Bab 4 – Dosa Terkini
Font Size :
Dark Mode
Reset Mode
Kemudian, pagi hari pada tanggal 14 februari akhirnya tiba.
Inilah hari para pasangan yang dirayakan atas nama St. Valentine——hari pertandingan penentuan antara Shidou dan Kurumi.
“... ... ... ...”
Shidou mencuci muka di kamar mandi dengan lebih hati-hati dari biasanya sebelum melangkah keluar. Sambil mengalihkan pandangan ke cermin, dia menampar pipinya sendiri untuk membangkitkan semangat bertarungnya dengan teriakan ‘kiai’. Tetesan air yang halus membuat suara lembut saat menabrak cermin.
“——Baiklah.”
Tidak perlu dikatakan, tidak lupa dia mengelap tetesan air yang ada di cermin. Jika diabaikan, mereka akan meninggalkan noda putih yang sulit untuk dibersihkan.
Kebiasaan yang berlebihan dari orang biasa... ...atau tindakan primitif seorang ayah rumah tangga.
Namun, Shidou berpikir itu belum cukup bagus untuk dirinya.
Musuhnya adalah rival yang sulit dikalahkan: Tokisaki Kurumi. Saat pertama kali Shidou bertemu dengannya beberapa bulan yang lalu, dia hanya sebatas Spirit yang gagal disegel. dia bukan lawan yang mudah dipermalukan. Mungkin Shidou perlu mencuci wajahnya lagi.
Meski begitu, Shidou tidak ingin mati hari ini.
Untuk alasan ini, dia tidak akan membiarkan noda sekecil apapun. Jika dia mempercayakan pembersihan pada Kotori, dia pasti akan meninggalkan goresan dicermin karena dia berusaha keras untuk menghilangkan noda itu.
Shidou pikir Kotori akan marah jika mendengarnya. Sambil membuka pintu ruang tamu, tiba-tiba dia menghentikan kakinya yang dingin.
Kotori berdiri diujung pintu, seperti menunggu Shidou.
“Oh?!”
Meskipun pemikiran Shidou belum terlihat, itu masih sangat mengejutkan melihat kemunculannya yang tiba-tiba.
Melihat reaksi itu dari Shidou, Kotori cemberut karena kurang puas.
“Hei, hei, apa itu.”
“Tidak, maaf... ...tadi aku hanya sedikit terkejut.”
Kotori melihat wajah Shidou dengan ekspresi ragu untuk beberapa saat, lalu berkata, “Yah, tidak ada masalah”, dan mengangkat bahunya.
Biasanya dia mengeluarkan sesuatu dari balik tangannya.
“Ambil ini.”
“Huh?”
Shidou menatapnya dengan mata yang lebar, bergiliran melihat Kotori dan objek yang ada ditangannya. Kotak kecil yang dihias dengan bungkusan yang indah: pita hitam dan kertas pembungkus berwarna merah, yang terlihat seperti Kotori dengan seragam militernya.
“Oh... ...mungkinkah ini cokelat?”
Mendengar pertanyaan Shidou, hidung Kotori berkata ‘hmm’. Pipinya memerah saat dia memalingkan matanya.
“... ...Hanya sekali ini, meski tak ada yang bisa dibanggakan karena menerima itu dari adikmu.”
“Apa yang kamu katakan? Terima kasih, Kotori.”
Shidou tersenyum saat mengambil cokelatnya, wajah Kotori menjadi lebih merah saat dia berbalik.
“Baiklah, baiklah, ayo bandingkan ini, lihat.”
“Hmm?”
Saat Shidou memiringkan kepalanya, Kotori mengangkat tangannya saat dia bertingkah menunjuk kearah ruang keluarga.
Seakan seirama dengan perintahnya, sepertinya ada lima Spirit yang menunggu di ruang tamu, mereka berkumpul mengelilingi Shidou sambil memegang kotak dan tas kecil ditangan mereka. Dari kanan ke kiri, mereka adalah Yoshino, Natsumi, Mukuro, Miku, dan Nia.
“Wow, apa semuanya datang kemari? Ini masih terlalu pagi.”
“Ya... ...karena aku ingin memberi ini pada Shidou-san.”
“... ...Yah, mungkin aku kurang bagus, tapi untuk saat ini... ...”
“Mun, tolong, Nushi-sama, terimalah. Itu tidak akan kalah dengan gadis itu.”
“Tidak masalah yo~~ karena kita tidak memasukkan benda aneh kedalamnya.”
“Ya, ya, itu merupakan sesuatu yang wajar.”
“Kenapa bagian kedua dari kalimat itu terdengar sangat menakutkan!?”
Mendapat teriakan keras dari Shidou, Nia dan Miku tertawa bersama.
Akan tetapi, dengan cokelat yang terus menumpuk ditangannya, Shidou tersenyum masam saat dia berterima kasih pada semuanya.
“Haha... ...terima kasih, semuanya. Ini pertama kalinya aku mendapatkan cokelat sebanyak ini sejak aku lahir.”
“Tidak... ...sama-sama.”
“Ne——ne——tolong dibuka!”
“Oh, apa tidak masalah? Baiklah... ...”
Menanggapi desakan Miku, Shidou meletakkan kotak dan tas yang dia terima di meja dan membuka bungkusan itu satu persatu.
Dalam sekejap mata, ada banyak cokelat dengan berbagai bentuk seperti bentuk hati, bentuk bintang, dan truffle. Satu hal yang bisa disadari hanya dalam sekali lihat adalah semua itu bukan produk siap jual yang bisa dibeli di toko.
[Note : Truffle : sejenis olahan cokelat yang memiliki isi kacang-kacangan (hazelnut, almond, dll) biasanya dibentuk seperti bulat dan kerucut.]
“Oh, semuanya buatan tangan!?”
Membalas pertanyaan Shidou, para Spirit mengangguk dengan bangga.
“Ada apa? Kotori, apakah kau menghancurkan cokelat dengan memasukkannya langsung ke panci daripada menuangkan air panas kedalamnya?”
“Iiiiiiiiiiiitu tidak pernah terjadi!”
Kotori, sementara dia masih gemetaran tanpa rasa malu, mengalihkan pandangannya untuk melihat para Spirit yang sedang tertawa.
Sepertinya dia melakukan hal yang mirip dengan itu. Meski Kotori tidak benar-benar ahli dalam memasak, dia selalu saja keras kepala saat melakukan pekerjaan kasar.
Meski begitu, cokelat buatan tangan yang berjejer didepannya sungguh hebat walau dibuat oleh pemula. Bukan hanya itu, yang berjejer didepannya, juga ada hiasan yang menampilkan karakteristik yang cantik.
Ngomong-ngomong, cokelatnya Kotori berbentuk bintang, milik Yoshino berbentuk Yoshinon, milik Natsumi berbentuk truffle, milik Mukuro bentuknya beragam mulai dari bintang besar sampai bintang kecil, sementara milik Miku berbentuk not musik, dan milik Nia ditata setengah bola dengan ujung cokelat yang menonjol, yang membuatnya terlihat seperti payudara.
... ...Meskipun ada beberapa hal memalukan yang ditambahkan, itu benar-benar menghabiskan berkah seorang laki-laki untuk bisa menerima begitu banyak cokelat. Sekali lagi Shidou mengucapkan terima kasih kepada semuanya dan mencicipi setiap potongan cokelat satu demi satu.
“Um, ini enak! Haha, ini akan membuat kagum bahkan untuk seorang ahli.”
Setelah mendengar perkataan Shidou, para Spirit tersenyum.
Ditengah kelompok, Kotori menunjukkan ekspresi lega sambil mengangkat bahunya.
“Jika kau menyukainya, lebih dari apapun, kau harus berusaha keras hari ini.”
“Ah——Benar.”
Shidou mengangguk dengan bersemangat dan mengambil potongan cokelat lain ke mulutnya. Hentakan energi sesaat dari gula menghasilkan perasaan bahwa semuanya mendorongnya dari belakang, mengisi setiap inci tubuh dengan motivasi.
Melihat keadaan Shidou yang sekarang, Kotori hanya bisa mengangkat bahunya dengan senyuman masam.
“Sepertinya tidak ada apapun yang perlu dikhawatirkan. ——Ah, tapi lebih baik kau tidak perlu makan terlalu banyak, ya?”
“Huh?”
Dengan perkataan Kotori, Shidou meneteskan keringat dingin.
“Tidak mungkin, ternyata benar ada sesuatu yang dimasukkan... ...”
“Bukan itu! Aku ingin berkata bahwa masih ada beberapa orang yang tersisa dikelompok sekolah, lebih baik jika kau tidak makan terlalu banyak!”
Kotori menjentikkan jarinya ke dahi Shidou saat dia berbicara.
Setelah dua puluh menit, Shidou memakai seragam dan meninggalkan rumah sambil berpamitan dengan semua yang disana. Lalu, setelah berbalik, dia melihat kehadiran Tohka di depan pintu.
“! Oh, Shidou! Selamat pagi!”
Setelah menyadarinya, Tohka, dengan penuh semangat, melambaikan tangannya.
“Ah, selamat pagi, Tohka. Berapa lama kau menunggu?”
“Tidak, itu tidak benar! Aku baru saja disini!”
Setelah mengatakannya, Tohka mengeluarkan ingus dari hidungnya saat berjalan. Dilihat dengan seksama, hidungnya sedikit memerah. Meski begitu, dia sama sekali tidak mengerti apa yang Tohka maksud dengan ‘baru saja’, sepertinya dia sudah berada di tempat dingin itu sampai sekarang.
Namun, sepertinya Tohka sama sekali tidak peduli soal itu. Dari tangannya, dia memberikan tas kecil yang berisi kotak kecil yang dikemas rapi kehadapan Shidou.
“Shidou! Selamat hari Valentine!”
Dan setelah mengatakannya, dia menunjukkan senyuman mempesona.
“Oh, hei.”
Setelah menerima cokelat dari Kotori dan yang lainnya, dia harus bersiap untuk banyak hadiah lainnya. Namun, saat menerimanya dengan sikap yang ceria, wajah Shidou langsung memerah saat dia mengambil hadiah itu.
“Terima kasih, Tohka.”
“Umu, aku percaya itu!”
Tohka mengangguk sambil menunjukkan mata yang berbinar-binar kepada Shidou.
“Haha... ...”
Meski agak tidak sopan, tapi mau bagaimana lagi. Shidou membuka kotak itu untuk melihat isinya.
Didalamnya, dengan aroma harum yang kuat, ada banyak cokelat truffle yang ditaburi serbuk kuning.
ini——
“Ah, mungkinkah ini bubuk kedelai?”
“Oh, benar sekali!”
Tohka menepuk tangannya. Memang, itu adalah truffle kecil yang ditaburi bubuk kedelai. Bagaimanapun juga, hidangan itu merupakan perasaan dari Tohka.
Shidou mengambil sepotong cokelat dan memasukkannya ke mulutnya. Rasa manisnya bercampur dengan aroma kedelai. Meski dia tidak mengerti apa yang dia pelajari untuk membuatnya, itu tetaplah pencapaian yang sangat penting.
“Un, enak! Hebat, Tohka——“
Sebelum menyelesaikannya, Shidou langsung menghentikan kata-katanya.
Tohka melihat Shidou dengan ekspresi yang sangat bernafsu.
“... ...Apa kau juga ingin memakannya, Tohka?”
“! Ti-Tidak, tak apa, itu adalah hadiah yang diberikan pada Shidou!”
“Jadi, tak ada masalah jika aku memberikannya pada Tohka juga kan?”
Saat Shidou mengatakannya, Tohka membuka matanya seperti lingkaran.
“Mu! Itu... ...benar.”
“Baiklah, ini.”
Shidou memberikan sepotong cokelat kemulut Tohka dengan perlahan, membuat otot-ototnya bekerja kembali saat dia mengungkapkan ekspresi tersiksa.
“Ah... ...Umu, enak! Panggil kokinya!”
“Tidak, kau yang membuat ini.”
Saat Shidou membalasnya dengan senyuman masam, Tohka menunjukkan ekspresi terkejut saat dia bilang “Hah! Benar!”
Lebih baik, mereka tidak memakan semuanya disini. Untuk menikmati sisanya nanti, Shidou meletakkan kotak itu kedalam tasnya dengan hati-hati.
“Yah, ayo berangkat. ——Kurumi tidak disini hari ini.”
“Mu? Oh, benar.”
Tohka melihat ke sekitar dengan gelisah saat dia berbicara. Sementara itu, Shidou berpikir sambil menempatkan tangan didagunya.
Hari ini merupakan pertarungan yang menentukan. Acara utama yang tersisa adalah saat pulang sekolah.
Shidou berkata “Baiklah!” saat dia mengepalkan tinjunya untuk membangkitkan tenaganya, dan berangkat ke sekolah bersama Tohka.
“... ...Hmm?”
Setelah itu, memakan waktu dua puluh menit.
Tiba di gerbang sekolah, Shidou melihat dengan mata yang terheran-heran.
Itu karena Yamai bersaudari berdiri disisi kanan dan kiri gerbang, seperi Kongourikishi yang menunggu mereka.
[Note : Kongourikishi : patung penjaga yang ada dikuil.]
“Kaguya dan Yuzuru? Apa yang kalian lakukan ditempat ini... ...”
“Kau datang juga, Shidou! Kuku, salib emasku akan muncul disini!”
“Presentasi. Aku telah menunggu, tolong terima ini.”
Dengan cepat Kaguya dan Yuzuru menyela perkataan Shidou lalu menyerahkan sebuah kotak. Para murid yang berjalan disekitar sepertinya langsung menyadari makna dari tindakan tersebut dihari ini. Dihadapkan dengan cara pemberian cokelat yang bermartabat dan murah hati itu, ada tepuk tangan meriah yang datang dari sekitar mereka.
“Oh, oh... ...Terima kasih. Tapi tak perlu memberikannya disini.”
“Kuku, apa yang kau katakan? Karena berada disekolah yang sama, kita tak cukup bodoh untuk membiarkan keuntungan ini.”
“Setuju. Dengan menunjukkannya didepan semua orang, itu juga untuk mencegah perlawanan musuh.”
Yamai bersaudari sangat bersemangat sampai mereka mengakhiri pembicaraannya, memutar tubuh mereka seperti tornado.
“Tujuan telah tercapai! Sampai jumpa!”
“Mengomentari. Meskipun, aku ingin menunjukkannya, tapi memberikannya didepan orang-orang itu sangat memalukan, jadi aku akan meninggalkannya dengan segera. Itu yang dikatakan Kaguya.”
“Aku tidak pernah mengatakannya!?”
Kaguya berteriak saat dia pergi mengejar Yuzuru, yang langsung kabur kedalam bangunan sekolah.
Langsung saja, setelah mengkonfirmasinya, cokelat Kaguya berbentuk salib dan dihias dengan daun emas. Sementara itu cokelat Kaguya dihias dengan manisan Alasan berbentuk manik yang memberikan kesan warna perak yang cemerlang.
[Note : kenapa Kaguya disebut lagi dan bukannya Yuzuru, itu mugkin salah tulis dari sananya, tapi aku biarin aja.]
[Note Again : “Alasan” disini mungkin sejenis merk cokelat.]
“Seperti biasa, mereka berdua memang mirip seperti badai... ...”
Shidou meresakan keringat yang menetes saat dia berbicara, dan kemudian dia membawa cokelat yang baru dia dapat kedalam gedung sekolah.
Tapi——setelah memasuki ruang kelas, Shidou merasa matanya terbuka lebar karna heran.
“Apa... ...”
Namun, reaksi Shidou itu wajar. Semuanya juga menunjukkan reaksi yang mirip jika ada patung malaikat yang muncul dimeja mereka.
Seteleh memeriksanya dari dekat, dia menemukan bahwa seluruh patung itu terbuat dari cokelat. Melihat keterampilan pengerjaan yang begitu hebat, secara tidak sengaja Shidou merasakan keringat menetes didahinya.
Meski begitu, pelaku sudah jelas.
“... ...Origami.”
“Apa.”
Saat Shidou memanggil nama itu dengan panik, itu segera dijawab, karena pelakunya duduk di kursi yang ada disebelahnya.
Ya, wajah patung itu, dilihat dari manapun, terlihat identik dengan Origami.
“Apa ini... ... Apa, itu sangat.... ... luar biasa. Terima kasih.”
“Aku senang.”
Karena tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat setelah diberi kesan secara langsung, Origami perlahan melonggarkan mulutnya sambil tersipu.
“Tapi aku tidak bisa memakannya sekarang, jadi aku sangat menghargainya jika aku bisa menyimpannya...”
“Aku membuat kesalahan.”
Saat Origami selesai berbicara, dia mengambil pembungkus plastik untuk membungkus seluruh cokelat itu. Dalam kurang dari satu menit, cokelat telah dikemas oleh tangan seorang gadis cantik.
“Ini, tak ada masalah.”
“Te-Terima kasih... ...seperti yang diharapkan darimu.”
Shidou berbicara sambil tersenyum masam saat dia menaruh tas bersama dengan cokelat dari Kaguya di meja.
[Note : kok cuma Kaguya lagi? jadi, Yuzuru ngasih cokelat apa gak sih? Apa mungkin cokelat itu dari mereka berdua? Tapi yang disebut kok cuma Kaguya? bingung saya L ]
“... ...Hmm?”
Tiba-tiba, dia menyadari bisikan dari belakang ruang kelas.
“... ...Sialan, sialan, sialan, sialan——“
“Mati mati mati mati mati mati.”
“Bom... ...material... ...cara membuatnya... ...”
Ya, setelah melihat benda ditangan Shidou, para lelaki dikelas itu memancarkan aura kebencian yang gelap.
“... ... ... ...”
Wajah Shidou bergetar tidak berdaya. Meskipun rasanya sangat rumit, bukannya tidak mungkin untuk mengerti perasaan mereka.
Seperti yang dia katakan pada Kotori dan yang lainnya tadi pagi, ini pertama kalinya dia mendapat begitu banyak cokelat dalam hidupnya. Sampai tahun lalu, dia hanya menerima cokelat dari ibunya dan Kotori.
Yah, temannya Tonomachi Hiroto pernah berkata, “Fuffuffu.. ...dia pernah membeli semua cokelat edisi terbatas dari toko sebelah jadi tidak ada seorangpun yang bisa mengirimkan cokelat... ...”
Meskipun dia hanya membeli cokelat berkualitas tinggi untuk dirinya, seseorang tidak akan menghitungnya.
Kebetulan, Tonomachi baru saja menyebutkannya, para lelaki mulai menatap Shidou dengan wajah yang dipenuhi dengan kemarahan dan kesedihan.
“Tuan-tuan... ...sekarang aku akan melakukan upacara.
Tiba-tiba, disudut kelas yang lainnya, Tonomachi membuka kotak ditangannya.
Isinya ada boneka cokelat dengan nama ‘Itsuka’ yang ditulis dengan cokelat putih.
Saat Tonomachi membuka kotak itu dengan perlahan, para lelaki mulai melakukan ritual tarian aneh sambil terdengar suara ‘dondokodokodokodondokodokodoko... ...’ dengan irama drum.
“Chowatsu!”
Suara aneh itu menandakan telah sampai dipuncak acaranya, Tonomachi mengambil jarum besar dari dompetnya dan menusuk dada boneka bertuliskan ‘Itsuka’ sambil mengeraskan suaranya dengan gaya yang aneh.
Sebuah retakan merambah ditubuh cokelat itu, menyebabkan ‘Itsuka’ hancur.
Lalu, para lelaki saling berebut pecahan-pecahan cokelat itu.
“Hyahhaa! Itsuka hancur!”
“Enak! Enak, ah!”
“Aku ingin... memakan Itsuka... ... untuk mendapatkan kekuatan Itsuka.”
“... ... ... ...”
Sambil menonton pemandangan aneh itu dari ujung dunia, Shidou hanya bisa mengusap keringat yang menetes dipipinya.
Biasanya, orang-orang itu tidak akan menjadi begitu konyol... ... tapi tentu saja, hari Valentine memiliki tempat yang spesial bagi para laki-laki.
Tiba-tiba, karena tidak tahan melihat para laki-laki yang sampai begitu, tiga gadis berdiri bersama sambil mendesah.
Tiga gadis kelas yang istimewa, Yamabuki Ai, Hazakura Mai, dan Fujibakama Mii——secara bersamaan dikenal sebagai trio Ai Mai Mii.
“Benar-benar, para laki-laki itu sangat menyedihkan... ...”
“Hei, hei, kalian kemarilah——“
“Kemari—kemari—“
Setelah berbicara, Ai, Mai, dan Mii mengeluarkan sebuah wadah dari kantong plastik. Terkemas didalamnya, cokelat wajib berserakan dan mengisi wadah sampai penuh hingga tak terlihat lagi.
Lalu, para lelaki yang berkumpul di altar pengorbanan mengangkat wajah mereka dengan kecepatan yang luar biasa setelah mencium aroma cokelat diudara.
Berserakan disekelilingnya, sepertinya ada 30 keping cokelat.
Namun, sepertinya tidak ada satupun yang menyentuh lantai.
“Terima kasih... ... terima kasih... ...”
“Menerima cokelat dari para gadis... ... aromanya manis... ...”
“Racun Itsuka... ...telah dibersihkan... ...”
Dari para lelaki yang ada kelompok itu, kabut gelap yang mengelilingi mereka telah menghilang (atau seperti itulah kelihatannya).
Saat itu, tak ada yang tahu bahwa seorang anggota klub seni sangat tergerak dengan tindakan itu kemudian akan menggambar sebuah mahakarya ‘Dewi Kebebasan yang Membagikan Cokelat kepada Orang-Orang’.
“Mu, apa itu? Sangat berisik sekali.”
“... ...Yah, abaikan mereka.”
kemudian——
“... ...!”
Tiba-tiba, secara bersamaan para Spirit menatap kearah yang sama.
Penglihatan Shidou juga terpaku kearah itu saat bahunya gemetar pelan.
Kurumi berdiri diujung pandangannya. Saat mata mereka bertemu, dia memberinya senyuman manis.
“Ufufu, selamat pagi, Shidou-san. Pagi ini benar-benar ramai.”
“Oh... ... Selamat pagi, Kurumi.”
Shidou membalas sapaannya, tapi hanya bisa mengeluarkan suara ‘guu’ dari benjolan dingin yang berada ditenggorokannya.
Namun itu sudah biasa, karena Kurumilah yang merancang rencana hari ini.
Kemarin, tepatnya sehari sebelum kemarin, Shidou dan Kurumi melancarkan pertempuran menyerang dan bertahan yang sengit.
Namun situasi hari ini agak berbeda karena waktu yang telah direncanakan akan terjadi sepulang sekolah. Akibatnya, itu akan menjadi keadaan dimana hanya ada merek berdua tanpa kehadian Spirit yang lain. Mungkin, Kurumi akan melakukannya dengan serius untuk memenangkannya.
“... ...”
Tenggorokan Shidou terasa sedikit haus karena tekanan. Kurumi, yang menyadarinya, mengangkat ujung bibirnya menjadi sebuah senyuman.
“Fufu, rasa khawatir itu tidak bagus, Shidou-san.”
Kurumi berjalan maju dan berbicara sambil mendekatkan bibirnya menuju telinga Shidou.
“Yang menyenangkan harus——disimpan untuk nanti.”
“... ...~Tsu.”
Tanpa disadari, karna suara yang bergema digendang telinganya, tubuhnya hanya bisa sedikit gemetar.
Namun, agar Kurumi tidak memperhatikan gemetarnya, Shidou memutuskan untuk menahannya saat dia tersenyum tipis.
“Oh, aku menantikannya. ——Kau bisa beristirahat dikamarmu yang telah disiapkan di Mansion Spirit.”
“Ara, ara.”
Kurumi membalasnya dengan senyuman disaat yang sama dengan bunyi bel sekolah.
“Kihihihi!”
“Kihihihi!”
“Hehehe!”
“Hehehe!”
“Lalu, sekarang, jam berapa yang ada dijadwal selanjutnya?”
“Masih satu jam lagi dari sekarang.”
“Ara, ara.”
“Benar-benar membuat cemas.”
“Bagaimana mereka bisa tidak lelah karna bermain-main?”
“Kihihi, hiki!”
“Benar.”
“Benar, contohnya gadis-gadis itu, iya itu.”
“Mungkin saja itu merupakan sesuatu yang mirip dengan kejadian yang hanya terjadi beberapa kali.”
“Benar, benar, dan.”
“Ya, ya, gadis-gadis itu seharusnya punya alasan dibalik perbuatan mereka.”
“Tidak mungkin menyalahkan mereka saat ini.”
“Tentu saja, kita juga punya alasan untuk tindakan kita.”
“Dan juga, tidak mungkin meniadakan bentrokan satu sama lain.”
“Kita tidak boleh memberi belas kasihan, kan.”
“Baiklah, baiklah, jadi selanjutnya.”
“Kita harus berangkat sekarang.”
“Ya, ya.”
“Terima kasih.”
“Tolong, jatuhkan kematian tersayang.”
“Tolong, bimbing menuju kematian yang penuh makna.”
“Untukku.”
“Untukku.”
“Untukku.”
“——Untuk Shidou-san.”
——Hari ini, waktu berlalu dengan cepat.
Tidak perlu dikatakan, tangan jam berubah dengan cepat. Saat dia memikirkan pertandingan yang akan berlangsung setelah pulang sekolah, kelas telah selesai.
Sambil mendengarkan suara bel yang menandakan berakhirnya kelas, Shidou memikirkan Sesuatu.
Namun, tidak ada seorangpun yang bisa menyalahkan Shidou.
Bagaimanapun juga, kencan hari ini adalah dengan Spirit terburuk, Kurumi.
Meskipun penampilannya adalah seorang gadis yang sangat menggoda, identitasnya yang sebenarnya adalah——
“... ...Biarlah.”
Memikirkan banyak hal, Shidou menutup mulutnya sambil mengingat-ingat.
Kurumi memang Spirit dengan kekuatan yang luar biasa. Bohong jika dia tidak takut padanya.
Namun, Shidou harus membuatnya jatuh cinta hari ini. Bagaimana bisa seorang laki-laki kabur, takut untuk membuka hatinya?
——Takut, panik; perasaan itu harus dibuang jauh-jauh.
Hanya dengan mengingat kencan itu sudah cukup untuk meningkatkan detak jantungnya dengan laju yang sangat cepat, saat rasa tagang menyebar melalui udara.
Untuk mengembalikan semangat bertarungnya, Shidou menepuk pipinya dengan telapak tangannya.
『Kelihatannya, tak ada yang perlu kutambahkan』
Seakan menyesuaikan waktu saat Shidou menemukan tekadnya, intercom yang dipakai di telinga kanannya menggemakan suara Kotori.
Untuk mendukung Shidou, <Fraxinus>, dimana Kotori dan para kru menunggu, terbang diatas SMA Raizen. Banyak kamera otomatis yang dikirim ke ruang kelas untuk memantau tindakan Kurumi.
Bertekad, Shidou perlahan bangkit dari kursinya.
Disaat itu, dia mendengar suara pelan dari kursi disampingnya.
“Shidou... ...”
Shidou menengok dan melihat Tohka yang memberikan tatapan yang terisi dengan kekhawatiran.
“Tohka... ...”
Sambil memberikan senyuman, Shidou mengeluarkan kotak makan siang dari tasnya——itu kotak yang sama dengan yang diberikan oleh Tohka tadi pagi.
Lalu, tindakan itu mengejutkan Tohka, Shidou membuka kotak makan siang itu dan menggunakan jarinya untuk memasukkan truffle kedelai ke mulutnya.
“Un, enak——sekarang aku merasa aku memiliki kekuatan yang setara dengan seratus orang.”
“Oh... ...!”
Tohka membuka matanya lebar-lebar sambil melambaikan tangannya.
Lalu disaat yang sama, di arah yang berlawanan dari Tohka——tatapan aneh terasa dari arah kirinya.
“Shidou, makan cokelatku sama dengan kekuatan dari seribu orang.”
Origami membalas dengan tanpa ekspresi, tapi berbicara dengan intensitas yang tidak biasa.
Bagaimanapun juga, cokelat Origami merupakan model 1:6 dari Origami sendiri. Sebenarnya, itu merupakan pertunjukan yang mengerikan untuk mengeluarkan dan memakannya dengan santai seperti milik Tohka. Sambil memberikan senyuman masam dan menggaruk wajahnya, Shidou beralih kearah Origami.
“Aku akan memakannya nanti——setelah menyegel Reiryoku nya Kurumi.”
“... ... ... ...”
Menganggukkan perkataan Shidou, sepertinya Origami telah dibujuk.
Shidou memandangi mereka berdua secara bergantian, dan kemudian mengucapkan kata-kata yang berisi ketetapan hatinya.
“Aku berangkat sekarang.”
“Umu... ...!”
“Semoga beruntung.”
Memberikan konfirmasi kepada mereka berdua, Shidou mempercepat langkah kakinya, tanpa mengurahi kecepatannya sampai dia tiba didepan Kurumi.
“Yo, Kurumi.”
“Ara, Shidou-san, apakah ada yang bisa kubantu?”
Mungkin, sebagai orang yang menetapkan hari pertempuran penentuan, Kurumi berpura-pura tidak tahu untuk bercanda.
Shidou menarik nafas lembut dan, mengadaptasikan suara yang ceria itu, mengulurkan tangannya.
“Setelah ini, bisakan aku mengajakmu berkencan?”
“Ara, ara.”
Kurumi sengaja memberikan ekspresi terkejut sebelum mengendurkan pipinya.
“Jika kau tidak masalah denganku, aku senang sekali.”
Lalu, dengan keelokan seorang anak dari keluarga bangsawan, Kurumi meraih tangan Shidou kearahnya.
Dari sudut pandang orang ketiga, tidak diragukan lagi pertukaran itu merupakan wanita yang menerima ajakan seorang pria. Padahal, setelah melihat adegan ini, para murid yang lain akan menyebarkan gosip.
Namun, reaksi Tohka dan Origami sedikit berbeda dengan yang lainnya. Mata mereka penuh dengan tekanan, tapi itu juga menunjukkan kepercayaan mereka pada Shidou saat mereka melihatnya keluar dari ruangan.
Karena mereka tahu——meskipun menggunakan bahasayang indah, bagi Shidou dan Kurumi, itu merupakan suar yang menandakan pecahnya perang diantara mereka.
“Sekarang, ayo berangkat.”
“Ah, baiklah.”
Shidou mengangguk setuju saat dia merapikan seragamnya dan meninggalkan ruang kelas bersama Kurumi. Ditengah perjalanan, saat mereka melewati kelas sebelah, Kaguya dan Yuzuru keluar untuk memberinya jempol. Shidou mengembalikan sikapnya saat dia berjalan di koridor.
Meskipun para murid mengganggu dengan tatapan aneh mereka, suara bisikan yang mengganggu mereka tidak dipedulikan oleh telinga Shidou.
Tidak ada gunanya mengkhawatirkan reputasinya dikelas lagi. Pada tahun ini saja, Shidou telah diberi julukan yang memalukan seperti ‘Pemburu Murid Pindahan’, Itsuka yang secepat cahaya’, dan ‘pria yang telah menumpuk kebaikan dikehidupan sebelumnya yang kini telah overclock sampai dia yang sekarang’. Saat ini, jika membuat satu atau dua skandal lagi, basis tanpa bentuk karena rumor itu seperti akan menggerakkan lebih banyak paku menuju boneka jerami yang telah ditancapkan.
[Note : Overclock : istilah yang digunakan untu membuat perangkat teknologi agar berjalan lebih cepat daripada umumnya atau membuatnya memiliki kinerja yang lebih tinggi.]
『——Shidou.』
Saat Shidou memikirkan berbagai hal sambil berjalan, tiba-tiba suara Kotori terdengar dari intercom.
『Aku mendapatkan pilihan. Ayo tentukan kemana tujuannya sebelum meninggalkan sekolah.』
Sambil mengamati perjalanan Kurumi dan Shidou, tiga pilihan telah ditampilkan di layar utama kapal perang udara <Fraxinus>.
① Rumah
② Karaoke
③ Kafe internet
Pilihannya merupakan rangkaian aksi yang dipetakan oleh perangkat manifestasi Realizer yang mengindikasikan perasaan Kurumi dan keadaan mental yang berhubungan dengan perasaannya kepada Shidou saat ini.
“Semuanya, tentukan!”
Saat Kotori mengatakan perintahnya, semua anggota yang ada di dek bawah mulai mengoperasikan konsol mereka masing-masing.
Setelah beberapa menit, monitor menunjukkan statistik hasilnya.
Meski berselisih tipis, nomor ② adalah yang paling banyak dipilih. Kotori memegang dagunya.
“Yah, itu masuk akal... ... tapi MARIA, bukankah pilihan hari ini entah kenapa agak berat sebelah?”
Saat Kotori berhenti, karakter MARIA muncul dilayar saat ada suara yang terdengar dari speaker yang terpasang di kapal.
AI yang mengatur <Fraxinus>, dikenal juga sebagai MARIA.
“Seperti yang kukatakan tadi, pilihannya dibuat secara otomatis berdasakan berbagai data tentang Spirit daripada dibuat olehku dari udara tipis. Namun, jika boleh kukatakan pendapatku, sebaiknya itu tidak dianggap sebagai langkah memenangkan pertandingan ini?
“Pertandingan?”
“Ya, musuhnya adalah Tokisaki Kurumi; dia bukanlah lawan yang bisa abaikan. Aku yakin bahwa kita harus siap untuk menghadapi setiap pilihan untuk menanggung resikonya, jadi seharusnya kita segera memulai dengan serangan cepat.”
“Serangan cepat... ...?”
“Jujur saja, seharusnya kita mengunci mereka berdua di sebuah ruangan sehingga mereka tidak diganggu.”
“... ...Ja-Jadi begitu... ...”
Alis Kotori bergetar saat suaranya menggema dengan tidak setabil. Tapi dia segera mengalihkan pikirannya dengan mendekatkan mikrofon ke mulutnya.
“Y-Yah bagaimanapun juga, Shidou, pilih no ②——“
“Tidak——tunggu sebentar.”
Tapi saat Kotori baru mendekati mikrofon untuk memberikan perintah pada Shidou melalui intercom, tiba-tiba lelaki itu membalasnya ditengah layar monitor.
Sambil mengganti sepatu mereka dipintu masuk sekolah, Shidou menaikkan suaranya untuk menghalangi perintah yang datang dari <Fraxinus>.
Karena Kurumi juga mengganti sepatunya disana, dia harus melakukannya dengan suara yang keras untuk mencegah kemungkinan percakapan mereka terdengar. Setelah melirik kearah Kurumi dengan cepat, Shidou meletakkan tangannya diintercom.
“Ada apa? Ada yang salah?”
Saat Kotori menanyai dengan nada curiga, Shidou menggelengkan kepalanya untuk menolaknya sebelum melanjutkan bicaranya.
“——Aku sudah memutuskan tujuannya.”
“Apa?”
Kotori mengeluarkan suara keheranan. Lalu, suara lain selain Kotori terdengar ditelinganya. Suara gadis yang mirip lonceng perak yang bersih: AI <Fraxinus>, MARIA.
“Dengan kata lain, artinya kau tidak mempercayai performaku?”
“Tidak, bukan seperti itu... ...”
Shidou berusaha menjawab sambil membuat wajah yang kesusahan. Kemudian, dia mendengar suara yang mirip dengan tertawa dari MARIA.
“Bercanda——Kami hanya mendukung. Jika ada keinginan yang kuat, seseorang harus bisa melakukannya.”
“MARIA... ...”
Setelah Shidou memanggil nama itu, MARIA melanjutkannya dengan membuat pertanyaan.
“Bagaimana, Komandan?”
Biasanya, MARIA akan memanggilnya Kotori, tapi sepertinya kali ini dia sengaja menggunakan panggilan yang lebih formal untuk memperkuat argumennya.
Setelah berhenti beberapa saat, Kotori mengehela nafas berat.
“Benar-benar, jika kubilang itu tidak bagus, maka aku akan dipanggil orang keras kepala.”
Lalu, setelah mendengarkan suara desiran rambut, ‘Baiklah’ terdengar dikirim balik.
“Tidak diragukan lagi bahwa Shidou adalah spesialis Spirit terbaik di dunia. Jika kau berkata demikian, maka aku akan mengakuinya——seperti yang dikatakan MARIA, kami bertanggung jawab untuk mendukungmu. Lakukan apapun yang kau suka. Jika itu menjadi sebuah kegagalan yang parah, maka saat itulah kami akan bertindak.”
“Ah... ...terima kasih, Kotori, MARIA.”
Saat Shidou memberikan pengakuan, Kurumi kembali dengan sepatunya yang terlah diganti.
“Aku membuatmu menunggu, Shidou-san.”
“Tidak, jadi bisakah kita pergi?”
“Eh, ngomong-ngomong——“
Sambil berbicara, Kurumi menempatkan jarinya di bibir Shidou.
“Aku punya sebuah tempat yang ingin kudatangi.”
“... ...!”
Membalas perkataan Kurumi, Shidou langsung mengerutkan dahinya. Tiba-tiba dari intercom, terdengar Kotori berkata ‘ah cha’.
“Sepertinya akan ada masalah jadwal. Jika kita bisa mengambil alih kepemimpinannya itu akan hebat, tapi terlalu sulit untuk mempengaruhinya, juga keinginan Kurumi adalah prioritas pertama.”
“Er... ...”
Namun, Shidou tidak terlalu grogi.
Mengapa begitu——dia tidak tahu mengapa, tapi entah bagaimana rasanya pemikiran Kurumi sejalan dengan rencananya.
“Sebenarnya, aku juga punya tempat yang ingin kudatangi——sepertinya itu adalah tempat yang sama denganmu.”
“Ara, ara.”
Kurumi tersenyum karena tertarik dengan perkataan Shidou, tertawa sambil menggenggam tangannya.
“Sungguh menarik, jadi ayo segera menuju jawabannya bersama——tolong bawa aku ke tempat yang kau pikirkan, Shidou-san.”
“Ah, serahkan padaku.”
Untuk sesaat, Shidou merasakan hawa dingin saat tangan Kurumi menyentuhnya, tapi entah bagaimana dia bisa menghilangkan gemetarnya saat dia menggenggam tangan Kurumi.
Lalu, mereka berdua berjalan santai menuju kearah stasiun.
——Setelah beberapa menit, dengan percakapan singkat antara Shidou dan Kotori, akhirnya mereka berdua akhirnya keluar dari stasiun Tenguu.
“Disini... ...”
Mereka berdua masuk ke dalam gedung, berhenti didepan toko saat suara Kotori terdengar diintercom.
Mungkin Kotori juga menyadarinya. Disini merupakan——toko pakaian dalam yang dikunjugi oleh Shidou dan Kurumi disaat kencan sebelumnya.
“Jadi... ...inikah tempat yang ingin dikunjungi Shidou-san?”
Kurumi memulai dari jendela toko, bibirnya menunjukkan senyuman saat Shidou menganggukkan kepalanya.
“Ah, ya.”
“Ufufu... ...benarkah? Shidou-san sangat ingin melihat pakaian dalamku.”
“... ...Yah, bukan begitu, tidak, itu, tapi bukan seperti itu... ...”
Di wajah yang baru digoda oleh respon Kurumi, Shidou tak bisa apa-apa selain menjadi bingung. Melihat keadaan Shidou, Kurumi tertawa.
Setelah itu, Kurumi melihat toko itu lagi sebelum berbicara.
“——Jawabannya benar.”
“Eh?”
“Tempat yang ingin kudatangi——tepat, tidak salah lagi disini. Ufufu, aku ingat diriku dan Shidou-san datang kesini. Aku sangat senang.”
Setelah mengatakannya, Kurumi menunjukkan senyuman.
Benar, Kurumi yang berdiri disini saat ini dan Kurumi yang pergi ke toko ini bersama Shiodu dulu adalah orang yang sama dan juga orang berbeda.
Tahun lalu dibulan juni, Kurumi yang mendekati Shidou dan kencan bersamanya adalah klon yang lahir dari <Zafkiel> nya Kurumi.
“Aku memikirkannya sejak hari itu. Aku penasaran apa yang diriku rasakan saat datang kesini bersama Shidou-san——apa yang diriku pikirkan sebelum hatinya dicuri oleh Shidou-san.”
“... ... ... ...”
Ditengah perkataan Kurumi, Shidou terdiam.
Setelah itu, Kurumi berjalan dan tertawa bersama dengannya dijalanan, tapi Kurumi yang menggenggam tangannya diatap sekolah sekarang sudah tidak lagi.
“Kurumi, kau——“
Shidou membuka mulutnya, namun terhenti beberapa saat kemudian.
Karena kata-kata yang diucapkan Kurumi, entah kenapa wajahnya memancarkan ekspresi yang melankolis dan kesepian.
“Meski begitu, keberadaannya hanyalah seorang anak yang belum dewasa, itulah diriku.”
“... ... ... ...”
Shidou terdiam sekali lagi, tapi setelah beberapa saat, dia menghela nafas ringan.
Lalu, Shidou menggenggam tangan Kurumi dengan lebih keras.
“... ...? Shidou-san?”
“Hebat, tentu saja itulah jawaban dari kencan waktu itu.”
“Eh?”
Sepertinya Kurumi terkejut dengan perkataan Shidou sambil memutar matanya. Sementara itu, Shidou menaikkan suaranya saat dia balik melihatnya.
“Meskipun dia hanyalah klon, aku adalah lelaki yang pernah menangkap Tokisaki Kurumi. Begitulah, biarkan aku mengikuti rute yang sama dengan waktu itu. ——Setelah hari ini berakhir, kau hanya akan memikirkan tentang diriku.”
“Haha.”
Dengan ekspresi kaget di matanya, Kurumi mengendurkan mulutnya dengan tertawa.
Lalu, mengembalikan sikapnya dengan menggenggam balik dengan lebih kuat dengan tangan yang dia gunakan untuk menggenggam tangan Shidou.
“Aku menunggunya. Ufufu, Shidou-san, bisakah kau menangkapku?”
Mereka berdua tersenyum satu sama lain saat mereka memasuki toko itu.
Ini adalah toko pakaian dalam. Biasanya, hanya pakaian dalam wanita yang dipajang ditoko. Itu terlihat seperti kebun bunga dengan banyak bunga berwarna-warni yang bermekaran.
Melewati banyak bunga, Kurumi berjalan anggun dengan irama selangkah demi selangkah, seperti kupu-kupu. Rambut hitam mengkilat, setelan hitam, dan sebuah mata merah, terlihat seperti kupu-kupu indah dengan sayapp berwarna hitam cemerlang.
“——Hei, Shidou-san, pasti kau akan memilihkan pakaian dalam untukku, kan?”
Kurumi memutar kepalanya sambil memberikan senyuman nakal. Melihat penampilan yang secantik itu mungkin sedikit berbahaya bagi Shidou, saat dia merasakan detak jantungnya meningkat.
“... ...Itu, ah, tentu saja.”
“Ufufu, menyenangkan. kemari——pilih satu yang menurutmu terlihat bagus?”
Kurumi memiringkan kepalanya dengan bercanda sambil bertanya.
Dibelakang bunga yang tak terhitung miliknya, sepertinya Kurumi menunjuk banyak senjata berwarna-warni kearahnya.
Disaat itu, suara datang dari telinganya menanyakan sebuah pertanyaan.
“——Butuh pilihan, Shidou?”
“... ...Tidak, tolong biarkan aku memikirkannya disini.”
Dengan berbisik, Shidou melangkah kedepan tanpa rasa takut saat dia melihat-lihat pakaian dalam yang dipajang di toko.
Namun, sulit dibilang jika memilih pakaian dalam seksi yang transparan adalah langkah yang baik. Bisa dikatakan, dalam pertandingan dimana yang pertama jatuh cintalah yang kalah, membiarkan Kurumi menggunakan banyak perlengkapan penghancur yang mungkin bisa menyebabkan kerusakan yang tak bisa dia ubah.
Beberapa menit kemudian, dia menemukan sesuatu yang cocok untuk Kurumi, pakaian dalam itu sangat eksotis namun tidak begitu erotis. Shidou memanggil Kurumi.
“Kurumi, bagaimana dengan ini?”
“Ara, ara, imut sekali, kupikir Shidou-san akan memilih jenis pakaian dalam yang seperti itu.”
Sambil berbicara, Kurumi menunjuk pakaian dalam sensasional yang dipakai oleh manekin. Shidou merasakan keringat menetes dipipinya.
“Ti-Ti-Tidak, aku bilang jika pakaian dalam ini entah kenapa lebih cocok denganmu, ya kan?”
“Ufufu, begitukah? Jika Shidou-san berkata demikian, aku akan mencobanya.”
Dengan ekspresi yang bahagia, Kurumi mengambil pakaian yang Shidou pilihkan menuju ruang ganti.
Lalu, setelah beberapa menit.
Dengan suara kibasan, tirainya terbuka lalu menunjukkan sosok Kurumi dengan pakaian dalamnya.
“——!”
Melihat sosok itu, tanpa diduga Shidou menahan nafasnya.
Dia mengutuk dirinya sendiri karena kedangkalan (pikir) dan kecerobohannya. Tepatnya, dalam mempertimbangkan potensi kerusakan pada dirinya sendiri, Shidou memilih desain dengan tingkat keterbukaan yang relatif rendah.
Namun, dia lupa bahwa nilai dari pakaian dalam bukan hanya ditentukan oleh tingkat keterbukaannya saja.
——Orang jaman dulu bilang, “Kemenangan tidak terletak dipakaian dalam yang erotis, namun ada di pakaian dalam yang putih murni.”
Hasilnya, pakaian dalam yang seharusnya relatif sederhana. Dalam celah itu, Shidou hanya bisa terdiam kembali untuk beberapa saat.
“——Shidou-san?”
“Eh... ...ah.”
Mendengar namanya dipanggil, Shidou dibawa kembali menuju realita.
“Bagaimana? Apa ini cocok untukku?”
“Ah... ...itu sangat cocok, kecocokannya sampai ketitik yang membahayakan.”
Setelah Shidou selesai bicara, Kurumi terlihat terkejut seketika itu pipinya memerah.
“Ufufu, jadi, apa itu berarti aku mendapatkan Shidou-san?”
“Hei... ...apa itu?”
Merespon perkataan Kurumi, Shidou menaikkan bahunya sambil berbicara. Sebenarnya, dia sudah berada dibatasnya lalu berpura-pura menjadi berani, tapi tak ada apapun yang dia katakan.
Dia tidak tahu jika tujuan sebenarnya dari kata-katanya telah disadari, tapi Kurumi langsung menunjukkan ekspresi tersenyum.
“Lalu, ayo dapatkan ini juga——Shidou-san.”
Sambil berbicara, Kurumi memberinya isyarat. Shidou berjalan pelan kearahnya sambil mengarahkan tangannya kebawah.
“Ambil ini... ...”
“Hmm... ...?”
Kurumi menaruh sesuatu diatasnya saat dia menggantung pakaian hitamnya. Berdiri disamping sebuah misteri, Shidou mengerutkan alisnya karena penasaran.
“Apa ini... ...ah, ini——!”
Melepaskan pakaian itu denga kedua tangannya——tiba tiba Shidou merasa gemetar yang datang dari diafragmanya.
Namun, itu hal yang wajar. Apa yang dia pegang adalah pakaian dalam yang baru saja dipakai Kurumi, ada rasa hangat yang masih tersisa karena kontak dengan tubuhnya.
[Note : maksudnya pakaian dalam yang dipakai oleh Kurumi sebelum Shidou memilihkan pakaian dalam baru untuknya. Pasti anget banget ]
“Ufufu, karena ini adalah kesempatan yang langka, hari ini aku akan memakai pakaian dalam yang dipilih Shidou-san untukku. ——Tolong jaga itu.”
“O-Oh... ...?”
Meski tidak tahu apa yang dia katakan, Shidou masih merasa harus membalasnya dengan wajah yang memerah.
“Hmm... ...”
Dua jam berlalu sejak kencannya dimulai.
Sambil memantau situasi antara Kurumi dan Shidou di kapal <Fraxinus>, Kotori memutar-mutar Chupa-Chups di mulutnya.
Di monitor, mereka berdua sudah meninggalkan toko pakaian dalam dan sedang berjalan berdampingan dijalan yang mengarah ketujuan mereka yang berikutnya.
Tangan Shidou memegang tangan Kurumi dengan kuat. Bukankah Kurumi akan terganggu dengan itu. Faktanya, meskipun reaksinya terbatas, nilai hubungan Kurumi tidak menunjukkan sesuatu yang buruk.
“... ...Ini aneh.”
Reine berbicara sambil menaruh tangan didagunya. Mungkin dia memikirkan hal yang sama. Memberikan rintihan singkat, Kotori berkata ‘ah’ saat dia melihat nilai yang ada di layar.
Disana, menunjukkan keadaan mental Kurumi, namun——
“... ...Jelas, ada perbedaan nilainya Kurumi selama masa tenang. Sepertinya dia sedang sangat stress. Namun, reaksi ini bukan disebabkan oleh kencang bersama Shidou. Ini adalah... ...”
“... ... ... ...”
Mendengar perkataan Reine, Kotori membuat wajah cemberut.
Namun, membayangkan yang ada dilayar, sepertinya ekspresi Kurumi nyaman-nyaman saja. namun, ini tidaklah mengurangi perasaan dari nilai dalam banyak arti. Sebaliknya, ada bau yang belum teridentifikasi, suasana yang berbahaya.
“——Bagaimanapun juga, semuanya, jangan lengah.”
“Roger!”
Saat Kotori mengatakannya, para kru membalasnya bersama-sama dengang serentak.
Jam sepuluh, Shidou dan Kurumi duduk bersebelahan di bangku taman.
Sejak mereka meninggalkan toko pakaian dalam, mereka pergi mengikuti rutenya.
Berjalan bersama dijalan kecil, makan ditoko yang sama——dan akhirnya mereka tiba disini.
Saat tirai kegelapan menuruni langit, hanya cahaya rembulan dan lampu jalan yang menerangi dengan redup. Saat ini, bahkan tidak ada bayangan orang-orang yang ada disekitarnya, menciptakan ilusi bahwa hanya dua orang saja yang tersisa didunia ini.
Di pertengahan februari, suhu setelah matahari terbenam itu sangat dingin sampai-sampai mengeluarkan kabut putih setiap kali bernafas. Biasanya, itu bukanlah keadaan yang memungkinkan seseorang untuk tetap berada diluar terlalu lama.
Namun, taman adalah bagian yang harus ada dalam kencan Shidou dan Kurumi.
“Shidou-san, apakah kau ingat? Tempat ini.”
“Ah... ...aku ingat, meski aku tidak ingin memikirkannya.”
Shidou membalas dengan nafas ringan. Benar, karena tempat ini merupakan tempat dimana Shidou melihat kejahatan kejamnya Kurumi untuk pertama kalinya dan juga luka beratnya.
“Hehe.”
Kurumi tertawa dengan samar tanpa membalas Shidou dan juga, seperti mengingat sesuatu, mengambil kotak yang indah dari tasnya.
“Ayolah, aku hampir lupa——Shidou-san, selamat hari Valentine.”
Saat Kurumi mengatakannya, dia memberikan kotak itu kepada Shidou.
Shidou mengambil hadiah itu dengan senyuman masam.
“Terima kasih... ...kau bilang, kau hampir lupa.”
“Um, itu karena——“
Kurumi terengah-engah. Sambil perlahan berbalik lalu bersandar padanya, berat yang menantang ditempatkan dibahu Shidou. Rambut hitam indahnya menggelitik pipinya.
“Soal itu... ...hari ini sangat menyenangkan. Itu sebabnya tidak salah jika kubilang hari ini adalah hari terbaik yang ada dalam kenanganku.”
“Kurumi... ...”
Shidou berbicara dengan pelan, tersenyum lembut sambil mengambil parsel kecil dari tasnya.
“Yah, ini dariku, selamat hari Valentine, Kurumi.”
“Ara, ara.”
Shidou memberikan bungkusan, Kurumi terkejut saat itu juga.
“Shidou-san... ...meskipun sebelumnya aku berpikir tidak apa-apa, karena hanya gadis-gadis——
“Apa tidak boleh? Lihat, balik memberi cokelat itu selalu populer. Tak ada aturan yang mengatakan bahwa laki-laki tidak boleh memberikan cokelat pada gadis, ya kan?”
Saat dia menaikkan suaranya untuk menyela perkataan Kurumi, Kurumi tertawa untuk menunjukkan kesenangannya.
“Ufufu, benar, seperti yang kau katakan. ——Boleh kubuka?”
“Ah, tentu.”
Setelah saling mengangguk, mereka membuka kotaknya masing-masing.
Shidou mengambil dark chocolate yang dilapisi dengan saus yang terbuat dari madu dan kulit jeruk. Dia berpikir bahwa warna gelap dan rasa pahit yang samar sepertinya sesuai dengan Kurumi.
Di sisi lain, kotak Kurumi terisi cokelat dengan berberbagai ukuran, desain dan bentuk.
Meskipun mereka berbeda—— bukannya tidak ada rasa kesatuannya sama sekali. Ada cokelat berbentuk kucing, tipe yang sama dengan yang dia buat beberapa hari yang lalu.
“Oh, bukankah ini imut.”
“Cokelat Shidou-san kelihatan enak.”
Sambil berbincang-bincang, tanpa sadar mereka berdua mengambil cokelat dari kotak dan melemparkannya kedalam mulut mereka.
Mereka merasa pipi mereka mengendur saat penglihatan mereka berpotongan.
“Haha, ini enak, rasa ini... ...hazelnut?”
“Ah, sesuai yang diharapkan dari Shidou-san. Mmm... ...ini juga sangat enak.”
“... ... ... ...”
“... ... ... ...”
Bukannya tidak ada hal yang ingin dikatakan.
Sebaliknya, itu hanyalah perasaan ingin memeperbaiki pandangan yang lain.
“... ... ... ...”
Shidou menarik bahunya dengan lembut untuk mendekatkan tangannya agar dia bisa mengelus kepala Kurumi.
Kurumi tidak melawan. Tapi lebih dari itu, sepertinya dia menunggunya melakukan hal itu saat dia mendekatkan dirinya.
Jika ada orang tak dikenal yang melihat mereka saat ini, mereke benar-benar seperti sepasang kekasih yang sedang berhubungan. Sebenarnya, itu merupakan posisi yang tepat untuk menggerakkan dagu dan menciumnya.
Namun——
“... ...Tidak buruk, benar-benar tidak buruk.”
Suara Kotori terdengar dari intercom, meski dalam situasi ini, tidak sulit membayangkan ekspresi wajah yang dia buat berdasarkan suara itu.
Artinya meski mereka berciuman sekarang, itu belum bisa menyegel Reiryoku miliknya dengan sempurna.
Seakan menambahi perkataan Kotoi, Shidou juga mendengar suara Reine.
“... ...Kurumi tidak berbohong. Aku yakin dia menyukai kencan bersama denganmu hari ini, shin. Meski bisa dibilang dia punya kesan yang bagus kepadamu, dia masih belum membuka hatinya.”
Namun, Reine melanjutkannya.
“Di dalam lubuk hatinya, ada penghalang besar. Determinasi... ...pasrah... ...sesuatu semacam itu. Kurumi menempatkan gembok besar dalam dirinya yang mustahil untuk dihancurkan dan membuatnya bahagia. Tidak mungkin untuk menyegel kekuatannya selain kau harus menyingkirkan penyebabnya.”
“... ...”
——Gembok besar.
Terdiam, sambil mengelus kepala Kurumi dengan lembut, hatinya mengingat kata-kata saat diskusi itu.
Di saat yang sama, pikiran Shidou mengingat apa yang Nia dan Origami katakan.
(——Entah bagaimana, sepertinya ada sesuatu yang ingin dia investigasi dengan <Rasiel> ku.)
(——Spirit pertama, semua untuk membunuh orang itu.)
(30 tahun yang lalu, untuk mencegah terjadinya kemunculan Spirit.)
Ya, satu hal yang terpikirkan adalah hal itu telah mengakar sampai kesana.
Kurumi ingin menggunakan peluru kedua belas <Yud Bet> untuk pergi ke 30 tahun yang lalu tujuannya adalah untuk menghapuskan Spirit pertama.
Meski dia mengorbankan segalanya; meski itu berarti dia menumpuk sepuluh ribu mayat untuk mencapai tujuan itu.
Soal itu, Shidou tak tahu apapun.
“... ...Hei, Kurumi.”
Jadi, Shidou membuka mulutnya.
Memang, tidak menang dalam pertandingan ini berarti kematian, tapi bukan hanya itu saja alasannya.
Sekarang terlebih lagi, untuk gadis yang sedang menyandarkan dirinya, dia ingin mengerti keinginan, pemikiran, dan keuputusannya.
“Ya, Shidou-san.”
“Bisakah kau memberitahu kami kenapa kau ingin mengalahkan Spirit pertama?”
“... ...”
Saat Shidou mengatakan subjek itu, ekspresi Kurumi langsung tegang.
Namun, setelah menghela nafas panjang, Kurumi membalas perkataannya.
“Apa kau mendengarnya dari Nia-san? Dia benar-benar orang yang senang berbicara.”
Kurumi berdiri, mengambil beberapa langkah dari bangku sebelum berbalik kearah Shidou.
Dibawah langit malam, lampu jalan menyinari Kurumi dengan redup.
Lalu, seperti adegan dalam teater.
“Shidou-san, apa kau sudah siap untuk mengetahuinya? Segalanya——tentang diriku.”
Dalam kegelapan malam, mata gadis itu merumuskan pandangan menusuk kearahnya.
Saat mata kanan yang merah seperti darah, lalu mata kiri yang terukir dengan jam emas membuat suara gemerincing bersamaan dengan waktu.
“... ...”
Untuk sesaat, Shidou pikir apa yang dia lihat dibuat oleh halusinasi pikirannya, ketidakhati-hatian itu membuat Shidou menghela nafas dangkal.
“——Ah, itu adalah tujuanku.”
“——Tidak masalah.”
Kurumi berbicara pelan saat dia mengangkat tangan kirinya dengan elegan.
Saat itu, sambil memasuki tanah, bayangan Kurumi berubah menjadi pistol dengan desain kuno lalu melayang dan mendarat ditangan Kurumi dengan pelan.
Itu adalah pistol yang melayani waktu sebagai tangan dari Angel <Zafkiel>.
“Ap... ...”
Saat Shidou terkejut, Kurumi mengarahkan moncong senjata itu dan menarik pelatuknya tanpa ragu. Bang, bang; suara itu menggema kesekitarnya selama beberapa saat.
“... ...!? Ini——“
“Layarnya telah terputus!”
“Kamera otomatis telah dihancurkan!”
“Eh... ...?”
Mendengar teriakan kru <Fraxinus> dari dalam gendang telinganya, tanpa sadar Shidou menaikkan alisnya. Namun, Kurumi belum selesai. Dia mengambil langkah maju, langkah mendekati Shidou, merentangkan tangannya untuk menyentuk pipinya.
Kemudian, suara <Fraxinus> menghilang dari telinganya——
Kurumi menggunakan jarinya untuk menghancurkan (pencet sampai hancur) intercom itu.
“... ...!”
Saat Shidou melihatnya dengan ekspresi kaku, Kurumi menekan jarinya secara bersamaan, meremukkan intercom itu. Percikan yang berserakan bersamaan dengan bunyi elektonik saat asap tipis mengepul dari jari putihnya.
Jika dihitung, itu terjadi kurang dari 5 detik.
Dalam waktu yang singkat itu, komunikasi antara Shidou dan <Fraxinus> telah berakhir sepenuhnya.
Kurumi mengubah bibirnya menjadi senyuman saat dia mengalihkan padangannya kearah Shidou lagi.
“——Jadi sekarang?”
“... ...”
Seketika Shidou terdiam.
Kehilangan kontak dengan <Fraxinus> sama dengan diasingkan di depan Spirit. Jika Kurumi punya maksud tertentu, memakan Shidou akan jauh lebih mudah.
Namun——
“——Meski begitu, aku masih menginginkannya.”
Shidou menjawab tanpa mengalihkan kontak matanya dengan Kurumi.
Pasti aksi Kurumi itu adalah cara untuk mencegah Shidou kabur. Namun, sepertinya dia hanya ingin memberitahukan rahasia itu pada Shidou dan dia tidak ingin menunjukkannya pada orang lain.
Jika dia tidak menanggapi perbuatan ini, maka dia tidak punya kualifikasi untuk menyelamatkan para Spirit.
“... ...”
Melihat reaksi itu dari Shidou, Kurumi manaruh pistol itu kedalam bayangannya dan memalingkan punggungnya kearah Shidou.
“Tolong ikuti aku.”
Lalu, saat dia selesai, dia berjalan langsung menuju jalanan yang gelap.
“Ah, hei.”
Mereka berjalan sekitar 20 menit.
Kurumi memandu Shidou melewati gang dan gedung tua.
Meskipun gedung dari penampilannya gedung itu telah diabaikan dan telah dicorat-coret dengan graffiti, listrik masih melewatinya. Mengikuti kedipan, tapi masih bisa dipercaya, pencahayaan, Shidou mendaki tangga dan menuju ruangan di lantai ketiga.
“Kemari, Shidou-san.”
“Disini... ...”
Saat dia berbisik, Shidou melihat kesekitarnya.
Tidak ada perbedaan mencolok diruang yang ada digedung yang telah ditinggalkan ini. Tapi tidak seperti koridor, lantainya telah dipel bersih, tirai tergantung dijendela, dan sebuah kasur sederhana ditempatkan disana.
“Aku punya beberapa benteng dikota ini; ini adalah salah satunya. Meskipun tidak ada apa-apa disini, tolong dinikmati.”
“... ...Aku mengerti. Senang rasanya diundang ke kamar seorang gadis.”
“Ufufu, pujianmu terlalu berlebihan, Shidou-san.”
Kurumi sedikit tertawa saat dia tersenyum, melepas mantelnya lalu menaruhnya di hanger. Lalu dia mengulurkan tangannya kearah Shidou, yang sedikit memiringkan kepalanya.
“Ah, terima kasih.”
Shidou meniru tindakan Kurumi, dia menyerahkan mantelnya pada Kurumi, mantel mereka ditempatkan di rak yang tergantung. Lalu, sambil mendekat kearah Shidou dengan pelan——
“... ...”
Tanpa peringatan, Kurumi menekan tubuhnya ke dadanya Shidou.
“Kurumi... ...?”
“Shidou-san, kau bilang kau ingin tahu semua hal tentangku.”
“... ...Ah.”
Setelah mendengar jawaban Shidou, Kurumi, tanpa mengatakan apapun untuk untuk beberapa saat, membenamkan wajahnya didada Shidou, setelah itu——
“——Jadi tolong terima ini.”
Kurumi berbicara sambil menggerakkan tangan kirinya dengan pelan, tanpa dia ketahui, memegang pistolnya sekali lagi.
“<Zafkiel>——peluru kesepulu <Yud>.”
Bayangan Kurumi merambat dengan pelan lalu tersedot kedalam moncong pistol.
Dalam satu gerakan, pistolnya diarahkan menuju pelipisnya——lalu, bertindak seakan itu adalah kepalanya sendiri, dia menarik pelatuknya kepada Shidou.
Berapa lama sejak saat itu?
Suatu hari, disekolah khusus wanita, di ruang istirahat.
“... ...Hm.”
Kurumi melihat ke cermin dan menatap wajahnya melalui bayangannya.
——Sebuah penutup mata menutupi mata kirinya.
“Bagaimanapun juga, bukankah itu sedikit terlalu mencurigakan?”
Sambil berbicara, dia melepas penutup mata itu. Apa yang tersembunyi dibaliknya sekarang telah terlihat dan terpantul di cermin——tampilan mata kirinya berubah menjadi jam emas.
Itu bukanlah semacam lensa kontak spesial ataupun riasan yang dapat dihilangkan. Sulit dipercaya, tapi disana juga ada jarum menit dan detik, mendetikkan waktu dengan denting, suara denting.
Ya, beberapa hari yang lalu, Kurumi bertemu gadis misterius——Mio. Lalu dia diberi benda yang mirip dengan batu permata dengan cahaya yang menakjubkan, mata kirinya berubah menjadi sesuatu yang sangat berbeda dengan manusia normal.
Tidak——tepatnya, itu bukanlah satu-satunya yang aneh.
“... ...Ufufu.”
Kurumi tertawa lebut sambil melihat matanya melalui cermin.
Bohong jika dia bilang dia tidak takut atau gugup saat dirinya menjadi keberadaan yang tidak biasa. Namun, daripada itu, Kurumi merasa sangat terpenuhi dan senang sekali.
Lalu.
“——Kurumi-san, ada yang salah?”
“... ...?”
Dipanggil secara tiba-tiba, Kurumi langsung mengembalikan penutup mata itu ketempatnya semula.
Berbalik menuju kearah suara, Kurumi menemukan temannya berdiri disana——Yamauchi Sawa. Tangan Kurumi gemetar karna salam paham.
“Ti-tidak ada, tidak ada apa-apa.”
“... ... ... ...”
Saat Kurumi berbicara dengan grogi, Sawa menatap wajah Kurumi dengan serius.
“Apa yang lebih baik? Mata kiri itu.”
“E-Eh, masih ada sedikit masalah penglihatan.”
“Kedengarannya benar-benar serius... ... jagalah tubuhmu.”
Setelah mengungkapkan kekhawatirannya soal kesehatan Kurumi, Sawa mengingat sesuatu.
“Ngomong-ngomong, Kurumi-san, apa kau senggang hari ini setelah pulang sekolah? Bibiku bilang dia ingin membawa si kembar Chestnut untuk main-main.”
“Eh.... ...!?”
Mendengar ajakan yang tiba-tiba itu, alis Kurumi langsung bergetar.
Chestnut adalah kucing yang sangat dibanggakan dengan tingkat keimutannya yang tinggi, tapi mendengar kembarannya saat ini... ...itu pasti sangat lembut, surga kelembutan untuk semua orang. Mengingat rasa dari bulu Chestnut yang kemerahan dan kaki lembutnya, Kurumi langsung terpesona.
Namun, dia langsung mengembalikan ketenangannya dan menggelengkan kepalanya——hari ini tugas yang tidak bisa dia abaikan bagaimanapun juga.
“A-Aku minta maaf, tapi aku harus menolaknya.”
“Ah, apakah kau punya sesuatu yang ingin kau lakukan?”
“Ya... ... sebuah tugas kecil, tapi tolong undang aku lagi.”
“Itu memalukan, tapi mau bagaimana lagi. Mungkin lain kali.”
“Memang, memang, benarkah?”
“Y-Ya, aku mengerti.”
Menghadapi keingingan Kurumi yang tidak bisa digoyahkan, Sawa hanya bisa tersenyum saat keringat menetes dipipinya.
——Hari itu setelah pulang sekolah.
Kurumi berdiri sendirian di atap sebuah gedung yang berada di pinggiran kota.
Merahnya sunset menyinari punggungnya, saat angin meniup rok seragamnya.
“Ayolah.”
Seperti menyesuaikan dengan keluhan Kurumi, langkah kecil menggema dari belakang.
Menengok kebelakang, Kurumi menemukan sosok yang sebelumnya tidak berada disana.
Takamiya Mio, wanita yang muncul didepan Kurumi beberapa hari yang lalu dan memberinya kekuatan.
“Ya~, Kurumi. Tolong lakukan yang terbaik lagi hari ini.”
“Hm, tolong serahkan padaku, Mio-san.”
Saat Kurumi membalas, suara yang ada disekitarnya menghilang disaat yang sama. Ya, itu seperti disaat yang sama saat Kurumi pertama kali bertemu Mio.
Kurumi tidak tahu rincian dasar dibaliknya, tapi sepertinya itu merupakan kemampuan Mio. Mengikat sekitar dengan sesuatu yang mirip dengan penghalang, dia bisa mencegah musuh melarikan diri.
Kemudian, ketidak normalan muncul dibawah Kurumi.
Sebuah badai salju, tiba-tiba kristal es dan salju muncul dan mulai berputar seperti pusaran air. Di dalam pusaran itu——tiba-tiba dia muncul.
Anomali es itu membuat tampilan bayangan yang mirip boneka.
Meskipun ini pertama kalinya dia melihat hal ini, tidak diragukan lagi.
——Spirit. Dengan kekuatan yang mengerikan, mio menjelaskan bahwa itu adalah bencana yang bisa membunuh dunia ini.
“Yah, aku akan pergi sekarang.”
Setelah Kurumi berbicara dengan singkat, dia memasukkan kekuatan kedalam kakinya lalu dia melompat dengan mudah melewati pagar sebuah gedung.
Jatuh dari langit, dia memutar tubuhnya dengan tujuan pendaratan didepan Spirit es. Tapi tentu saja, lompatannya sangat jauh dari tindakan bunuh diri.
“Astral Dress <Elohim>.”
Disaat Kurumi menyebut nama itu, bayangan menelan tubuhnya, membentuk gaun berkilau yang terbuat dari partikel cahaya.
dan——
“——<Zafkiel>!”
Saat Kurumi memanggil namanya, dua pistol gaya lama yang dirancang untuknya dengan ukuran yang berbeda tercipta ditangannya.
“Benar-benar, kau datang disaat yang salah——Aku sedikit bad mood hari ini.”
Kurumi menajamkan pandangannya. Jatuh dari gedung, dia mengacungkan pistolnya kearah Spirit es.
——Membunuh Spirit untuk menyelamatkan dunia.
Menyatakan dirinya sebagai Sekutu Keadilan; Takamiya Mio-san, memberitahunya lalu memberikan kekuatan kepada Kurumi.
Astral Dress absolut——dan sebuah Angel yang dapat mengendalikan waktu dan bayangan, <Zafkiel>.
Itu terlihat seperti adegan dalam anime anak-anak. Jika dia ingin membicarakan ini dengan teman dan keluarganya, mereka pasti akan tertawa karena kejadian aneh yang dia buat sebagai lelucon yang memalukan itu.
Namun, bagi Kurumi, yang dipilih untuk memakai Astral Dress dan menggunakan Angel, itu bukanlah hal yang bisa ditertawakan.
Keberadaan kekuatan supranatural yang melebihi akal sehat.
Dan kehadiran musuh yang harus dibunuh.
Meskipun Kurumi tumbuh dilingkungan yang damai, pengalaman diserang oleh monster aneh dan diselamatkan oleh gadis misterius membuatnya menerima hal itu sebagai kenyataan.
——Jadi, Tokisaki Kurumi menjadi pemburu Spirit.
Memang, ini antara hidup dan mati, dan dia tidak bisa menghilangkan semua ketakutannya.
Namun, hidupnya takkan sampai disini jika saja Mio tidak menolongnya——tidak perlu disebutkan, tujuannya adalah menyelamatkan dunia membangunkan emosi yang meluap-luap dari dalam hati Kurumi.
Dengan hasrat ingin menolong, kadang-kadang tangan seseorang bisa mendapaatkan kekuatan, tapi tidak mengetahui petunjuk dan cara memperoleh tujuan itu.
Perasaan ingin menyelamatkan dunia dengan tangannya sendiri mengisi lubang yang kosong didalam hati Kurumi.
Oleh karena itu——Kurumi mulai bertarung.
Untuk melindungi dunia, keluarga, dan teman, dia membunuh monster yang muncul di kota.
Dia yakin itu untuk semua orang.
Dia yakin itu untuk dirinya sendiri.
Dia yakin itu——adalah arti dari keberadaannya.
Namun, akhir dari mimpi itu datang lebih cepat dari yang diduga.
——Hari itu. Dihari itu, Kurumi dan Mio sedang menekan Spirit lain bersama-sama.
Banyak api yang membungkus seluruh tubuhnya, setiap langkah yang dia ambil menyebabkan sisa panas yang membakar gedung, jalan, dan pohon yang ada disekitarnya.
Itu adalah musuh yang sangat kuat dan berbahaya.
Namun, Kurumi tidak takut. Menggenggam <Zafkiel> dengan kedua tangannya, dia menembak peluru ledakan lagi dan lagi tanpa belas kasihan.
“Sudah——berakhir... ...!”
“————“
Bersamaan dengan hilangnya suara senapan, Spirit itu akhirnya jatuh. Namun, tubuhnya masih bergerak pelan, dengan pergelangan tangan mirip abus yang direntangkan didepan Kurumi.
“——Sungguh gigih.”
Kurumi mengeluarkan pandangan jengkel, saat dia bergerak untu menembak kepala Spirit itu. Setelah itu, Tubuh Spirit itu masih tidak bergerak.
“Benar-benar... ...ini telah berakhir.”
“——Terima kasih karna telah merepotkanmu.”
“Kya!”
Terkejut karena suara yang datang dari belakangnya, tubuh Kurumi langsung terkejut untuk beberapa saat. Menengok kebelakang, dia melihat Mio yang muncul entah dari mana.
“Tolong berhentilah muncul secara tiba-tiba; kau mengejutkanku.”
Saat Kurumi berbicara, Mio menundukkan kepalanya untuk mengatakan maaf.
“Seperti biasa, aku akan mengambil tindakan selanjutnya. Kau bisa pulang dulu. Jika kuingat-ingat, bukankah kaau punya janji dengan seorang teman?”
“Hm... ... aku akan melakukannya. Jadi hati-hati.”
Saat Kurumi mengatakannya, dia membiarkan Astral Dress dan Angelnya menghilang menjadi partikel cahaya saat dia berjalan meninggalkan tempat itu.
Kurumi sudah terbiasa dengan interaksi itu saat dia meninggalkan penghalang Mio dan pergi menuju jalanan yang biasa untuk sesaat.
Dia melihat jam——hari ini dia berencana mengunjungi rumahnya Sawa untuk bermain bersama suadara-saudaranya Chestnut, tapi sepertinya masih ada waktu yang tersisa.
“——Benar.”
Kurumi menepuk tangannya saat dia berbalik menuju lokasi semua.
Tidak ada alasan yang spesial, dia hanya berpikir untuk membawa Mio menuju rumahnya Sawa.
Beberapa waktu berlalu sejak dia dan Mio mulai menekan Spirit, tapi meski mereka belum pernah saling berbicara diluar medan perang. Kurumi yakin jika itu Mio, yang selalu berekspresi sedikit melankolis, akan tersenyum setelah menyentuh kucing imut.
Namun——
“... ...Huh?”
Berbalik menuju gang, dia baru saja kembali ketempat dimana dia baru saja bertarung melawan Spirit. Tapi tiba-tiba, Kurumi menghentikan kakinya ditengah jalan.
Seperti yang diduga Mio masih ada disana——namun yang tergeletak disana bukanlah monster, namun seorang gadis manusia.
“... ...”
Tidak——bukan hanya itu. Kurumi sangat terkejut saat dia menahan suaranya sendiri.
Ya, apa yang tergeletak disana...
...adalah teman Kurumi, Yamauchi Sawa.
“Ap... ...huh... ...?”
Belum bisa mengerti maksud dari apa yang terjadi didepannya, Kurumi melihat dengan mata yang sedang terkejut.
Seakan mengetahui kembalinya Kurumi, Mio perlahan membalikkan badannya kearah Kurumi.
“... ...Ah, Kurumi, kau kembali. ——Sungguh disayangkan, aku ingin kau menjadi rekanku lebih lama lagi.”
Sambil berbicara, Mio sudah menghadap kearah Kurumi.
“A-Apa maksudmu... ... kenapa Sawa-san... ...”
“Ah, apa dia kenalanmu? Benar-benar... ...aku melakukan sesuatu yang tidak dapat diampuni.”
“... ...Mungkinkah——“
Kurumi menaruh tangannya didekat mulutnya. Didepan banyaknya barang yang ditampilkan, sebuah garis menghubungkan serpihan titik-titik yang ada dipikirannya. Kurumi merasakan dorongan muntah yang hebat datang dari dalam perutnya.
“... ...Bagaimanapun juga, kau ini sangat pintar.”
Jawaban singkat Mio tidak menyajikan apapun selain keputusasaan untuk Kurumi.
Ya, posisi tergeletaknya Sawa memang tempat dimana Kurumi menembak dan membunuh Spirit api.
Dan juga, Kristal Sephira yang ada ditangan Mio. Apa itu artinya——
“Spirit itu adalah... ...Sawa-san... ...?”
Kurumi berbicara pelan saat dia merasakan jantungnya berdetak dengan kencang.
Spirit ini bukan hanya satu. Kurumi sudah mengalahkan lebih dari 50 Spirit yang tersebar dibanyak tempat. Mungkin semuanya juga manusia.
Tidak, sebaliknya, meski Kurumi juga diberikan Kristal Sephira——
“Ah... AHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH... ...!?”
Lalu, saat Kurumi mengatakan nama Angel dengan gagap, Angel terbentuk, membiarkan tembakan peluru itu mengenai kepalanya sendiri.
——Melepaskan waktu target, Peluru Keempat <Dalet>.
Untuk mengembalikan tubuhnya, pikirannya kembali menuju keadaan sebelum merasa putus asa.
“Ah... ... ah... ... ah... ...”
Saat nafasnya berusaha mengembalikan laju konstannya, Kurumi menatap Mio dengan serius. Namun, Mio tidak takut ataupun terguncang. Lebih tepatnya, matanya terbuka lebar, terkejut oleh kejadian yang luar biasa.
“Sungguh mengejutkan, memikirkan kau bisa menghalau Inversi dengan kekuatanmu sendiri... ...tapi kau benar-benar menyelamatkanku dari masalah. Akan sulit untuk memurnikan Kristal Sephira yang telah dimurnikan lagi.”
“Inversi... ... di-dimurnikan... ...?”
Setelah Kurumi bertanya, Mio, saat tengah berpikir, membuat gerakan menganggukkan kepalanya.
“Un, aku bertaruh kau sudah menyadarinya, tapi semua Spirit adalah manusia yang menerima Kristal Sephira. ——Tidak, aku membagikan kekuatanku pada mereka; bukankan pernyataan itu sudah akurat? Sebenarnya, kata Spirit hanya merujuk kepadaku, Spirit Pertama.”
“Ap... ...”
“——Tapi, Kristal Sephira yang sebenarnya tidak cocok dengan sifat manusia. jika benda itu diberikan secara paksa, manusia tidak akan bisa menahan kekuatan yang meluap-luap itu, dan dia akan menjadi tidak terkendali.”
Lalu, Mio melanjutkan.
“Untuk membuat Kristal Sephira cocok dengan manusia, pemurnian dibutuhkan. Lalu, jika kau memberikan Kristal Sephira murni kepada orang yang cocok, mereka akan menjadi Spirit yang bisa mempertahankan akal sehat mereka——seperti dirimu.”
“... ...Jadi, pemurnian adalah——“
Mata Kurumi terbuka lebah karna takut, saat rasa takut menembus pikirnya dan menyebabkan akar giginya gemetaran.
Namun, Mio melanjutkan pembicaraannya dengan gaya yang acuh tak acuh.
“Un, jika menembus tubuh manusia, tentu saja orang itu akan lepas kendali. Tapi jika prosesnya diulang beberapa kali, Kristal Sephira akan meperoleh tubuhnya karna telah bersih dimurnikan. Pikirkan sesuatu seperti alat penyaring; bukankah itu lebih mudah dipahami? Namun, mengembalikan Kristal Sephira itu sangat sulit. Aku benar-benar tertolong karena adanya dirimu.”
Jawaban Mio tidaklah buruk; itu adalah jawaban paling buruk yang bisa dibayangkan. Kurumi menengkram dadanya untuk mencegah rasa putus asa itu bangkit lagi.
——Semua telah dimengerti.
Kurumi digunakan oleh Mio.
Dengan maksud untuk menyelamatkan dunia——Kurumi membunuh manusia.
Dengan tatapan kemarahan yang meluap-luap, Kurumi mengeluarkan teriakan dari tenggorokannya.
“Kenapa... ...kau melakukan hal semacam itu... ...!”
Saat Kurumi bertanya sambil berteriak, untuk pertama kalinya Mio menunjukkan ekspresi yang sangat kesulitan.
“... ...Aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak dendam padamu. Tapi aku tidak akan berhenti——tidak sampai semua Kristal Sephira dipercayakan pada manusia.”
Saat Mio berbicara, dia memutar tangannya kearah Kurumi.
“——Jadi, selamat malam, Kurumi. Terima kasih untuk segala.”
“Apa yang kau——“
Perkataan Kurumi langsung terhenti.
Tidak, lebih tepatnya kesadarannya diganggu.
——Diwaktu berikutnya ketika dia bangun.
“... ...Ara, ara... ...?”
Ditengah kesadarannya yang buram, Kurumi membuka matanya.
Dengan ingatan yang berkabut, dia tidak mengingat apapun. Satu-satunya yang bisa dia ingat adalah namanya dan kekuatan luar biasa yang dia miliki.
Melihat kesekitar, pusat jalanan telah hancur karena tabrakan meteor. Kurumi berdiri ditengah kawahnya.
“Ya, dimana ini... ...tepatnya... ...”
Dalam pandangan yang terhampar dimatanya, terlalu banyak faktor tak dikenal yang harus diatasi oleh otaknya.
Dimana ini, siapa dia, kenapa dia disini——
Saat Kurumi sejenak memikirkan hal itu, suara ribut dari jauh berdengung di telinganya.
“——Ara?”
Melihat kesekitar, dia melihat orang-orang yang terang dilangit sambil memakai armor mekanis. Melihat pemandangan aneh itu, mata Kurumi bingung karna takjub.
“Sungguh luar biasa... ...Apa itu... ...”
Namun, mereka tidak membiarkan Kurumi melanjutkan perkataannya terlalu lama. Mengarahkan senjata yang ada ditangan mereka, mereka menembakkan banyak bom dan misil kearah Kurumi.
“Kiki... ...!”
Dengan bahu yang gemetaran, Kurumi langsung menghilang kedalam bayangannya.
Meskipun ingatannya benar-benar hilang, entah bagaimana dia masih bisa mengingat cara menggunakan kekuatan dalam tubuhnya.
“Ha... ...Ha, huh... ... itu menurunkan kewaspadaanku... ...”
Didalam ruangan yang gelap, Kurumi menghela nafas panjang saat dia mencoba mengatur situasi terkini didalam pikirannya.
Namun, karena informasi yang dia punya tidaklah cukup, tidak ada yang bisa dia lakukan. Disamping namanya, satu-satun yang bisa dia ingat adalah tentang Angel dan Astral Dressnya——
“————“
Disaat itu, Kurumi punya ide. Dia mengangkat tangan kanannya dan memanggil nama Angel itu.
“<Zafkiel>——Peluru Kesepuluh <Yud>... ...apa ini akan baik-baik saja?”
Kurumi berbicara dengan nada khawatir, dan sebuah senapan laras pendek dengan pelurunya muncul ditangannya. Meskipun itu adalah sesuatu yang dia panggil, Kurumi berkata ‘wow’ untuk menunjukkan keterkejutannya.
“Be-Benar-benar muncul!”
Peluru Kesepuluh <Yud>, jika perasaannya benar, peluru ini bisa menyampaikan ingatan benda apapun yang ditembakkan kearahnya. Jika ditembakan kearah dirinya sendiri, maka seharusnya dia bisa mengingat apapun yang pernah dialami otaknya.
Jari Kurumi gemetar saat dia menekan ujung senjata itu disisi samping kepalanya, tapi dia memutuskan untuk menarik pelatuknya.
Bang, efeknya menggema bersamaan dengan suara peluru yang mengenai kepala Kurumi.
Disaat itu——
“————“
Ingatan yang bergejolak meluap-luap menyerbu pikiran Kurumi.
Gadis yang pernah dia temui – Mio.
Dan——dengan tangannya sendiri, apa yang terjadi dengan teman baiknya.
Kejahatan yang dilakukan karena kebohongannya.
“Ah.... ... ahhhhhhhhhhhhh... ...”
Dengan tangan gemetaran, Kurumi menjatuhkan senapan itu saat dia jatuh berlutut.
Penyesalan tiada akhir dan keputusasaan menyelimuti lubuk hatinya.
Mengingat kesedihan ditengah kebodohan yang telah dia lakukan.
——Namun.
Sesaat setelah itu, Kurumi mengangkat kepalanya.
Yang ada disana bukan lagi seorang nana muda yang membenamkan dirinya dalam kedamaian, seorang bocah yang bermimpi untuk menjadi rekan keadilan.
Apa yang dia ekspresikan telah membangkitkan rasa yang tak kenal lelah.
Apa yang bersinar dimatanya adalah kemarahan.
Meskipun dia tidak mengerti apa yang dipikirkan Mio, Kurumi masih hidup.
Dan ditangannya——satu-satunya kekuatan yang bisa mengendalikan waktu dunia ino, Angel terkuat, <Zafkiel>.
Semuanya belum berakhir.
Untuk memperbaiki dunia.
Tidak peduli seberapa banyak pengorbanan yang harus dia tebus.
Semua untuk menulis ulang sejarah.
Meskipun itu akan membuat tubuh ini hancur.
Kurumi berdiri sekali lagi dengan kedua kakinya dan mulai berjalan kedepan.
“... ...?”
Membuka matanya dengan pelan, Shidou meninjau sekelilingnya.
Ruangan minim cahaya yang ada di sebuah gedung. Kurumi bersandar didadanya, suhu tubuhnya yang hangat bisa dia rasakan.
Saat itu, Shidou akhirnya ingat.
Saat ini, dia sedang kencan dengan Kurumi.
“Ta-Tadi itu adalah... ...”
Lamunan——mungkin waktunya telah terlambat, tapi secara sensual itu sangat dekat.
Itu rasanya seperti pengalaman hidup seseorang. Sampai beberapa saat yang lalu, kesadaran Shidou pasti diubah menjadi Kurumi.
Lalu, Shidou sadar, kata yang Kurumi ucapkan sesaar sebelum mengarahkan ujung senjata itu kearah pelipisnya——Peluru Kesepuluh <Yud>.
Dulu Shidou pernah melihatnya sekali. Salah satu kekuatan <Zafkiel>, kemampuan untuk menyampaikan ingatan melalui suatu objek.
Tidak, Kurumi menembak Shidou tepat dikepalanya dengan pistolnya.
itu berarti hanya ada satu hal.
Apa yang baru saja Shidou lihat bukanlah ilusi ataupun mimpi——melainkan suatu hal yang pernah terjadi di masa lalu Kurumi.
“——Aku.”
Kurumi berbicara dalam keadaan hampir tak terdengar dan dengan sikap yang berlebihan.
“Untuk membunuh Spirit pertama. Tidak peduli apa yang terjadi. Tidak peduli——apa yang kulakukan.”
Kurumi mencengkram baju Shidou dengan kuat saat dia melanjutkan bicaranya.
“Aku tidak bilang bahwa apa yang kulakukan ini benar. Saat tergoda bujukan Spirit Pertama, aku sudah membunuh banyak orang——sampai sekarang aku telah menggunakan segunung tumpukan mayat demi menghapuskan keberadaan Spirit Pertama. Aku ini jahat, tidak diragukan lagi aku ini musuh umat manusia. membunuh, membunuh, terus membunuh, seorang <Nightmare> yang menginjak kematian demi kematian. Jika neraka memang ada, tempat spesial sudah disiapkan untuk menjatuhkanku sampai ke dasarnya.”
“Tapi...”
Kurumi mengepalkan tinjunya.
“Aku tidak peduli, berapa lama sebelum aku terjatuh ke penjara yang ada di dalam bumi, aku ingin mengubah segala hal tentang Spirit Pertama, Takamiya Mio——tidak pernah ada.”
“Mio... ...”
Shidou mengulang nama itu dengan suara serak. Mio. Dia pernah mendengar nama itu sebelumnya.
Ya, dia pernah mendengar nama itu dari Mana. Nama yang sama itu pernah Shidou ucapkan saat dia sedang tidak sadarkan diri dan saat Reiryokukanya lepas kendali.
Dan juga... ...Takamiya. Tidak diragukan lagi nama panggilang itu sama dengan milik Mana.
——Arti yang tidak diketahui. Banyak informasi yang bercampur aduk didalam pikiran Shidou hingga membuatnya bingung.
Tapi Shidou yang sekarang, tidak punya waktu untuk tetap disini terus.
Kurumi, masih lelah setelah memberitahu segalanya, menghela nafas dengan perlahan saat dia melonggarkan cengkramannya di baju Shidou.
“Aku akan mengembalikan semuanya. Aku akan mengembalikan semua yang telah terjadi menjadi nol lagi.”
Kurumi mengangkat kepalanya yang baru saja terkubur di dada Shidou dan menatap tepat di matanya.
“Itulah tujuanku, arti dari keberadaank——untuk itu, diperlukan kekuatan para Spirit yang ada ditubuh Shidou-san.”
Kurumi menghentikan perkataannya dengan nada yang hampir memohon sebelum melanjutkan untuk menjawab Shidou.
“Tentu saja, aku tidak akan menyembunyikan rencanaku dengan omongan saja. jika aku memakan Shidou-san, Shidou-san akan mati. ——Tapi selama aku punya Reiryoku yang kudapat dari Shidou-san, aku pasti bisa mengubah sejarah.”
“Sejarah——“
Mendengar perkataan Kurumi, Shidou mengingat saat dia kembali ke masa lalu bersama Kurumi.
Jadi, dia sangat tahu apa yang Kurumi katakan bukanlah delusi belaka.
Bagaimanapun juga, Shidou pernah sekali mengubah sejarah.
——Tidak lain dengan bantuan kekuatan dari Angelnya Kurumi.
“Ya, dengan menghapuskan Spirit Pertama, aku juga tidak akan menjadi Spirit. Dengan kata lain——fakta bahwa Shidou-san pernah kumakan juga menghilang.”
Lalu, Kurumi menatap Shidou dengan serius.
“Shidou-san, jika kau percaya padaku, tolong berikan kekuatan itu, hidup itu untuk diriku. ——Tolong pinjamkan hanya untuk sesaat.”
“——“
Itu adalah pandangan yang berbeda dari Kurumi yang biasanya mempermainkan dirinya, tatapan serius yang membuat Shidou terdiam tanpa kata.
Alasannya masuk akal. Namun, tidak mengubah fakta bahwa dia akan kehilangan hidupnya. Biasanya Shidou akan memikirkan soal itu.
Namun, yang ada dipikiran Shidou saat ini, adalah berbagai jenis perasaan lain yang datang dan pergi.
——Penyesalan yang lepas kendali seperti gelombang amarah.
Kemarahan yang telah menghanguskan seseorang.
Saat itu, jika saja aku tidak menggapainya.
Saat itu, jika saja aku tidak menarik pelatuknya.
Saat itu jika saja aku tidak memburu Spirit.
Jika aku tidak melakukannya, aku tidak akan menjadi diriku yang sekarang.
Aku harus membunuh. Aku harus menghapuskannya. Aku harus membuatnya tidak pernah ada.
Untuk teman, untuk dunia, untuk kehidupan yang pernah dia makan.
Jelas sekali jika pemikiran itu bukan milik Shidou.
Namun, karena pengalaman hidup Kurumi, emosi yang dibagikan itu juga akan merusak hati Shidou.”
“Aku——“
“... ...”
Saat Shidou mengeluarkan suara sambil gemetaran, Kurumi menyembunyikan matanya dibawah poninya untuk sesaat sebelum memiringkan kepalanya dengan resolusi.
“Tentu saja, aku tidak berpikir itu kesepakatan yang adil. Meski aku berharap bisa membuat semuanya tidak pernah ada, tetap saja aku membutuhkan hidup Shidou-san... ... jadi untuk sekarang, setidaknya sebuah janji.”
Saat Kurumi mengatakannya, dia menggunakan tangannya untuk melepas blusnya dengan santai.
“... ...!? H-Hei... ...?”
Merespon tingkah Kurumi yang tidak terduga, Shidou memberikan ekspresi panik.
Namun, sepertiya Kurumi tidak memikirkannya, saat tangannya terus melepas pakaian yang dia kenakan satu persatu.
Pakaian dalam yang dia pilihkan di toko telah terlihat selama seharian. Bagian itu sepertinya tidak cocok untuknya, namun itu masih tetap merangsang dengan godaan Kurumi yang sangat mempesona itu.
Jika mengulurkan tangan kau bisa menyentuhnya.
Dan pasti Kurumi tidak akan menolak.
Ini adalah sensasi luar biasa yang membuat kepala Shidou merasa seperti demam.
“... ... ... ... ... ...”
Seakan mengetahui hati Shidou, Kurumi mengulurkan tangannya dan meraih tangan Shidou.
Lalu, dia menarik tangan Shidou seperti mereka telah bergerak sendiri. Menggoyangkan jari itu untuk membiarkannya meluncur melewati tali bhnya.
“————“
Shidou tidak bisa menahan rangsangan yang di tingkat sampai melebihi tingkat yang diperbolehkan. Jarinya berada dibawah bimbingan Kurumi untuk menarik tali bhnya.
Tapi itu bukanlah sentuhan terakhir. Dengan sikap yang sama, Kurumi menarik tangan Shidou menuju perutnya, membiarkan jarinya menempel dekat pakaian dalamnya.
Tangannya menurun dengan perlahan. Saat kulit mulus Kurumi akhinya terlihat, Shidou tidak bisa mengalihkan matanya dari Kurumi.
Tanpa apapun yang menutupi dirinya, Kurumi, dengan pipi yang sedikit merona, sekali lagi beralih menuju Shidou.
“——Aku akan memberimu segalanya selain Reiryoku (hidup) ku.”
“A-Apa... ...”
Kata itu terlontar dari tenggorokannya.
Di ruangan yang yang gelap, cahaya rembulan masuk melalui celah tirai menyinari kulit Kurumi yang seputih porselin.
Dalam adegan yang sering muncul dimimpi, pikiran Shidou mengingat semacam perasaan yang mirip penglihatan yang telah dia kenal selain hasrat duniawi yang murni.
Kurumi perlahan bergerak kebawah, datang mendekat bersama tangannya. ——Tidak, ini untuk menekan tubuh Shidou, menekannya di kasur.
Kurumi tidur diatas tubuh Shidou. Dengan nafas yang tidak teratur, dia membawa tangannya mendekati kancing baju Shidou.
“H-Hei, Kurumi... ...”
Shidou kesulitan berbicara saat dia ingin mendorong balik Kurumi. Tapi dia adalah Spirit, meski lebih lemah dari Tohka dalam hal kekuatan murni, dan Shidou tidak bisa melawannya sebagai manusia.
Tidak, mungkin bertentangan dengan keinginan Shidou, tubuhnya menolak untuk melawan hasratnya.
Sampai sejauh mana dia memikirkan hal semacam ini. Kurumi sangat——cantik.
Abaikan candaannya, jika dia mendapatkannya, dia tidak peduli meski harus kehilangan nyawanya. Itu sudah cukup merampas pikiran seseorang.
“Shidou-san, Shidou-san. Jika kau kau, aku akan melakukan apapun. Jika kau meminta, aku akan melakukan apapun.”
“K-Kurumi... ...”
Konflik antara akal sehat dan insting, rasanya batang otaknya telah terpanggang.
Jika dia sedikit mengganggu, dia akan menyerahkannya pada pengampunan Kurumi.
Namun——
“... ...!?”
Kemudian, saat jari Kurumi ingin menyentuh kulit Shidou, suara berisik langsung memecah suasana. Saat jendelanya dihancurkan oleh beberapa gadis yang terbang memasuki ruangan setelah tirainya hancur.
——Gadis yang memiliki penampilan yang sangat mirip.
“Ke-te-mu kau.”
“... ...Hmm? apa kau ingin melakukannya?”
“Ini benar-benar memuakkan. Baiklah, pertama-tama kami akan membiarkanmu menyelesaikannya. Untuk seorang pria yang akan mati tanpa mengetahui soal wanita itu benar-benar sangat menyedihkan.”
“Ap——“
Shidou langsung bingung saat melihat para gadis yang muncul secara tiba-tiba itu.
Tapi itu hal yang wajar karena gadis-gadis itu telah muncul dalam mimpinya Shidou beberapa hari yang lalu.
“... ...Ara, ara.”
Namun, reaksi Kurumi sedikit berbeda dengan Shidou.
Daripada terkejut, wajahnya penuh dengan amarah dan frustasi.
“Para Spirit Palsu, sungguh berani kalian mengganggu janjiku dan Shidou-san.”
Masih telanjang, Kurumi langsung berdiri.
Mendengar kata-kata itu, ekspresi para gadis itu langsung berubah.
“Oh? Apa kau bilang... ...’palsu’?”
“Apa tidak masalah jika kau menghina ayah kami?”
“Tak bisa dimaafkan.”
Setelah selesai bicaya, para gadis itu menajamkan penglihatan mereka dan menerkam Kurumi disaat yang sama.
“Kurumi——“
Namun, Kurumi memutar tubuhnya dengan tenang. Tanpa dia ketahui, pistol kunonya telah berada ditangannya saat dia menarik pelatuknya secara terus menerus.
“<Zafkiel>——Peluru Ketujuh <Zayin>!”
Para gadis yang terkena peluru itu berhenti di udara, membeku setelah mencoba menerkam Kurumi.
Peluru Ketujuh <Zayin> bisa menghentikan waktu dari target yang tertembak. Serangan pembunuh <Zafkiel>.
“——Umm.”
Kurumi membuat suara cemberut saat dia berbalik menuju gadis-gadis itu.
Lalu, menuruti tindakannya, banyak tangan yang muncul dari bayangan yang terhampar didinding ruangan, menyeret tubuh para gadis itu kedalam bayangan.
“<Zafkiel>——Peluru Keempat <Dalet>.”
Saat Kurumi mengatakannya, dia mengacunkan ujung senapan itu kearah jendela rusak yang pecah berserakan, menembakkan peluru hitam legam.
Kemudian, pecahan kaca itu melayang di udara dan membentuk jendela lagi seperti memainkan video klip dengan terbalik.
Setelah beberapa detik, ruangan itu kembali sepi dan sunyi sama seperti sebelumnya.
Kurumi menghela nafas ringan, menjatuhkan pistol itu kedalam bayangannya sambil berusaha keras untuk menghadap Shidou.
“Halangan telah disingkirkan. Benar-benar, mereka datang disaat seperti ini.”
Kurumi berkata sambil berjuang untuk berdiri, menaruh tangannya di dinding.
“Kurumi... ...?”
“Tidak apa-apa... ... benar——“
Kurumi mencoba tersenyum sambil mencoba untuk kembali kepada Shidou, namun——
Seperti boneka yang putus benangnya, dia terjatuh di lantai.
sip sip sip :V anget banget ya
moga lancar chapter selanjutnya