"Hari
ini kamu akan menemaniku ke semua tempat yang ingin aku kunjungi. Itu adalah
apa yang kita sepakati."
Untuk
memenuhi janji yang dibuat dengan gadis misterius, Mayuri, Shidou melemparkan
dirinya dalam kencan dengannya.
"Jadi
kamu mengadakan pertemuan rahasia di tempat seperti ini, ya?";
"Sensor Shiori-sanku
tiba-tiba
mulai berdering. ";" Eh? Ah ---- Shi-Shidou-san ?! ".
Videogame,
Toko Cosplay, Neko Café ... ... Dihapan para Spirit, yang menunjukkan diri
mereka, dan muncul ke mana pun mereka pergi pada hari-hari biasa, bahkan Mayuri
yang selalu bandel
mulai
menunjukkan senyumnya yang alami ----
----
Ini adalah kisah yang dapat terjadi, pada hari tertentu.
"...
... ... ..."
Di
dalam kerumunan pejalan kaki yang lalu lalang, Itsuka Shidou tanpa sadar
memandang
langit.
Beberapa
awan yang kabur bertebaran di langit biru, di mana matahari belum sepenuhnya
bangkit. Angin tiba-tiba membelai pipinya dan daun kering melintasi bidang
penglihatannya.
Itu
tidaklah seperti terjadi gerhana matahari atau sebuah UFO terbang melintas. Itu
hanyalah pemandangan biasa. Bahkan, ada banyak orang
disekitarnya.
Namun, Shidou adalah satu-satunya yang menatap langit.
Tapi
---- mengapa?
Shidou
merasakan sensasi aneh dari langit yang sangat biasa.
"...
... Aku ingin tahu perasaan apa ini."
Dia
berbisik pada dirinya sendiri. Dia tidak tahu sensasi apa yang ia alami. Shidou
menurunkan tatapannya sambil menggaruk kepalanya dan melihat sekelilingnya.
Lokasinya
saat ini ada di daerah terbuka yang berada di sisi berlawanan dari
stasiun
Tengu. Sebuah air mancur besar bisa dilihat di bagian depan. Dan di kanan ada
patung Pachiko, anjing yang setia.
Karena
ada beberapa objek dengan karakteristik seperti itu, ini
adalah
tempat yang sering digunakan sebagai tempat ketemuan. Dan karena hari ini juga
hari
libur, banyak orang yang terlihat berjalan kaki di sekitarnya.
Shido
sedikit memiringkan lehernya saat ia melihat pemandangan itu.
"Eh?
...... Untuk apa aku datang ke sini?"
Karena
sekarang ia merasa kebingungan untuk beberapa saat, atau mungkin sebaliknya, ia
benar-benar lupa tujuannya datang kemari ...... Dia tidak bisa menyimpulkan apa
alasan sebenarnya melupakan hal itu tapi, hati nuraninya tidak sepenuhnya
jelas-jelas mengkhawatirkan mengenai hal itu
sekarang.
Perasaan seperti sedang tiduran di air hangat telah menginvasi tubuhnya
secara
menyeluruh.
Namun...
"----Ah."
Dalam
bidang penglihatannya, ia melihat seorang gadis berjalan ke arahnya dari dalam
kerumunan
---- Shidou merasa seolah-olah sinar matahari menembus kabut pagi.
Kamu
bisa mengatakan bahwa usianya setahun lebih muda dari Shidou. Dia adalah
seorang gadis yang
memiliki
rambut pirang panjang yang disisir menjadi ekor kuda yang diikat ke samping.
Dia
mengenakan
seragam putih bersih dan membawa tas di bahunya, dengan hiasan yang tampak lucu
dan gantungan kunci.
Wajahnya
yang sangat menawan dapat mencuri hatimu bahkan sebelum kamu menyadarinya, tapi
itu
adalah ekspresi dari keagungan.
"----
Mayuri."
Shidou
tanpa sadar menyebut nama gadis itu.
Kemudian,
disaat yang sama ia mengatakannya, tujuannya hari ini mulai muncul di dalam
kepalanya. Yang mana ia telah benar-benar melupakannya sampai sekarang.
"Ah
...... Iya. Aku bertanya-tanya mengapa aku lupa mengenai hal ini. Aku berjanji
untuk berkencan dengan Mayuri hari ini. "
Itu
benar. Bahkan sekarang ia tidak bisa mengingat kapan ia membuat janji ----
Tapi
setidaknya dia bisa dengan jelas mengingat apa yang ia perbuat.
Kemudian,
selagi dia mengatakannya, Mayuri sedikit menggerakkan alisnya saat menyadari
Shidou.
Tapi tanpa mengubah kecepatannya, dia perlahan menghampirinya.
"----Halo."
Dia
menyapanya dengan cara yg berlawanan. Shidou mengangkat tangannya dan menjawab
nya.
"Y-ya
... ... Selamat pagi."
"Apa
aku membuatmu menunggu?"
"Tidak,
tidak sama sekali."
"Aku
mengerti."
Mayuri
menjawab dengan dingin dan kemudian memberi isyarat dengan dagu dan melanjutkan
perkataannya.
"Kalau
begitu, mari kita pergi."
"Nh
...... Ya. Kamu benar."
Setelah
mendengar ajakan Mayuri, Shidou mulai berjalan dari tempat ia berdiri ......
Dan
dengan
lembut berbicara kepada Mayuri.
"...
... Hey, Mayuri? Kemana lagi kita akan pergi hari ini? "
Shido
menanyainya dengan tampilan meminta maaf, Mayuri berpaling padanya sembari
menyipitkan matanya.
"Kamu
tidak ingat?"
"Tidak,
Yah ... Maafkan aku."
Dia
merasa tidak akan jujur pada Mayuri untuk memberikan suatu alasan. Dia berkata
dengan
terus terang dan menundukkan kepalanya. Lalu Mayuri, setelah mendesah pelan,
melanjutkan
kata-katanya.
"Hari
ini kamu akan menemaniku ke semua tempat yang ingin aku kunjungi. Itu yang kita
sepakati."
"Ah
...... Itu benar."
Setelah
mendengar mengenai hal itu, entah bagaimana ia mengingat telah membuat janji
seperti itu. Shidou dengan ringan menganggukkan kepalanya.
"Memang.
Kita juga sepakat bahwa kamu akan membayar semuanya. "
"A-Apa
kita benar-benar menyepakati itu?"
"Ya.
Kamu juga berjanji untuk memanggilku
"Ojou-sama" sepanjang hari dan kamu akan berjalan dengan
merangkak. "
"Itu
jelas bohong, kan ?!"
Shido
berteriak. Mayuri, menahan tawanya, dan mengeluarkan * Puh * pelan.
"Apa
yang kamu pikirkan? itu kesalahanmu karena melupakannya, bukan? "
"Yah,
itu benar tapi ......"
"Pokoknya,
mari kita pergi."
Dia
berkata dengan nada ketus dan mulai beranjak pergi.
"Ah,
tunggu sebentar, Mayuri ~!"
Shidou
buru-buru menyusul Mayuri dan, setelah menyesuaikan langkahnya dengan Mayuri,
ia
menghela
napas lega.
"Nah,
kemana kamu ingin pergi?"
"......
Nh."
Shidou
bertanya selagi mereka berjalan. Mayuri menjawab dengan ketus
dan
dengan perlahan tangan kanannya menunjuk ke depan.
Shidou
melihat ke mana dia menunjuk. Ada mesin game seperti
crane
dan tempat untuk menari sebagai setnya disana. Ia melihat arcade besar.
"Arcade?
Yah, apa kamu ingin ke tempat itu Mayuri? "
"Apa
aku bisa?"
"Tentu
saja kamu bisa. Ini hanya sedikit tiba-tiba. Kamu tidak terlihat seperti orang
yang
gemar
bermain video game. "
"Sebenarnya,
aku tidak pernah bermain."
Mayuri
mengatakannya dengan wajah angkuh. Shidou melebarkan matanya sembari berkata
"Eh?".
"Lalu
kenapa?"
Setelah
mendengarkan pertanyaan Shidou, Mayuri sedikit ragu-ragu sebelum berbicara.
Saat
itulah ia mulai menggerakkan bibirnya.
"......
Itu karena kamu mengatakan itu menyenangkan."
"Mayuri
......"
Shidou
tiba-tiba merasakan sensasi geli dan menggaruk pipinya dengan jarinya.
"Ah
~ ...... Yah, akankah kita masuk?"
"Nh."
Mereka
memasuki arcade bersama-sama.
Mengingat
hari ini adalah hari libur, ada banyak kaum muda-tampak seperti seorang siswa
yang terlihat dalam
arcade.
Dia juga bisa melihat segenap keluarga diberbagai sudut dimana terdapat game
crane.
"Kalau
begitu, karena kita kemari, ayo kita bersenang-senang. Apa yang ingin kamu
mainkan?"
"Nh
...... Banyak yang aku tidak pahami mengenai ini, jadi aku ingin mencoba
sesuatu yang gampang."
"Sesuatu
ya gampang? Yah, kurasa jika kamu menurunkan tingkat kesulitannya kamu
juga
bisa memainkan game dance dan game fighting ...... "
"......Ah."
Selagi
Shidou membuat otaknya bekerja, Mayuri berseru seakan menyadari
sesuatu.
"Nh?
Ada apa Mayuri? "
"Itu.
Aku pernah melihat itu sebelumnya. "
Apa
yang Mayuri tunjuk setelah ia menyelesaikan kalimatnya adalah salah satu mesin
stiker-foto, yang berbaris di sudut arcade.
"Ah,
stiker-foto ya? Kamu juga tertarik pada hal semacam itu
Mayuri?
"
"Yah,
sedikit. Tapi aku belum pernah mencobanya. "
"*
Fu ~ mh * ... ... Karena kita sudah berada di sini, ingin berfoto?"
"Ya."
Mayuri
mengangguk dengan ringan. Shidou
berjalan dengan cekatan diantara orang-orang,
berusaha
mencapai area di mana mesin stiker-foto berada.
Dan,
ketika ia hendak selangkah lagi masuk kedalam, Mayuri menepuk bahunya
*
Tap, tap * seolah menyadari sesuatu.
"Hei
lihat."
"Nh?"
Setelah
mendengar peringatan Mayuri, ia melihat ke arah yang ditunjuk Mayuri. Di sana,
ia
bisa
melihat apa yang tampak seperti tanda yang ditulis dikertas tergantung di
dinding.
"Mari
kita lihat apa yang dikatakan. 'Kami minta pria lajang menahan diri dari
memasuki ruang mesin stiker-foto ' ?"
Setelah
Shidou membaca apa yang tertulis pada tanda, Mayuri melebarkan matanya dengan
ekspresi
terkejut.
"Bagaimana
ini bisa terjadi? Bukankah ini diskriminasi gender? "
"*
U ~ mh * ... ... Yah, tegasnya, Kamu mungkin benar. Tapi kurasa aku ingat itu
menjadi
seperti ini setelah beberapa kasus foto tersembunyi di masa lalu. "
"*
Fuu ~ mh * ... ..."
"Tapi
bagaimanapun, sekarang kita seharusnya tidak memiliki masalah kan? Lihatlah,
kertas itu juga mengatakan:
"Pasangan
diperbolehkan". "
"Ah,
benar. ...... Pasangan? "
Setelah
mendengar kata-kata Shidou, Mayuri sepenuhnya membeku.
"......Ah."
Pada
saat yang sama, sama seperti Mayuri, Shidou juga terhenti di mana ia berdiri.
Dia hanya
bermaksud
jika mereka adalah laki-laki dan perempuan, tidak akan ada masalah
jika
menggunakan
mesin stiker-foto. Tapi dengan cara dia mengatakan hal itu, itu keluar dari
pertanyaan
dan terdengar dengan makna yang sedikit berbeda.
".....
Aku bertanya-tanya bagaimana orang lain akan memandang kita."
Tanya
Mayuri.
"Eh?
Itu ... ... Yah, aku tidak merasa kita terlihat seperti saudara kandung. "
"Lalu...
..."
Setelah
mengatakan itu, Mayuri dengan cepat mengalihkan wajahnya dan mulai berjalan
seperti
tidak
ada yang pernah terjadi.
Pada
saat itu, Shidou merasa bahwa ia melihat pipi Mayuri memerah ... ... Tapi dia
lebih suka
tidak
mengatakan apa-apa.
"Ayo
berfoto."
"Y-ya,
kau benar."
Mereka
secara acak memilih sebuah bilik dan masuk setelah menunggu giliran mereka.
Ada
layar besar di bagian depan di dalam bilik, yang menampilkan Shidou dan
Mayuri.
Pada saat yang sama mereka berdua memasuki mesin, rekaman
instruksi
mulai menyala.
Tidak
seperti Mayuri, Shidou sering mengunjungi arcade. Tapi dia tidak memiliki
banyak
pengalaman
menggunakan mesin foto-stiker. Mereka mengambil foto sesuai
rekaman
instruksi.
Beberapa
detik setelah itu, stiker dengan foto yang dicetak di atasnya keluar dari
dalam
mesin.
"Oh,
sepertinya sudah keluar."
"Benar.
Ayo lihat... ..."
Kemudian
Mayuri, melihat foto-foto yang baru saja dicetak, tiba-tiba berseru * Puh *.
Alasannya
dapat diketahui dengan cepat. Hasil dari mesin stiker-foto sungguh menakjubkan.
Mesin stiker-foto itu dilengkapi dengan fungsi editing
seperti
mempercerah kulit dan memperbesar mata target yang dipilih ... ... Tapi
Wajah
Shido yang telah disesuaikan dengan fitur-fitur tersebut hasil akhirnya tampak
cukup lucu.
"*
Puh * ...... * Hahaha * .. * Ahahahahahaha * ..."
Tidak
bisa menahannya lagi, Mayuri memegang perutnya dan tertawa.
Meskipun
itu tak terelakkan. Hasil akhirnya Mayuri tampak cantik selagi Shidou
tampak
seperti seorang monster. Mungkin itu alasan sebenarnya mengapa pria lajang
tidak
diizinkan
memasuki mesin stiker-foto. Itulah yang Shidou duga pada akhirnya.
"Sebenarnya
... ..."
Setelah
mendengar perkataan Shidou, Mayuri dengan bingung memiringkan lehernya.
"...
...Ada apa?"
"Yah,
ternyata kamu bisa tertawa seperti itu juga."
"...
...!"
Mayuri
menampilkan wajah terkejut mendengar kata-kata Shidou, dan kemudian ia berulang
kali menyentuh pipinya dengan telapak tangannya.
Kemudian
ia mengguncangkan bahunya dengan heran, seakan-akan akhirnya ia menyadari bahwa
wajahnya menunjukkan senyuman yang lebar.
Kemudian,
dia melipat tangannya sambil menghela napas melalui hidung.
"...
... Yah, maafkan aku karena selalu acuh tak acuh."
"Aku
tidak mengatakan itu, kan? Tapi ... ... sebenarnya, Mayuri yang sekarang tampak
agak
imut."
"...
...!"
Setelah
mendengarkan apa yang dikatakan Shidou, Mayuri menahan napasnya selagi pipinya
sedikit
tersipu.
Namun,
ia segera berdeham sembari membetulkan postur tubuhnya dan
menjawab
dengan: [ "Aku mengerti."].
"Y-yang
lebih penting, aku ingin mencoba yang itu sekarang."
"Yang
itu? Ah, crane eh? "
Shidou
berbisik sambil berjalan menuju mesin Mayuri maksud. Dalam
kotak
yang terbuat dari akrilik transparan, ada banyak maskot kecil yang manis.
"Apa
ini sulit?"
"*
U ~ mh * ... Yah, mungkin sulit untuk bisa menangkapnya bagi yang pertama kali,
tetapi ada
beberapa
yang tampaknya mudah untuk didapatkan. Bagaimana kalau kita mencoba ... ...?
"
Tepat
selagi Shidou hendak menyelesaikan kalimatnya ...
"Kukuku
... ... Shidou dan Mayuri. Apa yang kalian lakukan di tempat ini? "
Mereka
mendengar suara dari belakang mereka dan segera berpaling ke arahnya seakan
dialihkan.
Di
sana mereka melihat seorang gadis, dengan pose mencolok yang sangat keren,
mengenakan T-shirt hitam
dengan
karakter alfabet tercetak di atasnya, rok dengan pola salib, dan
juga
memakai aksesoris perak.
"Eh?
Kaguya? "
Shidou
menyebutkan nama gadis yang berdiri di sana sembari melebarkan matanya.
Kaguya,
sembari terus mengubah posenya, membuat wajah geli seakan mengatakan
"*
Haha ~~ n *" seolah menyadari sesuatu.
"Aku
mengerti, aku mengerti. Jadi kalian mengadakan pertemuan rahasia di tempat
seperti ini, eh?
Kaka
... Kalian terlihat seperti orang yang tidak peduli tentang hal-hal seperti
itu, tapi kurasa kalian tidak bisa ditinggal sendirian terlalu lama, kan?
"
Mendengar
kata-kata Kaguya, pipi Shidou dan Mayuri menjadi merah dalam sekejap.
""
Pertemuan Ra-rahasia? "" ... ...
"Itu
... ... tidak sepenuhnya salah."
Mereka
berdua tampak semakin malu. Kaguya untuk beberapa alasan, menjadi
terpengaruh
oleh rasa malu mereka, ia mulai ragu-ragu untuk berbicara.
"...
... Tidak, baiklah, jika kalian bersikap seperti itu, aku akan malu juga ...
..."
Kaguya
menggaruk pipinya dengan jarinya, dan kemudian menempatkan tangannya di
pinggang seakan memulihkan energi nya.
"Bagaimanapun!
Kesampingkan alasan, fakta bahwa kalian berada di medan-tempurku
tidak
berubah! Tidak ada masalah jika kalian menganggapnya sebagai tantangan, kan ?!
"
"Medan-tempur
... ...? Tantangan ... ...? "
Setelah
Mayuri memiringkan lehernya, Kaguya menunjuk pada mesin game crane dengan
tegas.
"Tentu
saja, aku sedang membicarakan tentang kotak harta karun terlarang! menggunakan
satu
koin emas kegelapan sebagai korban, mari kita putuskan dalam pertempuran siapa
salah satu dari kita
yang
akan mendapatkan harta karun pertama kali! "
"...
... Ehh ... Singkatnya, kamu memintanya untuk bertanding denganmu dalam game
crane?"
"Kamu
juga bisa menganggapnya seperti itu!"
Shidou
berbicara sebagai penerjemah, dan Kaguya menganggukkan kepalanya dengan bangga.
"Tunggu,
kurasa ini adalah pertama kalinya Mayuri bermain game crane."
"Karena
itu, kamu bisa membantunya, Shidou. Ini akan menjadi tugas pertamamu sebagai
pasangan. "
"Apa
... ...? Hey, hey ... "
Shidou
berseru selagi keringat membasahi pipinya, tapi sepertinya Kaguya tidak
memperhatikannya.
Dia mengambil koin ¥ 100 dari saku dadanya dan,
setelah
membuatnya berputar di udara di tempat ia berdiri, ia memasukkannya ke dalam
mesin
game crane.
"Oh,
kotak! Jawablah panggilanku! Terbangunlah sekarang! "
Selagi
Kaguya berteriak, mesin game crane menyala terang dan
tangan
mekanik mulai bergerak.
"Ini
gawat ... ... Sekarang bagaimana Mayuri?"
"Ayo
lakukan. Lagian kita berencana untuk bermain. "
"Yah,
itu benar."
Setelah
mengatakan hal itu, Shidou mengambil koin ¥ 100 dan memasukkannya ke dalam
mesin
disamping
di mana Kaguya bermain dengan antusias.
"...
...Baiklah. Mayuri, aku akan memeriksa posisi tangan dari samping mesin.
Lepaskan tombol saat aku memberikan sinyal. "
"Nh.
Oke."
Bagian
tersulit dari game crane adalah memperhitungkan jarak secara akurat. Kemudian,
jika
posisi
tangan dikonfirmasi dari depan dan dari samping dengan dua orang atau
lebih,
kemungkinan mendapatkan sesuatu akan meningkat secara signifikan.
"Ka
~~ kakaka! Perhatikan cara jahatku menanganinya!Teknik Spesial! Teufel
Marionette! "
Kaguya
berteriak secara berlebihan sembari berulang kali menekan tombol yang membuat
suara
* Ga, ga, ga, ga, ga! *. Tapi karena itu adalah hit berturut-turut, tangan
mekanik
hanya
menangkap udara tanpa bergerak.
"Sekarang,
Mayuri!"
"Oke!"
Mayuri
melepaskan tombol sesuai sinyal dari Shidou. Kemudian, tangan mekanik menangkap
salah satu maskot dan menjatuhkannya di lubang untuk mendapatkannya.
"Ah,
kami mendapatkannya."
"Apa
~~ ?!"
Mendengar
kata-kata Mayuri, Kaguya benar-benar terkejut.
"M-mustahil!
Aku tidak percaya kamu bisa mengalahkan Teufel Marionetteku ... ...! "
"Tidak.
Kamu tidak seharusnya menekan tombol berulang kali, kan? ... ... "
Selagi
Shidou tertawa, Kaguya tiba-tiba mengulurkan tangannya.
"Ini
belum berakhir! Ini belum berakhir! Ougi terakhir! Loto Schwingung! "
Kaguya,
setelah berteriak, ia meletakkan tangannya di rangka mesin dan
mulai
menggoncangkannya.
"He-hei,
Kaguya, jika kamu menggoncangkannya, maka ... ..."
Selagi
Shidou berusaha untuk menghentikannya, dua sosok besar tiba-tiba muncul di
belakang
punggung
Kaguya. ---- Mereka adalah petugas arcade.
"Pengunjung
ter ~~ hormat, menggoncang-goncang mesin dilarang, kan?"
"Anda
harus ikut ke kantor sebentar bersama kami, oke?"
"A-ada
apa denganmu, kau bajingan? Tunggu! Duel ini belum berakhir! Ah!
Tunggu!
Tidak, biarkan aku pergiiiiiiiiii ~~~! "
Dua
petugas kekar itu meraih Kaguya dengan tangannya dan menariknya pergi,
seakan-akan
dia adalah alien yang baru-ditangkap.
Setelah
melihat peristiwa itu, Mayuri berbicara dengan tertegun.
"...
... Apa yang baru saja terjadi?"
"Siapa
tahu ... ..."
Shidou
mengatakannya sambil tertawa. Kemudian, ia menekuk lututnya dan mengambil
sebuah
boneka
kecil dari mesin crane.
Itu
adalah karakter malaikat yang lucu, dan juga memiliki rantai di atas kepalanya
untuk digantungkan.
Misalnya
pada tas.
"Mayuri,
ini untukmu."
Ketika
Shidou memberikan boneka itu padanya, Mayuri melebarkan matanya dengan ekspresi
terkejut.
"Eh?"
"Ada
apa? Bukannya kamu menginginkannya? "
"Tapi
kita memenangkannya dengan uangmu, Shidou."
"Lalu,
ini hadiah dariku. Sebagai kenang-kenangan dari hari ini. Setidaknya, biarkan
aku melakukan beberapa hal. "
"...
... Nh."
Mayuri
ragu-ragu sejenak, tapi pada akhirnya dia mengangguk ringan dan menggantungkan
boneka
itu di tasnya.
Seolah-olah
hewan peliharaan tergantung di tas Mayuri, singa, burung dan botol susu,
memiliki pendamping baru.
"Kalau
begitu ... ... Kemana kita pergi sekarang?"
Shidou,
berjalan-jalan di jalanan setelah sepenuhnya menikmati arcade,
menanyai
Mayuri, yang berjalan di sampingnya.
Mayuri
menempatkan jarinya di dagu selama beberapa detik sambil berpikir, dan kemudian
alisnya bergerak seperti mengatakan
"Ah", seolah-olah dia teringat sesuatu.
"Benar.
Ada sesuatu yang ingin kulihat. "
"Sesuatu
yang ingin kamu lihat? Sebuah film ataukah sesuatu yang seperti itu? "
"Bukan.
Bukan itu yang kubicarakan. Mari kita lihat-lihat, di daerah ini ... ... "
Mayuri
berjalan di sepanjang jalan sambil melihat kesekeliling.
Kemudian,
dia akhirnya menemukan sebuah toko dan menghentikan langkahnya.
"Ah,
pastinya yang ini."
"Di
sini ... ...?"
Setelah
melihat penampilan toko dan produk yang ditampilkan, Shidou terbungkam untuk
sesaat.
Pada
pandangan pertama, itu tampak seperti sebuah toko pakaian ... ... Tapi jika
mengamatinya dengan seksama, dia bisa
melihat
bahwa pakaian-pakaian yang dipajang adalah apa yang dikenakan oleh karakter
anime dan manga.
Benar.
Ini adalah salah satu toko yang disebut Toko Cosplay.
"Mayuri
... ... kamu mau bercosplay?"
"Yah,
bukan begitu ... ..."
Mayuri
memasuki toko selagi berbicara kurang jelas.
Ini
akan menjadi kebohongan jika mengatakan bahwa tingkah laku tersebut tidak
menarik perhatiannya, tapi hari ini
ia
berjanji untuk pergi dengan Mayuri ke mana pun dia ingin pergi. Shidou
mengikutinya dan juga memasuki toko.
Kemudian,
setelah melihat-lihat bagian dalam toko dengan mata penasaran, Mayuri mulai
mencari
kostum, wig, dan hal-hal yang lain.
"Ah,
ini ... ..."
Pada
saat itu, Mayuri berseru seakan ia telah
menemukan
sesuatu.
Setelah
melihat ke arah Mayuri, dia tahu bahwa Mayuri membawa semacam seragam.
Sebuah
blazer hitam dan rok biru. Pada bagian dada terdapat emblem berbentuk
"R" .Itu adalah seragam SMA Raizen, dimana saat ini Shidou
bersekolah.
"Seragam
Raizen? Apa itu yang kamu cari di tempat seperti ini? "
"Seperti
yang kamu katakan, kurasa itu tertulis di depan toko jika mereka
membeli
dan menjual kostum yang digunakan. "
"Apa
baik-baik saja menganggap ini sebagai kostum ?!"
Untuk
beberapa alasan, ia tiba-tiba mulai berpikir bahwa toko ini mencurigakan ...
...
Tapi, juga, ada kemungkinan bagi seseorang yang bukan siswa akan menjadikan
seragam sekolah sebagai kostum. Itu sangat mungkin bila alumni SMA Raizen
menjualnya ke toko ini.
"...
... * Fuu ~ mh *."
Setelah
melihat seragam yang dipegangnya untuk beberapa saat, Mayuri berjalan menuju
ruang ganti, dan menutup tirai.
Beberapa
menit setelah itu.
"...
... ... ..."
Mayuri
muncul kembali. Kali ini, ia mengenakan seragam SMA Raizen.
"...
...Bagaimana penampilanku?"
"*
Hee ~ * ... Seragam putihmu yang biasa cocok untukmu, tapi kurasa yang satu ini
juga benar-benar cocok untukmu. Bagaimana aku mengatakannya ya? Ini membuatmu
terlihat sedikit lebih
dewasa."
Shidou
mengatakan apa yang ada dipikirannya dengan jujur. Ini adalah pertama kalinya
ia melihat Mayuri
mengenakan
seragam Raizen, tapi, anehnya, ia merasa itu cocok dengannya.
"Aku
mengerti."
Jawab
Mayuri singkat, meskipun entah bagaimana ia merasa bahagia, menjawabnya.
Kemudian setelah
berputar
dan melambaikan roknya di mana dia berdiri, dia menutup tirai sekali
lagi.
Kemudian
dia berganti dengan pakaian yang sebelumnya dan meninggalkan ruang ganti.
"Heh,
kamu sudah ganti pakaian? Itu memalukan."
"Tak
apa. Untukku, aku sudah selesai. "
"...
...? "Untukku"? "
Selagi
Shidou memiringkan lehernya, Mayuri mendekatinya dan mengulurkan seragam Raizen
yang dia bawa, wig, dan beberapa aksesoris rambut.
"Lalu,
ini untukmu."
"...
... ... ... Ha?"
Dalam
sekejap, mata Shidou berubah menjadi bintik-bintik.
Tapi
setelah ia dapat memahami situasi, Shidou berbicara dengan
suara
gemetar sembari senyum masam terbentuk di wajahnya.
"A-ah
... ... aku mengerti. Kamu mengatakan padaku untuk membeli ini, kan? Sehingga
kamu bisa memakainya. Sehingga kamu ~~ bisa memakainya! "
Dia
mengulang kalimatnya dua kali untuk menegaskannya. Akan tetapi, Mayuri
menggelengkan lehernya.
"Tidak.
Aku memintamu untuk mencoba ini, Shidou. "
"WHY?!"
Dia
tak sengaja berbicara dalam bahasa Inggris. Namun, itu bisa dimengerti.
Bagaimanapun
juga, pakaian yang Mayuri berikan terdiri dari blus, kardigan, dan
rok.
Tidak peduli bagaimana kamu melihatnya, itu adalah pakaian seorang gadis.
"Kamu
bertanya" kenapa "? ... ... Yah, karena aku juga ingin melihat dengan
mataku sendiri.
Shiori-chan
yang terkenal.
"Ap-Ap
... ...?"
Pipi
Shidou menggigil. Shiori-chan adalah nama lain yang Shidou gunakan waktu itu,
karena
keadaan
tertentu, ia tidak punya pilihan lain selain berpakaian seperti seorang gadis.
Bagi Shidou,
itu
adalah masa lalu gelap dalam masa lalu gelap, dan ia tidak ingin mengulanginya
lagi.
"Eh?
... ... Apa itu mustahil?"
"Tentu
saja mustahil! Atau lebih tepatnya, saat kamu mengatakan kamu ingin melihat
sesuatu,
apa ini yang kamu maksud ?! "
Setelah
Shidou berteriak, Mayuri sedikit melipat bibirnya sebagai tanda kemurungan.
"Tapi
kamu melihatku cosplaying ..."
"Kamu
mencobanya sendiri, kan ?!"
"...
... Tapi semua orang melihatnya, dan aku sendiri yang belum melihatnya. Itu
tidak adil. Atau kamu merasa begitu terganggu memakai pakaian yang sama dengan
yang kupakai? "
"*
Ugu * ... ..."
Shidou
selalu merasa sangat tidak berdaya ketika mereka melihatnya berpenampilan
seperti itu. Dia ragu-ragu beberapa saat, namun, pada akhirnya, ia mengambil
set pakaian itu dengan desahan panjang.
"...
... Tapi sekali ini saja, tidak apa-apa kan?"
"Ya."
Mayuri
mengangguk tulus. Dia bukan orang yang menunjukkan banyak perubahan ekspresi,
tapi,
anehnya, perasaan bahagia rasanya terpancar di
wajahnya.
"...
...Ya ampun."
Setelah
mendesah sekali lagi, ia masuk ruang ganti dan dengan enggan
memakai
kostum.
Kemudian,
setelah memakai wig, dia memeriksa penampilannya didepan cermin dan membuka
tirai.
"...
... Bagaimana, apa kamu puas dengan ini?
"
Suaranya
masih suara alami karena ia tidak punya transformator suara, tapi penampilannya
benar-benar menunjukkan sosok seorang gadis.
Mayuri,
yang sedang menunggu di depan ruang ganti, membuka matanya lebar-lebar karena
takjub.
"...
... Menakjubkan. Kamu yang itu, jauh lebih dari yang kubayangkan. "
"Apa
maksudmu," yang itu "?!"
Shidou,
dengan mata setengah tertutup menanggapi komentar Mayuri, yang berbicara dengan
takjub.
"Tapi
ini benar-benar luar biasa. Kupikir kamu memiliki wajah yang natural, tapi ini
... "
"Kumohon,
berhenti ... ... Aku ingin hidup normal."
"Ee
~~. Ini adalah bakat yang luar biasa ~~! Akan sia-sia bila tidak ditingkatkan
~~. "
"Ya
... ... Sungguh menakjubkan. Ini jauh lebih manis daripada seorang gadis yang
ceroboh, kan? "
"Tidak,
tidak, kurasa kamu melebih-lebihkan ... ..."
"Tapi,
apa yang kamu katakan ?! "Two for one", itu ungkapan yang dibuat
untukmu,
Darling
~~. "
(Note
: Mungkin krn Shidou bisa transform penampilan ke mode cewek yah, bsa dpet
ungkapan seperti itu...)
"...
... Nh?"
Pada
saat itu, baik Shidou dan Mayuri memiringkan leher mereka.
Rasanya
seperti semacam balasan asing telah bercampur dalam percakapan mereka.
"...
... ... ..."
Keduanya
menengok kekanan secara bersamaan. Kemudian, mereka melihat seorang gadis
jangkung
dengan
senyuman lebar di wajahnya.
Setelah
melihat gadis itu, Shidou tanpa sadar berseru.
"Miku
?! Berapa lama kamu berada di sana ?! "
Benar.
Yang berdiri di sana tak lain adalah Izayoi Miku, siswi tahun ketiga dari
Sekolah Perempuan Rindouji dan idola top yang berada di puncak
popularitas.
Miku
membusungkan dadanya penuh kemenangan seakan mengatakan "* Fufun ~~
*", dan kemudian dia
mulai
berbicara.
"Aku
sedang berjalan dengan tenang menyusuri jalan. Tiba tiba, sensor Shiori-sanku
mulai
berdering! "
"...
... ... ..."
Mendengar
kata-kata Miku, Shidou terbungkam. Itu mungkin hanya
kebetulan,
tetapi dalam kasus Miku, dia akhirnya berpikir bahwa hal itu tidaklah aneh
baginya memiliki sensor misterius yang terinstal seperti itu.
Entah
menyadari atau tidak apa yang Shidou pikirkan, Miku memutar tubuhnya dan
kemudian
berbicara
dengan nada manis.
"Aah
~~ ... Bisa menemui Shiori-san dan Mayuri-san di tempat seperti ini ... Jika
ini
tidak disebut takdir, maka aku tidak tahu bagaimana harus menyebutnya! Dan
karena kita berada di sini, mari kita
berganti
pakaian dan berfoto bersama-sama ~~! Ayo, kamu juga Mayuri-san! "
"Eh?
Tidak, aku ---- "
Mayuri
hendak mengatakan sesuatu, tapi tampaknya ia seperti tidak kuasa menghadapi
dorongan
Miku. Dia memberinya semacam kostum aneh yang lucu dan,
entah
bagaimana dengan paksa, membawanya ke ruang ganti.
Setelah
itu, Miku membuat senyum yang saa ~~~~ ngat jahat, ia mengambil kostum dengan
tingkat paparan kulit yang tinggi, dan berjalan perlahan menghampiri Shidou.
"Lalu,
gantilah pakaianmu dengan yang ini, Shiori-san, haruskah kita ~~? Ah,
tapi
jangan khawatir ~~. Aku akan memberikan bantuan dengan seeegala sesuatu~~ yang
kamu butuhkan, oke ~~? "
"He-hei,
tunggu sebentar. Pakaian apa itu? Atau lebih tepatnya, mengapa kamu
menggerakkan tanganmu seperti itu ?! Tidak, tung ... ... Tidaaaaaaaaaaaak!!
"
jeritan
Shidou bergema di seluruh Toko Cosplay.
"...
... Aku tidak percaya ... ... aku mengalami peristiwa seperti itu ... ..."
Setelah
keluar dari Toko Cosplay, Shidou berjalan menyusuri jalan dengan
langkah-langkah yang lesu.
Pada
akhirnya, setelah itu, Shidou menyarankan untuk berganti kostum dengan
tingkat
paparan kulit yang rendah, tapi hasilnya sudah diambil. Hasil foto cosplay dari
mereka bertiga memiliki tingkat detail yang tinggi.
"...
... ... ..."
Mayuri
berjalan di sebelah Shidou sambil diam-diam melihat layar Smartphonenya.
Ditampilan
layarnya, dia bisa melihat gambar dari tiga gadis, masing-masing mengenakan
kostum
perubahan dari pahlawan wanita. Seperti karakter yang muncul pada anime yang
ditayangkan
di hari Minggu pagi yang ditujukan terhadap gadis-gadis muda ... ... Yah, itu
benar-benar
gambar
dari dua orang gadis dan seorang laki-laki.
Shidou,
secara pribadi, berharap bahwa Mayuri akan menghapus gambar itu secepat
mungkin, tapi
saat
melihat wajah Mayuri, yang entah bagaimana tampak senang, ia mendapati dirinya
tidak
dapat mengatakannya.
"...
... Ah, Shidou."
Mayuri
mengangkat wajahnya dan tiba-tiba berseru.
"Nh?
... Ada apa?"
"Disana.
Itu.... ...?"
Dia
berkata sembari menunjuk ke arah seberang jembatan yang terletak di depan
mereka. Torii besar bisa dilihat di sana.
"Ah,
itu tempat suci. Apa kamu pernah berkunjung kesalah satunya? "
"Belum.
Aku ingin kesana. Tidak apa-apa kan? "
Mayuri
bertanya sambil memiringkan lehernya.
Hari
ini, dia harusnya mendedikasikan waktunya untuk berkencan dengan Mayuri.
Bagaimana
mungkin
dia bisa mengatakan tidak? Selain itu, dibandingkan dengan Toko Cosplay
beberapa saat yang lalu, ini seratus kali lebih baik. Shidou mengangguk sebagai
respon seakan mengatakan "Tentu saja".
Mereka
menyeberangi jembatan, melewati torii besar, dan memasuki halaman kuil.
Jalur-Sandou
yang membentang dan menuntun ke pusat-tempat suci-honden. Sisi-sisi jalan
dipercantik dengan komainu, lampu batu, dan juga pohon
yang
di cat merah, sehingga menghasilkan suasana yang benar-benar fantastis.
Seakan-akan mereka berkelana didalam kartu pos, mereka terus berjalan langkah
demi langkah.
"Karena
kita di sini, akankah kita berdoa?"
"Ya."
Setelah
mengangguk dengan ringan, Mayuri mengambil koin ¥ 5 dari tasnya dan
memasukkannya
ke
dalam kotak-saisenbako. Lalu ia membunyikan bel dan menepukkan kedua
tangannya
membuat suara * Pam, pam *. Shidou juga mengikuti apa yang dilakukan Mayuri,
melakukan
"nirei-nihakushu-ichirei" dan
memejamkan matanya dengan hati-hati.
Dia
perlu membuat suatu harapan tapi tidak ada yang terlintas dalam pikirannya.
Setelah memikirkan ini dan itu, Shidou mengakhirinya dengan: "Aku berharap
agar semua orang bahagia". Dia mengatakan harapannya dengan samar.
Dia
membuka matanya dan mengembalikan tangannya yang menangkup ke posisi semula.
Pada saat itu, ia melihat bahwa Mayuri, yang berdiri di sampingnya, masih
berdoa.
Setelah
beberapa saat, Mayuri membuka kelopak matanya.
"Yah,
sepertinya kamu berdoa dengan banyak antusias, benar begitu? Apa yang
kamu
minta? "
Setelah
mendengar pertanyaan Shidou, Mayuri tiba-tiba mengendurkan bibirnya.
"Itu
bukan masalah besar. ... ... Hanya ... ... Aku minta hari ini berlangsung
selamanya. Hanya itu.
"
"...
... ... ..."
Mendengar
kata-kata Mayuri, Shidou akhirnya menatap Mayuri selama beberapa saat.
Kata-katanya
sendiri bukanlah masalah besar. Itu hampir sama dengan
keinginan
Shidou.
Namun
---- Bagaimana bisa? Melihat wajah Mayuri, yang mengatakan hal itu, ia
merasakan
sesuatu
yang serupa dengan rasa aneh ketika waktu akan segera berlalu.
"...
...? Ada apa, Shidou? "
"Tidak
ada ... ... Bukan apa-apa."
Mendengar
jawaban Shidou yang ambigu, Mayuri memiringkan lehernya ragu-ragu. Kemudian
ia
melanjutkan kata-katanya.
"Ngomong-ngomong,
ayo kita pergi mengambil peruntungan kita. Bagaimanapun juga, kita berada di
kuil. "
"Y-ya,
kau benar."
Setelah
menjawab ajakan Mayuri, mereka berdua, secara berdampingan, berjalan dari dalam
tempat
suci-honden ke tempat di mana mereka bisa mengambil peruntungan mereka.
Kemudian,
di tempat itu, mereka melihat sosok seseorang yang familiar sudah
berada
disana.
"Nh?
Itu ... ... "
Yang
berada disana adalah seorang gadis bertubuh loli yang mengenakan topi
menggemaskan. Di tangan kirinya,
terdapat
boneka kelinci yang lucu.
Benar.
Dia adalah gadis yang tinggal di mansion sebelah kediaman Itsuka, Yoshino, dan
temannya, "Yoshinon".
"Yoshino
dan Yoshinon, kalian juga di sini, eh?"
"Ah
---- Shidou-san, Mayuri-san."
"»
Arara ~~. Kalian berdua juga datang untuk berdoa ~~? "
"Yoshinon"
mulai menggerakan mulutnya, membuka dan menutup, sembari membuat gerakan
isyarat dan memandang wajah Shidou dan Mayuri. Mayuri mengangguk
sebagai
respon.
"Ya.
seperti yang kamu katakan. Dan karena kita sudah berada di sini, kurasa kita
akan mengambil peruntungan kita."
Jawab
Mayuri. Kemudian, "Yoshinon" mulai menggerakkan tangannya.
""Oh
benarkah? Sebenarnya, kita berdua juga baru saja mengambil peruntungan kita.
Ayo ayo,
Yoshino
~~, kenapa tidak kamu tunjukkan kepada mereka ~~? "
"Ah
iya."
Yoshino
menunjukkan pada mereka dua potongan kertas kecil di telapak
tangannya.
Setelah
melihat mereka, Shidou dan Mayuri berseru heran:
[
"Hee."]
"Menakjubkan.
Kalian berdua punya "nasib baik". "
"Sepertinya
kamu punya Dewi keberuntungan di sisimu, apa itu benar?"
Mendengar
kata-kata Shidou dan Mayuri, Yoshino tertawa malu-malu selagi
"Yoshinon"
tertawa bangga.
"Yah,
kita tidak boleh ketinggalan, kan? Mari kita lihat, kita cukup memasukkan
uang
di sini ...? "
Shidou
memasukkan koin ¥ 100 kedalam kotak dan, berharap dengan tulus untuk yang
terbaik, mengambil
peruntungannya.
Dia membukanya dan memeriksa kalimat yang tertulis di atasnya.
"...
... Eh ?! Nasib buruk ?! "
Dia
tidak sadar membuat muka masam. Disana, pada lembar kertas kecil, dua
kata
yang diucapkannya mengisyaratkan nasib buruk yang mungkin tertulis.
"»
Arara ~~. Jangan dipirkan. "
"Tolong,
jangan tertekan, Shidou-san ... ..."
"Y-ya
... ..."
Sembari
tertawa getir mendengar kata-kata Yoshino yang menghiburnya, dia mendesah * Haa
*.
Setelah
itu, Shidou melihat ke arah arah Mayuri.
"Bagaimana
denganmu, Mayuri?"
"Nh
... ..."
Setelah
mendengar pertanyaan Shidou, Mayuri menunjukan peruntungan yang dia
punya
Shidou dan Yoshino.
Kata-kata
yang tertulis adalah ---- "Nasib Buruk".
"»
Ee ~~ ?! Kamu juga Mayuri-chan ?! Sungguh malang ~~! "
Setelah
melihat itu, "Yoshinon" menekan pipinya dengan kedua tangannya dan
berpose seperti Munch "The Scream". Yoshino buru-buru berbicara,
mencoba
untuk
menghibur.
"Tapi-tapi
... apa yang dikatakan tidak selalu benar-benar terjadi ... ..."
"Nh
... ...?"
Namun,
pada saat itu, Shidou memiringkan lehernya.
"...
... ... ..."
Meskipun
dia punya nasib buruk, untuk beberapa alasan, Mayuri kelihatannya, meskipun
hanya
sedikit,
raut mukanya senang.
Yoshino
dan "Yoshinon" mungkin menyadarinya juga. Dengan wajah bingung,
mereka
menanyai
Mayuri.
"»
Eh? Mayuri-chan, apa kamu menyukai nasib buruk? "
"Kamu
kelihatan ... entah bagaimana ... ... senang."
"Tidak
... ... Bukan itu. Hanya saja ---- "
Dia
tidak mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan kata-katanya. Entah dari mana,
embusan angin tiba-tiba bertiup
dan
menerbangkan daun jatuh yang ada disekitar ke udara.
Dia
berpikir bahwa Mayuri mungkin sudah benar-benar mengatakan sesuatu pada saat
itu ...
...
Tapi dia tidak bisa mendengarnya terlalu jelas karena suaranya telah bercampur
dengan
kebisingan
yang telah dibuat oleh angin yang bertiup.
Setelah
berpisah dari Yoshino dan "Yoshinon", Shidou dan Mayuri sekali lagi
lagi
berjalan-jalan di kota.
"Sekarang,
kemana kita akan pergi?"
"Nh.
Aku sudah memutuskan kemana kita akan pergi. Sana."
Setelah
mengatakan hal itu, Mayuri menunjuk sebuah toko di seberang jalan.
"Disana?
... ... Bukankah itu toko ¥ 100? Apa kamu yakin? Kita tidak selalu memiliki
kesempatan
seperti ini ... "
Shidou
berbicara dengan terkejut. Benar. Itu hanya toko ¥ 100 biasa. Terus terang, itu
toko dimana mereka bisa kesana kapanpun mereka inginkan.
"Aku
yakin. Aku selalu ... ... ingin pergi. "
Namun,
Mayuri mengatakannya dengan sungguh-sungguh dan menatap mata Shidou.
Jika
dia benar-benar ingin kesana, Shidou tidak keberatan. Dia menjawab: [ "Aku
mengerti."], Dan mereka berdua memasuki toko.
Bagian
dalamnya dipenuhi dengan banyak barang yang berbeda, manisan, dan hal-hal lain
yang
dipajang.
Ini jelas, tapi semuanya harganya hanya ¥ 100. Hari ini, ini bukanlah apa-apa
selain toko yang normal bagi Shidou. Namun, toko ini
benar-benar
sesuatu yang luar biasa. Pertama kali ia mengunjungi salah satunya, ia
diselimuti
oleh rasa kemahakuasaan yang luar biasa..
Jika
Mayuri belum pernah mengunjungi toko seperti ini sebelumnya, maka itu bisa
mengerti
mengapa
dia begitu tertarik. Bahkan, sejak mereka tiba, Mayuri bergegas melihat-lihat
apa yang ada didalam toko dengan rasa ingin tahu.
Kemudian...
"...
... ¿Nh?"
Ketika
ia sedang berjalan di dalam toko mengikuti Mayuri, Shidou menjumpai kelompok
dua orang yang penasaran.
Salah
satu dari mereka adalah seorang gadis dengan rambut sebahu, dengan
fitur
wajah seperti boneka. Yang lain adalah seorang gadis dengan rambut dikepang,
dan
ekspresinya
tampak seolah-olah dia sedang berjalan di bulan.
Kedua
gadis itu mengisi keranjang belanja mereka dengan berbagai barang dan
berbisik-bisik
mengenai sesuatu sembari jongkok.
"...
... Dengan cara itu, bahkan jika kamu tidak punya uang yang cukup, tergantung
pada akalmu dan bagaimana
kamu
menggunakannya, Kamu dapat mendapatkannya di sini. "
"Kagum.
Menakjubkan, Master Origami. Itu akan sangat membantuku. "
"Secara
khusus, senar pancing nilon memiliki kegunaan yang luas. tidak ada salahnya
untuk memiliki beberapa. "
"Pertanyaan.
Bagaimana kamu menggunakan segel plastik ini? "
"Itu
juga barang yang sangat berguna. Jika kamu menahan tangannya di punggungnya dan
mengikat ibu jari Shidou satu sama lain ... ... Maksudku, targetmu, itu saja
sudah cukup sebagai pengganti sepasang borgol untuk ibu jari. Jika kamu dapat
membatasi gerakan tangannya, sisanya tergantung pada kita "
"Merasa
ngeri. Aku mengerti. Aku akan mengingatnya. "
"...
... Origami, Yuzuru. Apa yang kalian lakukan di tempat seperti ini? "
Setelah
Shidou bertanya dengan mata yang setengah terpejam, Dua gadis itu ---- Tobiichi
Origami dan
Yamai
Yuzuru, tersentak karena terkejut.
"Shidou,
kenapa kamu di sini?"
"Keheranan.
Kamu mengagetkanku."
"...
... Tidak, aku adalah orang yang terkejut!"
Shidou
menunjuk keranjang belanja yang ada sebelah dua gadis itu selagi keringat
membasahi
pipinya.
Isi
keranjang itu terdiri dari bermacam-macam barang yang biasa ... ... Tapi kenapa
dia memiliki perasaan yang buruk mengenai itu? Shidou hanya bisa merasakan aura
jahat yang berasal dari keranjang belanja itu dan tidak ada yang lain.
"Kalian
berdua, apa yang kalian rencanakan dengan ...?"
Ketika
Shidou hendak menyelesaikan kalimatnya, Origami dan Yuzuru tiba-tiba
berdiri
dan keduanya mengangkat tangan mereka dengan buru-buru.
"Aku
teringat ada sesuatu yang mendesak. Hati-hati, Shidou. "
"Persetujuan.
Terutama pada malam berbulan. "
Setelah
mengatakan hal itu, mereka berjalan dengan cepat ke kasir.
Sejujurnya,
Shidou merasa bahwa ia harus mencari tahu apa sebenarnya niat mereka berdua ...
... Tapi karena dia juga takut mendengar sesuatu yang tidak diinginkan, ia
memilih
untuk tetap diam.
Kemudian,
Mayuri tiba-tiba mengulurkan wajahnya dari sudut rak.
"Shidou,
apa yang kamu lakukan?"
"Nh.
Tidak ... ... aku minta maaf. Aku hanya melihat sesuatu. "
Ini
akan menjadi masalah jika niatnya akhirnya tertangkap di dunia ini ... Shidou
samar-samar
menyembunyikannya dan berjalan menghampiri Mayuri.
Dia
berada di daerah di mana banyak menampilkan mainan, di sebelah sudut
dengan
beraneka barang yang mana saat ini Shidou berada. Setelah mengkonfirmasi bahwa
Shidou tiba, ia menunjuk salah satu liontin yang dipajang di rak dan menatap
Wajah Shidou.
"Aku
ingin ini."
"Eh?"
Mendengar
kata-kata Mayuri, Shidou melebarkan matanya. Liontin yang Mayuri
tunjuk
tampak manis, itu tidak bisa dipungkiri, tapi tentunya memiliki kualitas yang
setara untuk toko ¥ 100. Mungkin, akan tampak manis bila anak SD memakainya,
tapi ia merasa itu tidak cocok untuk seorang gadis remaja seusia Mayuri.
"Aku
tidak punya masalah dengan itu ... ... Tapi Kamu bisa meminta sesuatu yang
lebih bagus,
kamu
tahu?"
"Tidak.
Aku ingin yang ini. ... ... Apa tidak boleh? "
"Bukan
begitu, tentu saja boleh. Nah, kita akan pergi membayarnya? "
"Oke."
Mayuri
mengangguk dengan ringan. Shidou mengambil liontin yang Mayuri tunjuk, lalu
pergi ke kasir, dan membayarnya.
Pada
saat itu, dia merasa melihat dua orang gadis di kasir yang
membayar
untuk banyak barang kebutuhan. Mengesampingkan untuk apa barang-barang
tersebut,
Shidou
memutuskan untuk mengabaikannya seolah dia tidak melihat apa-apa.
"Mayuri,
kemari."
Setelah
meninggalkan toko, ia mengambil liontin itu dari tas dan menyerahkannya pada
Mayuri.
"...
... ... ..."
Namun,
Mayuri tidak mengambilnya. Sebaliknya, ia diam-diam menunjuk ke
lehernya.
Untuk
sesaat, ia tidak mengerti apa yang Mayuri coba untuk katakan ---- Tapi dia
segera
menemukan jawabannya. Shidou, dengan senyum yang dipaksakan, mengalungkan
liontin itu ke leher Mayuri.
"...
... * Fufu *."
Mayuri
berputar, dengan ujung-ujung jarinya, liontin itu menghiasi dadanya dan
mengelebatkan
senyum lebar.
"Bagaimana
penampilanku?"
"Ya,
itu sungguh cocok untukmu ... ... Meski, bagaimana mengatakannya ya? Tapi ya,
kamu
tampak sangat manis. "
"...
... Aku mengerti."
Mendengar
pujian dari Shidou, Mayuri, setelah menjawab, ia terlihat agak
malu,
ia berbicara dengan suara pelan: [ "----- terima kasih."].
Setelah
meninggalkan toko ¥ 100, sambil berjalan dengan tenang di kota,
Mayuri
tiba-tiba menghentikan langkahnya seolah-olah dia telah menemukan sesuatu.
"Hei,
Shidou, apa itu?"
"Itu?"
Ketika
melihat tempat yang dimaksud Mayuri, ia bisa melihat ada tempat dengan tanda
bergambar kucing. Shidou membuka mulutnya sambil mengangguk dengan ringan.
"Itu
adalah apa yang mereka sebut" Neko Café "."
"Neko
Café?"
"Benar.
Singkatnya, itu adalah sebuah kafe di mana kamu dapat minum sambil bermain-main
dengan kucing.
Menunya
juga bertemakan berdasarkan kucing. "
"*
Fuu ~ n * ..."
Mayuri
menjawabnya sambil melihat tanda yang bergambar kucing.
Dia
tampaknya tidak terlalu tertarik ... ... Tapi itu tidak seperti itu. Suara
Mayuri
terdengar
tidak karuan, tapi matanya tampak berkilau dengan cahaya aneh.
"Bagaimana
kalau kita kesana sebentar?"
"Eh?
Nh ... ... Tapi ini bukan bagian dari rencana kita ... "
"Tidak
masalah. Hari ini aku akan menemanimu kemanapun kamu inginkan, Mayuri. "
Mendengar
apa yang dikatakan Shidou, Mayuri, dengan tampak sedikit malu, mengatakan: [
"-...
...
Baiklah, tapi hanya sebentar. "].
"Kemudian,
sudah diputuskan. Nah, akankah kita masuk sekarang? "
Shidou
memasuki Neko Café dengan Mayuri.
"*
Waa * ... ..."
Mereka
bisa melihat bahwa didalam toko ada banyak kucing dari beragam spesies.
Ada
beberapa yang meringkuk bersama-sama, meregangkan badan, dan ada pula yang
mendengkur.
Namun,
sebaliknya, mereka tidak bisa melihat satupun pelanggan. Hari ini adalah hari
libur.
Fakta
bahwa tidak ada satupun pelanggan, pasti, bukanlah hal yang biasa ... ... Tapi
mungkin ini bukan toko terkenal.
Selagi
Shidou menduga hal-hal secara kasar, seorang gadis yang tampaknya adalah
seorang
karyawati,
menghampiri mereka dengan cara berjalan yang sembrono dari belakang tempat
pembayaran.
"Umm,
kami benar-benar menyesal. Kebetulan seorang pelanggan sudah memesan tempat ini
hari ini... ... "
Setelah
mengatakan hal itu, karyawati itu menunduk mengekspresikan penyesalan ...
Shidou mengangguk setelah ia memahami yang terjadi. Jadi itu sebabnya tidak ada
siapa pun pelanggan disini.
"Ah,
aku mengerti. Nh ~ ... Sungguh disayangkan. "
"Mau
bagaimana lagi. Masih ada beberapa tempat lain yang ingin kukunjungi, jadi mari
kita pergi. "
"Nh.
Oke. "
Tapi
---- Saat Shidou dan Mayuri hendak meninggalkan toko, setelah berbalik 180°,
seorang
gadis dengan rambut hitam yang mengenakan pakaian menjemukan tiba. Mungkin
sesuatu yang baik telah
terjadi
padanya, itu karena dia sedang menyenandungkan lagu yang menunjukkan bahwa dia
sedang dalam mood yang bagus.
"Eh?
Kurumi ... ...? "
Setelah
melihat wajahnya, Shidou menyebutkan namanya tanpa sadar.
Benar.
Orang yang telah memasuki kafe itu tak lain adalah
Tokisaki
Kurumi.
"Eh?
Ah ---- Shi-Shidou-san ?! "
Pada
saat itu, Kurumi akhirnya menyadari Shidou dan Mayuri. Dia mengejangkan bahunya
dan menampilkan ekspresi terkejut dengan jelas.
Kemudian,
untuk mengimbangi situasi yang terjadi, karyawati Neko Café berbicara.
"Ah,
selamat datang. Kami sudah menunggu anda. Terima kasih untuk pemesanan tempat
hari ini."
Karyawati
itu membuat sambutan kecil. Mungkin karena ia melihat hal itu, keringat
mulai
mengalir dari wajah Kurumi.
"Oh,
jadi kamu adalah orang yang sudah memesan tempat ini, ya, Kurumi?"
"Apa
kamu suka kucing?"
"K-Kamu
salah! Aku tidak seperti itu! "
Setelah
mendengar apa yang dikatakan Shidou dan Mayuri, Kurumi menggelengkan kepalanya
kuat-kuat sembari menjawab dengan suara nyaring.
"Eh?
Lalu kenapa kamu datang kemari ...? "
"Aku
baru saja membuat kesalahan. Kupikir ini adalah kafe biasa, tapi sepertinya
aku
salah, benar begitu? Aku belum pernah ke tempat seperti ini. ---- Nah kemudian,
Shidou-san,
Mayuri-san,
semoga hari kalian menyenangkan. "
Jawab
Kurumi sambil menunduk, anehnya, ia berbicara dengan cepat dan berusaha
meninggalkan kafe.
Tapi,
mungkin karena dia terburu-buru, dia menggantungkan tas yang ada ditangannya di
rak dan isinya jatuh berceceran di lantai.
"Kyah!"
"Ah,
kamu baik-baik saja?"
"Hati-hati."
Shidou
dan Mayuri berjongkok dan mengumpulkan isi tas yang
berceceran.
Kemudian...
"...
... Nh? Apa ini? 'Kartu poin Neko Café Kitty Park' ... ...? "
"*
Wah * ... Ini punya jumlah stempel yang luar biasa."
"*
Uoh * ... Kamu benar. Ini luar biasa. Aku bertanya-tanya berapa kali kamu
datang kemari untuk mendapatkan stempel sebanyak ini ... ... "
"Ah,
lihat ini. Ada banyak mainan kucing di sini. Neko Jarashiku ... ...? "
"Kya
~~~ h!"
Selagi
Shidou dan Mayuri menatap penasaran apa yang ada di dalam tas,
Kurumi
berteriak nyaring yang terdengar seperti tangisan dan merebut segala sesuatu
dari tangan mereka.
"Kurumi,
bagaimanapun juga, kamu ... ..."
"Kamu
salah! Ini, begini ... ... Ini adalah sesuatu yang aku pungut! Aku baru saja
akan
membawanya
ke pos polisi! "
Kurumi
menjelaskan sembari memasukkan kartu poin dan mainan kucing kedalam tas.
Tampaknya dia ingin bersikukuh menekankan bahwa tidak ada hubungan antara dia
dan
kafe ini.
Akan
tetapi, setelah itu, kucing yang ada di kafe mulai mengeong. mereka
mendekati
Kurumi dan menyandarkan kaki mereka di kaki Kurumi.
----
Seakan-akan berkata "bermainlah dengan kami" atau "berikan aku
snack,".
"Ah
... Uh .... Ah .... Ah ... ..."
Dengan
sikap yang menyiratkan dia tidak bisa menyingkirkan kucing yang berkumpul di
kakinya
bahkan
jika dia menginginkannya, Pipi Kurumi memerah dan ia menampilkan wajah yang
bermasalah.
"...
... Mayuri."
"Nh
... ..."
...
... Pada titik ini, mereka mulai merasa kasihan padanya. Shidou dan Mayuri
bertukar pandang dan mengangguk pada waktu yang bersamaan.
"Baiklah,
sepertinya yang kamu katakan. Maaf, maaf, aku salah. "
"Benar.
Kurumi tidak akan pernah datang ke Neko Café. "
Mereka
mengatakan hal itu, tapi jelas meragukannya. mereka berjalan melewati Kurumi,
yang wajahnya masih memerah, dan meninggalkan kafe.
----
Sekitar 20 menit setelah itu, Shidou dan Mayuri mencapai supermarket terdekat.
Rasanya
lebih seperti perjalanan belanja keluarga daripada kencan ... ... Tapi karena
ini pertama kalinya Mayuri kesana, itu bisa dipahami.
Tapi
ia tampaknya tidak memiliki tujuan yang ditetapkan. Shidou berjalan didalam
toko
mengikuti Mayuri, yang melihat bahan-bahan makanan dengan minat yang besar.
"*
Hee * ... ... Mereka punya segalanya di sini, bukan begitu? Apa kamu sering
berbelanja disini, Shidou? "
"Ya.
Tergantung, aku juga belanja di distrik perbelanjaan dan toko-toko lainnya,
tapi
aku kemari cukup sering karena dekat dengan rumahku. "
"*
Fuu ~ mh * ... ..."
Selagi
Mayuri mengatakan hal itu, perutnya mengeluarkan suara * Guu ... ... * yang
menarik perhatian.
"...
...!"
Dia
meletakkan tangannya di perutnya dan memalingkan wajahnya karena malu.
"Ahaha
... Kalau dipikir-pikir, kita belum makan siang. Kamu lapar, kan? Berada di
bagian bahan-bahan makanan dengan perut kosong cukup menggoda, benar begitu?
"
Shidou
mengatakannya sembari mengangkat bahu, dan melihat sekeliling.
"Setelah
kita pergi dari sini, bagaimana kalau kita pergi cari makan? Ada banyak toko di
sekitar sini.
Meskipun,
kita juga bisa membeli roti atau onigiri dan memakannya di taman. "
Mayuri
mengangkat wajahnya seakan mengingat sesuatu.
"Nh
... ... Jika kita mau makan, ada tempat yang ingin kukunjungi. Bisakah kita
makan siang di sana? "
"Ya
tentu saja. Tapi jangan pergi ke tempat yang biayanya sangat mahal, tidak
apa-apa kan? "
"Tidak
masalah. Kamu adalah seorang ahli dalam cuci piring, benar kan, Shidou? "
"Bisakah
kamu tidak melanjutkan percakapan dengan premis bahwa aku harus mencuci
piring?!
Tolong?!
"
Pipi
Shidou sedikit berkedut dan Mayuri melonggarkan pipinya dengan * Fufuh *.
Kemudian,
dari belakang, suara yang familiar terdengar.
"----
Ara? Shidou dan ... ... Mayuri? "
"Nh
... ...?"
Mereka
membalikkan badan mereka menanggapi suara itu. Disana, ada seorang gadis dengan
rambut panjang
yang
diikat dengan dua pita hitam, berdiri membawa keranjang belanja di tangannya.
---- Dia
adalah
adik Shidou, Itsuka Kotori.
Kotori
menampilkan ekspresi terkejut pada awalnya, tapi kemudian ia tampak seolah-olah
memahami situasi dan mengangguk.
"Ah
... ... Aku penasaran mengapa kamu keluar rumah pagi-pagi pada hari libur, tapi
sekarang aku paham. "
Shidou
tidak benar-benar bermaksud menyembunyikannya, tapi menerima sikap seperti itu,
untuk beberapa
alasan,
dia merasa malu. Dia menjawab sambil menggaruk-garuk pipinya.
"T-tidak
ada yang salah dengan itu, kan?"
"Benar.
Aku tidak mengatakan itu adalah hal yang buruk. Dan aku tidak akan melakukan
sesuatu
kasar
seperti mengganggu kencan orang lain. "
Kotori
mendesah seakan mengatakan "yare, yare". Meskipun dia lebih muda dari
Shidou,
itu tampak sebaliknya.
"...
... Tunggu. Kotori, apa yang ada di keranjangmu? "
Shidou
menunjuk keranjang belanja yang Kotori bawa. Itu penuh dengan
Chupa
Chups, permen favorit Kotori.
"Apa
kamu tidak merasa bahwa membeli sebanyak itu terlalu berlebihan ... ...?!"
"Mau
bagaimana lagi?! Ini rasa baru! ---- Dan yang lebih penting, Mayuri, jika
Shidou
melakukan
sesuatu padamu beritahu aku segera, oke? Wajahnya adalah Shiori-chan,
tapi
seorang laki-laki akan selalu menjadi seorang laki-laki, kan? "
"Nh.
Baik."
"Hei,
tunggu! Tunggu sebentar! "
Setelah
Shidou menyipitkan matanya, Kotori menjulurkan lidahnya dan mulai menjauh dari
sana.
"Baiklah,
aku akan pergi dulu. Tapi ingat, jika kamu pulang telat aku nanti akan
mencurigai banyak hal, oke? "
"Ah,
hei, tunggu! Makan permennya setelah makan siang! "
Shidou
berteriak dari balik punggung Kotori selagi dia beranjak pergi. Dia melirik
sekilas pada Shidou dan
melambaikan
tangannya.
Setelah
melihat hal itu dan mendesah ringan, Shidou menatap Mayuri.
"Kalau
begitu ... ... Bagaimana kalau kita pergi makan sesuatu? Kalau tidak salah,
Kamu berkata ada tempat yang ingin kamu kunju... ... "
Shidou
menghentikan kata-katanya.
Mayuri,
karena suatu hal, berjongkok dan mengambil lollipop ---- sebuah Chupa
Chups.
"...
... Rasa baru ..."
Mayuri
mengatakan itu dan menatap Chupa Chups dengan minat besar.
"...
...Tolong. Makanlah itu setelah makan siang. "
Peristiwa
itu, anehnya, begitu manis, sampai-sampai Shidou tak sengaja tertawa.
Setelah
meninggalkan supermarket, Mayuri mengajak Shidou ke kedai kari yang terletak di
sudut
suatu jalan.
Rupanya
itu adalah sebuah kedai yang terkenal di mana antrian besar terbentuk, tapi,
mungkin
karena
ini sudah sedikit lewat waktu makan siang, mereka berdua mampu memasuki kedai
tanpa
harus mengantri.
Shidou
memesan katsu-curry, dan Mayuri memesan karaage-curry. Dari
kedua
piring, bau yang sedap dari campuran rempah-rempah yang kompleks, membubul dan
membuat
perut
mereka berbunyi.
"Oh,
ini terlihat lezat, bukan? Baiklah, selamat makan. "
"Selamat
makan."
Shidou
dan Mayuri mengulurkan tangan mereka bersama-sama sambil menghadap satu sama
lain,
mereka
meraih sendok dan memakan kari pada saat yang bersamaan.
"NNH!
Lezat! Dan tidak hanya karinya, kerenyahan katsunya juga tak tertahankan!
"
"Nh
... ... Kamu benar, ini lezat."
Mayuri
mengangguk setuju dengan kata-kata Shidou.
Kemudian,
dia kembali memakan karinya, dan setelah itu, ia menatap piring Shidou.
"Nh?
Ada apa, Mayuri? "
"Itu
kelihatan lezat."
Dia
mengatakan itu dan menunjuk pada katsu yang ada di kari Shidou.
"Ah,
kamu mau?"
"...
... ... ..."
Dengan
pipi yang memerah, Mayuri mengangguk dengan ringan. Melihat sikapnya yang lucu,
Shidou tertawa * Haha *.
"...
...?"
"Ah,
tidak, aku minta maaf, aku minta maaf. Ini."
Shidou
meminta maaf dan meletakkan sepotong katsu di piring Mayuri.
"Terima
kasih. ---- Lalu, ambil ini. "
Kemudian,
sebagai apresiasi, Mayuri memberikan beberapa karaagenya untuk Shidou.
"Oh
terima kasih. ---- Mungkin hal-hal seperti ini adalah kenikmatan sebenarnya
makan bersama orang lain, ya? "
"Ya
kamu benar."
Shidou
tersenyum dan Mayuri, sebagai tanggapan, juga tersenyum lebar.
"Tapi
ini benar-benar lezat. Sekarang aku mengerti mengapa kamu ingin makan ini,
Mayuri. "
"Nh
... ... Tidak ..."
Mayuri
menjawab dengan canggung kata-kata dari Shidou.
"Sejujurnya,
tujuan utamanya bukanlah kari."
"Eh?
Lalu, mengapa kamu berkata kamu ingin datang ke sini? "
Mayuri
perlahan menggerakkan tangannya dan menunjuk potongan katsu di piringnya.
"Ini."
"...
... Nh?"
"Aku
ingin ... ... saling bertukar."
Mungkin
karena itu agak memalukan untuk mengatakannya, Mayuri mengatakannya dengan
berbisik sambil mengalihkan pandangannya ke tempat lain.
Mendengar
alasan yang lucu, Shidou menjawab: [ "Aku mengerti."], Dan tersenyum
sekali
lagi.
Kemudian...
"...
... Eh?"
Seakan
bertepatan dengan itu, karena suatu hal, bagian dalam kedai mulai gaduh. Shidou
mengerutkan kening dengan curiga.
Namun,
alasannya segera diketahui. Setelah pintu kedai terbuka,
seorang
gadis masuk.
Rambut
berwarna-malam dan pupil kristal. Dia adalah gadis yang cantik, sosoknya tak
terlupakan bahkan jika kamu hanya melihatnya sekali. Bahkan, kedua pekerja dan
pelanggan, yang
tampaknya
pelanggan tetap, berbalik untuk menatapnya.
Tapi,
tatapannya tidak tampak tercuri oleh kecantikan gadis itu.
"M-mungkinkah
... ..."
"Ya
... ... Tidak salah lagi. Dia Ratu. "
"I-itu
dia? Aku tidak percaya itu ... ... "
Para
pelanggan berbisik-bisik. Akan tetapi, gadis yang dijuluki "Ratu"
melebarkan matanya ketika melihat Shidou dan Mayuri yang duduk di belakang.
"Ooh!
Bukannya itu Shidou dan Mayuri! Jadi kalian juga datang kemari, ya ?!
""
Dia
mengatakan itu dan duduk di meja disebelah mereka dengan tampak senang.
Benar.
Orang yang telah memasuki kedai adalah teman sekelas Shidou yang juga
tetangganya,
Yatogami Tohka.
"Tohka?
Kamu akan makan siang di sini juga? "
"Tidak.
Aku sudah makan siang. Sekarang saatnya untuk snack! "
"Kari
sebagai snack ... ...?"
Mayuri
mengatakannya dengan bingung, dan kemudian, Tohka menjawab : [
"Umu!"] dengan penuh semangat.
"Kedai
ini menakjubkan, kalian tahu? Kalian mungkin tidak akan menyangka ... Mereka
memberiku kari gratis!"
"Gratis?
Tidak, itu tidak mungkin ... ... "
"Itu
benar! Pemilik, beri aku yang itu! "
Tohka
mengacungkan jarinya dengan tegas dan menunjuk menu yang tertera di
dinding.
Disitu
dikatakan: "Kari Jumbo Spesial. Jika anda menghabiskannya dalam rentang
waktu kurang dari 10 menit, itu Gratis!".
"Y
... ... Ya! Segera!"
Pekerja
yang menerima pesanan menuju dapur dengan tampak gelisah.
Kemudian,
setelah beberapa saat, dua pekerja membawakan kari dengan wadah
yang
seukuran baskom besar.
"S-Silakan.
Kari Jumbo Spesial. "
"Umu!"
"Bagus,
batas waktu 10 menit. ... ... Anda bisa mulai. "
Pekerja,
karena suatu alasan, berbicara tanpa antusiasme. Tohka menangkupkan tangannya
dengan * Clap * dan berterima kasih pada mereka atas hidangan yang disajikan.
Kemudian, ia meraih
sendok
dan mulai menyendokkan kari ke mulutnya dengan kecepatan yang mengerikan.
Kemudian,
hampir 5 menit setelah ia memulainya,
"----
Terima kasih banyak atas makanannya! Umu! Hari ini juga lezat! "
""
"Ooooooooooohhhhhhhhh ~~~~~~ ... ...!" ""
Setelah
Tohka menangkupkan kedua tangannya sekali lagi, kerumunan, pada titik ini
meningkat, suara yang gemetar bisa terdengar. Kemudian, hujan tepuk tangan
terdengar.
"Mengagumkan
... ... Dia menghabiskan Jumbo Spesial yang tak tertaklukkan hanya dalam 5
menit ...
...
"
"Seperti
yang diharapkan dari Ratu ... ..."
Setelah
melihat peristiwa itu, Shidou dan Mayuri tertawa dengan lemas.
"Ah
... ... aku mengerti."
"Ratu,
ya?"
Mereka
berdua saling pandang dan menghela napas * Puh * pada waktu yang sama.
◊
----Di
tanah yang berwarna merah karena matahari terbenam, dua sosok meregangkan badan
mereka.
Shidou
dan Mayuri, mereka menikmati kencan sepenuhnya, mereka berjalan bersama-sama
ke
taman di atas bukit.
Dari
tepi tebing, seluruh kota Tengu terlihat. Matahari sore
menyinari
celah antara bangunan, menghasilkan
pemandangan
hampir tak terlukisan yang fantastis.
Tentu
saja mereka datang kesini karena keinginan Mayuri, tetapi, untuk suatu alasan,
Shidou merasa seperti taman ini merupakan bagian dari perkembangan kencan hari
ini.
"Bagaimanapun
juga kurasa, ini adalah tempat yang terakhir."
Shidou
berbicara sambil sedikit meregangkan badannya. Mayuri, yang sedang melihat kota
dengan
menyandarkan
tangannya di pagar, meliriknya.
Kemudian,
dia tersenyum seakan mengatakan "Kamu benar", dia tetap diam untuk
sementara waktu.
Tapi
---- Shidou tidak merasakan kegelisahan ataupun tekanan dalam keheningan itu.
Meskipun
ia tak punya bukti, entah bagaimana ia berpikir bahwa Mayuri, pasti, merasakan
hal yang sama
seperti
dia. Bahkan jika mereka tidak berbicara, kamu bisa mengatakan itu adalah
suasana santai.
Pada
suatu titik, perasaan itu muncul diantara mereka berdua.
"----
Hei, Shidou."
Siapa
yang tahu sudah berapa lama waktu berlalu.
Tiba-tiba,
Mayuri berbicara.
"Aku
bermimpi."
"Mimpi...
...?"
"Ya.
Mimpi. Mimpi yang sungguh... ... mengerikan. "
"Mimpi
apa? Apa mimpi tentang hantu? "
"Bukan.
Bukan mimpi semacam itu. Tapi----"
Mayuri
melanjutkan kata-katanya sambil menatap kota Tengu dengan pandangan yang jauh.
"Tidak
ada yang bisa melihatku. Bahkan saat aku berjalan, bahkan saat aku ada di situ,
bahkan saat aku
berbicara,
tidak ada ---- yang memperhatikan keberadaanku. "
"Itu
... ... terdengar seperti mimpi yang benar-benar mengerikan."
Shidou
mengatakannya sambil sedikit mengernyitkan alisnya.
Manusia
menjadi manusia ketika mereka berinteraksi dengan manusia lain ... ...
Seseorang pernah
mengatakan
itu. Jika kamu menyadarinya, tapi tidak ada yang bisa melihatmu ... jika tidak
ada yang bisa
mendengarmu
... Jika tanganmu tidak bisa menyentuh siapa pun ...
Itu
pasti akan menjadi ---- situasi yang tak terkirakan ... yang dipenuhi banyak
penderitaan.
Dia
hanya membicarakan mimpi. Meski begitu, Mayuri benar-benar merasakan teror dari
itu, bahkan jika itu hanya beberapa saat, Shidou hanya bisa mengubah
ekspresinya.
"Tapi
kamu tahu?..."
Mungkin
karena menebak pikiran Shidou, Mayuri melanjutkan kata-katanya.
"Di
dalam kengerian, mimpi yang mengerikan, ada seseorang, dan hanya seseorang,
juru selamat."
"Juru
selamat ... ...?"
"Ya.
---- Ada seseorang yang menyadariku, bahkan ketika tidak ada seorangpun yang
bisa
melihatku."
"*
Hee * ... ... Yah, aku senang mendengarnya."
Setelah
Shidou mengatakan hal itu, Mayuri, tampak seperti dia tidak bisa menahannya
lagi, ia tersenyum lebar.
"*
Fu * ... ... * Fufuh * ..."
"A-ada
apa?"
"*
Fufu * ... Maafkan aku. I¯ t itu hanya karena ---- orang itu ... itu kamu,
Shidou. "
"Eh?"
Mendengar
kata-kata Mayuri, Shidou melebarkan matanya.
"A-aku?"
"Benar.
Kau menemukanku. Sungguh, terima kasih banyak. ... ... Yah, bahkan jika
aku
hanya berbicara mimpi. "
Setelah
menertawakan dirinya sendiri, Mayuri mengangkat bahunya.
"...
... ... ..."
Shidou
sedikit menggerakkan bibirnya sambil menatap Mayuri.
"...
... Yah, bagaimana mengatakannya ya? Mengatakan hal ini karena mimpi yang aneh,
sekiranya,
tapi
... ... Kalau aku punya semacam kekuatan spesial, aku ... pasti akan
menemukanmu. Meski tidak ada orang lain yang bisa melihatmu, meski hanya aku,
tanpa gagal ---- aku akan menggenggam tanganmu erat-erat. "
"...
...!"
"Itu
sebabnya ... ... jika kamu punya masalah ... datanglah padaku kapan saja!
Bahkan jika itu ada di
mimpi
atau di mana pun! "
Setelah
mengacak-acak rambutnya, Shidou mengatakan hal itu dengan berlebihan.
Kemudian,
Mayuri, setelah beberapa saat dalam
keheningan, ia menghirup napas dalam-dalam dan menghampiri Shidou dengan
langkah tegas.
Dia
menghampirinya pada jarak di mana ia bisa merasakan napas, dan mulai menatap
matanya.
"A-ada
apa?"
"Kamu
bilang aku bisa datang padamu kapan saja, jadi aku lakukan."
"...
...Kenapa kamu..."
Shidou
mendesah * Haa * karena sepertinya Mayuri menggodanya.
Kemudian,
Mayuri perlahan mengulurkan tangannya, dan menutup mata Shidou. bidang
penglihatannya
yang
diwarnai oleh matahari terbenam tiba-tiba menjadi gelap gulita.
"Hei,
hei, apa yang kamu ----"
Pada
saat berikutnya.
Kata-kata
Shidou terputus pada pertengahan kalimat.
Jika
mengatakan yang sebenarnya, itu karena ada gangguan.
----
Secara fisik, oleh bibir Mayuri.
"...
...?!"
Untuk
beberapa saat, dia tidak tahu apa yang terjadi karena bidang penglihatannya
masih
gelap, tapi sedetik kemudian, otaknya mulai memahami situasi yang terjadi.
Tapi,
bahkan jika ia memahaminya, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak memeluk
atau
menjauh
dari Mayuri. Dia hanya berdiri diam seperti patung.
Beberapa
saat kemudian, Mayuri memisahkan bibirnya dari bibir Shidou dan menyingkirkan
tangannya
dari mata Shidou.
"----
Aku benar-benar senang bahwa kamu adalah orang yang menemukanku."
Dia
menjilat bibirnya dengan nakal dan, hanya seperti itu, lalu mulai berjalan
pergi.
"H-hei,
Mayuri ?!"
"Sampai
jumpa, Shidou. ----Kapan-kapan ketemuan lagi."
Mayuri
melambaikan tangannya seolah mengatakan akan menjadi berlebihan bila mengatakan
lebih dari apa yang telah dikatakan.
"...
... Ya ampun. Dia ... ... "
Shidou
menggaruk-garuk pipinya dan mendesah panjang. Sekarang, untungnya,
wajahnya
disamarkan oleh matahari terbenam. Sebelumnya tidak pernah seperti ini, tanpa
diragukan lagi wajahnya memerah seperti tomat.
Kemudian----
"...
... Eh?"
Ketika
punggung Mayuri sudah tidak tampak lagi, Shidou merasakan perasaan yang aneh.
----
Ada air mata yang mengalir di pipinya.
"Eh?
... ... Apa yang? Kenapa aku menangis ... ...? "
Mungkinkah
ia menangis karena ia tergerak oleh ciuman tak terduga dari seorang gadis?
Atau
mungkin ---- mungkinkah air matanya mengalir karena ia sedih dengan pamitnya
Mayuri?
Apa
pun alasannya, ini terlalu pedih. Shidou menyeka air matanya dengan lengan
bajunya.
"Aneh
... ... Ini tidak seperti ini adalah terakhir kali aku bertemu dengannya
..."
Dia
mengangkat wajahnya dan berbicara ke arah dimana Mayuri pergi.
"----
Sampai jumpa, Mayuri."
Seakan
sempurna menyesuaikan dengan itu, matahari sore terbenam di antara
gedung-gedung.
[Selesai]
0 comments
Please wait....
Disqus comment box is being loaded