.”



Berapa kali hal ini berulang? Seketika Gadis itu menutup bukunya dan menghela nafas ringan.



“… …jadi begitu. Setidaknya aku bisa memahami sistem bahasa.”



Gadis itu berbicara sambil mematikan TV dan radio, untuk menghentikan kebisingan yang ada di sekitarnya.



“… … … …”



Setelah itu, si adik perempuan yang duduk di sampingnya ──yang dipanggil Mana──menatap gadis itu dengan kagum.



“… …? Apa yang terjadi?”



“Tidak tahu, meskipun kau bertanya apa yang terjadi.”



“Tentu saja, sampai kemarin anak itu hanya bisa berkata “ah… …” “guu… …”, tapi sekarang hebat sekali dia bisa bicara dengan sangat lancar.”



Saat Mana mengatakannya, lelaki itu merasakan keringat dingin yang menuruni punggungnya saat dia mengerutkan alisnya.



“Jika ada informasi yang cukup mengenai karakter dan suara, mungkin saja aku bisa menyimpulkan sistem bahasa dari elemen-elemen umum ini. Tentu saja, karena ada banyak komponen spekulatif, aku tidak bisa menyangkal jika ada perbedaan dalam detailnya.”



“Tidak, dari apa yang kau katakan, kedengarannya sangat lancar.”



“Um, kenapa itu terdengar lebih jejepangan daripada Mana?”



“Karena Nii-sama hanya bisa bilang “ah… …” ataupun “gu… …” untuk sesaat, setidaknya levelnya lebih tinggi dari Nii-sama.”



Mana menunjukkan senyuman gembira sambil mengambil tas pedang bambunya, lelaki itu langsung bergerak untuk menghentikannya.



“Tunggu, tenanglah. Aku juga menyukai gaya bicaramu.”



“Baguslah jika kau mengerti.”



Saat Mana menghela nafas sambil menyilangkan tangannya, lelaki itu menyentuh dadanya dengan pelan untuk menenangkan dirinya.



“──Benar juga, sekarang kami bisa menanyakannya karna kau sudah bisa bicara.”



“… …? Apa?”



“Siapa kau? Kekuatanmu itu benar-benar tidak normal. Menurut perkataan Nii-sama, kau ditemukan di tempat ledakan itu. Bukankah itu karena perbuatanmu, ya kan?”



Mana bertanya sambil menatapnya dengan tajam.



Namun, bukannya dia mengatakan hal itu tanpa alasan. Ada berita besar yang memberitakan tentang bencana yang menghancurkan wilayah Kanto kemarin. Mustahil mengabaikannya saat orang yang ditemukan ditempat itu ada di depanmu.



Namun, setelah ragu-ragu untuk sesaat, gadis itu menggelengkan kepalanya.



“… …Maaf. Aku tidak tahu.”



Dia membalasnya dengan terus terang.



Nyatanya, dia tidak tahu apapun mengenai dirinya. Siapa dia dan kenapa dia ada disana.



“Hmm… … aku tidak pikir dia berbohong.”



“Jadi bisakah kau katapan apapun yang kau mengerti? Itu, apapun, keadaanmu──aku ingin mengetahuinya.”



Lelaki itu bertanya dengan lembut. Sambil melirik lelaki itu dari samping, Mana hanya bisa mengangkat bahunya.



“Sesuatu yang bisa dipahami… …”



Gadis itu menurunkan pandangannya saat dia mencarinya dalam ingatannya. Dengan menggunakan bahasa yang baru dipelajarinya, pecahan suatu peristiwa mulai muncul dalam pikirannya.



“Aku ingat… …di atas permukaan tanah… …ada tiga orang. Dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Meskipun aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan saat itu──namun sekarang aku berpikir sepertinya mereka menggunakan bahasa yang disebut inggris.”





“Tiga orang… ...?”



“Di atas permukaan tanah… …jika itu berhubungan dengan ledakan itu, mungkinkah itu bencana besar yang menghancurkan langit Eurasia? Tidak, jika begitu, seharusnya tidak ada seorangpun… …”



“Aku tidak tahu. Mengumpulan, memproduksi… …membuat? Rasanya ada sesuatu yang seperti itu. Dan juga… …──”



Gadis itu menyentuh dahinya karena menderita sakit kepala. Melihat hal ini, lelaki itu menatapnya dengan cemas.



“A-Apa kau baik-baik saja? Jangan paksakan dirimu.”



“Aku baik-baik saja. Rasanya hanya sedikit sakit.”



Setelah gadis itu mengatakannya, lelaki itu menghela nafas lega.



Melihat adegan ini, Mana hanya bisa menggaruk kepalanya dengan bingung.



“Yah… …mau bagaimana lagi jika sekarang kau tidak bisa mengingatnya. Soal itu, cobalah untuk mengingatnya dengan perlahan.”



Setelah mencoba mengangkat poninya, Mana menatap gadis itu dengan lebih tajam lagi.

“──Sekarang, karena kau tidak memiliki kesulitan berkomunikasi lagi, sebaiknya aku memberitahukan kesanku padamu secara jujur.”



“Kesan… …?”



“Ya, sejujurnya, kau ini terlalu mencurigakan. Kupikir sebaiknya segera menghubungi polisi untuk melindungimu.”



“Mana… …”



Lelaki itu berbalik dan menatap Mana dengan ekspresi sulit.



Namun, melanjutkan omongannya setelah menghela nafas lain.



“… …Ngomong-ngomong, sebenarnya aku tidak ingin mengatakan hal ini. Membuat pakaian dari udara yang tipis, menguasai bahasa asing dengan cepat; bagaimanapun juga, tidak ada orang biasa yang bisa melakukannya. Jika kami membiarkanmu pergi, mungkin saja kau akan dijadikan tikus percobaan oleh lembaga penelitian. Memikirkannya saja membuatku ketakutan.”



Mana terus bicara sambil mengangkat bahunya.



“Untuk saat ini, apa tidak masalah jika kami merawatmu? Entah sial dan beruntung, ibu dan ayah sedang tidak dirumah, jadi ada kamar kosong yang bisa digunakan.”

Saat Mana menyilangkan tangannya, ekspresi lelaki itu langsung menjadi cerah.



“… … … …”



Butuh beberapa saat bagi si gadis untuk memikirkan informasi yang baru saja ia dengar.



Tepatnya, meskipun makna dibalik kata-kata itu bisa dimengerti, masih dibutuhkan beberapa waktu untuk memikirkan tujuan dari si pembicara.



Sepertiya mereka ingin merawatnya dirumah ini.



“Kenapa… …aku?”



“Ya… …apa kau tidak mengerti? Ini bukan soal mengikuti arus ataupun perjanjian, ya kan? Bagaimanapun juga, di saat seperti ini bukankah kau tidak punya tempat lain yang bisa kau datangi.”



“Kurasa itu benar.”



Lalu, Mana menggaruk pipinya lagi dengan sikap yang agak kesulitan.



“Jadi bersiaplah. Kau… …umm.”



“Ngomong-ngomong, aku masih belum tahu namamu. Apa kau tahu namamu?”



“Nama… …”



Nama. Sebuah nama. Sabuah simbol untuk membedakan sesuatu. Bisa dikatakan, itu adalah sesuatu yang belum dia miliki untuk dirinya sendiri.



Saat gadis itu terdiam, Mana mengangkat bahunya dengan diam seakan ingin berkata “baiklah”.



“Itu bukanlah hal yang mudah diatasi. Kami tidak bisa menggunakan kau selamanya. Bagaimana dengan──”



“──Mio.”



Saat itu.



Saat Mana tengah bicara, lelaki itu mengatakan sesuatu.



“Huh?”



“… … … …?”



Saat Mana dan gadis itu menatapnya dengan serius, lelaki itu, yang tidak menduga akan mendapat reaksi semacam itu, menggaruk pipinya dengan grogi.



“Ah, apa terdengar aneh. Kupikir itu nama yang bagus… …”



“Tidak, itu tidaklah aneh. Sebaliknya, kupikir itu nama bagus yang tanpa diduga datang dari Nii-sama, yang biasanya selera penamaannya agak aneh.”



“Yah… …”



Lelaki itu merasakan keringatnya yang menetes setelah mendengar kritikan pedas dari Mana.



“Jadi darimana asalnya nama itu? Apakah itu nama heroine dari manga, atau nama pacar khayalan yang datang tiba-tiba dari pikiranmu?”



“Tidak, aku tidak akan melakukan hal semacam itu. Tapi kau tahu, bukankah kita bertemu ditanggal 30? Jadi aku menamainya 30 (Mio)… …itu alasannya.”



“… …U-uh──… …”



Mana mengerutkan alisnya dengan ekspresi yang bertentangan. Ngomong-ngomong, meskipun itu agak terlalu sederhana, tapi sulit menyangkalnya karena nama itu tidaklah buruk.

“J-Jadi, kita harus menanyakan pada orangnya. ──Hei, bagaimana?”



“Eh──?”



Saat lelaki itu bicara, gadis itu menatapnya dengan mata yang terbuka lebar. Di saat itu, akhirnya lelaki itu merasa bahwa dia harus memutuskan nama yang pantas untuk gadis itu.



“Yah, perhatikan juga masalah dari orang luar, karena kau akan menghabiskan waktumu disini, tidak ada masalah jika memanggilmu kerabat kami. Jadi, nama panjangmu adalah Takamiya Mio.”



“Takamiya, Mio… …”



Saat gadis itu mengatakan──namanya, bibirnya mulai gemetar.



Dengan hanya 3 karakter.



Dan dilafalkan dengan 6 suku kata.



Itu hanyalah rangkaian karakter yang disatukan.



Tapi kenapa? Saat kata itu keluar dari tenggorokannya, gadis itu merasakan kehangatan yang datang dari hatinya secara perlahan.



Dan disaat yang sama──dia merasa ada sesuatu yang menuruni pipinya.



“Wa!”



“Eh… …!?”



Mana dan lelaki itu terlihat bingung.



“… …?”



Saat gadis itu memiringkan kepalanya, dia menemukan alasannya.



Dari ujung matanya, ada cairan yang turun menuju lantai.



Jika merujuk pada bahasa yang baru saja dia pelajari, cairan ini disebut air mata.



“Eh… …aneh sekali. Kenapa begini, ini… …”



Gadis itu menggunakan tangannya untuk menutup matanya lalu mencoba untuk menahan agar air mata itu tidak keluar terus, tapi air mata itu tetap tidak mau berhenti.



“U, ah, ahh.”

Setelah itu, tubuhnya terjatuh setelah merasakan sensasi seperti terpukul di hatinya.



“Nii-sama.”



“… …Aaah.”



Kemudian, sambil melihat kejadian itu, lelaki itu tersenyum tipis saat dia duduk di samping gadis itu dan mengelus punggungnya.



Dengan rasa nyaman dipunggungnya, gadis itu──Takamiya Mio, menangis selama beberapa waktu.





Dua hari berlalu sejak rapat strategi yang diadakan di <Fraxinus>.



Origami dan Mana mendatangi pangkalan militer rahasia milik Japanese Self Defence Force (JSDF) yang berada dipinggiran kota Tenguu.



“Ya──… …sudah lama sejak terakhir kali ketempat ini.”



Sambil melihat pagar panjang bersama-sama, Mana berbicara dengan ekspresi muram. Origami mengangguk dan berjalan perlahan sambil menggunakan smartphonenya untuk mengecek waktu.

Dulu Origami dan Mana adalah prajurit kota Tenguu, dengan pangkat sersan kepala kelas satu dan letnan tiga.



Tentu saja, jika berbicara soal umur, mereka berdua yang merupakan siswi SMP dan SMA seharusnya tidak bisa bergabung dengan JSDF. Namun, keadaannya berbeda jika yang dinilai adalah soal Wizard.



──Unit rahasia anti-Spirit, dikenal juga sebagai AST.



Unit petarung yang bertugas untuk membasmi eksistensi yang bisa membunuh dunia──Spirit. Semua anggotanya telah menjalani operasi penanaman komponen elektronik diotak mereka agar bisa menggunakan Realizer Manifestation Device──tepatnya yaitu Wizard.



Namun, tidak peduli seberapa berat latihannya, mereka yang tidak memiliki bakat tidak bisa menggunakan Realizer Manifestation Device tidak peduli seberapa bagus kualitas peralatan yang digunakan.



Karena kurangnya Wizard berbakat dan sedikitnya orang yang mau menjalankan misi yang berat, JSDF tidak punya pilihan lain selain menerima pendaftar muda seperti Origami kedalam JSDF.



Yah, lebih tepatnya, Mana bukanlah anggota AST, tapi dipindahkan dari DEM Industries.

Lalu, sambil berjalan menyusuri pagar, Mana mengatakan hal yang tak terduga.



“Tapi Origami-san.”



“Aku tidak masalah jika kau memanggilku kakak ipar.”



“… …Origami-san sudah dikeluarkan dari militer dan aku kabur dari DEM karena itu kita akan dianggap sebagai pengkhianat. Bisakah kita masuk dari pintu depan?”



Saat merespon Origami, Mana melanjutkan omongannya sambil menggunakan bahasa formal. Dengan sedikit kecewa, setidaknya Origami merasa itu sedikit lebih baik daripada yang sebelumnya Tobiichi-san.



“Itu bukan masalah. ──Seharusnya mereka segera tiba di lokasi yang sudah disepakati.”



“Disepakati?”



Mana memiringkan kepalanya dengan bingung setelah mendengar perkataan Origami. Lalu, seakan-akan sesuai dengan perhitungan Origami, ada suara samar yang terdengar dari balik pagar.



“──Origami-san, Mana-san. Kesini.”

“Huh?”



Suara itu membuat Mana berbalik. Seakan menyatukan iramanya, Origami juga bergerak kearah suara itu.



Di sana, ada dua gadis, yang bersembunyi di balik semak-semak, menunjukkan kepala mereka ke arah pagar.



Salah satunya adalah seorang gadis mirip kucing dengan rambut yang diikat kepang dua dengan ujung yang berlawanan. Yang satunya adalah gadis blasteran jepang yang memiliki ciri-cri rambut pirang dan kacamata.



Anggota AST, prajurit kelas 2 Mikie Okamine dan mekanik AST Mildred F. Fujimura, keduanya adalah rekan Origami. Pintu masuk jenis ini bisa dikunci di kedua sisinya.



“Okamine-san dan Fujimura-san? Kenapa kalian disini… …?”



Setelah Mana selesai bicara, Mikie mengangguk sedikit sebelum menunjuk ke arah sebelah pintu masuk. ──



“Millie-san sudah membuka kuncinya, jadi tolong masuklah sebelum kalian ketahuan.”



[Note : Millie = Mildred, jangan dikira ini typo ya.]
“Fufu, mengurus kunci silinder ini dengan menggunakan Cr-Unit itu sama mudahnya dengan mematahkan tangan bayi──”



“… …Rasanya pasti berat jika tingkat kesulitannya seperti itu.”

Mana menatap Millie yang terlihat bangga dengan mata yang setengah terbuka.



Namun, setelah ini, Mana akhirnya mengerti maksud dari perkataan Origami yang sebelumnya.



“Baiklah… …jika sudah begini kita bisa keluar masuk dengan mudah.”



“Begitu ya.”



Setelah membalasnya dengan singkat, Origami langsung meninjau sekelilingnya untuk mengecek bahwa tidak ada yang melihat mereka dan membuka pintu hingga batas minimum yang dibutuhkan untuk memasukkan tubuhnya. Bersuil dengan gerakan yang lincah itu, Mana meniru aksi Origami.

Namun, ini bukan waktu yang untuk ceroboh. Sambil memantau kondisi didalam markas, mereka langsung bersembunyi dalam bayang-bayang sebelum akhirnya bisa mencapai barak AST.



Di sini, tidak perlu khawatir akan ditemukan oleh anggota JSDF biasa. Akhirnya Origami dan yang lainnya bisa bernafas lega.



“Lama tidak berjumpa, Origami-san. Tepatnya, sejak manga colosseum berakhir tahun lalu.”



“Sudah lama sekali. Kalian sangat membantu.”



“… … … …”



Setelah memberi laporan singkat, ada sedikit keringat yang menetes di pipi Mikie saat dia membuat ekspresi bingung.



“Apa?”



“Tidak… …tidak ada apa-apa, rasanya Origami-san telah berubah… …”



Setelah mengatakannya, Mikie tersenyum kecut.



Yah, begitulah. Dunia telah diperbaiki oleh Shidou. Masuk akal jika Origami yang ada di ingatan Mikie dan Origami yang sekarang telah menyatu, keduanya menciptkan kesan baru yang unik.



“Bagaimanapun juga… …itu, kau telah berubah setelah dapat pacar.”



“Ya. Tubuh dan hatiku telah dicuri olehnya.”



Saat Origami langsung membalasnya, tanpa diketahui Mikie membuat ekspresi bingung.



Kebetulan, pada saat itu, Mana, yang ada disampingnya, menatapnya dengan tatapan tidak senang. Meskipun makna dibalik tindakan itu tidaklah dijelaskan pada Origami… …dia pikir mungkin dia ingin berbuat ulah didepan adik iparnya?



“Yang lebih penting lagi.”



“B-Benar… …kemari.”



Atas keinginan Origami, Mikie menggelengkan kepalanya untuk mengembalikan ketenangannya sebelum menuju kedepan Origami dan Mana.



Mengikuti Mikie sambil menyusuri barak yang penuh kenangan, mereka segera mencapai sebuah pintu. Mikie membersih tenggorokannya dengan sedikit batuk sebelum mengetuk pintu.



“Kapten, ini Okamine.”



“Masuklah.”



Ada suara yang langsung memrespon perkataan Okamine. Sekilas Mikie menatap Origami saat dia membuka pintunya.

“──Lama tak berjumpa, Origami. Tak kusangka bisa bertemu denganmu di sini.”



Saat Origami dan Mana memasuki ruangan, mereka disambut oleh suara dari seorang wanita yang duduk di kursi.



Penampilannya lebih dari 20 tahunan, otot-otot kekar disekitar tangan dan lehernya terlihat mencolok meskipun dia memakai seragam JDGSF. ──Letnan Satu Kusakabe Ryouko. Kapter AST dan mantan supervisor Origami dan Mana.



Ryouko tidak sendirian diruangan itu. Ada beberapa wajah yang familiar di pojok belakang, kiri dan kanan ruangan. Mereka adalah mantan rekan Origami, sesama Wizard AST yang selalu menemaninya dimedan perang.



Namun, baik Origami dan Mana tidak terkejut dengan ini. Bagaimanapun juga, mustahil bagi Origami untuk tidak bertemu dengan mereka semua.



“Sekarang, apa tujuanmu datang kemari? Dan membawa seorang buronan juga.”



“Eh? Buronan?”



Saat dia mendengarnya, Mana menatapnya dengan tatapan kosong. Ryouko memiringkan kepalanya seakan berkata, “kau tidak tahu?”

“Meski tidak disebarkan pada publik, DEM pernah berkata bahwa mantan Adeptus nomor Mana Takamiya kabur saat perang dan mengganggu kegiatan DEM. Orang yang bisa menangkapnya akan diberi hadiah 1 juta dollar.”



“Hiyaa, jadi akhirnya mereka menetapkan hadiah Mana? ──jadi, kalian semua ingin menangkapku?”



Setelah Mana mengatakannya, Ryouko membalasnya dengan suara desahan hidungnya.



“Sayangnya, aku ingin meminimalisir kerusakan baik peralatan ataupun sumber daya manusia sebisa mungkin.”



“Ahaha, aku tidak membenci sisimu itu, Kapten.”



Saat Mana tertawa, Ryouko menghela nafas sebelum mengalihkan perhatiannya kembali kepada Origami.



“Kami juga tidak punya banyak waktu, jadi langsung masuk ke topiknya saja. Meskipun ada rekan lama disekitar kita, tolong jangan bilang bahwa kau datang kemari untuk mendiskusikan hal yang tidak mengenakkan?”



“Aku minta maaf, tapi tolong dengarkan perkataanku.”



Saat Origami mengatakannya, semua anggota AST, termasuk Ryouko, menghela nafas secara bersamaan.



“… …Yah, terserah. Jadi apa masalahnya?”



Saat Ryouko mengendurkan bahunya seakan menyerah dengan masalah itu, Origami memberi anggukan kecil sebelum melanjutkannya.



“Apa AST menerima permintaan dari DEM untuk bergerak?”



“Ha? Apa yang baru saja kau katakan? Dari DEM… …?”



Ryouko berkata sambil melihat bawahannya. Sebagai balasannya, semua bawahannya menggelengkan kepala mereka seolah tidak pernah mengingatnya.



Sepertinya perintah itu belum dikirimkan. Origami menatap lurus ke arah Ryouko sambil melanjutkannya.



“──Pada 20 februari, pertempuran skala besar mungkin akan terjadi disekitar kota Tenguu. Saat itu, mungkin permintaan dari DEM akan dikirim pada AST. Namun, kuharap kalian mengabaikannya.”



Benar.

Itulah alasan kenapa Origami dan Mana menggunakan waktu mereka yang sangat berharga untuk mengunjungi tempat ini sebelum pertempuran penentuan.



DEM ingin menggunakan semua kekuatan tempur para Wizard, <Bandersnatch>, dan <Nibelcol> untuk membunuh Shidou. Jadi, mudah saja menebaknya jika mereka juga mengirimkan permintaan kerja sama pada AST. Tentu, saat pertempuran langsung para Spirit tidak akan kalah dari mereka. Namun, tidak seperti boneka otomatis DEM, mereka adalah orang-orang yang berterung untuk melindungi negara dan rakyat. Jika mereka saling berhadapan, para Spirit mungkin akan ragu melawan mereka dan DEM pasti akan memperalat mereka sebagai tameng. Jika mungkin, lebih baik menghilangkan kekhawtiran ini sampai waktunya tiba.



“… …Ha?”



Ryouko, lebih tepatnya, juga semua anggota AST yang duduk di sekitarnya, menatap Origami dengan mata yang lebar.



“Perang? Perang dengan siapa?”



“DEM dan <Ratatoskr>. Dan mungkin juga <Nightmare>, Tokisaki Kurumi juga akan bergabung.”



“Tu-Tunggu. Apa yang kau bicarakan──”

“Dengarkan.”



Setelah Origami menyela perkataan Ryouko, dia mulai menjelaskan situasi saat ini secara garis besar.



Tujuan DEM. Keberadaan yang disebut Spirit. Dan juga organisasi yang bersangkutan <Ratatoskr>.



Tentu saja, mereka telah menerima izin dari Kotori untuk membeberkan keberadaan <Ratatoskr>. Meskipun entah mereka mau ataupun tidak untuk menerima informasi baru ini, Origami terus menjelaskan tanpa mempedulikan apapun.



Karena tidak ada cara untuk membuat cerita yang lebih masuk akal, kebohongan akan melahirkan ketidak percayaan dan akan mengaburkan nilai kebenaran yang sesungguhnya.



Meski hanya satu dari ratusan hal yang dipalsukan, itu akan membuat anggota kelompok yang lain menjadi ragu. Meskipun berkata jujur mungkin juga merupakan kesalahan yang fatal, tapi sekarang, ini adalah harapan terbaik mereka untuk menyakinkan pihak lain.



“Jadi, itu saja.”



“… … … … …”

Setelah Origami selesai menjelaskan, Ryouko, Mikie dan semuanya merespon dengan reaksi yang berbeda-beda.



Ada yang membelalakkan matanya karena bingung, ada yang menaruh tangan di kepalanya seakan sedang memikirkannya. Ada juga yang mengerutkan dahinya karna gelisah… …meskipun reaksinya beragam, mereka saling berbagi kebingung setelah mendengar perkataan Origami. Tapi itu sudah bisa diduga. Jika Origami mendengar hal itu saat masih menjadi anggota AST, dia juga akan memperlihatan reaksi yang sama.



“… … …Apa-apaan ini?”



Meski tidak tahu sudah berapa lama, akhirnya Ryouko membuka mulutnya dengan nada keras.



“Organisasi rahasia yang melindungi para Spirit? Itu terlalu tidak masuk akal. Intinya, kau ingin aku mempercayainya dan tetap diam menanggapi permintaan DEM?”



“Ah, Kapten, jadi kau percaya akan ada permintaan dari DEM.”



“… …Jangan membalikan kata-kataku.”



Saat Ryouko menatap Mana dengan marah, Mana merespon balik dengan mengangkat bahunya dan melepaskan sikap ambivalensinya karena tidak sopan.



“Meski mungkin kau sudah mengetahuinya, mengabaikan permintaan DEM sama artinya dengan mengabaikan permintaan dari atasan. Bagi kami, kenapa kami harus mengabaikan tugas dan mengorbankan pekerjaan kami?”



“Tidak masalah kalian berhenti. Seperti yang kukatakan, <Ratatoskr> bisa mempekerjakan kalian.”



“Kau… …”



Ryouko menghela nafas berat sambil menggaruk rambutnya yang berantakkan.



“Abaikan soal perintah… …maksudmu kita tidak boleh menyerang para Spirit. Bukankah mereka adalah musuh alami umat manusia yang telah menyebabkan Spacequake? Kami selalu diperintahkan untuk melindungi semua orang dari bencana itu… …”



“Informasi tentang Spirit merupakan makhluk yang hanya harus dihancurkan juga merupakan bagian dari propaganda DEM. Sejak awal, kita telah menari di atas telapak tangan mereka.”



“… … … …”

Ryouko kembali terdiam sambil melihat Origami, seakan mencoba melihat tujuan dari lubuk yang terdalam.



Lalu, seolah mencoba mengatasi kesunyian ini, Mikie berbicara dengan gemetar sambil melihat Ryouko dan Origami secara bergantian.



“A-Aku tidak berpikir Origami akan berbohong… …”



“Ahaha──Meskipun aku tidak mau memasuki medan perang, ada organisasi yang disebut <Ratatoskr>? Ya kan? Jadi bagaimana jika semuanya melihat-lihat ke sana──jika begitu, maka biarkan aku bekerja disana. Millie-san sangat berbakat. Bisa bantu──”



“Maaf, tapi tolong diam sebentar.”



Ryouko membalas Mikie dengan suara pelan. Saat bahu Mikie mulai terguncang, Millie tertawa.



Lalu, setelah sunyi kembali untuk sesaat, Ryouko menghela nafas panjang.



“… … …Aku tidak bisa melakukannya.”



“Kapten… …!”



Mikie melangkah ke depan Ryouko seakan mencoba membuatnya berpikir ulang. Namun, Origami mengulurkan tangannya untuk menghentikannya.



“O-Origami-san… …!”



“Sayang sekali, tapi aku tidak bisa menyalahkan keputusan Kapten.”



Origami menutup matanya untuk berkonsentrasi sebelum membukanya lagi.



Dia tidak merasa bahwa mereka akan langsung mempercayai perkataannya.

──Tidak, lebih tepatnya, meski mereka percaya, mereka tidak harus bertindak sesuai dengan perintahnya.



Origami menengok ke arah Mana, yang menghela nafas kecewa sambil mengikutinya dari belakang.



“… … … …”



Lalu, tiba-tiba Origami menghentikan kakinya sebelum meninggalkan ruangan.



“Jika kau mematuhi perintah untuk memasuki medan perang, coba gunakan <Bandersnatch> sebagai tameng dan bersembunyi di baliknya.”



“Huh… …?”



“Jika mungkin, aku tidak ingin membunuhmu.”



Setelah origami selesai, Ryouko meluapkan kemarahannya sambil mendecakkan lidahnya hingga suaranya terdengar saat dia berdiri dari kursi.



“… …Apa, bukankah kau benar-benar meremehkan kami? Memang kau adalah Wizard yang berbakat, tapi jika kami bertempur bersama──”



Di saat itu, dengan sedikit suara dari tenggorokannya, perkataan Ryouko benar-benar terhenti.



Namun, itu bukan masalahnya. Jika ada bulu anorganik yang muncul di udara lalu memancarkan cahaya dari ujungnya, semua orang pasti akan membuat reaksi yang sama. Sebuah cahaya melewati pipi Ryouko dan meledakkan tembok yang membuatnya mengeluarkan asap.







“Tolonglah.”



“… … … … …”

Sambil mendengar semua anggota kelompok itu terengah-engah karena terkejut, Origami dan Mana meninggalkan ruangan.





“… …Um?”



Di mansion Spirit yang bersebelahan dengan rumah kediaman Itsuka, Natsumi, yang berjalan di ruang masuk, seketika berhenti setelah mendengar suara kecil yang ditangkap gendang telinganya.



“? Ada apa, Natsumi-san.”



“Apa tali sepatumu belum diikat? Itu tidak nyaman.”



Saat Yoshino berjalan ke arahnya dengan sedikit memiringkan kepalanya, boneka kelinci “Yoshinon” yang ada di tangan kirinya menggunakan telapak tangannya untuk menutup wajahnya. Namun, Natsumi menggelengkan kepalanya setelah melihat sepatunya.



“Bukan itu… …apa barusan kau mendengar sesuatu?”



“Keributan… …?”



“Ya, dari arah sana… …”



Setelah mengatakannya, Natsumi berjalan jinjit dengan malu-malu.



Tidak, seharusnya pencuri tidak bisa memasuki tempat ini karena tingkat keamanannya yang berlebihan… …namun, mungkin karena suatu hal, pikiran itu masih ada dikepala Natsumi saat dia menuju sumber suara.



“Itu… …”



“Dari dapur? Mungkin ada seseorang yang sedang memasak?”



Sambil mengikuti Natsumi, “Yoshinon” berbicara sambil menganggukkan kepalanya.



Seperti yang “Yoshinon” katakan, ada dapur besar yang berada dilantai terbawah mansion. Menurut Kotori, fasilitas ini bisa digunakan para Spirit untuk memasak bersama. Seperti saat Hari Valentine, itu adalah tempat penuh kenangan dimana semuanya membuat coklat bersama-sama.



“Siapa disana?”



“Entahlah… …”



Meskipun Natsumi agak takut, dia masih bisa mengerahkan kekuatannya untuk mengintip di balik sana.



Setelah itu.



“Hmm, ini sulit, apa ini cukup?”



“Umu. Itu sudah cukup Mukuro. Seharusnya itu sudah bagus!”



“… …Mun, Tohka, sepertinya porsimu agak besar.”



“Mu? Benarkah? Bukankah ini seukuran dengan telapak tanganku?”



“… …Jika ingatan Muku benar, seukuran telapak tangan berarti ukuran yang pas dengan telapak tangan seseorang. Kupikir itu tidak merujuk pada tangan yang direntangkan.”



Dari belakang, mereka mengintip percakapan antara mereka berdua.



“Tohka dan… …Mukuro?”



Saat Natsumi terdiam saat berbicara, Tohka dan Mukuro menengok ke arah sumber suara baru saja yang mereka dengar.



“Oh, bukankah itu Natsumi, Yoshino, dan Yoshinon!”



“Mu, ada apa, kenapa kalian di sini?”



“Tidak, karena kami mendengar ada sesuatu yang terjadi… …lebih baik aku yang bertanya apa yang sedang kalian lakukan… …”

Natsumi berbicara sambil mengangkat alisnya selama beberapa saat karena penasaran.



Saat Tohka dan Mukuro berbalik, benda yang dipegang di tangan mereka juga terlihat oleh mata Natsumi. Nasi kukus yang dibentuk menjadi segitiga dengan tangan. Benar, mereka membuat onigiri.



“Eh, apa, bukankah barusan kita sudah makan? Apa kau masih lapar? Kesampingkan soal Tohka, apa Mukuro juga… …”






Setelah mengatakan hal itu, tanpa sadar Natsumi menatap dada mereka. Tohka tidak perlu dipertanyakan lagi, tapi Mukuro memiliki dada yang bisa dibanggakan meskipun memiliki tubuh yang langsing. … …Benar-benar, apa ada orang hebat yang bisa mengubah semua nutrisi menuju bagian itu?



Saat Natsumi tenggelam dalam pemikiran itu, tiba-tiba dada Tohka dan Mukuro bergoyang. Tidak, ayunan dada itu adalah produk alami dari kedua orang itu saat mereka menengok kesamping.



“Bukan begitu. … …Tidak, meskipun aku juga ingin makan, tapi bukan begitu.”



“… …Apa maksudmu?”



“Mun. saat ini, Nushi-sama dan adik ipar sedang bersiap-siap untuk perang yang akan datang. Karena terus berpikir secara alami perut mereka pasti akan kosong.”



Mendengar apa yang mereka katakan, Yoshino memukul kepalanya menggunakan tangannya lalu ada suara lucu “pon”. Tepatnya, itu adalah tangan yang sama dengan yang memegang “Yoshinon”.



“Ah… …Apa ini bisa memberikan penyegaran?”



“Umu!”



“Pasti bisa.”



Setelah mengatakannya, Tohka dan Mukuro mengangkat onigiri di tangan mereka. Natsumi mengangguk seakan berkata “… …Aku mengerti, aku mengerti.”



“… …Yah, itu terdengar bagus. Shidou dan yang lainnya pasti akan senang.”



“Oh, Natsumi juga memikirkannya?”



“Eh, aahh, yah.”

Natsumi mengalihkan pandangannya saat Tohka membuat senyum ceria. … …Sebenarnya, Natsumi tidak mengalihkan pandangannya karena ingin berbohong ataupun semacamnya dengan kata-kata itu. Itu karena mata Tohka yang berkilauan itu sangat mempesona. Sampai-sampai Natsumi mulai penasaran apakah dia punya leluhur seorang vampir.



Di saat itu, Tohka terlihat seakan dia menyadari sesuatu sebelum dia memanggil Natsumi dan Yoshino.



“Ya, jika sekarang kalian tidak punya kegiatan, Natsumi bagaimana jika kau juga membuat beberapa? Ini menyenangkan!”



“Eh… …? T-Tidak, aku… …”



Natsumi membalasnya dengan suara yang gemetar saat merespon usulan Tohka yang mendadak. Namun, tepat di sampingnya, mata Yoshino dan Yoshinon berbinar-binar seakan dia ingin bilang “kami telah menunggumu mengatakan hal itu… …”



“Bolehkah… …? Jadi, biarkan kami bergabung. Kami juga ingin membantu semuanya… …!”



“Nifufu, kaki Yoshinon sudah haus tak tertahankan!... …Eh? Kau bilang kelinci tidak punya bantalan kaki? Ufufu, bocah yang nakal terlalu cepat tidak akan diterima.”

Melihat mereka berdua yang menjadi sangat antusias, Natsumi hanya bisa meneteskan keringat dingin.



“Aku, lupa dengan apa yang ingin kukatakan… …bagaimanapun juga──”



“Natsumi-san… …ayo lakukan. Jika kita melakukannya bersama-sama, aku yakin ini akan menyenangkan.”



“Eh, tidak, i-itu.”



Mendengar perkataan Yoshino, gaya bicara Natsumi mulai ngawur. Keringat licin memancar dari seluruh tubuhnya saat detak jantungnya meningkat.



Dia bereaksi seperti ini bukan karena dia tidak ahli dalam membuat onigiri, bukan juga karena alergi terhadap nasi. Tentu saja, alasannya bukan karen dia tidak mau menunjukkan apresiasinya pada Shidou, Kotori, dan juga yang lainnya.



Alasannya sederhana. Mudah dibayangkan, onigiri, seperti namanya, adalah makanan yang dibuat dengan mengepalkan nasi dengan menggunakan tangan.

──Benar, seorang koki, dengan kedua tangannya, langsung.



Meskipun hanya makanan buatan tangan biasa itu bisa membuat seseorang ragu. Jika makanan itu telah diganti dengan makanan yang sudah disentuh oleh tangan Natsumi, maka tidak akan ada yang mau memakannya… …!

Onigiri Natsumi, dapat menyebabkan ledakan yang bisa menghancurkan negara musuh, ataupun pada seorang sandra yang belum makan selama beberapa hari. “Jika tidak ingin kelaparan, makan ini, tapi hei ini adalah onigiri yang telah diremas Natsumi, hahahahaha!” itu hanya akan digunakan untuk memberikan rasa putus asa. Mungkin saja, sandra itu tidak akan memakannya karena kebanggaanya sebagai manusia. Namun, akhirnya, karena tidak bisa menahan rasa sakit karena puasa, mereka akan bertahan dari onigiri itu dengan penderitaan bagaikan neraka sampai nafas terakhir mereka. … …Meskipun itu terlalu berlebihan, rasa itu akan sangat efektif sesuai dengan yang diharapkan.



Namun, tidak peduli seberapa absurd pikirannya, itu benar-benar hal yang seharusnya tidak dia berikan pada rekannya. Natsumi menghela nafas dingin sambil mencoba menyingkirkan pikiran itu dari kepalanya.




“Tidak, tidak… …memberi onigiri yang telah kusentuh pada semua orang pasti akan ada insiden keracunan. Itu melanggar hukum.”



Setelah mengatakannya, Natsumi melangkah mundur.



“Hal semacam itu… …”

Lalu, setelah Yoshino mengatakannya, dia melihat Natsumi dengan pandangan yang penuh tekad.



“Natsumi-san, tolong tunjukkan tanganmu.”



“Huh… …? Se-Seperti ini?”



Meski tidak tahu apa tujuan Yoshino, Natsumi melakukan apa yang dia katakan dan mengulurkan tangannya.



Lalu, fokus menatap jari Natsumi dengan grogi.



“Argh.”



Mengikuti suara itu, Yoshino menggigit jari Natsumi dengan lembut.



“Uhiya!? Y-Yoshino?”



Kejadian tak terduga itu membuat Natsumi menangis karena reflek. Lalu, Yoshinon, yang berada ditangan kiri Yoshino, mulai berbicara dengan berisik.



“Eh──karena Yoshino sedang sibuk. Yoshinon akan berbicara atas nama Yoshino. Tangan Natsumi-san tidak beracun. Yoshino ingin mengatakan ini! Keren! Imut sekali!”



“Hi-Hieee… …”



Selama beberapa saat, antara takut dan gemetar. Bersalah dan kagum, berbagai perasaan bercampur satu sama lain di dalam pikirannya. Keringat mengucur dari wajah Natsumi saat ekspresinya benar-benar berhenti.



Namun, itu belum berakhir. Melihat kejadian itu,Tohka berkata “Oh!” lalu menepuk tinjunya ke telapak tangannya. Lalu, meniru Yoshino, dia menggigit jari jemari tangan kirinya Natsumi.



“Gya────!?”



Dengan kedua tangan yang tergigit, mata Natsumi menjadi titik kosong.



“Hmm?”



Menyadari aksi itu dari kejauhan, Mukuro melompat jauh kedepan.



Namun, karena kedua tangannya telah digunakan oleh Yoshino dan Tohka, Mukuro terlihat ragu untuk sesaat──



“Mun.”



Sepertinya dia punya ide, Mukuro menekan wajah Natsumi dengan kedua tangannya, lalu mendekat kearah bibirnya lagi dan lagi.

“… …!? B-Baiklah! Baiklah! Aku juga akan bergabung dengan kalian, jadi tolong hentikan… …!”



Saat Natsumi memohon dengan mati-matian, ekspresi wajah mereka menjadi cerah lalu mereka kembali ke tempat mereka masing-masing.



“Umu, jadi ayo mulai!”



“Mun, sebaiknya kita mencuci tangan dulu disini.”



“I-Itu… …aku minta maaf Natsumi-san, tapi aku hanya ingin melakukannya bersama Natsumi-san tidak peduli apapun itu… …”



“… …Ah, itu, um. Terima kasih.”



Ekspresi Yoshino menjadi cerah dengan senyum ceria di wajahnya saat Natsumi membalasnya dengan pipi yang kemerahan.



… …Yah, sepertinya itu tidak bisa dihindari. Sambil memikirkan korban malang yang akan memakan onigirinya, Natsumi menarik salib di dadanya dan berdoa agar orang itu tenang.



Lalu, setelah mereka mencuci tangan, mereka memberikan sampul masakan mewah pada <Yoshinon> sebelum dikembalikan pada Tohka dan yang lainnya.

“Jadi… …ayo mulai. Tohka, sudah berapa banyak yang kalian buat?”



“Aku dan Mukuro baru membuat satu! Karena, kami baru saja mulai!”



“Mun.”



Setelah mengatakannya, mereka memperlihatkan onigiri yang ada di tangan mereka kepada Natsumi dengan bangga. Milik Mukuro memiliki bentuk yang normal, namun onigiri Tohka ukurannya melampaui ukuran biasa.



“Bagaimana? Bukankah ini sudah benar?”



“Eh, yah… …bentuknya benar. Tapi Tohka, bukankah ukurannya sedikit terlalu besar?



“Mu, benarkah. Yang satu ini digunakan untuk keperluan pribadi, aku akan membuat yang lain untuk Shidou.”



Saat dia mengatakannya, Tohka menaruh onigiri yang kelewat besarnya di nampan dan mulai melubangi bagian tengahnya dengan jarinya.



“Tohka-san?”



“Apa yang kau lakukan?”

“Umu, mengambil isiannya. Sebenarnya, aku ingin menambahkan beberapa bahan ke dalam makanan Shidou. Itu itu sangat sulit. Mau bagaimana lagi, akupun memasukkan isiannya setelah membuat bentuknya.”



“Ah, jadi begitu.”



Natsumi mengangguk setelah melihatnya. Jika isiannya hanya dimasukkan ke dalam nasi, pasti sulit membenarkan bentuknya hanya dengan mencubitnya.



Sekilas, kau bisa menemukan berbagai bahan makanan yang ada di meja makan. Kecap yang dicampur dengan irisan bonito, tsukudani yang dibuat dari kombu, ikan kod yang dipotong besar, dan juga tuna mayones yang disiapkan dalam jumlah besar tanpa alasan yang jelas. Hal tidak biasa lainnya, ada ayam yang siap digoreng dan irisan daging babi yang direbus dengan tingkatan yang tepat, dan lain-lain. Semua itu adalah kumpulan bahan untuk membuat onigiri yang berkelas.



[Note : Bonito : sejenis ikan. Tsukudani : seafood, daging ataupun rumput luat yang direbus dalam kecap dan mirin. Kombu : sejenis rumput laut.]



“Fufu, fuufuu──”



Tohka bersenandung dengan riang sambil memilah-milah bahan.



Tapi, dipertengahan jalan, bahunya bergetar lalu nyanyiannya terhenti.



“… …Baiklah.”



Lalu, saat Tohka mengangguk untuk menunjukkan kebulatan pilihannya, dia mengambil nampan dengan tangannya. Saat melihat isi nampan itu, Natsumi dan Yoshino menatapnya dengan bingung.



“Tunggu, apa itu umeboshi?”





[Note : Umeboshi : manisan kering dari buah ume.]


“Tohka-san, bukankah kau tidak menyukai semua itu… …?”



Setelah mendengar apa yang mereka katakan, Tohka mengangguk seakan berkata “Aku tahu” dengan tatapan serius.



“Umu… …ini sangat asam, jadi aku lemah dengan ini. Namun, itu sebabnya aku harus mengatasinya. Jika aku tidak bisa menaklukkan umeboshi, bagaimana aku bisa mengalahkan DEM!?”



Setelah bilang begitu, Tohka mengepalkan tinjunya. Melihat semangat itu, Natsumi hanya bisa menghargainya.

“A-Aku mengerti… …un, meskipun teori itu agak susah dimengerti, aku bisa memahami tekadmu.”



“Tohka-san, luar biasa… …!”



“Hmmm… …mengagumkan, Tohka. Jika begitu, Muku juga akan bersiap-siap.”



Setelah menyelesaikannya, Mukuro perlahan melangkah menuju meja yang ada disamping kompor untuk mengambil nampan.



“Wasabi-zuke. Inilah saatnua, kau dan Muku akan berhenti memutari nasib tak berujung.”





[Note : Wasabi-zuke : asinan wasabi.]




“Eh, Mukuro, apa kau tidak suka Wasabi-zuke?”



“Munu. Secara keseluruhan Aku suka acar, namun jenis ini sangat pedas, jadi sudah lama aku menghindarinya. ──Namun, keberanian Tohka benar-benar layak dikagumi. Seperti yang dia katakan, seseorang tidak akan takut dengan hal semacam itu saat akan berperang.”



Seakan terinfeksi hasrat Tohka, Mukuro mengumumkannya dengan nada tegas. Melihat hal ini, Tohka mengacungkan jempol kearahnya.



Tidak mau ketinggalan, Yoshino mengangguk sebelum berbicara.



“A-Aku juga… …aku juga akan melakukan yang terbaik! Soal… …itu, seledri mentah adalah kelemahanku.”



“Oh! Bergabunglah dengan kami!”



“Seledri. Sepertinya ada beberapa di dalam kulkas.”



“… …Tidak, tidak, jika kau menambahkan seledri ke dalam onigiri, meski itu adalah orang yang suka seledri pasti itu akan bertentangan.”



Keringat dingin menuruni pipi Natsumi saat dia membalas apa yang mereka bertiga katakan.



“Benar! Seperti yang diduga dari Natsumi!” … …Sambil melihat ke bawah, sejujurnya menjadi sombong akan membuatnya merasa tidak nyaman.”



“Ngomong-ngomong Natsumi, apa kau punya suatu kelemahan?”



“Eh? Suatu kelemahan… …apa itu ya?”



Saat Natsumi memikirkannya, <Yoshinon> mulai berbicara dengan mulutnya.



“Ah, jika ingatanku benar Natsumi-chan, bukankah kau kesulitan untuk menatap seseorang secara langsung?”



“Hmmm, bagaimana jika menambahkannya juga?”



“Tidak, tidak, keduanya tidaklah sama…! Dan jangan membicarakan hal ini; idenya sendiri itu sudah aneh!”



“Itu benar Mukuro. Kita tidak bisa mencukil mata orang lain. Ayo gunakan mata ikan tuna sebagai penggantinya. Ini kaya akan DHA, jadi jika dimakan itu akan meringankan otak.”



“Mun. itu bukan ide yang buruk.”



“Tunggu sebentar──ahhhhhh!”



Melihat mereka membicarakan DHA dengan serius tanpa memikirkannya, Natsumi berteriak karena frustasi.



Entah bagus ataupun tidak, sepertinya persiapan dari acara makan-makannya berjalan dengan agak tersendat.





“… …Eh──permainan kuno timur dan barat. Meskipun tidak mesum, tapi kedengarannya mesum. Chinsuko.”





[Note : Chinsuko : sejenis kue jepang, tapi Chinsuko disini merupakan plesetan dari Chinko yang artinya anunya cowo :V]


Tiba-tiba suara Nia menggema di ruang keluarga yang ada di rumah kediaman Itsuka. Lalu, membalas suara itu, ada orang lain yang mengikutinya.



“Eh──biarkan aku berpikir sejenak. Ippai.”



[Note : Ippai : arti yang sebenarnya sih “banyak/penuh” tapi disini Ippai itu plesetan dari Oppai, aku jamin kalian semua dah tau artinya :V]



“Jawab. Saxophone.”



Seperti Nia dan Miku, Yuzuru membalas dengan irama yang tepat.



Kemudian semua orang mengalihkan pandangannya ke arah peserta selanjutnya, Kaguya.

“Eh… …!? U-Uh…. …itu… …yah, Machupicchu… …?”





[Note : Machupicchu : tempat bersejarah yang ada di negara Peru, kata chu disini terdengar seperti suara orang ciuman.]



“… …!”



Saat Kaguya membalasnya dengan pipi kemerahan, semua orang yang ada di sofa itu langsung berdiri.



“Eh, bisakah kau menjelaskan rinciannya Kaguyan. Kenapa kata Machupicchu itu erotis? Nia terlalu polos untuk mengerti nyaa.”



“Tolong jelaskan padaku! Jangan ragu untuk mengajariku! Tolonglah☆Kaguya-sensei!”



“Meminta. Mencoba menjelaskan. Sejak kapan Kaguya merasa s*nge dengan reruntuhan Kerajaan Inca?”



“Kenapa kalian mengepungku!?”



Kaguya menangis karena jengkel, tapi mereka bertiga tidak mau mengalah. Mereka semua berdiri untuk meminta penjelasan dari Kaguya.



“U-Uhh… …”



Karena tidak bisa melawan tekanan luar biasa itu, Kaguya pun menyerah dan terus bicara.



“… …I-Itu terdengar… …bukan begitu, sesuatu yang seperti itu.”



“Eh──? Suara macam apa──?”



“Aku tidak mengerti──”



“Petisi. Tolong jelaskan dengan lebih rinci.”



Namun, saat serangan mereka bertiga tidak mengendur sedikitpun mereka terus bertanya dengan lebih semangat lagi.



Benar-benar kalah, Kaguya membalas dengan wajah yang kemerahan, suaranya seperti nyamuk yang berterbangan.



“… …S-Saat berciuman… …”



“… … … … …”



Beberapa saat kemudian, setelah terdiam beberapa saat mereka menghela nafas “Ha──!” tanpa terkecuali.

“Yah, aku mengerti, aku mengerti.”



“Yaaah! Kaguya-san imut sekali!”



“Mengampuni. Yah, tidak harus dibawa serius, jadi kami membiarkannya.”



“Rasanya sungguh mengerikan saat kalian membuatku menjelaskannya! Jadi kalian juga harus menjelaskannya. Hei Nia, apa yang erotis dari Chinsuko?”



“Eh? Tentu saja itu mengacu pada pen──”



“Tak masalah jika kau tidak menjelaskannya!?”



Menghadapi penjelasan Nia yang sangat jelas, Kaguya berteriak untuk menyelanya.



“Ehh──tapi kau menyuruhku menjelaskannya──”



Setelah mengatakannya, Nia mengangkat bahunya sebelum kembali ke tempatnya semula dengan semuanya lalu berbicara lagi dengan keras.



“Jadi, ayo lanjutkan. Chinchilla.”



[Note : Chinchilla : sejenis tikus yang bisa dipelihara, kata Chinchilla (Chinchira) kedengaran seperti Panchira yang artinya celana dalam.]



“Err, Shippai.”





[Note : Shippai : bisa diartiin gagal, tapi Miku plesetin dari Oppai lagi ]



“Menjawab. Six.”





[Note : Six : 6, plesetan dari S*x lagi.]




Dalam sekejap mata, gilirannya telah kembali pada Kaguya. Dengan pipi yang masih kemerahan, dia membisikkannya dengan suara gemetaran.



“… … …Chu-Chupa Chups.”





[Note : Chupa Chups : permen lolipop favoritnya Kotori, ini juga sama kayak yang tadi, Chu : suara orang ciuman. Kaguya, kalo disebutin terus jadi gak ero lagi :V]



“… …!”



Setelah mengatakannya, mereka bertiga mengepungnya lagi.



“Hei, hei, Kaguyan, kenapa itu erotis?”



“Tolong beritahu aku──!”



“Bingung. Apa Kaguya selalu menatap Kotori dengan tatapan mesum?”



“Waah, cukup, sudah cukup kalian semua ahhh!”



Diganggu oleh mereka bertiga lagi, Kaguya menangis karena frustasi.



“Apa-apaan ini? Meskipun aku bergabung karena ingin bekerja sama dengan semuanya, kenapa kalian ingin memainkan permainan kuno timur dan barat ini!?”





[Note : nama lainnya adalah permainan garis Yamanote(?) (Yamanote line game). Para pemain disuruh bikin lingkaran, lalu disuruh nyebutin nama-nama stasiun diwilayah Yamanote, walau dalam perkembangannya yang disebutin bisa apa saja. Mungkin karena itulah Tachibana-sensei ngubah namanya jadi timur dan barat.]



“Eh──Karena kita sedang tidak sibuk.”



Nia membalas pertanyaan itu sambil mengayunkan kakinya ke sisi lain. Meski Miku dan Yuzuru tidak benar-benar menyadarinya, mereka juga mengangkat bahunya karena sependapat dengan perkataan Nia.



“Ku… …”



Kaguya menggertakkan giginya dengan kesal.



Namun, sulit membantahnya. Karena, Kaguya juga merasakan kesan yang sama.



Meski hanya ada 4 Spirit yang berada dirumah kediaman Itsuka saat ini, mereka hanya duduk disofa tanpa melakukan sesuatu yang spesial.



Melihat pemandangan ini, nekad sekali jika percaya bahwa beberapa hari lagi akan ada perang habis-habisan. Tidak ada perubahan──Tidak, lebih tepatnya ini waktunya bermalas-malasan.



Sebenarnya, mereka sudah bersiap-siap untuk perang, tapi tugas utamanya telah diurus oleh <Ratatoskr>. Lebih dari itu, mereka tidak diberitahu detail rencananya karena khawatir akan diketahhui oleh <Beelzebub>, itu menjelaskan keadaan mereka sekarang yang kesulitan untuk menrencanakan apa yang ingin dilakukan. Sebenarnya, perintah Kotori ditengah ketidak jelasan ini adalah agar mereka beristirahat jadi mental mereka bisa siap menerima apapun strateginya saat diumumkan pada perang penentuan,



Tapi dengan cara ini, saat semuanya dikatakan dan dilakukan, dengan perang habis-habisan yang terjadi sebentar lagi, tidak ada orang yang tertarik untuk membaca ataupun bermain video game. Memang, ini membuat sebuah ruang paradoks aneh dimana saat kau ingin melakukan sesuatu, tapi kau tidak tahu apa yang harus dilakukan.

“Kupikir ada sesuatu yang bisa dilakukan saat aku ada disini, tapi… …”



“Setuju. Benar-benar tidak terduga, jika Shidou tidak dirumah, pasti dia ada di <Fraxinus>.”



“Begitukah? Imouto-chan juga tidak disini. Juga, bukankah Oririn dan Manati pergi ke markas JGSDF? Saat itu, seharusnya aku juga bersama mereka untuk mengumpulkan data──”



“… … …”



“… … …”



“… … …”



Saat semuanya memikirkan berbagai hipotesis skenario yang belum terjadi, kesunyian memenuhi ruangan itu sekali lagi.



Tiba-tiba, mungkin karena merasa bahwa suasana itu agak canggung, Nia mengeraskan suaranya.



“… …Eh──permainan kuno timur dan baran, momen gantengnya si bocah.”



“Huh?”

Mendengar tema yang tak terduga itu, Kaguya menyipitkan matanya karena terkejut.



“Saat kuberkata──uh──, sudah cukup, itu adalah ciuman yang dia berikan padaku dan dia tidak mau menyerah saat aku sekarat. Perasaan itu telah manarik benang hatiku.”



Setelah mengatakannya, Nia mengambil bantal yang ada di dekatnya dan menempelkan wajahnya sambil membuat suara siulan dan desahan. Kaguya hanya bisa tersipu malu karena reflek.



“Mari kita lihat, saat itu aku berada di DEM cabang jepang lalu dia melangkah ke depanku untuk melindungiku dari serangan Inverse Tohka… …! Di saat itu, dia berkata, “Aku… …berjanji”! Yaah! Mengingatnya saja bisa membuatku teringat seberapa kerennya dia!”



Selanjutnya, Miku berbicara sambil mengoyang-goyangkan kakinya karena senang.



Lalu, Yuzuru membalasnya dengan satu jari yang menyentuh dagunya.



“Berpikir. Bagi Yuzuru itu saat dia menghentikan pertarungan antara Yuzuru dan Kaguya hanya dengan sekali ayunan <Sandalphon>.”



“Ah… …ti-tidak adil! Aku ingin mengatakan hal itu!”

“Menolak. Itu adalah urutannya. Jangan menyela.”



“Aku tidak ingat, kapan kita memutuskan siapa yang pertama menjawab!?”



“Ceroboh. Itu selalu diputuskan, saat kau datang lebih dulu maka kaulah yang dilayani lebih dulu. Baiklah, sekarang giliran Kaguya. Atau apa itu satu-satunya momen gantengnya Shidou yang ada dipikiran Kaguya?”



“Ku… …”



Meski dia tidak terpengaruh perkataan Kaguya, mustahil untuk tetap diam saat memberitahukan hal semacam itu. Kaguya berbicara gagap dengan wajah yang masih memerah.



“… …Bagiku, itu saat Shidou mengajak kami berdua main bowling… …aku menangis saat dia mengelus kepalaku dengan tenang… …”



“Kyupin! Gadis perawan terdeteksi!”



“Tolong ceritakan detailnya!”



“Menyelidiki. Kapan cerita ini terjadi? Yuzuru tidak tahu soal ini.”



“Bagaimana bisa kita berakhir dengan perkembangan ini lagi? Itulah alasannya kenapa aku tidak mau!”

Mendengar Kaguya menangis dengan air mata yang membasahi matanya, mereka bertiga tertawa lalu kembali ke sofa.



Lalu, setelah terdiam beberapa saat, tiba-tiba Nia berbicara.



“… …Aku benar-benar tidak ingin si bocah mati.”



Lalu, seakan membalasnya, para Spirit yang lain ikut terdiam, namun dengan nada bersemangat.



“Ya, tentu saja. Jika saja tidak ada darling, mungkin aku tidak akan pernah bisa mempercayai orang lain.”



“Menegaskan. Jika bukan karena Shidou, Yuzuru dan Kaguya pasti masih akan bertarung hingga tersisa satu orang di dunia ini.”



“Benar. Aku juga, jika bukan karena si bocah, aku pasti sudah mati. Ahahaha.”

Meskipun isi pembicaraannya tidak bisa ditertawakan, Nia masih mengatakannya dengan nada ceria. Melihat hal itu, Kaguya hanya bisa tersenyum kecut.



“… …Yah, itu benar. Aku juga, rasanya aku belum benar-benar membalasnya.”



Setelah dia selesai bicara, perlahan Kaguya bangkit dari sofa. Lalu, sambil menempatkan tangannya di depan wajahnya untuk membuat pose yang keren.



“Bukan Cuma itu, aku akan kembali menjadi penjaga kegelapan yang menjaga orang lain. Orang-orang yang takut menyentuh taring penyucian, akan sadar bahwa dewa kematian telah menunggu di depanmu!”



Setelah dia membuat pernyataan yang hebat itu, Nia dan yang lainnya berkata “Oh──” sambil memberikan sedikit tepukan tangan.



“Seperti biasa kau benar-benar keren. … …Jadi, apa artinya?”



“Menerjemahkan. Aku tidak bisa hidup jika orang yang kucinta seperti Shidou mati! Kaguya akan melakukan yang terbaik untuk melindungi Shidou. Namun, sebagai bayarannya, dia ingin ciuman dari Shidou. Itulah arti dari perkataan Kaguya.”



“Kya──! Sungguh berani!”



“Terjemahan itu penuh dengan kebohongan!”



Saat Kaguya mengeraskan suaranya saat protes, ada suara keras yang terdengar dari smartphonenya.



Terlebih lagi, tidak hanya satu. Hp dari semua Spirit berbunyi di saat yang bersamaan.



“Un… …Apa, ah, Tohka?”



Setelah melihat layar untuk mengecek nama penelfon, Kaguya menekan ikon panggilan. Lalu, ada suara ceria yang terdengar datang setelahnya.



“Kaguya! Saat ini Aku sedang membuat onigiri untuk Shidou dan yang lainnya di apartemen. Bagaimana jika kau bergabung dengan kami!?”



Di saat yang sama, samar-samar Kaguya mendengar panggilan lain yang berisi topik yang sama.



“A-ah… …ini Yoshino. Kaguya-san, kami akan mengadakan acara makan bersama untuk Shidou-san, jika mau──”



“Nia. Ini Muku. Memintamu untuk membantu.”



“Ahhh! Natsumi-san, kenapa kau hanya mengirim sms, kenapa tidak telepon saja! Biarkan aku mendengar suara indahmu! Ahhhhhh!”



Sepertinya, disaat Spirit yang ada diapartemen menelfon Kaguya dan yang lain disaat yang sama, hanya Miku yang tidak mengontaknya dengan telepon, itu membuatnya berdiri dan menangis dalam kesedihan.

Saat Kaguya membuat senyum tipis melihat hal ini, dengan cepat dia membalas suara yang ada di hpnya.



“Kuku, sempurna, saudariku. Aku akan membalas panggilanmu. Tunggu sebentar.”



“Oh! Aku akan menunggu!”



Setelah menunggu hingga Tohka selesai, Kaguya mematikan hpnya.



Sepertinya Nia dan Yuzuru juga sudah menyudahi panggilan mereka disaat yang sama. Saat melihat satu sama lain, seseorang bisa tahu jika semuanya tersenyum. Kebetulan, hanya Miku, yang membalas sms itu dengan kecepatan yang mengerikan.



“Sungguh kecepatan yang luar biasa.”



“Komentar. Sungguh, meski hanya hal kecil yang digunakan untuk memberikan apresiasi kepada Shidou dan yang lainnya. Ayo berangkat.”



“Hei, kedengarannya menyenangkan bisa membuat onigiri dengan yang semuanya!”



“Baiklah, sambil menunggu untuk sampai ke apartemen, ini adalah permainan kuno timur dan barat yang terakhir. Temanya adalah pengalaman paling mesum… …”



“Tadi sudah kubilang, Aku tidak ingin memainkan game ini lagi!!”



Menghadapi apa yang dikatakan Nia dengan nada menekan, Kaguya berteriak keras.





Di dek bagian dalam kapal perang udara <Fraxinus>, mengambang 15000 meter di atas kota Tenguu, para anggota kru mengerjakan berbagai tugas dengan sibuknya.



“──Shiizaki, apa kau sudah meminta bantuan di setiap cabang?”



“Sudah dilakukan, aku akan segera melaporkannya setelah menerima balasan.”



“Sangat bagus. Kawagoe, bagaimana dengan inspeksi yang dilakukan di fasilitas yang ada di permukaan?”



“Saat ini tidak ada masalah. Jika kau tertarik, itu bisa digunakan sekarang.”



“Baiklah. Maria, sudahkah kau menyelaikan perbaikan pesawatnya? Jika kau punya permintaan, tolong katakan saja.”

“Tidak ada masalah yang mendasar. Tapi jika bisa, seorang Wizard harus menggunakan Realizer Manifestation Device dengan inspeksi manual. ──Aku juga ingin meminta pencucian dan pembersihan bagian luar.”



“Yang pertama disetujui, yang terakhir ditolak. Bagaimanapun juga, itu akan membuat kekacauan besar selain lusa nanti.”



“Muu, seperti yang mereka katakan, pikiran wanita mulai hilang jika tidak dirawat, Kotori.”



“Apa yang kau katakan?”



Kotori mukul konsol dengan suara “Bang!” sambil terus memberi perintah tanpa berhenti. Melihat pemandangan yang ada di dek ini, Shidou hanya bisa membuat senyum masam.



“Yah, cobalah tenang sedikit. Kenapa kau tidak istirahat sebentar? Sini.”



Setelah mengatakannya dengan lembut, Shidou menyandarkan tubuhnya. Membalasnya, Kotori berkata “… …Benar.” Sambil menggaruk kepalanya untuk menahan amarahnya.



“Terima kasih. Tapi tidak perlu terlalu sopan padaku.”



Tak lama setelah mengatakannya, Kotori mengambil sedotan lalu meneguk sebuah minuman berenergi. Kemudian, dia menghela nafas lega.



Meski dia tidak mengatakannya, jelas terlihat dari penampilannya bahwa dia sangat kelelahan. Melihat adiknya yang biasanya enerjik menjadi seperti itu karena kelelahan, Shidou mengepalkan tinjunya.



“… …Aku minta maaf. Kuharap ada sesuatu yang bisa kubantu.”



Mendengar apa yang baru saja dikatakan Shidou, Kotori menyipitkan matanya karena terkejut sebelum mengangkat bahunya.



“Apa yang kau katakan? Pekerjaanmu adalah yang paling berat; aku tidak bisa memaksamu dengan mengerjakan pekerjaan orang lain.”



“Yang paling berat… …?”



“Ya. ──Apapun yang kau lakukan, hiduplah.”



Kotori meneguk minuman berenerginya sambil menatap kearah mata Shidou.



“Lawannya adalah organisasi Wizard terbesar, DEM Industries. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi saat itu. Kau harus menjaga kondisimu sebaik mungkin. Pada hari itu, aku tidak ingin mendengar permintaanmu karena kedinginan, gugup, ataupun kurang tidur.”

“Aku mengerti… …itu benar.”



Terkesan antara sadar diri dan pembenaran, Shidou sedikit mengangkat tangannya sebagai tanda kekalahannya melawan argumen Kotori.



Meskipun ada pepatah “istirahat juga bagian dari pekerjaan” yang sangat familiar, Shidou hanya mengetahui pepatah itu tanpa memahami arti di baliknya.



Meski begitu, perasaan ini tidak hanya dirasakan Shidou saja, orang jepang cenderung merasa bersalah jika ada situasi dimana kau adalah satu-satunya yang mangkir sedangkan yang lainnya bekerja dengan giat.



Namun, jika dia menggunakan waktu istirahatnya untuk membuang-buang energi atau meningkatkan kelelahan mental dengan mengkhawatirkan hal yang tidak diperlukan, justru sebaliknya dia hanya akan menambah beban bagi rekan-rekannya.



Terlebih lagi, perang yang akan terjadi dalam dua hari lagi bisa dikatakan sebagai perang yang menentukan nasib para Spirit. Karena faktor kuncinya adalah hidup Shidou, dia tidak bisa mengabaikan kesalahan sekecil apapun.



Selain itu──bukan itu saja yang dia khawatirkan.



“… …Kurumi, aku penasaran apakah dia akan datang.”

Setelah mendengar perkataan Shidou, Kotori menaruh botolnya dan memutar kursinya ke arah Shidou lagi.



“Dia pasti akan datang; kita sudah mendengarnya dari klon Kurumi. Sebaliknya, dari perkataan itu, sangat berlebihan jika dia berkata bahwa kita terlibat dalam pertarungan antara Kurumi dan Westcott. ──Yah, karena tujuannya adalah nyawa Shidou, wajar jika kita terlibat.”



“… …Itu benar.”



“… … … …”



Mungkin karena merasakan kegelisahan yang datang dari Shidou, Kotori sedikit mengerutkan alisnya.



“Kupikir kau juga mengerti, tapi sekarang kau tidak boleh melakukan hal-hal aneh-aneh lagi. Menyegel Reiryoku Spirit adalah tujuan kita, tapi itu tidak ada gunanya jika kau tidak hidup. ──Saat ini tugas terpentingmu adalah tetap hidup. Dengan segala pertimbangan, kau tidak boleh mencari Kurumi yang ada dimedan perang. Orang macam apa yang akan mengejar dua kelinci tapi malah masuk ke satu lubang saja?”



“A-Aku tahu.”



Shidou membalasnya dengan gugup karena terperangkap dalam perkataannya. Meski belum mendapatkan perjelasan dari rencana pastinya, dia tidak bisa menyangkal jika ide itu sudah mengambang dipikirannya. … …Apa itu mudah diketahui jika melihat ekspresinya saja?



“… …Tenanglah, Shin.”



Saat Shidou dan Kotori berbicara, tiba-tiba ada suara yang datang dari sisi kiri. ──Itu adalah Reine.



“… …Kotori tidak memintamu untuk mengabaikan Kurumi. Sebaliknya, bisa dikatakan jika kita berencana untuk menolongnya dengan sekuat tenaga.”



“Eh?”



Shidou melihatnya dengan tatapan bingung, Kotori hanya meresponnya dengan mengangkat bahunya.



“Yah jadi, meski itu Kurumi, dia tidak akan bisa melawan DEM yang mengerahkan kekuatan penuhnya. Tentu saja, fokus utamanya agar Shidou tetap hidup, sebaiknya kita mencoba menyegel Kurumi setelah perang ini. Sampai saat itu, tidak boleh ada pertanyaan apakah kita akan membantunya atau tidak.”



“Kotori… …”

Kotori bergumam “bagaimanapun juga”, sambil tetap melihat lantai.



“──Apapun alasannya, tidak mungkin kita akan membunuh orang yang telah menyelamatkan Shidou dari takdir kematiannya berkali-kali, akupun tidak bisa melakukannya.”



“… …Ya, aku benar.”



Sambil mendengar perkataan Kotori, Shidou menganggup dengan lega dan bersemangat.



Lalu, suara Mari mulai menggema dari speaker.



“Yah, karena tujuan Kurumi adalah Reiryoku Shidou, meskipun kau selamat dari perang itu, kau harus terus bekerja keras.”



“Haha… …bener, itu benar sekali.”



Karena itu memang benar, Shidou tersenyum lemas.



Di tengah interaksi antara Shidou dan Maria, tiba-tiba Kotori membuat ekspresi bingung.



“… …? Kotori. Ada apa?”



“Tujuan… …”



“Eh?”



Saat Shidou sedikit memiringkan kepalanya, Kotori membalasnya sambil memegang dagunya.



“Tujuan. Pada dasarnya, semua orang bertindak berdasarkan tujuan mereka masing-masing. Tujuan kita adalah menyelamatkan para Spirit. Tujuan DEM adalah menginversi kristal Sephira dari para Spirit. Tujuan Kurumi adalah menggunakan Reiryoku Shidou untuk kembali ke masa lalu. ──Setidaknya ada 3 tujuan berbeda yang ikut dalam perang ini.”



“… …?A-ah, apa ada yang salah dengan itu?”



Kotori mengangkat jarinya satu persatu saat dia menyebutkan setiap tujuan. Shidou, tidak tahu apa arti dibaliknya, sambil mengelus bagian belakang lehernya.



Lalu, Kotori mengangkat jari keempat sambil menatap ke arah Shidou.



“──Bukankah ada satu yang terhilang? Apa tujuan <Phantom>?”



“Ah… …”

Setelah mendengar perkataan Kotori, Shidou membelalakkan matanya karena kaget. <Phantom>. Spirit misterius yang mengubah Kotori dan yang lainnya menjadi Spirit dengan memberi mereka kristal Sephira.



Jika sejak awal tidak ada <Phantom>, situasi sekarang ini tidak mungkin terjadi. Meski begitu, Spirit itu tidak pernah menampakkan wujudnya.



“Kenapa <Phantom> memberi kita kristal Sephira? Tujuan macam apa yang dia inginkan dengan menambah jumlah Spirit berlevel bahaya di dunia ini?”



“… …Saat kita ingin melawan musuh, orang itu, baik eksistensi maupun tujuannya, tidak ada petunjuk. Memikirkannya saja sudah menakutkan.”



“Itu… …”



Mendengar apa yang Kotori katakan, Shidou menelan ludahnya.



Sepertinya bukan hanya Shidou saja yang mendengarkannya. Para anggota kru yang sedang mengerjakan tugas mereka di dek bawah juga menunjukkan pandangan bingung sambil memindahkan tangan mereka.



Terlebih lagi──mengingat situasi yang sedang terjadi.



“Tujuan… …<Phantom>.”

Hampir mirip erangan, kata-kata itu keluar dari mulut Reine. Meskipun hanya kalimat sepele, untuk semacam alasan kata-kata itu terus melekat di telinga Shidou.



“… …Mungkin itu tidak bisa diduga, tujuan yang sangat kecil dan membosankan.”



“Eh… …?”



Shidou mengerutkan alisnya saat menatap ke arah Reine. Namun, Reine tidak membalasnya. Dia terus mengelus kepala boneka beruang yang keluar dari sakunya.



“Apa maksudnya──”



Namun, saat Shidou ingin bertanya.



“──Masuklah!”



Pintunya tiba-tiba terbuka saat para Spirit yang dipimpin oleh Tohka masuk ke dek dengan membawa nampan besar.



“Tohka? Semuanya juga disini. Ada apa? … …Apa ini tantangan ke grup lain?”

“Kami ingin menunjukkan apresiasi kami kepada kalian semua! Pasti sekarang semuanya sedang lapar!”



“K-Kami… …membuat onigiri untuk kalian semua.”



“Mun. Tolong jangan ragu untuk memakannya.”



Melihat Kotori yang menghampiri yang lainnya, semuanya membalas dengan semangat sambil membagi-bagikan piring yang penuh dengan onigiri.



Dilihat-lihat lagi, ada banyak onigiri yang terbungkus alumunium foil.



Sepertinya ini dibuat khusus untuk Shidou, Kotori, dan yang lainnya.



“Ohhh… …ini luar biasa. Apa ini untuk semuanya?”



“Umu! Semuanya, isilah perut kalian dengan makanan ini!”



Setelah mengatakannya, Tohka membuat senyuman cerah. Melihat sosoknya yang ceria itu, Shidou merasa bahwa tekanan tadi telah meninggalkan tubuhnya. Juga, Kotori dan anggota kru yang lainnya juga membuat senyum kecut seakan telah melupakan kegelisahan yang melayang-layang di udara sejak tadi.



“Sepertinya kalian semua telah bekerja keras membuat ini. ──Baiklah, ayo nikmati sajian yang mereka buat. Semuanya, istirahat.”



“Dimengerti.”



“Wow──sepertinya aku merasa sedikit lapar.”



Kata-kata yang penuh akan rasa terima kasih itu terlontar dari para anggota kru, mereka berdiri dari kursi mereka lalu melangkah kearah piring yang diletakkan di depan mereka.



“Jadi… …sepertinya aku akan memilih yang satu ini… …”



“Mu! Tunggu Kotori, onigirimu di sebelah sini.”



Saat Kotori ingin mengambil onigiri yang ada di piring, Tohka berbicara dan membawanya ke arah piring lain.



Dilihat lebih dekat, ada nama yang tertulis diatas kertas pembungkus onigiri. Sepertinya semuanya sudah punya onigirinya masing-masing.



“Oh, apa isinya berbeda-beda untuk setiap orang? Punyaku… …ini?”



Setelah mengatakannya, Kotori mengambil onigiri yang ada namanya di sana.

Lalu, Shidoum Reine, dan yang lainnya mengambil onigiri dengan nama mereka yang tertulis disana──namun, untuk suatu alasan, rasanya mereka agak gugup dengan ekspresi wajah yang kaku.



“Tohka? Ada apa?”



“Mu… ….ti-tidak, tidak ada apa-apa.”



Kotori merobek alumunium foilnya itu lalu menggigitnya.



Tiba-tiba, beberapa saat kemudian.



“… … … …. … … …!?”



Mata Kotori melebar saat keringat sebesar manik-manik menetes diwajahnya.



“… …! … …!”



Kotori, bergerak dengan aneh sambil memegang onigiri, sepertinya dia tidak ingin menelan apa yang ada dimulutnya. Lalu, dengan bahu gemetaran, dia menghela nafas besar.



“Kotori… …? Ada masalah?”



“I-Itu… …”

Saat menjawab Shidou, Kotori melihat ke dalam isian onigiri itu dengan mengerang lalu membantingnya.



Penasaran, Shidou mengambil onigiri yang dibanting Kotori lalu memeriksanya──kemudian, dia mengerutkan alisnya.



“Ke-Ketumbar… …?”



Benar, di dalam onigiri Kotori ada daun peterseli dan berbagai bumbu lain yang dia benci.



“… …Eh, apa-apaan ini, apa kau ingin membullyku?”



Hampir meneteskan air matanya, Kotori menatap Tohka dan yang lainnya. Namun, Tohka membalas menggelengkan kepalanya.



“Kau salah. Untuk mengalahkan DEM, kami memutuskan untuk mengalahkan makanan yang kita benci. Jadi onigiri kita semua… …sudah ditambahkan makanan yang kita benci.”



Sambil mencoba untuk berani di depan semuanya, namun ekspresi suramnya jelas sekali. Lalu, Tohka memakan onigiri yang ada di tangannya. Mengikuti langkahnya, para Spirit yang lain juga memakan onigiri yang ada ditangan mereka.



“… …! Ugh… …”



“Uhh… …baunya mengerikan… …”



“M-Mun, Muku tidak akan menyerah… …”



Dengan air di mata mereka, tubuh mereka tampak menderita. Dari awal sampai akhir, hanya Origami yang makan dengan ekspresi biasa.



“Jadi, sekarang… …Sh-Shidou juga, harus menaklukkan tantangan ini.”



“Eh… …?”



Dari perkataan Tohka, dia melihat onigiri yang ada di tangannya lagi. Kelihatannya seperti onogiri biasa yang enak. Namun setelah melihat pemandangan barusan, benar-benar senjata yang berbahaya.



“… …Uhh, aku ingin mendengarnya, apa yang kalian masukkan ke dalam onigiriku?”



Dengan keringat yang menetes saat dia bertanya, Tohka menjawab sambil berusaha mengangkat tangannya ke atas.



“Aku bingung dengan onigiri Shidou, karena tidak ada makanan yang dibenci Shidou.”

“Setuju. Kami memikirkannya semuanya tentang Shidou dengan hati-hati sampai akhir.”



“Ufufu… …darling, aku bisa membantumu memakannya jika itu terlalu berat?”



Dengan kata-kata itu, para Spirit menghalangi jalan Shidou untuk kabur. Setelah dia mendengarnya, Shidou berkata “Huh!” sambil menghela nafas.



“Ja-Jadi, apa yang kau masukkan… …!? Ah, tapi itu sesuatu yang masih bisa dimakan bukan?”



“… … …”



“… … …”



“… … …”



“Setidaknya tolong katakan sesuatu!?”



Saat para Spirit masih tersenyum, Shidou berteriak keras.







Dikatakan bahwa banyak tumbuhan yang tidur ditengah malam──disaat yang sama dengan manusia. Tapi saat ini, tidak banyak lampu jalanan dikota yang cahayanya memudar saat jam 2 pagi.



Melalui jendela rumah yang cahayanya sedikit redup, lampu jalan seperti ngengat didekat api, biasanya lampu sebuah toko menyala dengan terang. Sedangkan di area perkantoran, ada sumber cahaya yang mengabaikan jam kerja yang telah ditetapkan oleh hukum.



Dibawah setiap cahaya itu, ada yang bersinar dibawah seorang manusia yang sedang mengerjakan tugasnya. Seperti rotasi sebuah siklus, yang tak pernah berhenti.



Yah, setelah para manusia membentuk sebuah peradaban, area padang rumput akan jarang terlihat diperkotaan. Namun, rasanya, tak ada salahnya jika membuatnya menjadi lebih gelap.



Dengan pancaran lampu jalan, jika kau tidak mengecek situasi di bawah kaki orang lain, keamanannya masih terjaga.



Namun──saat ini kotanya terlihat sedikit berbeda.



Meski begitu, hampir tidak ada tanda-tanda kegiatan manusia disini.



Tepatnya, dari jendela gedung perkantoran, apartemen, ataupun fasilitas bisnis lainnya, seseorang hanya akan melihat siluet orang-orang.



Namun, mereka semua terjatuh dilantai atau meja mereka, seakan terjatuh dalam koma ataupun karena kelelahan.



Di seluruh jalan semuanya jatuh tak sadarkan diri, benar-benar fenomena yang tidak normal. Karena kurangnya akal sehat, orang-orang akan mulai bertanya-tanya mungkinkah ada kebocoran gas yang menyebar ke seluruh kota ataukah mereka sedang syuting film thriller besar.



Namun, kota ini tidak pernah diganggu oleh teroris yang menyebarkan senjata kimia, ataupun dilirik sebagai tempat yang indah oleh para investor yang ingin mendukung seorang produser film.



Semua ini karena──bayangan yang mengintai ditanah.



Benar; itu karena bayangan.



Baik di jalanan yang gelap.



Di dinding gedung yang tinggi.



Maupun dalam ruangan yang disinari cahaya.

Di bawah semua orang yang tertidur, warna hitam merangkat tanpa pandang bulu.



“────”



Di tengah tempat itu, terdengar sebuah suara.



Tokisaki Kurumi menekan kedua tangannya dan melihat ke bawah untuk berkonsentrasi.



<City of Devouring Time>, bayangan Kurumi meluas menelan waktu dari siapa saja yang bersentuhan dengannya──kekuatan untuk mencuri kehidupan orang lain.



Bagi Kurumi, Anget of Time <Zafkeil> kekuatannya benar-benar sangat besar. Namun, sebagai harganya, setiap kali menggunakan peluru, itu akan memakan sedikit waktu dari penggunanya.



Tentu, meskipun seorang Spirit, waktu yang dimiliki Kurumi saja tidak akan cukup untuk mencapai tujuannya.



Mau bagaimana lagi, dia butuh suplemen waktu dari luar sebagai langkah antisipasinya dalam menghadapi pertempuran besar ataupun luka serius yang berkepanjangan.

Namun, ini pertama kalinya bagi Kurumi menggunakan pengisian dengan skala sebesar itu. Biasanya, orang-orang yang ada disebuah bangunan saja sudah cukup. Semakin banyak waktu yang diserapnya, semakin mencolok tindakannya hingga diketahui orang lain.



Namun, saat ini, tidak mungkin untuk mempedulikan hal semacam itu.



Besok, DEM Industries menginginkan kepala Shidou dengan kekuatan penuhnya. Untuk mengalahkan mereka dan melindungi Shidou, dia butuh lebih banyak kekuatan. Untuk itu──dia harus menyerap waktu diseluruh kota.



Tentu saja, dia menargetkan kota yang jauh dari Tenguu. Meskipun tujuannya untuk mengisi waktu, hal itu akan tercium oleh <Ratatoskr> ataupun DEM, itu sama saja menghabiskan waktu tambahan yang dia makan.



“──Diriku.”



Saat Kurumi berbicara, muncul suara yang sama dari dalam kegelepan. Lalu, perlahan Kurumi membuka matanya.



Dia sudah menempatkan banyak klon dibanyak tempat disekitarnya. Secara bersamaan, mereka semua menggunakan <City of Devouring Time> untuk menelan seluruh kota.



“Sebentar lagi.”



“Ya──”



Setelah Kurumi berbisik dengan pelan, perlahan dia mengangkat tangannya.



Lalu, pistol kuno keluar dari bayangannya dan langsung menuju tangan yang dia angkat.



“<Zafkiel>──peluru kedelapan <Het>.”



Setelah Kurumi mengatakannya, bayangan masuk lewat moncong pistol, mengisinya dengan peluru yang diinginkan.



Lalu Kurumi mengarahkannya menuju pelipisnya dan menarik pemicunya tanpa ragu.



“Bang”, mengikuti suara keras itu, kepala Kurumi sedikit bergeser dari tempatnya semua.



Kemudian, tubuh Kurumi yang bergoyang terbagai menjadi dua.



Peluru kedelapan <Het>. Peluru yang ada dalam gudang <Zafkiel> yang bisa menciptakan masa lalu Kurumi menjadi bentuk klon.



Kurumi menatap klon yang baru lahir lalu menggerakkan bibirnya lagi──



“────Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>, Peluru kedelapan <Het>.”



Tembakan yang tidak bisa dihitung.



Tembakan yang tidak dan tidak dihitung.



Tembakan yang tidak, tidak, dan tidak bisa dihitung.

Terus mengisikan bayangan ke dalam pistol dan menembakkannya ke pelipisnya. Setiap kali menembak, jumlah klonnya langsung bertambah. Seperti tangisan bayi yang baru lahir, mereka langsung masuk kedalam bayangan.



“──Fu.”



Bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, setelah menambah jumlah klonnya hingga ribuan, akhirnya Kurumi menghela nafas karena kelelahan.



“Apa kau baik-baik saja, diriku.”



“Aku tidak apa-apa──daripada itu, cepat masuk kedalam bayangan dan pergilah ketempat selanjutnya.”



Setelah Kurumi mengatakannya, dia menutup matanya sekali lagi.



Meskipun telah dibantu para klonnya, memperluas bayangan hingga sebesar itu dibutuhkan konsentrasi yang besar juga. Saat ini bayangannya telah kembali ke kakinya dengan ukuran normal.



Seluruh kota. Meskipun Kurumi tidak tahu jumlah pastinya, <City of Devouring Time> telah menelan waktu lebih dari 10.000 orang yang berpusat dibawah kakinya.

Meski dia tidak ingin orang-orang mati saat dia mengisi waktunya, dia tidak bisa menyesuaikannya pada semua orang. Akibatnya, orang tua dan orang sakit yang tidak punya banyak waktu hidup mungkin telah pergi ke surga. Mungkin saja, Kurumi telah mencuri saat-saat terakhir yang bisa mereka habiskan bersama keluarga, kekasih, teman──orang-orang yang mereka cintai.



“… … … …”



Bagaimanapun juga. Tidak──Kurumi tidak akan berhenti di sini hanya karena hal tersebut. Kembali ke 30 tahun yang lalu dan mengembalikan segala menjadi tidak pernah terjadi. Begitulah, semua yang dilakukan Kurumi dari dulu hingga sekarang tidak pernah terjadi.



Demi tujuan itu, semuanya diabaikan.



Lalu Kurumi masuk kedalam bayangannya.



Sikapnya seperti seorang biarawati yang sedang berdoa pada Tuhan. Berdoa meminta pengampunan──kata-kata yang tak bisa diucapkan menghilang dalam kesunyian.





“… … … …”



Malam didalam area istirahat <Fraxinus>, Shidou meminum teh susu sambil melihat langit berbintang.



Meskipun seseorang pernah bilang tidak mungkin melihat langit berbintang di tengah kota, dari kapal perang udara yang melayang 15.000 meter di atas permukaan tanah, sangat mungkin untuk melihat langit yang penuh bintang. … …Yah, itu bukan metafora lagi karena sebelumnya Shidou pernah berenang melewati lautan bintang.



“… …Haha.”



Secara tidak sadar Shidou tertawa mencela dirinya sendiri.



Memikirkannya lagi, itu sangat aneh. Itu adalah hal yang tak bisa dipercaya saat orang lain mendengarnya.



Bukan hanya cerita soal berenang diantara bintang-bintang. Sejak tahun lalu⸺⸺tidak, sejak 5 tahun yang lalu, ada banyak kejadian tidak masuk akal yang terjadi pada dirinya.



Saat dia merenungkan hal ini──



“──Shidou?”



Tiba-tiba, ada suara yang menyela renungannya dari belakang.

Menengok ke sana, itu adalah Tohka yang berdiri di pintu masuk area istirahat dengan memakai piyamanya. Sama seperti Shidou, saat ini para Spirit tinggal di area hunian yang ada di <Fraxinus>.



“Oh, Tohka, ada apa? Tidak bisa tidur?”



“Umu… …kebiasaan tidurnya Miku benar-benar mengerikan.”



“Benarkah?”



“Yah, dia seperti merangkak di lantai dan mencoba pergi ke kasur orang lain.”



“… …Apa itu benar-benar kebiasaan tidur?”



Shidou tersenyum masam dengan keringat yang menetes di pipinya. Meski di saat seperti ini, mereka masih bertingkah seperti biasa.



Lalu, Tohka bertanya dengan memiringkan kepalanya.



“Shidou, apa yang kau lakukan di sini?”



“Ah, hanya berpikir sedikit.”



Mendengar apa yang Shidou katakan, Tohka sedikit mengerang “muu” seakan menyadari apa yang sedang terjadi.

Mau bagaimana lagi. Karena besok lusa… …tidak, waktunya diubah, jadi besok adalah pertempuran habis-habisan melawan DEM. Jujur saja dia tegang.



“Uh… …ah, yah, itu benar.”



“Muu?”



Tohka sedikit memiringkan kepalanya karena bingung mendengar perkataan Shidou.



“Apa itu tentang Kurumi… …”



Pastinya, Shidou harus memenangkan perang melawan DEM dan bertahan hidup.



Namun, tujuan yang sebenar lebih dari itu──untuk menyegel Kurumi, namun Shidou belum menjawabnya dengan lengkap.



“Aku…. …ingin menyelamatkan Kurumi. Itu adalah tanggung jawabku karena telah diselamatkan oleh Kurumi berkali-kali. Namun, apakah keselamatan yang kupikirkan sama dengan yang dipikirkan Kurumi?... …Jujur saja, aku tidak tahu.”



Ya, saat dia melihat masa lalu Kurumi melalui peluru kesepuluh <Yud>.

Keluh, marah, dan keinginan untuk balas dendam──sebuah resuman yang luar biasa menyedihkan yang menginginkan harapan.



Belajar dari hal itu, Shidou berpikir.



Ide keselamatan Kurumi bisa sejalan dengan ide keselamatan darinya. Cara untuk membuat keduanya ada.



Namun, tidak peduli seberapa lama dia memikirkannya, Shidou masih tidak bisa mendapatkan jawabannya.



“… … … … …”



Mendengar perkataan Shidou, Tohka menghela nafas sambil tetap mempertahankan ekspresi cantiknya.



Dengan suara suara gerakan sandal saat melewati lantai, Tohka mendekat ke arah Shidou.



“Bolehkan aku duduk di sebelahmu?”



“Oh, tentu.”



Setelah membalasnya, Tohka sedikit mengangguk sambil duduk di sebelahnya.

Lalu, Tohka menekuk lututnya.

“Kemari.”



“Eh?”



“Tak apa, kemarilah.”



Lalu, saat dia selesai bicara dengan nada yang sama, dia meraih bahunya dan menyeret Shidou ke arahnya dengan paksa.



Ini seperti──posisi untuk bantal paha.



“T-Tohka?”



Saat Shidou terkejut dengan situasi mendadak itu, Tohka mengelus kepalanya dengan lembut.



“Bagaimana? Sebelumnya aku melihat ini di “Bersama dengan Ibu”. Sepertinya ini cara untuk menenangkan seseorang.”



“… …Haha.”



Setelah mengatakannya, Shidou tertawa tanpa sadar.



Kemudian, dia ingat.

Juni lalu, saat Kurumi pertama kali muncul dan mentalnya terpukul oleh tindakan brutalnya, Tohka datang memberinya keberanian untuk terus melangkah.



“… …Thank you, Tohka. Kau selalu membantuku.”



Setelah Shidou mengatakannya, jari jemari Tohka gemetar sesaat lalu dia terdiam.



“… …Tidak perlu sampai segitu. Akulah yang seharusnya minta maaf pada Shidou.”



“Eh?”



Mendengar perkataan yang mendadak itu, Shidou menyela karena penasaran. Kemudian, Tohka melanjutkannya dengan pelan.



“… …Jika bukan karena Kurumi, Shidou pasti sudah mati. Setelah mendengar soal kejadian itu, ada suatu perasaan yang mencubit dadaku. Lalu… …aku berpikir jika saja Shidou tidak pernah bertemu denganku, Shidou tidak akan pernah menderita hal semacam itu.”



Setelah Tohka berhenti bicara, dia mengencangan bibirnya saat Shidou merasakan getaran samar dari belakang kepalanya.



“Tohka… …”



Shidou membalasnya dengan lembut sambil menggenggam tangan Tohka.



“Apa yang kau katakan? Aku──selalu merasa bahwa bertemu denganmu dihari itu benar-benar luar biasa.”



“Tapi… …”



Mendengar jawaban yang hampir lenyap itu, Shidou menggenggam tangan Tohka dengan lebih erat seakan menutupi suaranya.



“Aku sudah mengalami begitu banyak bahaya. Kapanpun ada Spirit baru yang muncul, mereka juga akan terlibat dengan suatu masalah yang serius. Namun daripada itu, semuanya juga memberiku banyak, banyak hal tak tergantikan yang cukup untuk menutupi semua hal buruk yang terjadi. Oleh karena itu sulit bagiku untuk membayangkan soal dirimu yang tidak ada dalam hidupku.”

──Itu sama di setiap pertemuan.



Pertemuan tak terelakkan dengan Tohka.



Bertemu dengan Spirit baik hati, Yoshino.



Bertemu dengan Kurumi, yang dipanggil Spirit terburuk.

Menyegel ulang Kotori dan mengingat kejadian penting dari lima tahun yang lalu.



Memberikan jawaban ketiga kepada Yamai bersaudari, yang ingin terus hidup tanpa membunuh yang lainnya.



Bertarung melawan Miku dangan para Spirit, dan kerja sama mereka setelah itu.



Beradu pikiran dengan Natsumi, yang Angelnya bisa membuatnya berubah bentuk dengan bebas.



Berdamai dengan Origami setelah menulis ulang dunia.



Strategi untuk Nia, yang tidak mempercayai orang lain.



Dan terakhir, bertemu dengan Mukuro di angkasa yang luas.



Dan sekarang, DEM menargetkan nyawa Shidou.



Tidak, Shidou sudah dibunuh oleh mereka sebanyak lebih dari 200 kali.



Meski dia terjebak kedalam gelombang kesulitan yang sangat berat ini, dia masih tidak bisa menyalahkan siapapun.



Namun──,

“Aku tidak pernah menyesal. Bahkan jika aku membawa semua ingatanku sampai sekarang, dan kembali ke masa lalu sebelum bertemu Tohka──Aku masih tetap akan mengulurkan tanganku pada Tohka.”



“Shidou… …”



Dengan air dimatanya, Tohka menggenggam tangan Shidou. Memaksakan senyum kecut, sampai sekarang bukankah Shidou merasa malu dengan perkataannya sendiri.



“… …Ah, tidak, bukan begitu. Jika dia kembali ke masa lalu dengan ingatannya yang sekarang, bukankah dia tidak bisa mempraktekkan teknik penaklukkan, membuat skenario karakter acak, dan menulis puisi misterius… …yah, tanpa Angel Kurumi, hal itu──”



“… …Mu? Shidou, ada apa?”



“Tidak… …daripada itu, Tohka.”



“Kenapa?”



“… …Bisakah kita terus begini sedikit lebih lama lagi?”



Setelah Shidou mengatakannya, Tohka membalas dengan lembut “ya”
Share Tweet Share

1 comments:

    Please wait....
    Disqus comment box is being loaded