Bab 2 Manuver Rahasia Nightmare

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode
“… …Oh tidak, ini buruk, benar-benar buruk.”



Di dalam ruangan disebuah rumah, seorang lelaki memegang kepala dengan kedua tangannya karena merasa kesulitan.



Namun, itu sudah bisa diduga, alasannya──



“… …Mu.”



Dari sudut pandangnya, lelaki itu menatap pojok ruangan── ke arah kasur.

Tepatnya, dia meliha ada gadis yang duduk di kasur itu.



“… … …”



Seorang gadis, begitu cantik sampai sampai dia terlihat seperti sebuah kerajinan tangan, sambil melihat-lihat kamar dengan ekspresi bingung. Meskipun dia memakai jaket yang diberikan lelaki itu, dia tidak memakai apapun dibaliknya. Setiap kali dia bergerak, lelaki itu bisa melihat kulitnya yang mengkilat dan berkilauan meski samar-samar.



Benar. Sudah satu jam berlalu sejak ledakan misterius itu.

Tidak terbayangkan olehnya bahwa dia akan membawa gadis yang dia temui di tengah ledakan ke kamarnya.



“… …Tidak, tidak, tidak.”



Lelaki itu menggelengkan kepalanya lagi dan lagi, berusaha untuk mengabaikan pikiran berbahaya yang menjelajahi imajinasinya.



Tidak boleh. Ini benar-benar bukan didasari oleh rasa bersalah. Ini harus dipaksakan… …jika tidak, maka tidak ada jalan lain untuk kabur dari insiden ini.



Saat lelaki itu mengulang-ulang alasan tersebut dalam pikirannya, dia mengingat apa yang terjadi sejam yang lalu.



(──A-Apa kau baik-baik saja? Apa kau terluka?)



Di atas permukaan tanah dimana peradaban yang terlihat seperti berada di tengah-tengah kehancuran, pandangan lelaki itu terenggut oleh seorang gadis yang tampak seperti seorang dewi ataupun malaikat. Setelah keluar dari kondisi lumpuhnya, dia melontarkan sebuah pertanyaan. Tentu saja, dia mencoba berpaling agar tidak melihat gadis telanjang itu.



Meski tidak jelas siapa gadis ini, yang pasti situasi ini melebihi ambang batas kewajaran. Dia berpikir untuk mengkonfirmasi keadaan korban ajaib itu sebagai prioritas utama.



Meskipun gadis itu menyadari suara lelaki tersebut, dia hanya membalasnya dengaan pandangan kearahnya, perlahan melihat wajah lelaki itu tanpa bicara sepatah katapun.



(Un… …)



Lelaki itu, sambil memandang mata yang bagai permata itu, merasakan wajahnya yang menjadi merah.



Lalu, akhirnya gadis itu membuka mulutnya.

(… …, Ah… …, um… …)



Namun, tingkat ini tidak bisa disebut sebagai bicara. Mengerang──tidak, itu bukan berasal dari suatu rasa sakit, tapi lebih ke tenggorokannya yang gemetaran.



(… …? Ka-Katakan, apa kau tidak bisa bicara… …?)



Lelaki itu mengerutkan alisnya saat dia memikirkan hal itu.



──Mungkin dia tidak bisa mengatakan apapun karena shock yang disebabkan oleh ledakan itu.



Dirinya yang tidak memakai pakaian mungkin juga disebabkan oleh ledakan itu; yah, dia tidak berpikir bahwa hal itu terlalu tidak masuk akal. Tapi, ngomong-ngomong, kulitnya tidak memperlihatkan adanya bekas luka. … …Atau dia adalah gadis istimewa yang ditangkap oleh organisasi rahasia. Skenario dimana orang telanjang dimasukkan kedalam tabung silinder yang sering dilihat dalam sebuah karya fiksi ilmiah. Ledakan tadi disebabkan karena kegagalan eksperimen yang dilakukan oleh grup rahasia dan dia, saat dia terjebak dibawah tanah, lalu dia bisa kabur karena sebuah kebetulan… …



(… …Ah, itu benar-benar tidak mungkin terjadi.)



Lelaki itu menggelengkan kepalanya untuk menyingkirkan cerita khayalan yang dibuat oleh pikirannya. Lalu dia melepaskan mantelnya untuk menutupi tubuh gadis itu.



Tentu saja mungkin dia terkena flu karena hal ini──lebih dari itu, dalam artian lain, dia tidak akan bisa menahannya mengingat bahwa dia menunjukkan ketelanjangannya kepada cuaca.



(… …! … …?)



Saat jaket itu mendarat dibahunya, mata gadis itu tersentak karena kaget, dengan seluruh tubuh yang mulai gemetar.



(Ah, m-maaf, apa aku menakutimu? Tapi ini benar-benar… …)



Saat lelaki itu mencoba memberi alasan, mata gadis itu berkedip saat dia mulai menarik mantel yang tergantung dibahunya.



(… … … …)



Setelah itu, sepertinya dia telah mengerti bahwa itu adalah kehangatan, gadis itu membuat ekspresi lega.



(U-Umm… …apa kau bisa berjalan? Tidak, sepertinya sakit jika harus berjalan dengan kaki telanjang, kan? Jika kau tidak keberatan, aku akan menggendongmu. Bagaimanapun juga ayo pergi dari sini. Apa kau tau dimana rumahmu… …)



(… …?)



Mendengar perkataan lelaki itu, gadis itu memandangnya dengan pandangan bingung.



(… …Apa kau mengerti?)

Lelaki itu menggaruk wajahnya sambil tersenyum masam; lalu, dia berjongkok di sebelah gadis itu.



──Situasi itu membawa pada keadaan ini.



“Berbeda. Ini tidaklah sama.”



Lelaki itu bergumam mencoba memohon pada seseorang.



Lelaki itu ingin membawa gadis itu ke rumah sakit. Namun, saat dia membawanya, dia langsung berjalan beberapa blok menuju bangunan yang masih berdiri. Disana, dia menemukan kota yang runtuh menjadi rawa, hal itu sebanding dengan akhir dunia.



Ini harus dipikirkan dengan tenang. Karena sebelumnya tidak ada yang mengindikasikannya, sebuah tempat yang luasnya sepuluh kilometer telah hancur. Gelombang kejut yang berasal dari pinggirannya juga telah menghancurkan lingkungan disekitarnya, dan korban berjatuhan sangatlah besar. Hasilnya, rumah sakit besar yang ada didekat sana yang seharusnya digunakan untuk menampung para korban juga telah diratakan oleh ledakan tadi.



Dengan situasi yang sekacau ini, lelaki itu berpikir sejenak sebelum akhirnya memutuskan rumahnya sendiri sebagai tempat peristirahatan bagi gadis itu. Seharusnya tidak ada yang aneh dengan keputusan ini… … atau setidaknya itulah yang lelaki itu katakan pada dirinya sendiri.



Meskipun di rumah lelaki itu ada 4 anggota keluarga, orang tuanya sedang pergi jauh dari rumah karena urusan bisnis. Seharusnya tidak ada masalah dengan mengistirahatkannya di sini di saat yang seperti ini──



“──Nii-sama! Apa kau baik-baik saja!”



Di saat itu.



Diikuti oleh suara keras, pintu kamar itu dibuka dengan paksa.



Melihat lebih dekat, seorang gadis datang ke arahnya. Karakteristik yang dia miliki adalah rambut yang diikat menjadi sebuah ponytail dan tahi lalat yang mirip air mata. Meskipun hari ini adalah hari libur, sepertinya dia baru saja kembali dari kegiatan klub. Dia memakai seragam pelaut berwarna hitam sambil membawa tas dengan satu tangannya dan tas pedang bambu ditangan satunya.



Mungkin dia berlari dengan sangat kencang untuk menuju kemari, keringat sebesar manik-manik menetes dari dahinya dan bahunya bergerak naik turun.



“──Mana.”

Saat lelaki itu membalasnya dengan memanggil namanya, dia menghela nafas lega melihat adiknya yang baik-baik saja.



“… …Eh.”



Lalu, tiba-tiba dia menahan nafasnya setelah itu.



Setelah tenang karena melihat wajah lelaki itu, ekspresinya menjadi berkedip-kedip karena bingung.



Namun, ekspresi ini bukannya tidak bisa dipahami.



Ada seorang gadis setengah telanjang di kamar kakaknya, meski bukan dia; orang lain pun akan memperlihatkan ekspresi yang sama.



“K-Kau tau, Mana, ini… …”



“… … … …”



Mana melihat wajah lelaki dan gadis itu secara bergantian. Lalu, setelah terdiam beberapa saat, dia berjalan perlahan menuju lelaki itu. Pon! Dia menyentuh bahu lelaki itu.



“… …Tidak apa-apa. Mana adalah sekutu Nii-sama. Setelah itu, pastikan bahwa kau bertanggung jawab ya.”

“Apa maksudmu, itu tidaklah benar!?”



Dia hanya bisa berteriak karena tidak bisa menahannya; namun, sepertinya Mana tidak mendengarnya. Lelaki itu menggelengkan kepalanya mencoba untuk meluruskan kesalahpahaman itu.



“Tunggu, tunggu! Kenapa jadi seperti ini! Meskipun itu kesalahpahaman, setidaknya harus seperti ini “Kya, Nii-sama membawa pacarnya ke rumah, diriku ini benar-benar tidak sopan karena telah menerobos masuk!” bukankah seperti itu!?”



“Mustahil Nii-sama melakukan hal semacam itu! Jangan remehkan adikmu!”



“Kau benar-benar memaksakan pandanganmu padaku!”



“Jadi, bukankah yang kau katakan tadi itu juga sama saja?”



“… …Itu sedikit berbeda.”



“Lihat, ini tidaklah sama dengan apa yang orang lihat!”

Melawan introgasi dari Mana, dia membalas sambil mengalihkan pandangannya. Akibatnya, Mana yang marah menghirup nafas dalam sebelum mengambil pedang bambu favoritnya dari tas, Doroumaru, dihadapkan ke arah si lelaki. Saat dia mengangkat tangannya karena panik, pedang bambu itu berhenti tepat seinci di atas dahinya.

“Katakan dengan sejujurnya! Di mana kau menculiknya?”



“Hei!? I-Ini adalah kesalahpahaman! Aku hanya membawanya karena dia sendirian!”



“Aaahhhh, apa yang kau katakan sama saja dengan menculiknya!”



“Kupikir juga begitu setelah melakukannya, aaaahhh!”



Dia membalas teriakan Mana dengan jeritannya. Tentu saja, saat menekannya, secara harfiah arti dibalik keputusannya benar-benar telah bocor.



“B-Bagaimanapun juga, dengarkan ceritaku! Gadis ini… …dia ada disaat ledakan itu!”



“… …Eh?”



Saat lelaki itu meneriakkan alibinya, akhirnya Mana melonggarkan genggaman pedang bambunya.



“Apa yang sebenarnya terjadi?”



“Begitulah. Saat aku terperangkap dalam ledakan tadi ── aku menemukannya.”



Lelaki itu menjelaskan bagaimana dia bisa bertemu dengan gadis itu dan menjelaskan alasan kenapa dia membawanya kemari.



Setelah mendengarnya, Mana membuat suara “hmm… …” saat berpikir keras sambil sesekali melihat ke arah gadis itu.



“Untuk memastikan saja, mempertimbangkan kemungkinan bahwa kepala Nii-sama tidaklah terbentur ataupun melihat sebuah halusinasi… …”



“Ah, kau masih berpikir bahwa aku mungkin saja berbohong.”



“Nii-sama tidak akan membohongi Mana, karena kau adalah kakak Mana.”



Saat lelaki itu mengeluarkan kalimat dengan bingung, Mana membalasnya dengan gaya yang tegas… …sepertinya agak sulit untuk menentukan apakah adik ini percaya atau tidak kepada kakaknya.



“Meski begitu, jika kau memikirkan premis itu, ada terlalu banyak hal yang janggal. Siapa gadis itu dan kenapa dia ada disana?”



“S-Siapa yang tahu? … …meski juga aku ingin menanyakan hal itu.”



Saat lelaki itu balik membalas dengan ekspresi bingung, Mana memfokuskan penglihatannya untuk melihat gadis itu dengan tajam.



“… …Mungkinkah orang ini adalah penyebab ledakan? Apa itu mungkin?”



“Ha......? J-Jangan bercanda, tidak mungkin manusia bisa──”



“──Achoo”



Tanpa disadari, lelaki itu dan Mana mendengar suara menggemaskan dari tempat tidur.



Sepertinyaa gadis itu bersin. Ngomong-ngomong, meskipun gadis itu memakai mantel, dia tidak memakai apapun dibaliknya.



“A-Apa kau baik-baik saja?”



“Aah ya, sekarang apa yang akan kau lakukan Nii-sama? Mau bagaimana lagi. Mana akan mengambil beberapa pakaian, jadi tolong tunggu──”



“… …A-Ah… …”



Di saat itu.



Saat Mana ingin menuju kamarnya, gadis itu melirik Mana dengan serius sambil mencium baunya.

Lalu, beberapa saat kemudian, ada partikel cahaya mengelilingi gadis itu lalu berubah menjadi seragam pelaut, dengan desain yang sama dengan Mana, terbentuk ditubuhnya.



“Ap… …?”



“Huh… …?”



Setelah melihat fenomena aneh yang terjadi di depan mereka, lelaki itu dan Mana saling menatap dengan ekspresi kebingungan.





“… …Gaah!”



Merasakan pukulan keras diperutnya, mata Shidou terbuka dengan paksa.



“Eh… …!! Huh… …!? A-Apa yang terjadi!? Ada serangan!?



Saat dia telat bereaksi beberapa saat kemudian, mata putihnya berputar karna alarm.



Kemudian, dia langsung sadar jika ada seseorang yang dia kenal sedang berdiri tegak diatas perutnya.



Beberapa saat kemudian, akhirnya saat otaknya bangun, Shidou akhirnya tahu apa yang terjadi padanya.



“Ah, bangun──. Ini tidak bagus Onii-chan. Kau seharusnya sudah terbiasanya dengan hal ini. Seharusnya kau tidak perlu mempedulikan hal kecil semacam ini?”



Sambil mengatakannya, Kotori, yang berdiri di atas Shidou, memegang rambutnya yang berantakan lalu mengikatnya menggunakan pita putih dengan santai.



Sepertinya dia dipaksa bangun oleh Kotori lagi. Shidou agak terkejut karna akhir-akhir ini hal itu tidak terjadi.



Saat dia melihat sekelilingnya, dia melihat ruang kamarnya yang sangat familiar. Benar. Saat ini Shidou tidak lagi tidur diruang kesehatan <Fraxinus>, tapi di kamarnya di kota Tenguu.



Setelah beristirahat sejenak di ruang kesehatan lalu makan dengan semuanya, dia kembali ke permukaan tanah.



“Kotori… …”



“Hei──”



“Uguu──”



Kotori menendang perut Shidou untuk membuat pendaratan anggun dilantai. Di saat yang sama, karena serangan itu, Shidou menjerit singkat saat membungkukkan tubuhnya karena sakit.



“K-Kau, ah… … apa kau tidak bisa membangunkanku dengan lebih lembut lagi?”



“Mu, kata-kata itu sepertinya agak salah. Itu membuatku terlihat seperti aku melompat ke arah Onii-chan tanpa memberi peringatan. Tidak, tidak, bukan begitu. Setelah mencoba membangunkanmu dengan baik, jika rencana itu tidak bekerja, bukankah aku harus melakukan cara ini? Kupikir Onii-chan lah yang salah karena masih tetap tidur disaat seperti ini.”



“Pertama-tama aku ingin mendengarnya, kenapa kau membangunkanku?”



“Di tangga, aku membuat langkah kaki yang lebih kuat tadi.”



“… …Sikap itu pun tidak layak diakui sebagai produk buangan.”



Saat Shidou mencampurkan helaan nafas dengan omongannya, sepertinya Kotori tidak menyadari arti dibalik kata-katanya dan malah memberikan ekspresi “Hei, aku dipuji ya.” Bersamaan dengan senyuman malu.

Namun, seakan mengingat sesuatu, dia menyipitkan matanya sebelum menatap Shidou.



“A-Ada apa?”



“Um──tidak, sepertinya Onii-chan berkata “Mana.” “Ini salah paham.” “Sri Jayawardenepura Kotte” apa yang kau mimpikan? Kenapa harus Mana dan bukan aku?”



[Note : Sri Jayawardenepura Kotte adalah nama kota di negara Sri Lanka.]



“Tidak, apa-apaan yang terakhir itu!? Aku bilang begitu!?”



Dia tidak menyangka bahwa suaranya akan mengkhianatinya. Dia langsung mencoba mengingat mimpi yang baru saja dia lihat. Namun, Shidou tidak bisa mengingat apapun tidak peduli seberapa keras dia menggali ingatannya, terutama soal kalimat terakhir.



Melihat Shidou yang menjadi bingung, Kotori tertawa “ahaha”.



Ternyata, itu hanyalah candaan. Shidou menghela nafas lega.



“… …Ah benar-benar, jadi sekarang jam berapa?”

Saat dia mengatakannya, Shidou meraih smartphone yang ada disamping kasurnya. Sinar terang telah bersinar melewati jendelanya. Meski dia tidak setuju dengan metode Kotori yang liar, dia tertidur lebih lama dari biasanya.



“… …Eh, jam 9? Beneran, sekolah telah dimulai!”



Setelah melihat layar smartphonenya, Shidou membelalakkan matanya karena terkejut. Dia langsung melompat dari tempat tidur karena panik, berencana untuk berlari keluar kamar.



Namun, dari sampingnya, tiba-tiba Kotori memegang ujung lengan bajunya, menghentikan langkahnya.



“A-Ada apa Kotori? … …seperti yang kubilang, kau juga harus ke sekolah. Setidaknya kau bisa mengambil jam kedua──”



“… …Ha.”



Saat Shidou berhenti, Kotori menghela nafas berat.



Lalu, setelah menggelengkan kepalanya karena kecewa, dia menarik pita hitam dari sakunya dan menata ulang gaya rambutnya dengan gerakan yang sangat ahli.

Ini cara Kotori mengubah pola pikirnya yang khas itu. Saat gadis polos yang memakai pita putih, menggantinya dengan pita hitam dia berubah menjadi komandan <Ratatoskr> yang bermartabat.



“──Kenapa kau panik, Shidou. Apa karena kau ingin pergi ke sekolah?”



“Tidak, bukan begitu… …eh, mm? Apakah hari ini hari libur?”



Karena kacaunya hari-hari yang terjadi akhir-akhir ini, ingatannya minggu ini entah kenapa menjadi agak meragukan. Dia melihat layar smartphonenya lagi… …namun, ini bukanlah hari libur istimewa, tapi hari-hari bersekolah seperti biasa.



Akibatnya, Kotori menghela nafasnya lagi sebelum melanjutkan omongannya untuk meyakinkan Shidou.



“Hei, apa kau masih mengantuk? Saat ini hidupmu sedang terancam──tidak, jika kau percaya pada Kurumi, maka kau pasti akan mati, ya kan? Kenapa kau ingin pergi ke tempat yang pengamanannya kurang dan kemungkinan besar kau akan terluka.”



“Ah… …”



Mata Shidou melebar mendengar kata-kata itu.

Seperti itulah. Meskipun memastikan waktu membuat tubuhnya bergerak karena refleks, tidak ada keharusan baginya untuk ke sekolah saat situasi darurat seperti ini.



“Maaf… …tapi.”



Tetap saja… …ada satu hal. Meskipun dia sangat setuju, tapi bagi Shidou ada satu hal penting yang ada di sekolah.



“Kurumi… …mungkin dia ada disana. Jika begitu──aku harus pergi.”

Benar. Memang, Shidou sedang ditargetkan oleh organisasi besar yang dipanggil DEM dan akibatnya dia tidak bisa bergerak bebas.



Tapi di saat yang sama, Shidou sedang mencoba menangkap Kurumi. Terlebih lagi, Kurumi masih belum mengatakan sepatah katapun untuk berterima kasih pada Kurumi. Jika ada kemungkinan bahwa Kurumi datang ke sekolah untuk menemuinya, dia tidak boleh mengabaikannya.



Kotori, sepertinya mengerti perasaan Shidou, menghela nafas dan mengangguk untuk menjawabnya.



“Ya, aku sudah mengetahuinya. Bagi kita, kita tidak bisa duduk santai saat ada hal yang menyangkut Kurumi. ──Saat ini, banyak kamera otomatis yang telah dikirim ke sekolah dari <Fraxinus>. Jika mereka menangkap sosok Kurumi, maka aku akan mengijinkan kontak spesial. Tentu saja, untuk meniadakan resiko saat pergi ke sekolah, kau akan langsung menuju ke sekolah dari <Fraxinus>.”



“Ah… …terima kasih. Terima kasihku saja belum cukup.”



Setelah mengatakannya, Shidou menundukkan kepalanya pada Kotori. Kotori menggaruk pipinya dengan grogi sambil mengalihkan pandangannya karena malu.



Namun, beberapa saat kemudian──



“Ara, ara, sungguh membahagiakan, kau telah menghabiskan banyak usaha padaku.”



“Ha──”



“Eh… …?”



Tiba-tiba, suara tak dikenal terdengar dari sisi kanan Shidou, hal itu membuat Shidou dan Kotori menengok kearah suara itu disaat yang sama.



Meski tidak tahu sudah berapa lama, mereka melihat sosok seorang gadis yang muncul di sana.



Dengan rambut hitam legam dan kulit seputih porselin, kaki sampai lututnya terbenam kedalam bayangan yang ada disamping kolong tempat tidur.



“… …Kurumi!?”



Wajah itu tidak diragukan lagu. Dengan keadaan terpaku, Shidou memanggil namanya dengan tidak sengaja.



Tidak──itu tidak benar. Shidou berdiri menahan nafasnya saat melihat sosoknya yang keluar dari bayangan.



Orang ini memang Tokisaki Kurumi. Tidak ada yang meragukannya. Namun, Kurumi, yang ada di depan mereka, memilih memakai hiasan mawar di rambutnya daripada menggunakan gaya rambut yang biasanya. Pilihan bajunya mirip dengan gaya Gothic Lolita──selain itu, mata kirinya tertutup oleh penutup mata medis.



Dia sangat familiar dengan penampilan itu. Dia adalah Kurumi yang Shidou temui saat kembali ke dunia 5 tahun yang lalu──dan juga seorang klon, beberapa hari yang lalu, dia memberitahunya kebenaran mengenai Kurumi.



“Ufufu, salam Shidou-san, Kotori-san.”



Setelah benar-benar keluar dari bayangan, Kurumi berpenutup mata mengangkat roknya dnegan elegan untuk memberikan penghormatan kecil.

Namun, meski disalami sampai elegan itu, Kotori tidak bisa mengendurkan kewaspadaannya sedikitpun. Dia membuka bibirnya untuk bicara dan mengarahkan pandangannya kearah gadis itu ditengah tekanan yang seintens ini.



“Selamat pagi, Kurumi. Pakaianmu imut sekali hari ini?”



“Ufufu, kau benar-benar ahli dalam memuji, Kotori-san. Meskipun kau tidak memiliki hubungan darah, tapi sesuai dengan yang diharapkan dari adiknya Shidou.”



Kurumi menunjukkan senyuman anggun. Menghadapi pujian (namun ejekan) ini, Kotori mulai merasa sedikit jengkel.



“… …Tetap saja, bukankah sikapmu itu agak tidak sopan? Karena telah masuk ke rumah seseorang tanpa permisi.”



“Ara, ara, itu benar-benar tidak sopan.”



Merespon perkataan Kotori, Kurumi menundukkan kepalanya untuk meminta maaf. Namun, setelah itu Kurumi langsung tersenyum dengan mempesona sebelum melanjutkan omongannya.



“Meskipun itu bisa digunakan sebagai permintaan maaf, aku akan memberitahukan informasi penting pada kalian berdua sebagai kompensasinya.”



“… …Informasi penting?”



Saat Kotori mengerutkan alisnya karena terkejut, Kurumi membalasnya dengan “Ya, ya” sambil menaruh jari dibibirnya dengan gaya yang menggoda.

Lalu, dia berbicara dengan nada yang tenang sambil menatap mereka.



“Pada 20 februari, 4 hari dari lagi, DEM akan mengerahkan semua asetnya untuk membunuh Shidou-san.”



Mendengar perkataan itu, rasa putus asa bercampur aduk saking banyaknya.



“… … … … … … …Apa?”



Bukannya dia tidak mengerti arti dibalik kata-katanya. Namun, Shidou sangat kaget karena diberitahu mengenai rencana pembunuhan dirinya secara tiba-tiba.



“… …Apa maksudmu?”



Keringat sebesar manik-manik menetes di pipi Kotori saat dia memperhatikan Kurumi. Sementara itu, Kurumi menurunkan pandangannya lalu melanjutkan omongannya.



“Apa itu, meski kau menanyakannya, memang begitulah artinya. Saat perusahaan Realizer Manifestation Device terbesar di dunia, organisasi yang memiliki kekuatan dari seorang Wizard terkuat di dunia, kemampuan intelenjensi yang dimiliki Demon King Sang Maha Tahu, puluhan ribu boneka otomatis dan Spirit palsu yang tak terhitung jumlahnya. Di saat yang sama mereka berkata bahwa mereka akan mengerahkan semua itu demi membunuh──seorang manusia.”



“Apa… …”



Shidou tak bisa berkata apa-apa.



Tentu saja, DEM melakukan hal sejauh itu demi membunuh Shidou dan menurut perkataan Kurumi; sekarang mereka bisa saja membunuhnya berkali-kali.



Namun, hal ini tidak bisa lagi disebut sebagai pembunuhan, karena pelenyapan hidup Shidou akan terjadi saat pihak merekaa belum bersiap-siap.



Namun, apa yang Kurumi terangkan itu menunjukan sebuah kekuatan yang berlebihan demi memusnahkan musuh──dengan penjelasan itu, hal itu lebih tepat disebuat sebagai perang. Tidak, jika saja Kurumi tidak memberikan informasi ini sekarang, mungkin Shidou akan dibunuh tanpa perlawanan. Dengan pemikiran itu, itu lebih tepat disebut sebagai pembunuhan secara sepihak.



“──Dan juga.”



Saat Shidou tidak bisa berkata apa-apa, Kotori, menyilangkan tangannya dengan ekspresi suram sebelum membalas.



“Kenapa kau repot-repot menyampaikan pesan yang sangat berguna ini, Kurumi? ──Apa tujuanmu?”



“Ara, ara. Sungguh kecurigaan yang berat, Kotori-san. Aku hanya mengkhawatirkan keselamatan Shidou-san.”



“Hmm… …”



Kotori menyipitkan matanya saat dia menatap Kurumi untuk mengetahui tujuan Kurumi yang sebenarnya.



Menghadapi pancaran intimidasi dari Kotori, Kurumi berpenutup mata memaksakan senyum kecut.



“Sepertinya Kotori-san agak salah paham.”

“… …Salah paham?”



“Ya, ya.”



Kurumi berpenutup mata mengangguk lalu melanjutkan omongannya dengan nada yang dibuat-buat, seakan dia sudah melatihnya sehingga siap dimainkan.



“Orang yang ada disini saat ini adalah doppleganger, diriku──orang yang kalian panggil Tokisaki Kurumi yang asli tidak tahu soal ini. Aku memilih memberitahukan informasi itu atas kehendakku sendiri.”



“Huh… …?”



“Apa katamu?”



Wajah Shidou dan Kotori memerah dengan tatapan bingung. Itu biasa, Kurumi berpenutup mata yang ada didepan mereka dalah klon yang dibuat dari Kurumi yang ada di masa lalu. Biasanya, mereka akan menjadi pasukan baris depan yang bergerak berdasarkan perintah Kurumi yang asli.



Kurumi berpenutup mata, sepertinya menyadari reaksi mereka yang agak lucu, sedikit mengalihkan wajanya sebelum lanjut bicara.



Diriku bermaksud untuk mengatasi masalah ini sendiri. ──Mengulang-ulang kembali berkali-kali untuk mengamankan masa depan di mana Shidou-san bisa hidup.”



“… …”



“Namun, aksiku sudah diketahui oleh musuh. ──Jadi, perang habis-habisan ini, pertempuran yang bertujuan untuk pemusnahan mutlak itulah yang akan terjadi. Strategi DEM bukan cuma untuk membunuh Shidou-san, tapi juga untuk menghacurkan keinginanku, yang memiliki kekuatan untuk menjelajah waktu.



Serangan kejutan, rencana cerdas dan juga jahat, taktik senderhana yang sulit dikalahkan, sebuah badai dahsyat, Deus. Ex. Machina., nama yang cocok dengan konsep dewa mesin, sebuah dominasi taktik militer di atas papan catur yang bisa memaksa cerita ini menuju akhirnya.”



“… … … …Aku mengerti.”



Setalah terdiam terus, Kotori berbicara untuk memecah kesunyian.



“Jadi begitu, alasan kau datang kemari untuk memberitahu Shidou agar berlindung… …begitu kan? Biarkan <Ratatoskr> melindungi Shidou selama kalian para Kurumi maju untuk bertempur.”

Saat Kotori selesai, Kurumi berpenutup mata menyentuh dagunya dan berkata “Ah──ya… …” seakan sedang mempertimbangkan sesuatu.



“Aku akan sangat berterima kasih jika kau melakukan itu, namun itu saja bukanlah jawaban yang benar.”



“… …? Jadi kenapa kau memberitahu kita soal ini tanpa sepengetahuan Kurumi yang asli?”



Saat Kotori bertanya sambi mengerutkan dahinya, Kurumi berpenutup mata memperlihatkan senyum yang seperti seorang prankster.



“Alasannya sederhana. Meskipun diriku melakukan upaya terbaiknya, itu akan sia-sia saja jika Shidou-san tidak tahu bahwa dia sudah dilindungi.”



Setelah mengatakannya, dia berkedip dengan genit kearah Shidou. Seakan terkejut, Shidou membalas dengan senyuman masam.



“… …Jadi begitu.”



“Yah… …lebih baik jujur saja meskipun alasannya agak kacau. Jika saja Kurumi yang asli seperti dirimu maka itu akan sangat membantu.”



Saat Kotori menyilangkan tangannya dan melemparkan kata-kata yang agak kasar itu, Kurumi berpenutup mata tertawa seakan menemukan hal yang lucu.

“Ufufufufu. Maaf. Diriku adalah orang yang keras kepala. ──Namun; keinginan untuk melindungi Shidou-san adalah tulus. Ah, tolong mengerti sedikitlah.”



“Hmm… …setelah mengatakan hal itu, aku belum bisa menghilangkan kekhawatiranku soal dirimu yang berusaha mengambil Reiryoku Shidou dibelakan kami?”



“… …Ufufu.”



Setelah Kotori mengatakan hal itu, Kurumi berpenutup mata membuat semacam pembenaran ataupun alasan, hanya tersenyum sedikit.



Setelah itu, sambil menggoyangkan roknya, dia langsung menuju ke pojokan.



“──Sekarang, tujuanku telah terpenuhi. Tolong tetaplah hidup untukku, Shidou-san.”



Setelah mengatakannya, Kurumi berpenutup mata perlahan tenggelam kedalam bayangannya, tenggelam lebih dan lebih dalam lagi.



“Kurumi!”



Tepat sebelum Kurumi benar-benar menghilang, Shidou berteriak dari belakangnya.

“Ya? Ada yang ingin kau katakan, Shidou-san?”



Kurumi berpenutup mata, yang tenggelam kedalam bayangan sampai pinggangnya, berbalik kearah Shidou untuk merespon panggilannya. Itu mirip dengan seorang gadis yang sedang mandi di danau… …yah, tapi danau yang berwarna hitam legam itu memberi sedikit kesan tidak menyenangkan.



Dia menelan ludahnya sambil menatap mat Kurumi berpenutup mata.



“Terima kasih karena telah datang kemari untuk memberitahu kami. Jika memungkinkan bisakah kau menyampaikan pesanku pada Kurumi? ──Terima kasih. Terima kasih karena karena dirimu aku bisa hidup sampai sekarang. Aku sangat minta maaf karena tidak bisa menyampaikan hal ini sebelumnya. Aku juga sudah mendengar apa yang coba kau lakukan sampai sekarang. Rasa terima kasihku saja belum cukup karena telah melindungiku. Tapi.”



Shidou menajamkan pandangannya dengan tekad yang membara dari dadanya sebelum melanjutkan bicaranya.



“──Meskipun aku minta maaf, aku masihlah seorang lelaki, jadi aku tidak bisa menerima bantuanmu. Jadi setelah menyelesaikan masalah dengan DEM, maka aku akan berdiri didepanmu sekali lagi untuk menyegel Reiryokumu… …tidak, bukan begitu.”



Shidou menutup kelopak matanya sesaat sebelum membukanya lagi.



“Sekarang, aku ingin mencuri bibirmu. Tolong bersiaplah, sayangku.”



Setelah itu, dia merasa benar-benar malu karena telah mengatakan hal itu.



“... … … … …”



Beberapa saat kemudian, Kurumi berpenutup mata hanya bisa terpaku menatap Shidou.



“… …U-fufu.”



Akhirnya, dia sudah tidak bisa menahan tawanya lagi.



“Ahahahahahahahaha! Jadi itu alasannya… …sungguh perkataan yang cerdas. Diriku benar-benar orang yang beruntung.”



Setelah tertawa selama beberapa saat, akhirnya Kurumi berpenutup mata menjadi tenang sambil menyeka air matanya.



“… …Tapi, itu permintaan yang agak sulit, Shidou-san. Seperti yang kusebutkan tadi, aku merahasiakan kedatanganku kemari dari diriku. Menyampaikan pesan itu sama saja dengan mengakui tindakanku yang seenaknya sendiri tanpa ijin terlebih dahulu. Anggota tidak patuh yang seenaknya sendiri harus dimusnahkan. Apa kau ingin aku mati?”



“Ah… …”



Setelah mendengarnya, mata Shidou melebar karena takut.



Tepat setelah dia mengatkannya, dia menundukkan kepalanya dengan panik untuk meminta maaf.



“M-Maaf, aku tidak bermaksud begitu… …”



“Ya, ya. Aku tidak berpikir orang selembut Shidou-san akan memikirkan hal semacam itu.”



“──Namun, meskipun hidup ini tidaklah berarti, tidak diragukan lagi aku akan digunakan sebagai batu loncatan oleh diriku saat ada suatu kejadian karena aksiku yang kurang hati-hati. Meskipun aku meminta maaf, aku tidak bisa menjamin apakah aku bisa menyampaikan pesan itu.”



“… …Un, aku minta maaf.”



Saat Shidou mengakhiri omongannya, Kurumi berpenutup mata berbalik dan mulai tertawa.

“Ahaha. Benar-benar orang yang keterlaluan──kata-katamu, aku belum memutuskan apakah aku harus mempertaruhkan hidupku untuk menyampaikan pesan itu pada diriku?”



Setelah mengatakan hal itu dari lubuk hatinya yang terdalam dengan senangnya, Kurumi berpenutup mata menghilang kedalam bayangan.



“… … … …”



“… … … …”



Setelah itu, kesunyian menyelimuti seluruh ruangan.

Baik Shidou maupun Kotori sama-sama merenung sambil melihat tempat di mana Kurumi berpenutup mata menghilang.



“... …Hei, Kotori.”



“… …Ya.”



Setelah itu Shidou membuka mulutnya, Kotori membalas dengan cepat seakan sudah mengantisipasi reaksinya.



“Seperti yang kau katakan, Shidou. Itu akan mencoreng reputasi <Ratatoskr> jika kita menyerahkan semuanya pada Spirit.”

Kotori menarik sebuah Chupa Chups dari sakunya, memutar dengan tangannya sebelum memasukkannya kedalam mulutnya.



“──Kurumi, DEM, ayo tunjukkan pada mereka apa yang bisa kita lakukan.”





“… … … … …”



Sambil duduk di bangku panjang ada di kapal terbang <Fraxinus>, Reine melihat langit tanpa mengatakan apapun.



Benar; itu adalah langit. Menggunakan material yang digunakan untuk membuat dinding, area itu bisa mengabaikan kaca yang keras saat transparansinya ditinggikan. Hasilnya, lagit biru, dengan awan kusam dan pancaran cahaya mentari, terefleksikan kedalam kapal.



Kapal terbang ini, dikendalikan oleh Realizer Manifestation Device, mengandalkan Territory untuk melindungi badan kapal. Pelindung bagian pentingnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan kapal perang biasa. Oleh karena itu, meski menghabiskan beberapa kekuatan tempur, itu masih dianggap mungkin untuk mengakomodasi para Spirit untuk waktu yang lama jika ada keadaan darurat. Dengan demikian, tempat istirahat seperti tempat duduk yang nyaman dan tempat hiburan lainnya juga ada di kapal ini.



… …Dengan demikian, meskipun alasannya masuk akal, pada akhirnya yang terakhir itu dibuat karena Kotori dan Elliot Woodmaan suka bermain-main ditempat rekreasi itu.



Namun, itu bukan hal yang buruk. Bagaimanapun juga, kapal perang udara dan Realizer Manifestation Device sebenarnya mustahil ada di dunia ini.



──Realizer Manifestation Device yang seperti khayalan, sudah melebihi akal sehat manusia, terbawa lewat keberadaan para Spirit.



Dengan begini, mereka benar-benar bisa memberikan ruang untuk para Spirit. Tentu saja, para Spirit yang sudah mengunjungi tempat ini setelah <Fraxinus> direnovasi merasa sangat kagum dengan pemandangan ini.



“… …Fuu.”



Di sisi lain──bukannya Reine membenci tempat ini.



Dia menghela nafas lembut, bersandar di kursi sambil melihat langit.



Setelah itu, dia mengambil boneka beruang dari saku seragam <Ratatoskr>nya dan mengangkatnya dengan tinggi, tinggi, keudara dengan kedua tangannya.



“… … … … …”

Lalu, dia mulai melihat beruang kecil itu dengan serius dengan langit sebagai latar belakangnya.



Kelembutannya sudah teruji oleh waktu. Meskipun penampilannya masih sangat imut, karena adanya jahitan ditubuhnya, penampilan itu lebih mirip zombie ataupun monster Frankenstein.



“… …Tersisa satu lagi, tidak… …dua.”



Reine bergumam sendiri.



Seakan mengikuti bisikannya, alat komunikasi yang ada di sakunya sedikit bergetar.



“… …Un.”



Reine mengangkat tubuhnya dan mengganti boneka beruang dengan alat komunikasi yang ada disaku dadanya. Lalu, saat menekan tombol panggilan, dia mendengar suara yang sangat familiar.



“──! Ah, Staf analisis Murasame. Ini Shiizaki.”



Itu dari salah satu anggota kru <Fraxinus>, Shiizaki. Dari nada suaranya, dia bisa mendengar sedikit tekanan dan kegelisahan. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi.

“… …Un, ada masalah?”



“Situasi daruraat, tolong datanglah ke ruang pengarahan. ──Tadi pagi, Tokisaki Kurumi muncul di depan Komandan dan Shidou-kun dan memberitahu mereka mengenai DEM yang mempersiapkan serangan penghabisan. Langkah kita yang selanjutnya adalah mengadakan rapat untuk merencanakan serangan balasan… …”



“… …Fumu.”



Reine mengangkat alisnya sambil menyentuh dagunya dengan tangannya yang lain.



Serangan penghabisan dari DEM. Kemungkinannya melebihi ekspektasi mereka. Pimpinan DEM memiliki Demon King <Beelzebub> di tangannya. Hanya masalah waktu sampai mereka mengetahui manuver rahasia Kurumi saat melintasi waktu.



“… …Dimengerti, aku ke sana sekarang.”



“Ah, terima kasih.”



Setelah mengakhiri percakapan dengan Shiizaki, Reine menekan tombol untuk mengakhiri panggilan.

Lalu, setelah menaruh alat komunikasi di sakunya, dia pun berdiri dari kursinya.



“… …Akhirnya datang juga, Penyihir.”



Saat Reine mengatakannya dengan sangat pelan, dia menghela nafas kecil.





Saat ini ada beberapa orang yang berada di ruang konferensi yang ada di <Fraxinus>.



Di dalam ruang tengah, ada meja bundar besar yang digunakan Komandan, Kotori sebagai ketuanya. Dimulai dari sisi kiri ada, Shidou, Tohka, dan para Spirit yang semuanya duduk berurutan. Disisi yang berlawanan, ada Kannazuki, Reine, dan anggota kru <Fraxinus> yang lain.



Di tengah ruangan, ada pesan bertuliskan Maria di layar yang menghadap ke semua arah.



Kotori meminta semua orang hadir disini untuk membahas serangan balik melawan DEM.



Meski sebenarnya Shidou dan Kotori tidak ingin melibatkan para Spirit ke dalam masalah ini, situasi yang mengerikan ini membuat mereka tidak bisa mengatakan pendapat itu. Bagaimanapun juga, DEM ingin menggunakan seluruh kekuatan mereka untuk membunuh Shidou. Dengan kurangnya jumlah mereka, mustahil bagi <Ratatoskr> untuk tidak menghitung para Spirit ke dalam kekuatan tempur mereka. ──Terlebih lagi, jika mereka melakukan pertemuan tanpa sepengetahuan para Spirit, keadaan mental mereka akan tidak stabil.



Dulu, ada pilihan menjauhkan para Spirit dari konflik dengan tidak memberi informasi apapun… …namun, keberadaan Spirit yang dikenal sebagai Tobiichi Origami membuat hal ini menjadi sulit dilakukan. Bagi <Ratatoskr>, mustahil menyianyiakan insting manusia super dan kemampuan menguping semua percakapan dari balik layar yang dia miliki.



Hasilnya, pertemuan pembalasan Spirit-manusia resmi diumumkan. Setelah melihat semuanya dari dalam lingkaran, Kotori mulai bangkit dari kursinya.



“──Terima kasih karna sudah berkumpul, semuanya.”



Saat suara Kotori menggema diseluruh penjuru ruangan konfrensi itu dengan jelas, semuanya mengalihkan perhatiannya kearah Kotori.



“Kupikir semuanya sudah mendengar ceritanya. ──Pagi tadi, Kurumi muncul di depan kami, meninggalkan informasi bahwa DEM Industries merencanakan serangan berskala besar. Tujuan mereka adalah──meninginversi para Spirit dengan membunuh Shidou.”

“… …”



Setelah mendengar apa yang dikatakan Kotori, seluruh Spirit dan anggota kru mengambil nafas dalam.



“Tentu saja kemungkinan bahwa Kurumi berbohong tidaklah nol, tapi mengingat situasi saat ini kredibilitas informasi ini tidaklah kecil. Bagi <Ratatoskr>, kami tidak bisa menunda pembuatan serangan balasan sesegera mungkin. ──Maria.”



“Ya.”



Merespon perintah Kotori, suara seorang gadis muda terdengar diseluruh speaker yang terpasang di ruangan itu. Itu adalah AI pengelola <Fraxinus>. Maria.



“──Opsi pertama yang bisa dipertimbangkan adalah kabur dari serangan DEM dan mengamankan Shidou dan para Spirit ditempat yang aman. <Ratatoskr> meliliki markas diseluruh penjuru dunia, seharusnya tidak ada masalah soal kurangnya lokasi alternatif. Namun──”



“Ya, lawan punya Demon King Sang Maha Tahu <Beelzebub>. Meski tidak bisa menunjukkan kekuatan penuhnya seperti saat Nia sedang kesulitan, jika dia hanya fokus pada lokasi Shidou, seharusnya dia bisa menemukan kita.

“Tepat, pencuri itu benar-benar mencuri Demon King yang merepotkan. Jika saja orang itu sedikit lebih bersungguh-sungguh, situasinya tidak akan menjadi seperti ini.”



Perkataan Maria bercampur dengan helaan nafas. Hal itu penuh dengan kehangatan manusia yang berlawanan dengan kekuatan perhitungan yang luar biasa dari sebuah program kecerdasan buatan. Meskipun hanya tulisan yang ada di layar yang menyala, rasanya benar-benar seperti seorang gadis yang mengangkat bahunya.



“Hei──hei──ini sangat memalukan, maaf, maaf──”



Dia yang kesal menggunakan kedua tangannya untuk membaringkan dagunya. Awalnya, Demon King <Beelzebub> milik Westcott adalah bagian dari Angelnya Nia <Rasiel>.



Tidak ada yang perlu dikatakan, Angel itu dicuri lewat rencana DEM yang sangat mengerikan, dan tidak ada yang boleh menyalahkan atas kesalahan ataupun kelalaian yang dilakukan oleh Nia.



Meski semuanya sudah mengetahui hal ini… …untuk semacam alasan, perkataan Maria kepada Nia terasa agak berduri. Nia, yang terpukul sejak awal karena reaksi itu, mulai mengembalikan ketenangannya dan menyipitkan matanya sambil melambaikan tangannya di udara.

“Yah, pembicaraannya sudah terlalu panjang, ini tidak akan ada akhirnya. Ayo bicarakan hal yang lebih bermanfaat.”



Setelah memberitahu Maria untuk mengubah pembicaraan, Nia menjulurkan lidarnya, membuat suara “blaa!” seperti anak SD.



Meski Maria sedikit frustasi, mungkin dia punya firasat bahwa melanjutkan adu argumen ini akan menurunkan kondisi mentalnya, jadi dia melanjutkan perkataannya seakan tidak ada apa-apa yang terjadi.



“Karena strategi kaburnya tidak efektif, ada dua jalan yang tesisa. Salah satunya──negosiasi.”



“… …Ah, itu sangat tidak realistis.”



Menghadapi perkataan Maria, Shidou membalasnya dengan keringat yang menetes diwajahnya. Semua Spirit juga menganggukkan kepalanya secara bersamaan.



Yah, mau bagaimana lagi. Lawannya adalah musuh besar para Spirit, yang telah mengacungkan pedang mereka berkali-kali. Terlebih lagi, tujuan mereka adalah membunuh Shidou dan menginversi para Spirit untuk mengambil kristal Sephira mereka. Juga, tidak mungkin bernegosiasi dengan <Ratatoskr>, yang bertujuan untuk melindungi para Spirit.



“Muu, jadi──”



Tohka berbicara sambil menyentuh dagunya, Kotori mengangguk setuju.



“Ya, hanya ada satu pilihan yang tersisa, itu adalah──mengalahkan DEM.”



“… …!”



Setelah mendengarkan apa yang dikatakan Kotori, tiba-tiba saja tekanan melonjak memenuhi ruang pengarahan.



Setelah diberitahu mengenai serangan dari DEM.



Lalu, sekarang dipanggil ke ruangan ini.



Sekarang pilihan itu melayang-layang dipikiran semua orang.



Namun, ketika itu disampaikan dengang tegas oleh Kotori sebagai Komandannya, semua ketegangan menjadi tidak jelas, berpikir, kemungkinannya teralihkan oleh sebuah fakta yang menjadi nyata.



“Tentu saja, aku mengerti bahwa ibu bukanlah tugas yang mudah. Meskipun kita punya Realizer Manifestation Unit dengan performa yang sedikit lebih bagus, diperkirakan lawan kita punya sekitar sepuluh kali jumlah Wizard yang kita miliki. Jika <Bandersnatch> dan <Nibelcol> ditambahkan, sulit menggambarkan seberapa lebar renggangannya. Jika mereka semua lebih mementingkan tujuannya tanpa mempedulikan kerusakan bangunan dan masalah sosial, akan sulit menghentikan mereka.”



“… … … …”



Terbawa suasana, semuanya berhenti bernafas. Namun, Kotori tidak bisa menyalahkan mereka. Lalu, dia menganggukkan kepalanya untuk menunjukkan rasa simpatinya.



“Namun, kita harus bertarung. Meski keputusan serangannya sangat mendadak, musuh kita sudah menghancurkan rute pelarian kita berkali-kali. Hasilnya sampai sekarang Shidou sudah terbunuh lebih dari 200 kali.”



“Muu… …”



Saat Tohka mengencangkan bibirnya, para Spirit yang lain juga memperlihatkan ekspresi yang keras.



“Tanpa Kurumi, kisah kita akan berakhir dengan akhir terburuk yaitu kematian Shidou. ──Dan sekarang, musuh kita ingin melangkah lebih dengan mengalahkan Kurumi. Kurumi mungkin tidak bisa mengembalikan dunia lagi saat Shidou mati. Kita tidak punya pilihan lagi selain melakukan serangan, ayo raih hari esok dengan tangan kita sendiri.”



“──Tepat sekali. Seperti yang dikatakan, Komandan Itsuka.”



Tiba-tiba.



Saat Kotori tengah berpidato dengan semangatnya, ada suara tidak dikenal yang terdengar dari speaker.



Itu bukan suara Maria. Suaranya menggema pelan; tidak diragukan lagi itu milik orang dewasa.



“Ah… …”



Melihat kearah monitor yang ada di tengah meja bundar, Kotori melebarkan matanya karena terkejut.



Dengan tatapan yang sama, wajah Shidou juga menjadi bingung.

Sampai saat ini, hanya kalimat Maria yang terlihat, tapi sekarang itu juga menampilkan gambar orang tua yang memakai kacamata.



“Woodman-san!”



Shidou langsung memanggil namanya. Benar; orang ini adalah pendiri <Ratatoskr> dan pimpinan Meja Bundar, Elliot Woodman.



“Halo, lama tidak berjumpa semuanya. Aku minta maaf karena tidak mengabari kalian hingga sekarang.”



“Tidak, jangan bilang begitu. Apa tubuhmu sudah terasa lebih baik?”



“Ah, sekarang sudah tidak ada masalah. Sepertinya aku membuatmu khawatir.”

Woodman tersenyum dan menekan kacamatanya keatas lalu mengganti topik pembicaraan.



“Yah, meski aku juga ingin ngobrol santai, sepertinya situasi saat ini tidak mengijinkan hal itu. ──Secara kasar aku sudah menangkap situasinya. Tak perlu basa-basi, kami akan menyediakan teknologi termutkhir <Ratatoskr> sesegera mungkin. Namun, kuantitas absolut dari musuh tidak akan bisa dikalahkan. Jika ini adalah konflik langsung, kita pasti akan kalah.”



“Itu… …”



Saat dia mendengarnya, Shidou merasakan keinginan kuat untuk menggigit bibitnya.



Tapi setelah itu, Woodman melanjutkan perkataannya.



“──Namun, DEM Industries adalah organisasi yang semuanya diatur oleh karisma Isaac Westcott dan kekuatan eksekusinya Ellen Mather. Dengan kata lain, jika kita bisa menyingkirkan mereka berdua, tidak peduli berapa banyak Wizard dan boneka otomatis yang tersisa, itu bukan lagi sebuah masalah besar. Organisasinya berkembang terlalu jauh; itu bukan lagi sebuah monolit yang kuat. Jika mereka berdua menghilang, kelompok anti-oposisi yang ada di dalam perusahaan itu bisa membersihkan sisanya.”



“… …!”



Mendengar kata-kata Woodman, Shidou menghirup nafas besar.



Namun, dia langsung mengerti memulai tugas itu adalah hal yang sulit.



Masalahnya, musuhnya adalah orang yang memiliki kekuatan Demon King dan Wizard terkuat di dunia. Lagi pula, dia juga dilindungi oleh <Bandersnatch> dan <Nibelcol> dengan jumlah yang banyak, itu akan membuat sebuah konfrontasi langsung menjadi lebih sulit. Meskipun targetnya telah dipersempit, cara untuk menangani kekuatan musuh yang terlampau banyak itu tidaklah berubah.



Namun, disaat itu.



“──Aku mengerti. Maka, ini mungkin bisa dicoba.”



Dari speaker, suara Maria menggema keseluruh ruang pengarahan.



“Huh… …?”

“Maria? Apa maksudmu?”



Saat Kotori bertanya dengan nada bingung, Maria membalas tanpa jeda.



“Aku akan kesulitan jika ekspektasi kalian terlalu tinggi dan aku tidak punya petunjuk yang pasti. Ini adalah spekulasi terbaik tapi entah bisa terealisasikan atau tidak.”



“Jangan hanya berspekulasi, ayo katakan saja. Apa yang kau pikirkan?”



Kotori berbicara dengan penuh rasa penasaran sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di meja bundar. Lalu, Maria membalasnya dengan suara yang terdengar seperti menghela nafas besar.



“Jika ini benar, ada kemungkinan <Nibelcol> bisa dinetralkan.”



“… …!? Apa──”



Setelah mendengar perkataan Maria, Shidou hanya bisa berteriak dari dalam tenggorokannya.



Tentu saja, bukan cuma Shidou yang bereaksi seperti itu. Para Spirit dan anggota kru semuanya melebarkan matanya karna terkejut.



Namun, diantara mereka, ada satu orang yang ekspresi wajahnya tidak berubah.



“──Apa itu benar, Maria?”



Suara tenang Origami meniup gejolak para kerumunan yang terguncang. Merespon perkataan itu, Maria membalasnya lewat speaker.



“Uhuh, itu benar. Meskipun, aku tidak yakin itu bisa direalisasikan mengingat jumlah mereka, tapi──”



“Itu sudah cukup mengingat situasi saat ini. ──Jikaa sudah begitu, mungkin aku punya solusi untuk sisanya.”



“… …!”



Semuanya menatap Origami. Shidou, tidak terkecuali, juga mengalihkan padangannya kearah yang sama.



“Origami? Apa yang ingin kau katakan… …?”



“Ini mungkin agak sulit untuk mencapainya. Bagaimanapun juga, jika Maria bisa menghambat <Nibelcol>, maka aku punya ide bagaimana cara mengatasi <Bandersnatch>.”



“Apa yng ingin kau katakan… …? Apa itu!?”



Saat Kotori bertanya dengan tatapan kaget, Origami sedikit mengangguk sebelum membuka mulutnya untuk bicara.



“<Bandersnatch> adalaah senjata terbaru DEM. Meskipun konsepnya sudah ada sejak lama, tidak ada Realizer Manifestation Device yang cukup mampu untuk merealisasikan ambisi itu.”



“… …! Itu adalah, <Ashcrof·β>! Seharusnya merekalah yang menuyediakan Realizer Manifestation Unit super kuat untuk menghasilkannya!”



Mana lah yang bereaksi dengan apa yang Origami katakan. Dia bertepuk tangan secara berlebihan sebelum menempelkan jari-jari ke dahinya untuk memikirkan apa yang telah dikatakan.



<Ashcrof·β>, Shidou merasa nama itu terdengar tidak asing. Samar-samar dia ingat Kotori pernah bilang DEM telah membuat Realizer Manifestation Device baru dengan nama yang sama, itu mungkin bisa memperpendek jarak teknologi antara <Ratatoskr> dan DEM.



Namun, dia masih belum mengerti apa yang dipikirkan oleh Origami dan Mana. Shidou memiringkan kepalanya dengan pertanyaan yang melayang-layang dipikirannya.



“Tu-Tunggu sebentar. Ada apa dengan Realizer Manifestation Device itu?”



“Benar. Saat ini hanya kalian berdua yang mengerti, tolong jelaskan. ──Maria juga. Apa yang harus kita lakukan untuk melemahkan <Nibelcol>?”



Melihat tatapan bingung diwajah Kotori, tulisan yang dibaca MARIA, di pojokan layar yang menampilkan Woodman, menghilang.



“Ya, aku akan mengklarifikasinya. Pertama-tama, <Nibelcol> adalah kehidupan palsu yang dibuat dengan teknologi DEM dan susunan utamanya adalah Reiryoku dari <Beelzebub>. Jika mengasumsikan pada hal itu──”



“… …! Berhenti, berhenti! Tunggu sebentar!”



Saat Maria tengah mempresentasikan tesisnya, tiba-tiba dia dihentikan oleh Nia yang panik.



“Nia?”



“Apa-apaan itu? Meski dulu kau adalah babi, tolong berhentilah membuat keributan yang aneh itu.”



Maria terdiam, saat mendengar kata-kata yang pedas itu.

Namun, Nia tidak terlihat terkena serangan ataupun iritasi mental sedikitpun. Malahan, dia tetap mempertahankan nada seriusnya sambil melambaikan jari-jarinya.



“Oririn, Manati, dan heroine 2D dari eroge, bisakah kita menghentikan pembicaraan ini?”



[Note : Oririn = Origami, Manati = Mana, heroine 2D dari eroge = Maria. Panggilan akrab dari Nia.]



“Kenapa?”



“Ini pembicaraan yang aneh saat kita disuruh kemari untuk berbagi informasi.”



“Pertama-tama, aku butuh penjelasan dari nama yang disebutkan terakhir itu. Tergantung dari jawabanya, aku akan menjatuhkanmu dari kapal ini.”



Saat Origami dan Mana menatap Nia dengan pandangan bingung, pesan bertuliskan Maria mengekspresikan kemarahannya dengan jelas di layar.



Merespon mereka bertiga, Nia mengangkat bahunya, dengan tetap mempertahankan nada jahatnya.



“Yah, aku ingin tahu apa saja kesulitan dari strategi itu, ya kan? Tapi kalian pikir siapa orang terbaik di dunia yang bisa kalian mintai informasi?”

“… …?”



Saat Shidou merasa bingung dengan apa yang baru saja dikatakan Nia──



“! Ah… …”



Namun, saat dia menyadari arti dibalik kata-kata itu, bahunya mulai gemetar.

Sepertinya Origami dan yang lainnya juga menyadarinya. Setiap orang menunjukkan ekspresi yang berbeda dari menaikkan alisnya hingga menggigit bibirnya.



Benar. Menjelaskan strategi mereka disini berarti sama saja dengan membiarkan Westcott mencari informasi ini menggunakan <Beelzebub>.



Menilai dari ekspresi semua orang, maksud dari perkataannya telah tersampaikan, Nia pun mengangguk.



“Situasi itu telah teratasi. Tentu saja, aku bisa menerapkan batasan utnuk mencegahnya mendapatkan informasi secara instan dari <Beelzebub>──tapi itu masih ada ancaman yang tersisa. Hanya peristiwa dari masa depan dan pikiran seseorang yang tidak bisa dibaca. Jika kita ingin membalikkan pertempuran, maka jangan membicarakan rekanmu sampai perang dimulai.”



“… … … … …”

Meskipun Nia berbicara dengan nada yang santai, masih ada tekanan yang tersisa di wajah semua orang.



Tentu saja, meskipun musuh kita bisa menguping konfrensi ini.



Meskipun semuanya mengetahui hal itu, masih tidak ada kecocokan dengan realita yang ada. “Kita tidak boleh membahas strategi saat rapat perang.” Rasanya seperti mencoba menarik gerobak didepan kudanya.



Mencoba menghilangkan situasi tegang ini, Nia melanjutkannya dengan sikap yang bersemangat.



“Yah, kupikir itu bukanlah masalah sederhana yang bisa diselesaikan dengan mudah. ──Tapi, kupikir AI-sama kita yang hebat setidaknya bisa mengatasinya, kan?”



Sebagai bagian dari balas dendamnya, Nia membalasnya tanpa menyembunyikan nada sarkastiknya sedikitpun.



“… … … …”



Maria terdiam beberapa saat sebelum file audio itu mengeluarkan suara helaan nafas “ha”.



“… …Meskipun itu sedikit disayangkan, memang benar bahwa kau menyelamatkan kita dari kerugian yang dihasilkannya, Nia.”



“Ahaha! Sekarang kau tahu! Berterus terang adalah kebaikan dari anak-anak. Bukankah begitu gambar berdiri AI-chan?”



“… …Ya, Nia. Bisakah kau menyentuh konsol yang ada dimeja?”



“Huh? Seperti──ini?”



Mengikuti perintah Maria, Nia menyentuh bagian atas konsol itu dengan tangannya.



Lalu, beberapa saat kemudian, diikuti oleh suara percikan listrik, Nia melompat ditempat itu seperti karakter kartun.



“Gyan!?”



Sepertinya cahaya itu datang dari konsol. Dengan air di matanya, perlahan Nia meniup tangan kirinya untuk mendinginkannya.



“A-Apa yang kau lakukan──! Kelakuanmu ini membuatmu gagal terlihat seperti orang dewasa──!”

“Apa yang kau katakan? Aku hanya berterus terang mengenai insiden ini dan membalas Nia. Kejutan itu adalah balasan dariku karena membuat keributan dan mempermainkanku.”



“Uwa──! Pembohong──! Kau adalah raja pembohong──!”



Meskipun Maria melanjutkan komplainnya, Maria memilih untuk tidak menggubrisnya lagi. Meskipun dia hanyalah 6 huruf inggris di layar, rasanya mereka bisa melihat seorang gadis yang sedang marah.



Sambil melihat interaksi itu berakhir, Kotori hanya bisa mengangkat bahunya.

“──Bagaimanapun juga, membicarakan strategi lebih jauh lagi itu sangat mengkhawatirkan, seperti yang Nia katakan.”



“Jika kita membicarakan rinciannya disini, musuh pasti bisa menemukan hal-hal yang berhubungan dengan serangan balasannya. Origami, Mana, maaf tapi tolong tahan rencana untuk <Bandersnatch>. Untuk itu, kita juga akan membagikan informasi dari Maria mengenai penanganan <Nibelcol> tepat sebelum perang dimulai.”



“Dimengerti.”



“Yah… …mau bagaimana lagi.”



Saat Origami dan Mana mengangguk setuju, Kotori merespon dengan gaya yang sama sebelum mengalihkan pandangannya kearah layar yang menampilkan Woodman.



“──Begitulah. Sir Woodman, apakah ini tidak masalah?”



“Ah. Aku mengapresiasi balasan santai itu. Biarkan aku juga melakukan semua yang bisa kulakukan. Tolong dinantikan. Sangat disayangkan jika aku tidak membicarakannya dengan kalian semua sesegera mungkin.”



Saat Woodman membalas dengan gaya bercanda, sepertinya kata-katanya membuat Kotori dan yang lainnya kehilangan ekspresi mereka.





“──Apa kau punya pembelaan?”



Kurumi menatap dengan dingin sambil mengarahkan pistol pendek itu kearah klonnya.



“Ara, ara, aku tidak mengerti apa yang kau katakan?”



Klon itu mengalihkan pandangannya walaupun pistol itu masih di arah padanya. Alasan dari gayanya yang blak-blakan dan nekad saat membalas perkataan itu adalah pembuluh darah yang menonjol di dahi Kurumi.



Lebih tepatnya, meski berbagi tubuh dan wajah yang sama, gaya rambut dan pakaiannya berbedangan dengan Kurumi.



Baju Gothic Lolita yang dihiasi dengan hiasan rambut berbentuk mawar dan penutup mata trendi yang menutupi mata kirinya, ini adalah Kurumi dari lima tahun yang lalu, yang memiliki kesadaran kompleks karena berbagai situasi.



Meskipun dia adalah klon yang memiliki riwayat dengan banyaknya kelakuannya yang meresahkan, sepertinya hal itu masih berlanjut dengan seringnya dia bertindak seenaknya sendiri.



Kurumi mengarahkan moncong pistol itu ke arah dagunya, sambil membuat erangan frustasi dari tenggorokannya.



“Tolong jangan berlagak bodoh. Diriku yang lain sudah melaporkan hal ini. Kudengar kau memberitahu Shidou-san dan Kotori-san mengenai serangan DEM.”



“Diriku yang lain. Apa-apaan laporan itu? Wow, sepertinya di sini tidak ada yang bisa dipercaya. Sungguh menyedihkan, itu membuatku ingin menangis.”



“Aku tidak mengira tangisan itu adalah taktik yang biasa digunakan olehku.”



Saat Kurumi menyipitkan pandangannya saat menyelesaikan ucapannya, Kurumi berpenutup mata menjulurkan lidahnya untuk memprovokasi urat Kurumi lagi dengan cara yang tidak biasa.



Entah benar atau tidak dia menyadari reaksi itu, Kurumi berpenutup mata meneruskan dengan nada yang sama.



“Namun, aku tidak mengerti apa ada yang salah. Apakah memberitahu Shidou-san itu benar-benar hal yang sangat buruk?”



“… …Soal itu, aku berencana memberitahunya nanti lewat klon lain. Pasti sulit jika tahu dirinya telah ditargetkan.”



Setelah Kurumi berhenti, ekspresi Kurumi berpenutup mata menjadi cerah seakan berkata “sudah cukup!”



Namun, Kurumi masih menyipitkan matanya sambil mengarahkan pistol itu ke arah Kurumi berpenutup mata.



“Bagaimanapun juga, tujuannya adalah meminta Shidou-san untuk berlindung. Menghasut seseorang yang menjadi target pembunuhan ke dalam medan perang itu tidak ada gunanya. Terlebih lagi, mengatakan hal yang tidak diperlukan semacam itu… …!”

“Eh──, apa yang tidak diperlukan──?”



“I-Itu… …”



“Dan, meskipun kau yang memberitahu mereka, apa kau pikir tindakan Shidou-san dan Kotori-san akan berubah. Atau apakah diriku punya suatu hal yang bisa menyakinkan Shidou untuk kabur.”



“… …Muu.”



Menghadapi argumen Kurumi berpenutup mata, Kurumi hanya bisa terdiam.

Sungguh disayangkan, tapi dia benar. Itsuka Shidou tidak kabur meski dia tahu perbuatan Kurumi. Tidak peduli bagaimana dia mengatakannya, dia tidak akan kabur.



Kurumi berpenutup mata menyadari bahwa Kurumi juga sudah mengerti soal hal ini. Kurumi berpenutup mata tertawa “ahaha” lalu membuat Kurumi merasa lebih jengkel.



“… …Yah, bagaimanapun juga. Faktanya kau sudah bertindak seenaknya sendiri tanpa perintah dariku. Ketidakpatuhan akan menyebabkan kestabilan grup menjadi kacau. ──Dosamu harus ditebus dengan kematian.”



Saat Kurumi mengatakannya, Kurumi berpenutup mata terlihat tidak terkejut. Dia hanya membalasnya dengan berkata “ya, ya” dan sedikit mengangguk.

Menilai dari reaksinya, Kurumi berasumsi bahwa dia sudah menyadari hal itu. Dari apa yang dia dengar dari klon lain yang mengawasinya, sepertinya Kurumi berpenutup mata memutuskan untuk bertindak meskipun sudah mengetahui konsekuensinya.



“Sepertinya sudah tidak ada jalan lain. ──Ah, tapi aku punya satu hal yang ingin kulakukan sebelum mati. Pesan dari Shidou-san.”



“… … … …”



Saat Kurumi terdiam, Kurumi berpenutup mata mengatakannya dengan senyuman berani.



“──Aku mencintaimu, aku mencintaimu. Ayo kita menikah sayangku.”



“Tidak ada yang lain selain dirimu sayangku.”



Saat Kurumi berbicara, rekannya yang berpenutup mata tertawa dengan lebih keras lagi.



“Ufufu, jadi kau sudah mendengarnya dari klon yang lain.”



“… …”



“Sial.”

Wajah Kurumi menjadi memerah. Tapi, itu sudah terlambat. Sepertinya Kurumi berpenutup mata sudah melihat semuanya sambil tertawa.



“Jadi tugasku sudah selesai. ──Sekarang bisakah kita berpisah.”



Setelah mengatakannya, Kurumi berpenutup mata menutup matanya dengan damai. Tatapan puas yang ada diwajahnya malah membuat Kurumi semakin jengkel dan merasa terhina.



“Humph──”



Kurumi menyipitkan matanya dan menarik pelatuknya tanpa ragu.

──Peluru bayangan melesat melewati pipi Kurumi.



“… …Ara, ara?”



Sadar bahwa peluru itu meleset dengan sengaja, Kurumi berpenutup mata terheran-heran saat dia menatap Kurumi.



Merasa kesulitan dengan ekspresi tidak mengenakkan itu, Kurumi menghela nafas karna frustasi.



“Aku bukanlah orang bodoh yang akan mengurangi kekuatan tempurnya saat ada situasi penting seperti ini. ──Pokoknya, jika kau sangat ingin mati, maka buatlah dirimu berguna sebagai diriku dan matilah di medan perang.”



Setelah Kurumi mengatakannya, dia meninggalkan lokasi itu.



“… …Ya, ya. Aku mengerti──diriku.”



Mengikutinya dari belakang, Kurumi berpenutup mata berbicara dengan kata-kata yang penuh dengan kebulatan tekad.
Share Tweet Share

1 comments:

    Please wait....
    Disqus comment box is being loaded