Mayuri Around

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode

"Hari ini kamu akan menemaniku ke semua tempat yang ingin aku kunjungi. Itu adalah apa yang kita sepakati."
Untuk memenuhi janji yang dibuat dengan gadis misterius, Mayuri, Shidou melemparkan dirinya dalam kencan dengannya.
"Jadi kamu mengadakan pertemuan rahasia di tempat seperti ini, ya?"; "Sensor Shiori-sanku
tiba-tiba mulai berdering. ";" Eh? Ah ---- Shi-Shidou-san ?! ".
Videogame, Toko Cosplay, Neko Café ... ... Dihapan para Spirit, yang menunjukkan diri mereka, dan muncul ke mana pun mereka pergi pada hari-hari biasa, bahkan Mayuri yang selalu bandel
mulai menunjukkan senyumnya yang alami ----
---- Ini adalah kisah yang dapat terjadi, pada hari tertentu.

"... ... ... ..."
Di dalam kerumunan pejalan kaki yang lalu lalang, Itsuka Shidou tanpa sadar memandang
langit.
Beberapa awan yang kabur bertebaran di langit biru, di mana matahari belum sepenuhnya bangkit. Angin tiba-tiba membelai pipinya dan daun kering melintasi bidang penglihatannya.
Itu tidaklah seperti terjadi gerhana matahari atau sebuah UFO terbang melintas. Itu hanyalah pemandangan biasa. Bahkan, ada banyak orang
disekitarnya. Namun, Shidou adalah satu-satunya yang menatap langit.
Tapi ---- mengapa?
Shidou merasakan sensasi aneh dari langit yang sangat biasa.
"... ... Aku ingin tahu perasaan apa ini."
Dia berbisik pada dirinya sendiri. Dia tidak tahu sensasi apa yang ia alami. Shidou menurunkan tatapannya sambil menggaruk kepalanya dan melihat sekelilingnya.
Lokasinya saat ini ada di daerah terbuka yang berada di sisi berlawanan dari
stasiun Tengu. Sebuah air mancur besar bisa dilihat di bagian depan. Dan di kanan ada
 patung Pachiko, anjing yang setia.
Karena ada beberapa objek dengan karakteristik seperti itu, ini
adalah tempat yang sering digunakan sebagai tempat ketemuan. Dan karena hari ini juga
hari libur, banyak orang yang terlihat berjalan kaki di sekitarnya.
Shido sedikit memiringkan lehernya saat ia melihat pemandangan itu.
"Eh? ...... Untuk apa aku datang ke sini?"
Karena sekarang ia merasa kebingungan untuk beberapa saat, atau mungkin sebaliknya, ia benar-benar lupa tujuannya datang kemari ...... Dia tidak bisa menyimpulkan apa alasan sebenarnya melupakan hal itu tapi, hati nuraninya tidak sepenuhnya jelas-jelas mengkhawatirkan mengenai hal itu
sekarang. Perasaan seperti sedang tiduran di air hangat telah menginvasi tubuhnya
secara menyeluruh.
Namun...
"----Ah."
Dalam bidang penglihatannya, ia melihat seorang gadis berjalan ke arahnya dari dalam
kerumunan ---- Shidou merasa seolah-olah sinar matahari menembus kabut pagi.
Kamu bisa mengatakan bahwa usianya setahun lebih muda dari Shidou. Dia adalah seorang gadis yang
memiliki rambut pirang panjang yang disisir menjadi ekor kuda yang diikat ke samping. Dia
mengenakan seragam putih bersih dan membawa tas di bahunya, dengan hiasan yang tampak lucu dan gantungan kunci.
Wajahnya yang sangat menawan dapat mencuri hatimu bahkan sebelum kamu menyadarinya, tapi
itu adalah ekspresi dari keagungan.
"---- Mayuri."
Shidou tanpa sadar menyebut nama gadis itu.
Kemudian, disaat yang sama ia mengatakannya, tujuannya hari ini mulai muncul di dalam kepalanya. Yang mana ia telah benar-benar melupakannya sampai sekarang.
"Ah ...... Iya. Aku bertanya-tanya mengapa aku lupa mengenai hal ini. Aku berjanji untuk berkencan dengan Mayuri hari ini. "
Itu benar. Bahkan sekarang ia tidak bisa mengingat kapan ia membuat janji ----
Tapi setidaknya dia bisa dengan jelas mengingat apa yang ia perbuat.
Kemudian, selagi dia mengatakannya, Mayuri sedikit menggerakkan alisnya saat menyadari
Shidou. Tapi tanpa mengubah kecepatannya, dia perlahan menghampirinya.
"----Halo."
Dia menyapanya dengan cara yg berlawanan. Shidou mengangkat tangannya dan menjawab nya.
"Y-ya ... ... Selamat pagi."
"Apa aku membuatmu menunggu?"
"Tidak, tidak sama sekali."
"Aku mengerti."
Mayuri menjawab dengan dingin dan kemudian memberi isyarat dengan dagu dan melanjutkan perkataannya.
"Kalau begitu, mari kita pergi."
"Nh ...... Ya. Kamu benar."
Setelah mendengar ajakan Mayuri, Shidou mulai berjalan dari tempat ia berdiri ...... Dan
dengan lembut berbicara kepada Mayuri.
"... ... Hey, Mayuri? Kemana lagi kita akan pergi hari ini? "
Shido menanyainya dengan tampilan meminta maaf, Mayuri berpaling padanya sembari menyipitkan matanya.
"Kamu tidak ingat?"
"Tidak, Yah ... Maafkan aku."
Dia merasa tidak akan jujur pada Mayuri untuk memberikan suatu alasan. Dia berkata
dengan terus terang dan menundukkan kepalanya. Lalu Mayuri, setelah mendesah pelan,
melanjutkan kata-katanya.
"Hari ini kamu akan menemaniku ke semua tempat yang ingin aku kunjungi. Itu yang kita
sepakati."
"Ah ...... Itu benar."
Setelah mendengar mengenai hal itu, entah bagaimana ia mengingat telah membuat janji seperti itu. Shidou dengan ringan menganggukkan kepalanya.
"Memang. Kita juga sepakat bahwa kamu akan membayar semuanya. "
"A-Apa kita benar-benar menyepakati itu?"
"Ya. Kamu juga berjanji untuk memanggilku  "Ojou-sama" sepanjang hari dan kamu akan berjalan dengan merangkak. "
"Itu jelas bohong, kan ?!"
Shido berteriak. Mayuri, menahan tawanya, dan mengeluarkan * Puh * pelan.
"Apa yang kamu pikirkan? itu kesalahanmu karena melupakannya, bukan? "
"Yah, itu benar tapi ......"
"Pokoknya, mari kita pergi."
Dia berkata dengan nada ketus dan mulai beranjak pergi.
"Ah, tunggu sebentar, Mayuri ~!"
Shidou buru-buru menyusul Mayuri dan, setelah menyesuaikan langkahnya dengan Mayuri, ia
menghela napas lega.
"Nah, kemana kamu ingin pergi?"
"...... Nh."
Shidou bertanya selagi mereka berjalan. Mayuri menjawab dengan ketus
dan dengan perlahan tangan kanannya menunjuk ke depan.
Shidou melihat ke mana dia menunjuk. Ada mesin game seperti
crane dan tempat untuk menari sebagai setnya disana. Ia melihat arcade besar.
"Arcade? Yah, apa kamu ingin ke tempat itu Mayuri? "
"Apa aku bisa?"
"Tentu saja kamu bisa. Ini hanya sedikit tiba-tiba. Kamu tidak terlihat seperti orang yang
gemar bermain video game. "
"Sebenarnya, aku tidak pernah bermain."
Mayuri mengatakannya dengan wajah angkuh. Shidou melebarkan matanya sembari berkata "Eh?".
"Lalu kenapa?"
Setelah mendengarkan pertanyaan Shidou, Mayuri sedikit ragu-ragu sebelum berbicara.
Saat itulah ia mulai menggerakkan bibirnya.
"...... Itu karena kamu mengatakan itu menyenangkan."
"Mayuri ......"
Shidou tiba-tiba merasakan sensasi geli dan menggaruk pipinya dengan jarinya.
"Ah ~ ...... Yah, akankah kita masuk?"
"Nh."
Mereka memasuki arcade bersama-sama.
Mengingat hari ini adalah hari libur, ada banyak kaum muda-tampak seperti seorang siswa yang terlihat dalam
arcade. Dia juga bisa melihat segenap keluarga diberbagai sudut dimana terdapat game crane.
"Kalau begitu, karena kita kemari, ayo kita bersenang-senang. Apa yang ingin kamu mainkan?"
"Nh ...... Banyak yang aku tidak pahami mengenai ini, jadi aku ingin mencoba sesuatu yang gampang."
"Sesuatu ya gampang? Yah, kurasa jika kamu menurunkan tingkat kesulitannya kamu
juga bisa memainkan game dance dan game fighting ...... "
"......Ah."
Selagi Shidou membuat otaknya bekerja, Mayuri berseru seakan menyadari
sesuatu.
"Nh? Ada apa Mayuri? "
"Itu. Aku pernah melihat itu sebelumnya. "
Apa yang Mayuri tunjuk setelah ia menyelesaikan kalimatnya adalah salah satu mesin stiker-foto, yang berbaris di sudut arcade.
"Ah, stiker-foto ya? Kamu juga tertarik pada hal semacam itu
Mayuri? "
"Yah, sedikit. Tapi aku belum pernah mencobanya. "
"* Fu ~ mh * ... ... Karena kita sudah berada di sini, ingin berfoto?"
"Ya."
Mayuri mengangguk dengan ringan. Shidou  berjalan dengan cekatan diantara orang-orang,
berusaha mencapai area di mana mesin stiker-foto berada.
Dan, ketika ia hendak selangkah lagi masuk kedalam, Mayuri menepuk bahunya
* Tap, tap * seolah menyadari sesuatu.
"Hei lihat."
"Nh?"
Setelah mendengar peringatan Mayuri, ia melihat ke arah yang ditunjuk Mayuri. Di sana, ia
bisa melihat apa yang tampak seperti tanda yang ditulis dikertas tergantung di dinding.
"Mari kita lihat apa yang dikatakan. 'Kami minta pria lajang menahan diri dari memasuki ruang mesin stiker-foto ' ?"
Setelah Shidou membaca apa yang tertulis pada tanda, Mayuri melebarkan matanya dengan
ekspresi terkejut.
"Bagaimana ini bisa terjadi? Bukankah ini diskriminasi gender? "
"* U ~ mh * ... ... Yah, tegasnya, Kamu mungkin benar. Tapi kurasa aku ingat itu
menjadi seperti ini setelah beberapa kasus foto tersembunyi di masa lalu. "
"* Fuu ~ mh * ... ..."
"Tapi bagaimanapun, sekarang kita seharusnya tidak memiliki masalah kan? Lihatlah, kertas itu juga mengatakan:
"Pasangan diperbolehkan". "
"Ah, benar. ...... Pasangan? "
Setelah mendengar kata-kata Shidou, Mayuri sepenuhnya membeku.
"......Ah."
Pada saat yang sama, sama seperti Mayuri, Shidou juga terhenti di mana ia berdiri. Dia hanya
bermaksud jika mereka adalah laki-laki dan perempuan, tidak akan ada masalah
jika
menggunakan mesin stiker-foto. Tapi dengan cara dia mengatakan hal itu, itu keluar dari
pertanyaan dan terdengar dengan makna yang sedikit berbeda.
"..... Aku bertanya-tanya bagaimana orang lain akan memandang kita."
Tanya Mayuri.
"Eh? Itu ... ... Yah, aku tidak merasa kita terlihat seperti saudara kandung. "
"Lalu... ..."
Setelah mengatakan itu, Mayuri dengan cepat mengalihkan wajahnya dan mulai berjalan seperti
tidak ada yang pernah terjadi.
Pada saat itu, Shidou merasa bahwa ia melihat pipi Mayuri memerah ... ... Tapi dia lebih suka
tidak mengatakan apa-apa.
"Ayo berfoto."
"Y-ya, kau benar."
Mereka secara acak memilih sebuah bilik dan masuk setelah menunggu giliran mereka.
Ada layar besar di bagian depan di dalam bilik, yang menampilkan Shidou dan
Mayuri. Pada saat yang sama mereka berdua memasuki mesin, rekaman
instruksi mulai menyala.
Tidak seperti Mayuri, Shidou sering mengunjungi arcade. Tapi dia tidak memiliki banyak
pengalaman menggunakan mesin foto-stiker. Mereka mengambil foto sesuai
rekaman instruksi.
Beberapa detik setelah itu, stiker dengan foto yang dicetak di atasnya keluar dari
dalam mesin.
"Oh, sepertinya sudah keluar."
"Benar. Ayo lihat... ..."
Kemudian Mayuri, melihat foto-foto yang baru saja dicetak, tiba-tiba berseru * Puh *.
Alasannya dapat diketahui dengan cepat. Hasil dari mesin stiker-foto sungguh menakjubkan. Mesin stiker-foto itu dilengkapi dengan fungsi editing
seperti mempercerah kulit dan memperbesar mata target yang dipilih ... ... Tapi
Wajah Shido yang telah disesuaikan dengan fitur-fitur tersebut hasil akhirnya tampak cukup lucu.
"* Puh * ...... * Hahaha * .. * Ahahahahahaha * ..."
Tidak bisa menahannya lagi, Mayuri memegang perutnya dan tertawa.
Meskipun itu tak terelakkan. Hasil akhirnya Mayuri tampak cantik selagi Shidou
tampak seperti seorang monster. Mungkin itu alasan sebenarnya mengapa pria lajang tidak
diizinkan memasuki mesin stiker-foto. Itulah yang Shidou duga pada akhirnya.
"Sebenarnya ... ..."
Setelah mendengar perkataan Shidou, Mayuri dengan bingung memiringkan lehernya.
"... ...Ada apa?"
"Yah, ternyata kamu bisa tertawa seperti itu juga."
"... ...!"
Mayuri menampilkan wajah terkejut mendengar kata-kata Shidou, dan kemudian ia berulang kali menyentuh pipinya dengan telapak tangannya.
Kemudian ia mengguncangkan bahunya dengan heran, seakan-akan akhirnya ia menyadari bahwa wajahnya menunjukkan senyuman yang lebar.
Kemudian, dia melipat tangannya sambil menghela napas melalui hidung.
"... ... Yah, maafkan aku karena selalu acuh tak acuh."
"Aku tidak mengatakan itu, kan? Tapi ... ... sebenarnya, Mayuri yang sekarang tampak agak
imut."
"... ...!"
Setelah mendengarkan apa yang dikatakan Shidou, Mayuri menahan napasnya selagi pipinya sedikit
tersipu.
Namun, ia segera berdeham sembari membetulkan postur tubuhnya dan
menjawab dengan: [ "Aku mengerti."].
"Y-yang lebih penting, aku ingin mencoba yang itu sekarang."
"Yang itu? Ah, crane eh? "
Shidou berbisik sambil berjalan menuju mesin Mayuri maksud. Dalam
kotak yang terbuat dari akrilik transparan, ada banyak maskot kecil yang manis.
"Apa ini sulit?"
"* U ~ mh * ... Yah, mungkin sulit untuk bisa menangkapnya bagi yang pertama kali, tetapi ada
beberapa yang tampaknya mudah untuk didapatkan. Bagaimana kalau kita mencoba ... ...? "
Tepat selagi Shidou hendak menyelesaikan kalimatnya ...
"Kukuku ... ... Shidou dan Mayuri. Apa yang kalian lakukan di tempat ini? "
Mereka mendengar suara dari belakang mereka dan segera berpaling ke arahnya seakan dialihkan.
Di sana mereka melihat seorang gadis, dengan pose mencolok yang sangat keren, mengenakan T-shirt hitam
dengan karakter alfabet tercetak di atasnya, rok dengan pola salib, dan
juga memakai aksesoris perak.
"Eh? Kaguya? "
Shidou menyebutkan nama gadis yang berdiri di sana sembari melebarkan matanya.
Kaguya, sembari terus mengubah posenya, membuat wajah geli seakan mengatakan
"* Haha ~~ n *" seolah menyadari sesuatu.
"Aku mengerti, aku mengerti. Jadi kalian mengadakan pertemuan rahasia di tempat seperti ini, eh?
Kaka ... Kalian terlihat seperti orang yang tidak peduli tentang hal-hal seperti itu, tapi kurasa kalian tidak bisa ditinggal sendirian terlalu lama, kan? "
Mendengar kata-kata Kaguya, pipi Shidou dan Mayuri menjadi merah dalam sekejap.
"" Pertemuan Ra-rahasia? "" ... ...
"Itu ... ... tidak sepenuhnya salah."
Mereka berdua tampak semakin malu. Kaguya untuk beberapa alasan, menjadi
terpengaruh oleh rasa malu mereka, ia mulai ragu-ragu untuk berbicara.
"... ... Tidak, baiklah, jika kalian bersikap seperti itu, aku akan malu juga ... ..."
Kaguya menggaruk pipinya dengan jarinya, dan kemudian menempatkan tangannya di pinggang seakan memulihkan energi nya.
"Bagaimanapun! Kesampingkan alasan, fakta bahwa kalian berada di medan-tempurku
tidak berubah! Tidak ada masalah jika kalian menganggapnya sebagai tantangan, kan ?! "
"Medan-tempur ... ...? Tantangan ... ...? "
Setelah Mayuri memiringkan lehernya, Kaguya menunjuk pada mesin game crane dengan tegas.
"Tentu saja, aku sedang membicarakan tentang kotak harta karun terlarang! menggunakan
satu koin emas kegelapan sebagai korban, mari kita putuskan dalam pertempuran siapa salah satu dari kita
yang akan mendapatkan harta karun pertama kali! "
"... ... Ehh ... Singkatnya, kamu memintanya untuk bertanding denganmu dalam game crane?"
"Kamu juga bisa menganggapnya seperti itu!"
Shidou berbicara sebagai penerjemah, dan Kaguya menganggukkan kepalanya dengan bangga.
"Tunggu, kurasa ini adalah pertama kalinya Mayuri bermain game crane."
"Karena itu, kamu bisa membantunya, Shidou. Ini akan menjadi tugas pertamamu sebagai pasangan. "
"Apa ... ...? Hey, hey ... "
Shidou berseru selagi keringat membasahi pipinya, tapi sepertinya Kaguya tidak
memperhatikannya. Dia mengambil koin ¥ 100 dari saku dadanya dan,
setelah membuatnya berputar di udara di tempat ia berdiri, ia memasukkannya ke dalam
mesin game crane.
"Oh, kotak! Jawablah panggilanku! Terbangunlah sekarang! "
Selagi Kaguya berteriak, mesin game crane menyala terang dan
tangan mekanik mulai bergerak.
"Ini gawat ... ... Sekarang bagaimana Mayuri?"
"Ayo lakukan. Lagian kita berencana untuk bermain. "
"Yah, itu benar."
Setelah mengatakan hal itu, Shidou mengambil koin ¥ 100 dan memasukkannya ke dalam mesin
disamping di mana Kaguya bermain dengan antusias.
"... ...Baiklah. Mayuri, aku akan memeriksa posisi tangan dari samping mesin. Lepaskan tombol saat aku memberikan sinyal. "
"Nh. Oke."
Bagian tersulit dari game crane adalah memperhitungkan jarak secara akurat. Kemudian, jika
posisi tangan dikonfirmasi dari depan dan dari samping dengan dua orang atau
lebih, kemungkinan mendapatkan sesuatu akan meningkat secara signifikan.
"Ka ~~ kakaka! Perhatikan cara jahatku menanganinya!Teknik Spesial! Teufel Marionette! "
Kaguya berteriak secara berlebihan sembari berulang kali menekan tombol yang membuat
suara * Ga, ga, ga, ga, ga! *. Tapi karena itu adalah hit berturut-turut, tangan mekanik
hanya menangkap udara tanpa bergerak.
"Sekarang, Mayuri!"
"Oke!"
Mayuri melepaskan tombol sesuai sinyal dari Shidou. Kemudian, tangan mekanik menangkap salah satu maskot dan menjatuhkannya di lubang untuk mendapatkannya.
"Ah, kami mendapatkannya."
"Apa ~~ ?!"
Mendengar kata-kata Mayuri, Kaguya benar-benar terkejut.
"M-mustahil! Aku tidak percaya kamu bisa mengalahkan Teufel Marionetteku ... ...! "
"Tidak. Kamu tidak seharusnya menekan tombol berulang kali, kan? ... ... "
Selagi Shidou tertawa, Kaguya tiba-tiba mengulurkan tangannya.
"Ini belum berakhir! Ini belum berakhir! Ougi terakhir! Loto Schwingung! "
Kaguya, setelah berteriak, ia meletakkan tangannya di rangka mesin dan
mulai menggoncangkannya.
"He-hei, Kaguya, jika kamu menggoncangkannya, maka ... ..."
Selagi Shidou berusaha untuk menghentikannya, dua sosok besar tiba-tiba muncul di belakang
punggung Kaguya. ---- Mereka adalah petugas arcade.
"Pengunjung ter ~~ hormat, menggoncang-goncang mesin dilarang, kan?"
"Anda harus ikut ke kantor sebentar bersama kami, oke?"
"A-ada apa denganmu, kau bajingan? Tunggu! Duel ini belum berakhir! Ah!
Tunggu! Tidak, biarkan aku pergiiiiiiiiii ~~~! "
Dua petugas kekar itu meraih Kaguya dengan tangannya dan menariknya pergi,
seakan-akan dia adalah alien yang baru-ditangkap.
Setelah melihat peristiwa itu, Mayuri berbicara dengan tertegun.
"... ... Apa yang baru saja terjadi?"
"Siapa tahu ... ..."
Shidou mengatakannya sambil tertawa. Kemudian, ia menekuk lututnya dan mengambil sebuah
boneka kecil dari mesin crane.
Itu adalah karakter malaikat yang lucu, dan juga memiliki rantai di atas kepalanya untuk digantungkan.
Misalnya pada tas.
"Mayuri, ini untukmu."
Ketika Shidou memberikan boneka itu padanya, Mayuri melebarkan matanya dengan ekspresi terkejut.
"Eh?"
"Ada apa? Bukannya kamu menginginkannya? "
"Tapi kita memenangkannya dengan uangmu, Shidou."
"Lalu, ini hadiah dariku. Sebagai kenang-kenangan dari hari ini. Setidaknya, biarkan aku melakukan beberapa hal. "
"... ... Nh."
Mayuri ragu-ragu sejenak, tapi pada akhirnya dia mengangguk ringan dan menggantungkan
boneka itu di tasnya.
Seolah-olah hewan peliharaan tergantung di tas Mayuri, singa, burung dan botol susu, memiliki pendamping baru.
"Kalau begitu ... ... Kemana kita pergi sekarang?"
Shidou, berjalan-jalan di jalanan setelah sepenuhnya menikmati arcade,
menanyai Mayuri, yang berjalan di sampingnya.
Mayuri menempatkan jarinya di dagu selama beberapa detik sambil berpikir, dan kemudian
 alisnya bergerak seperti mengatakan "Ah", seolah-olah dia teringat sesuatu.
"Benar. Ada sesuatu yang ingin kulihat. "
"Sesuatu yang ingin kamu lihat? Sebuah film ataukah sesuatu yang seperti itu? "
"Bukan. Bukan itu yang kubicarakan. Mari kita lihat-lihat, di daerah ini ... ... "
Mayuri berjalan di sepanjang jalan sambil melihat kesekeliling.
Kemudian, dia akhirnya menemukan sebuah toko dan menghentikan langkahnya.
"Ah, pastinya yang ini."
"Di sini ... ...?"
Setelah melihat penampilan toko dan produk yang ditampilkan, Shidou terbungkam untuk sesaat.
Pada pandangan pertama, itu tampak seperti sebuah toko pakaian ... ... Tapi jika mengamatinya dengan seksama, dia bisa
melihat bahwa pakaian-pakaian yang dipajang adalah apa yang dikenakan oleh karakter anime dan manga.
Benar. Ini adalah salah satu toko yang disebut Toko Cosplay.
"Mayuri ... ... kamu mau bercosplay?"
"Yah, bukan begitu ... ..."
Mayuri memasuki toko selagi berbicara kurang jelas.
Ini akan menjadi kebohongan jika mengatakan bahwa tingkah laku tersebut tidak menarik perhatiannya, tapi hari ini
ia berjanji untuk pergi dengan Mayuri ke mana pun dia ingin pergi. Shidou mengikutinya dan juga memasuki toko.
Kemudian, setelah melihat-lihat bagian dalam toko dengan mata penasaran, Mayuri mulai
mencari kostum, wig, dan hal-hal yang lain.
"Ah, ini ... ..."
Pada saat itu, Mayuri berseru seakan  ia telah menemukan
sesuatu.
Setelah melihat ke arah Mayuri, dia tahu bahwa Mayuri membawa semacam seragam.
Sebuah blazer hitam dan rok biru. Pada bagian dada terdapat emblem berbentuk "R" .Itu adalah seragam SMA Raizen, dimana saat ini Shidou
bersekolah.
"Seragam Raizen? Apa itu yang kamu cari di tempat seperti ini? "
"Seperti yang kamu katakan, kurasa itu tertulis di depan toko jika mereka
membeli dan menjual kostum yang digunakan. "
"Apa baik-baik saja menganggap ini sebagai kostum ?!"
Untuk beberapa alasan, ia tiba-tiba mulai berpikir bahwa toko ini mencurigakan ...
... Tapi, juga, ada kemungkinan bagi seseorang yang bukan siswa akan menjadikan seragam sekolah sebagai kostum. Itu sangat mungkin bila alumni SMA Raizen menjualnya ke toko ini.
"... ... * Fuu ~ mh *."
Setelah melihat seragam yang dipegangnya untuk beberapa saat, Mayuri berjalan menuju ruang ganti, dan menutup tirai.
Beberapa menit setelah itu.
"... ... ... ..."
Mayuri muncul kembali. Kali ini, ia mengenakan seragam SMA Raizen.
"... ...Bagaimana penampilanku?"
"* Hee ~ * ... Seragam putihmu yang biasa cocok untukmu, tapi kurasa yang satu ini juga benar-benar cocok untukmu. Bagaimana aku mengatakannya ya? Ini membuatmu terlihat sedikit lebih
dewasa."

Shidou mengatakan apa yang ada dipikirannya dengan jujur. Ini adalah pertama kalinya ia melihat Mayuri
mengenakan seragam Raizen, tapi, anehnya, ia merasa itu cocok dengannya.
"Aku mengerti."
Jawab Mayuri singkat, meskipun entah bagaimana ia merasa bahagia, menjawabnya. Kemudian setelah
berputar dan melambaikan roknya di mana dia berdiri, dia menutup tirai sekali
lagi.
Kemudian dia berganti dengan pakaian yang sebelumnya dan meninggalkan ruang ganti.
"Heh, kamu sudah ganti pakaian? Itu memalukan."
"Tak apa. Untukku, aku sudah selesai. "
"... ...? "Untukku"? "
Selagi Shidou memiringkan lehernya, Mayuri mendekatinya dan mengulurkan seragam Raizen yang dia bawa, wig, dan beberapa aksesoris rambut.
"Lalu, ini untukmu."
"... ... ... ... Ha?"
Dalam sekejap, mata Shidou berubah menjadi bintik-bintik.
Tapi setelah ia dapat memahami situasi, Shidou berbicara dengan
suara gemetar sembari senyum masam terbentuk di wajahnya.
"A-ah ... ... aku mengerti. Kamu mengatakan padaku untuk membeli ini, kan? Sehingga kamu bisa memakainya. Sehingga kamu ~~ bisa memakainya! "
Dia mengulang kalimatnya dua kali untuk menegaskannya. Akan tetapi, Mayuri menggelengkan lehernya.
"Tidak. Aku memintamu untuk mencoba ini, Shidou. "
"WHY?!"
Dia tak sengaja berbicara dalam bahasa Inggris. Namun, itu bisa dimengerti.
Bagaimanapun juga, pakaian yang Mayuri berikan terdiri dari blus, kardigan, dan
rok. Tidak peduli bagaimana kamu melihatnya, itu adalah pakaian seorang gadis.
"Kamu bertanya" kenapa "? ... ... Yah, karena aku juga ingin melihat dengan mataku sendiri.
Shiori-chan yang terkenal.
"Ap-Ap ... ...?"
Pipi Shidou menggigil. Shiori-chan adalah nama lain yang Shidou gunakan waktu itu, karena
keadaan tertentu, ia tidak punya pilihan lain selain berpakaian seperti seorang gadis. Bagi Shidou,
itu adalah masa lalu gelap dalam masa lalu gelap, dan ia tidak ingin mengulanginya lagi.
"Eh? ... ... Apa itu mustahil?"
"Tentu saja mustahil! Atau lebih tepatnya, saat kamu mengatakan kamu ingin melihat
sesuatu, apa ini yang kamu maksud ?! "
Setelah Shidou berteriak, Mayuri sedikit melipat bibirnya sebagai tanda kemurungan.
"Tapi kamu melihatku cosplaying ..."
"Kamu mencobanya sendiri, kan ?!"
"... ... Tapi semua orang melihatnya, dan aku sendiri yang belum melihatnya. Itu tidak adil. Atau kamu merasa begitu terganggu memakai pakaian yang sama dengan yang kupakai? "
"* Ugu * ... ..."
Shidou selalu merasa sangat tidak berdaya ketika mereka melihatnya berpenampilan seperti itu. Dia ragu-ragu beberapa saat, namun, pada akhirnya, ia mengambil set pakaian itu dengan desahan panjang.
"... ... Tapi sekali ini saja, tidak apa-apa kan?"
"Ya."
Mayuri mengangguk tulus. Dia bukan orang yang menunjukkan banyak perubahan ekspresi,
tapi, anehnya, perasaan bahagia rasanya terpancar di
wajahnya.
"... ...Ya ampun."
Setelah mendesah sekali lagi, ia masuk ruang ganti dan dengan enggan
memakai kostum.
Kemudian, setelah memakai wig, dia memeriksa penampilannya didepan cermin dan membuka
tirai.
"... ... Bagaimana, apa kamu puas dengan ini?
"
Suaranya masih suara alami karena ia tidak punya transformator suara, tapi penampilannya benar-benar menunjukkan sosok seorang gadis.
Mayuri, yang sedang menunggu di depan ruang ganti, membuka matanya lebar-lebar karena takjub.
"... ... Menakjubkan. Kamu yang itu, jauh lebih dari yang kubayangkan. "
"Apa maksudmu," yang itu "?!"
Shidou, dengan mata setengah tertutup menanggapi komentar Mayuri, yang berbicara dengan takjub.
"Tapi ini benar-benar luar biasa. Kupikir kamu memiliki wajah yang natural, tapi ini ... "
"Kumohon, berhenti ... ... Aku ingin hidup normal."
"Ee ~~. Ini adalah bakat yang luar biasa ~~! Akan sia-sia bila tidak ditingkatkan ~~. "
"Ya ... ... Sungguh menakjubkan. Ini jauh lebih manis daripada seorang gadis yang ceroboh, kan? "
"Tidak, tidak, kurasa kamu melebih-lebihkan ... ..."
"Tapi, apa yang kamu katakan ?! "Two for one", itu ungkapan yang dibuat untukmu,
Darling ~~. "
(Note : Mungkin krn Shidou bisa transform penampilan ke mode cewek yah, bsa dpet ungkapan seperti itu...)
"... ... Nh?"
Pada saat itu, baik Shidou dan Mayuri memiringkan leher mereka.
Rasanya seperti semacam balasan asing telah bercampur dalam percakapan mereka.
"... ... ... ..."
Keduanya menengok kekanan secara bersamaan. Kemudian, mereka melihat seorang gadis jangkung
dengan senyuman lebar di wajahnya.
Setelah melihat gadis itu, Shidou tanpa sadar berseru.
"Miku ?! Berapa lama kamu berada di sana ?! "
Benar. Yang berdiri di sana tak lain adalah Izayoi Miku, siswi tahun ketiga dari Sekolah Perempuan Rindouji dan idola top yang berada di puncak
popularitas.
Miku membusungkan dadanya penuh kemenangan seakan mengatakan "* Fufun ~~ *", dan kemudian dia
mulai berbicara.
"Aku sedang berjalan dengan tenang menyusuri jalan. Tiba tiba, sensor Shiori-sanku
mulai berdering! "
"... ... ... ..."
Mendengar kata-kata Miku, Shidou terbungkam. Itu mungkin hanya
kebetulan, tetapi dalam kasus Miku, dia akhirnya berpikir bahwa hal itu tidaklah aneh baginya memiliki sensor misterius yang terinstal seperti itu.
Entah menyadari atau tidak apa yang Shidou pikirkan, Miku memutar tubuhnya dan kemudian
berbicara dengan nada manis.
"Aah ~~ ... Bisa menemui Shiori-san dan Mayuri-san di tempat seperti ini ... Jika
ini tidak disebut takdir, maka aku tidak tahu bagaimana harus menyebutnya! Dan karena kita berada di sini, mari kita
berganti pakaian dan berfoto bersama-sama ~~! Ayo, kamu juga Mayuri-san! "
"Eh? Tidak, aku ---- "
Mayuri hendak mengatakan sesuatu, tapi tampaknya ia seperti tidak kuasa menghadapi
dorongan Miku. Dia memberinya semacam kostum aneh yang lucu dan,
entah bagaimana dengan paksa, membawanya ke ruang ganti.
Setelah itu, Miku membuat senyum yang saa ~~~~ ngat jahat, ia mengambil kostum dengan tingkat paparan kulit yang tinggi, dan berjalan perlahan menghampiri Shidou.
"Lalu, gantilah pakaianmu dengan yang ini, Shiori-san, haruskah kita ~~? Ah,
tapi jangan khawatir ~~. Aku akan memberikan bantuan dengan seeegala sesuatu~~ yang kamu butuhkan, oke ~~? "
"He-hei, tunggu sebentar. Pakaian apa itu? Atau lebih tepatnya, mengapa kamu menggerakkan tanganmu seperti itu ?! Tidak, tung ... ... Tidaaaaaaaaaaaak!! "
jeritan Shidou bergema di seluruh Toko Cosplay.
"... ... Aku tidak percaya ... ... aku mengalami peristiwa seperti itu ... ..."
Setelah keluar dari Toko Cosplay, Shidou berjalan menyusuri jalan dengan langkah-langkah yang lesu.
Pada akhirnya, setelah itu, Shidou menyarankan untuk berganti kostum dengan
tingkat paparan kulit yang rendah, tapi hasilnya sudah diambil. Hasil foto cosplay dari mereka bertiga memiliki tingkat detail yang tinggi.
"... ... ... ..."
Mayuri berjalan di sebelah Shidou sambil diam-diam melihat layar Smartphonenya.
Ditampilan layarnya, dia bisa melihat gambar dari tiga gadis, masing-masing mengenakan
kostum perubahan dari pahlawan wanita. Seperti karakter yang muncul pada anime yang
ditayangkan di hari Minggu pagi yang ditujukan terhadap gadis-gadis muda ... ... Yah, itu benar-benar
gambar dari dua orang gadis dan seorang laki-laki.
Shidou, secara pribadi, berharap bahwa Mayuri akan menghapus gambar itu secepat mungkin, tapi
saat melihat wajah Mayuri, yang entah bagaimana tampak senang, ia mendapati dirinya
tidak dapat mengatakannya.
"... ... Ah, Shidou."
Mayuri mengangkat wajahnya dan tiba-tiba berseru.
"Nh? ... Ada apa?"
"Disana. Itu.... ...?"
Dia berkata sembari menunjuk ke arah seberang jembatan yang terletak di depan mereka. Torii besar bisa dilihat di sana.
"Ah, itu tempat suci. Apa kamu pernah berkunjung kesalah satunya? "
"Belum. Aku ingin kesana. Tidak apa-apa kan? "
Mayuri bertanya sambil memiringkan lehernya.
Hari ini, dia harusnya mendedikasikan waktunya untuk berkencan dengan Mayuri. Bagaimana
mungkin dia bisa mengatakan tidak? Selain itu, dibandingkan dengan Toko Cosplay beberapa saat yang lalu, ini seratus kali lebih baik. Shidou mengangguk sebagai respon seakan mengatakan "Tentu saja".
Mereka menyeberangi jembatan, melewati torii besar, dan memasuki halaman kuil.
Jalur-Sandou yang membentang dan menuntun ke pusat-tempat suci-honden. Sisi-sisi jalan dipercantik dengan komainu, lampu batu, dan juga pohon
yang di cat merah, sehingga menghasilkan suasana yang benar-benar fantastis. Seakan-akan mereka berkelana didalam kartu pos, mereka terus berjalan langkah demi langkah.
"Karena kita di sini, akankah kita berdoa?"
"Ya."
Setelah mengangguk dengan ringan, Mayuri mengambil koin ¥ 5 dari tasnya dan memasukkannya
ke dalam kotak-saisenbako. Lalu ia membunyikan bel dan menepukkan kedua
tangannya membuat suara * Pam, pam *. Shidou juga mengikuti apa yang dilakukan Mayuri,
melakukan "nirei-nihakushu-ichirei"  dan memejamkan matanya dengan hati-hati.
Dia perlu membuat suatu harapan tapi tidak ada yang terlintas dalam pikirannya. Setelah memikirkan ini dan itu, Shidou mengakhirinya dengan: "Aku berharap agar semua orang bahagia". Dia mengatakan harapannya dengan samar.
Dia membuka matanya dan mengembalikan tangannya yang menangkup ke posisi semula. Pada saat itu, ia melihat bahwa Mayuri, yang berdiri di sampingnya, masih
berdoa.
Setelah beberapa saat, Mayuri membuka kelopak matanya.
"Yah, sepertinya kamu berdoa dengan banyak antusias, benar begitu? Apa yang
kamu minta? "
Setelah mendengar pertanyaan Shidou, Mayuri tiba-tiba mengendurkan bibirnya.
"Itu bukan masalah besar. ... ... Hanya ... ... Aku minta hari ini berlangsung selamanya. Hanya itu.
"
"... ... ... ..."
Mendengar kata-kata Mayuri, Shidou akhirnya menatap Mayuri selama beberapa saat.
Kata-katanya sendiri bukanlah masalah besar. Itu hampir sama dengan
keinginan Shidou.
Namun ---- Bagaimana bisa? Melihat wajah Mayuri, yang mengatakan hal itu, ia merasakan
sesuatu yang serupa dengan rasa aneh ketika waktu akan segera berlalu.
"... ...? Ada apa, Shidou? "
"Tidak ada ... ... Bukan apa-apa."
Mendengar jawaban Shidou yang ambigu, Mayuri memiringkan lehernya ragu-ragu. Kemudian
ia melanjutkan kata-katanya.
"Ngomong-ngomong, ayo kita pergi mengambil peruntungan kita. Bagaimanapun juga, kita berada di kuil. "
"Y-ya, kau benar."
Setelah menjawab ajakan Mayuri, mereka berdua, secara berdampingan, berjalan dari dalam
tempat suci-honden ke tempat di mana mereka bisa mengambil peruntungan mereka.
Kemudian, di tempat itu, mereka melihat sosok seseorang yang familiar sudah
berada disana.
"Nh? Itu ... ... "
Yang berada disana adalah seorang gadis bertubuh loli yang mengenakan topi menggemaskan. Di tangan kirinya,
terdapat boneka kelinci yang lucu.
Benar. Dia adalah gadis yang tinggal di mansion sebelah kediaman Itsuka, Yoshino, dan temannya, "Yoshinon".
"Yoshino dan Yoshinon, kalian juga di sini, eh?"
"Ah ---- Shidou-san, Mayuri-san."
"» Arara ~~. Kalian berdua juga datang untuk berdoa ~~? "
"Yoshinon" mulai menggerakan mulutnya, membuka dan menutup, sembari membuat gerakan isyarat dan memandang wajah Shidou dan Mayuri. Mayuri mengangguk
sebagai respon.
"Ya. seperti yang kamu katakan. Dan karena kita sudah berada di sini, kurasa kita akan mengambil peruntungan kita."
Jawab Mayuri. Kemudian, "Yoshinon" mulai menggerakkan tangannya.
""Oh benarkah? Sebenarnya, kita berdua juga baru saja mengambil peruntungan kita. Ayo ayo,
Yoshino ~~, kenapa tidak kamu tunjukkan kepada mereka ~~? "
"Ah iya."
Yoshino menunjukkan pada mereka dua potongan kertas kecil di telapak
tangannya.
Setelah melihat mereka, Shidou dan Mayuri berseru heran:
[ "Hee."]
"Menakjubkan. Kalian berdua punya "nasib baik". "
"Sepertinya kamu punya Dewi keberuntungan di sisimu, apa itu benar?"
Mendengar kata-kata Shidou dan Mayuri, Yoshino tertawa malu-malu selagi
"Yoshinon" tertawa bangga.
"Yah, kita tidak boleh ketinggalan, kan? Mari kita lihat, kita cukup memasukkan
uang di sini ...? "
Shidou memasukkan koin ¥ 100 kedalam kotak dan, berharap dengan tulus untuk yang terbaik, mengambil
peruntungannya. Dia membukanya dan memeriksa kalimat yang tertulis di atasnya.
"... ... Eh ?! Nasib buruk ?! "
Dia tidak sadar membuat muka masam. Disana, pada lembar kertas kecil, dua
kata yang diucapkannya mengisyaratkan nasib buruk yang mungkin tertulis.
"» Arara ~~. Jangan dipirkan. "
"Tolong, jangan tertekan, Shidou-san ... ..."
"Y-ya ... ..."
Sembari tertawa getir mendengar kata-kata Yoshino yang menghiburnya, dia mendesah * Haa *.
Setelah itu, Shidou melihat ke arah arah Mayuri.
"Bagaimana denganmu, Mayuri?"
"Nh ... ..."
Setelah mendengar pertanyaan Shidou, Mayuri menunjukan peruntungan yang dia
punya Shidou dan Yoshino.
Kata-kata yang tertulis adalah ---- "Nasib Buruk".
"» Ee ~~ ?! Kamu juga Mayuri-chan ?! Sungguh malang ~~! "
Setelah melihat itu, "Yoshinon" menekan pipinya dengan kedua tangannya dan berpose seperti Munch "The Scream". Yoshino buru-buru berbicara, mencoba
untuk menghibur.
"Tapi-tapi ... apa yang dikatakan tidak selalu benar-benar terjadi ... ..."
"Nh ... ...?"
Namun, pada saat itu, Shidou memiringkan lehernya.
"... ... ... ..."
Meskipun dia punya nasib buruk, untuk beberapa alasan, Mayuri kelihatannya, meskipun hanya
sedikit, raut mukanya senang.
Yoshino dan "Yoshinon" mungkin menyadarinya juga. Dengan wajah bingung, mereka
menanyai Mayuri.
"» Eh? Mayuri-chan, apa kamu menyukai nasib buruk? "
"Kamu kelihatan ... entah bagaimana ... ... senang."
"Tidak ... ... Bukan itu. Hanya saja ---- "
Dia tidak mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan kata-katanya. Entah dari mana, embusan angin tiba-tiba bertiup
dan menerbangkan daun jatuh yang ada disekitar ke udara.
Dia berpikir bahwa Mayuri mungkin sudah benar-benar mengatakan sesuatu pada saat itu ...
... Tapi dia tidak bisa mendengarnya terlalu jelas karena suaranya telah bercampur dengan
kebisingan yang telah dibuat oleh angin yang bertiup.
Setelah berpisah dari Yoshino dan "Yoshinon", Shidou dan Mayuri sekali lagi
lagi berjalan-jalan di kota.
"Sekarang, kemana kita akan pergi?"
"Nh. Aku sudah memutuskan kemana kita akan pergi. Sana."
Setelah mengatakan hal itu, Mayuri menunjuk sebuah toko di seberang jalan.
"Disana? ... ... Bukankah itu toko ¥ 100? Apa kamu yakin? Kita tidak selalu memiliki
kesempatan seperti ini ... "
Shidou berbicara dengan terkejut. Benar. Itu hanya toko ¥ 100 biasa. Terus terang, itu toko dimana mereka bisa kesana kapanpun mereka inginkan.
"Aku yakin. Aku selalu ... ... ingin pergi. "
Namun, Mayuri mengatakannya dengan sungguh-sungguh dan menatap mata Shidou.
Jika dia benar-benar ingin kesana, Shidou tidak keberatan. Dia menjawab: [ "Aku mengerti."], Dan mereka berdua memasuki toko.
Bagian dalamnya dipenuhi dengan banyak barang yang berbeda, manisan, dan hal-hal lain yang
dipajang. Ini jelas, tapi semuanya harganya hanya ¥ 100. Hari ini, ini bukanlah apa-apa selain toko yang normal bagi Shidou. Namun, toko ini
benar-benar sesuatu yang luar biasa. Pertama kali ia mengunjungi salah satunya, ia
diselimuti oleh rasa kemahakuasaan yang luar biasa..
Jika Mayuri belum pernah mengunjungi toko seperti ini sebelumnya, maka itu bisa mengerti
mengapa dia begitu tertarik. Bahkan, sejak mereka tiba, Mayuri bergegas melihat-lihat apa yang ada didalam toko dengan rasa ingin tahu.
Kemudian...
"... ... ¿Nh?"
Ketika ia sedang berjalan di dalam toko mengikuti Mayuri, Shidou menjumpai kelompok dua orang yang penasaran.
Salah satu dari mereka adalah seorang gadis dengan rambut sebahu, dengan
fitur wajah seperti boneka. Yang lain adalah seorang gadis dengan rambut dikepang, dan
ekspresinya tampak seolah-olah dia sedang berjalan di bulan.
Kedua gadis itu mengisi keranjang belanja mereka dengan berbagai barang dan
berbisik-bisik mengenai sesuatu sembari jongkok.
"... ... Dengan cara itu, bahkan jika kamu tidak punya uang yang cukup, tergantung pada akalmu dan bagaimana
kamu menggunakannya, Kamu dapat mendapatkannya di sini. "
"Kagum. Menakjubkan, Master Origami. Itu akan sangat membantuku. "
"Secara khusus, senar pancing nilon memiliki kegunaan yang luas. tidak ada salahnya untuk memiliki beberapa. "
"Pertanyaan. Bagaimana kamu menggunakan segel plastik ini? "
"Itu juga barang yang sangat berguna. Jika kamu menahan tangannya di punggungnya dan mengikat ibu jari Shidou satu sama lain ... ... Maksudku, targetmu, itu saja sudah cukup sebagai pengganti sepasang borgol untuk ibu jari. Jika kamu dapat membatasi gerakan tangannya, sisanya tergantung pada kita "
"Merasa ngeri. Aku mengerti. Aku akan mengingatnya. "
"... ... Origami, Yuzuru. Apa yang kalian lakukan di tempat seperti ini? "
Setelah Shidou bertanya dengan mata yang setengah terpejam, Dua gadis itu ---- Tobiichi Origami dan
Yamai Yuzuru, tersentak karena terkejut.
"Shidou, kenapa kamu di sini?"
"Keheranan. Kamu mengagetkanku."
"... ... Tidak, aku adalah orang yang terkejut!"
Shidou menunjuk keranjang belanja yang ada sebelah dua gadis itu selagi keringat membasahi
pipinya.
Isi keranjang itu terdiri dari bermacam-macam barang yang biasa ... ... Tapi kenapa dia memiliki perasaan yang buruk mengenai itu? Shidou hanya bisa merasakan aura jahat yang berasal dari keranjang belanja itu dan tidak ada yang lain.
"Kalian berdua, apa yang kalian rencanakan dengan ...?"
Ketika Shidou hendak menyelesaikan kalimatnya, Origami dan Yuzuru tiba-tiba
berdiri dan keduanya mengangkat tangan mereka dengan buru-buru.
"Aku teringat ada sesuatu yang mendesak. Hati-hati, Shidou. "
"Persetujuan. Terutama pada malam berbulan. "
Setelah mengatakan hal itu, mereka berjalan dengan cepat ke kasir.
Sejujurnya, Shidou merasa bahwa ia harus mencari tahu apa sebenarnya niat mereka berdua ... ... Tapi karena dia juga takut mendengar sesuatu yang tidak diinginkan, ia
memilih untuk tetap diam.
Kemudian, Mayuri tiba-tiba mengulurkan wajahnya dari sudut rak.
"Shidou, apa yang kamu lakukan?"
"Nh. Tidak ... ... aku minta maaf. Aku hanya melihat sesuatu. "
Ini akan menjadi masalah jika niatnya akhirnya tertangkap di dunia ini ... Shidou
samar-samar menyembunyikannya dan berjalan menghampiri Mayuri.
Dia berada di daerah di mana banyak menampilkan mainan, di sebelah sudut
dengan beraneka barang yang mana saat ini Shidou berada. Setelah mengkonfirmasi bahwa Shidou tiba, ia menunjuk salah satu liontin yang dipajang di rak dan menatap Wajah Shidou.
"Aku ingin ini."
"Eh?"
Mendengar kata-kata Mayuri, Shidou melebarkan matanya. Liontin yang Mayuri
tunjuk tampak manis, itu tidak bisa dipungkiri, tapi tentunya memiliki kualitas yang setara untuk toko ¥ 100. Mungkin, akan tampak manis bila anak SD memakainya, tapi ia merasa itu tidak cocok untuk seorang gadis remaja seusia Mayuri.
"Aku tidak punya masalah dengan itu ... ... Tapi Kamu bisa meminta sesuatu yang lebih bagus,
kamu tahu?"
"Tidak. Aku ingin yang ini. ... ... Apa tidak boleh? "
"Bukan begitu, tentu saja boleh. Nah, kita akan pergi membayarnya? "
"Oke."
Mayuri mengangguk dengan ringan. Shidou mengambil liontin yang Mayuri tunjuk, lalu pergi ke kasir, dan membayarnya.
Pada saat itu, dia merasa melihat dua orang gadis di kasir yang
membayar untuk banyak barang kebutuhan. Mengesampingkan untuk apa barang-barang tersebut,
Shidou memutuskan untuk mengabaikannya seolah dia tidak melihat apa-apa.
"Mayuri, kemari."
Setelah meninggalkan toko, ia mengambil liontin itu dari tas dan menyerahkannya pada
Mayuri.
"... ... ... ..."
Namun, Mayuri tidak mengambilnya. Sebaliknya, ia diam-diam menunjuk ke
lehernya.
Untuk sesaat, ia tidak mengerti apa yang Mayuri coba untuk katakan ---- Tapi dia
segera menemukan jawabannya. Shidou, dengan senyum yang dipaksakan, mengalungkan liontin itu ke leher Mayuri.
"... ... * Fufu *."
Mayuri berputar, dengan ujung-ujung jarinya, liontin itu menghiasi dadanya dan
mengelebatkan senyum lebar.
"Bagaimana penampilanku?"
"Ya, itu sungguh cocok untukmu ... ... Meski, bagaimana mengatakannya ya? Tapi ya,
kamu tampak sangat manis. "
"... ... Aku mengerti."
Mendengar pujian dari Shidou, Mayuri, setelah menjawab, ia terlihat agak
malu, ia berbicara dengan suara pelan: [ "----- terima kasih."].
Setelah meninggalkan toko ¥ 100, sambil berjalan dengan tenang di kota,
Mayuri tiba-tiba menghentikan langkahnya seolah-olah dia telah menemukan sesuatu.
"Hei, Shidou, apa itu?"
"Itu?"
Ketika melihat tempat yang dimaksud Mayuri, ia bisa melihat ada tempat dengan tanda bergambar kucing. Shidou membuka mulutnya sambil mengangguk dengan ringan.
"Itu adalah apa yang mereka sebut" Neko Café "."
"Neko Café?"
"Benar. Singkatnya, itu adalah sebuah kafe di mana kamu dapat minum sambil bermain-main dengan kucing.
Menunya juga bertemakan berdasarkan kucing. "
"* Fuu ~ n * ..."
Mayuri menjawabnya sambil melihat tanda yang bergambar kucing.
Dia tampaknya tidak terlalu tertarik ... ... Tapi itu tidak seperti itu. Suara Mayuri
terdengar tidak karuan, tapi matanya tampak berkilau dengan cahaya aneh.
"Bagaimana kalau kita kesana sebentar?"
"Eh? Nh ... ... Tapi ini bukan bagian dari rencana kita ... "
"Tidak masalah. Hari ini aku akan menemanimu kemanapun kamu inginkan, Mayuri. "
Mendengar apa yang dikatakan Shidou, Mayuri, dengan tampak sedikit malu, mengatakan: [ "-...
... Baiklah, tapi hanya sebentar. "].
"Kemudian, sudah diputuskan. Nah, akankah kita masuk sekarang? "
Shidou memasuki Neko Café dengan Mayuri.
"* Waa * ... ..."
Mereka bisa melihat bahwa didalam toko ada banyak kucing dari beragam spesies.
Ada beberapa yang meringkuk bersama-sama, meregangkan badan, dan ada pula yang mendengkur.
Namun, sebaliknya, mereka tidak bisa melihat satupun pelanggan. Hari ini adalah hari libur.
Fakta bahwa tidak ada satupun pelanggan, pasti, bukanlah hal yang biasa ... ... Tapi mungkin ini bukan toko terkenal.
Selagi Shidou menduga hal-hal secara kasar, seorang gadis yang tampaknya adalah seorang
karyawati, menghampiri mereka dengan cara berjalan yang sembrono dari belakang tempat pembayaran.
"Umm, kami benar-benar menyesal. Kebetulan seorang pelanggan sudah memesan tempat ini hari ini... ... "
Setelah mengatakan hal itu, karyawati itu menunduk mengekspresikan penyesalan ... Shidou mengangguk setelah ia memahami yang terjadi. Jadi itu sebabnya tidak ada siapa pun pelanggan disini.
"Ah, aku mengerti. Nh ~ ... Sungguh disayangkan. "
"Mau bagaimana lagi. Masih ada beberapa tempat lain yang ingin kukunjungi, jadi mari kita pergi. "
"Nh. Oke. "
Tapi ---- Saat Shidou dan Mayuri hendak meninggalkan toko, setelah berbalik 180°,
seorang gadis dengan rambut hitam yang mengenakan pakaian menjemukan tiba. Mungkin sesuatu yang baik telah
terjadi padanya, itu karena dia sedang menyenandungkan lagu yang menunjukkan bahwa dia sedang dalam mood yang bagus.
"Eh? Kurumi ... ...? "
Setelah melihat wajahnya, Shidou menyebutkan namanya tanpa sadar.
Benar. Orang yang telah memasuki kafe itu tak lain adalah
Tokisaki Kurumi.
"Eh? Ah ---- Shi-Shidou-san ?! "
Pada saat itu, Kurumi akhirnya menyadari Shidou dan Mayuri. Dia mengejangkan bahunya dan menampilkan ekspresi terkejut dengan jelas.
Kemudian, untuk mengimbangi situasi yang terjadi, karyawati Neko Café berbicara.
"Ah, selamat datang. Kami sudah menunggu anda. Terima kasih untuk pemesanan tempat hari ini."
Karyawati itu membuat sambutan kecil. Mungkin karena ia melihat hal itu, keringat
mulai mengalir dari wajah Kurumi.
"Oh, jadi kamu adalah orang yang sudah memesan tempat ini, ya, Kurumi?"
"Apa kamu suka kucing?"
"K-Kamu salah! Aku tidak seperti itu! "
Setelah mendengar apa yang dikatakan Shidou dan Mayuri, Kurumi menggelengkan kepalanya kuat-kuat sembari menjawab dengan suara nyaring.
"Eh? Lalu kenapa kamu datang kemari ...? "
"Aku baru saja membuat kesalahan. Kupikir ini adalah kafe biasa, tapi sepertinya
aku salah, benar begitu? Aku belum pernah ke tempat seperti ini. ---- Nah kemudian, Shidou-san,
Mayuri-san, semoga hari kalian menyenangkan. "
Jawab Kurumi sambil menunduk, anehnya, ia berbicara dengan cepat dan berusaha meninggalkan kafe.
Tapi, mungkin karena dia terburu-buru, dia menggantungkan tas yang ada ditangannya di rak dan isinya jatuh berceceran di lantai.
"Kyah!"
"Ah, kamu baik-baik saja?"
"Hati-hati."
Shidou dan Mayuri berjongkok dan mengumpulkan isi tas yang
berceceran.
Kemudian...
"... ... Nh? Apa ini? 'Kartu poin Neko Café Kitty Park' ... ...? "
"* Wah * ... Ini punya jumlah stempel yang luar biasa."
"* Uoh * ... Kamu benar. Ini luar biasa. Aku bertanya-tanya berapa kali kamu datang kemari untuk mendapatkan stempel sebanyak ini ... ... "
"Ah, lihat ini. Ada banyak mainan kucing di sini. Neko Jarashiku ... ...? "
"Kya ~~~ h!"
Selagi Shidou dan Mayuri menatap penasaran apa yang ada di dalam tas,
Kurumi berteriak nyaring yang terdengar seperti tangisan dan merebut segala sesuatu dari tangan mereka.
"Kurumi, bagaimanapun juga, kamu ... ..."
"Kamu salah! Ini, begini ... ... Ini adalah sesuatu yang aku pungut! Aku baru saja akan
membawanya ke pos polisi! "
Kurumi menjelaskan sembari memasukkan kartu poin dan mainan kucing kedalam tas. Tampaknya dia ingin bersikukuh menekankan bahwa tidak ada hubungan antara dia
dan kafe ini.
Akan tetapi, setelah itu, kucing yang ada di kafe mulai mengeong. mereka
mendekati Kurumi dan menyandarkan kaki mereka di kaki Kurumi.
---- Seakan-akan berkata "bermainlah dengan kami" atau "berikan aku snack,".
"Ah ... Uh .... Ah .... Ah ... ..."
Dengan sikap yang menyiratkan dia tidak bisa menyingkirkan kucing yang berkumpul di kakinya
bahkan jika dia menginginkannya, Pipi Kurumi memerah dan ia menampilkan wajah yang bermasalah.
"... ... Mayuri."
"Nh ... ..."
... ... Pada titik ini, mereka mulai merasa kasihan padanya. Shidou dan Mayuri bertukar pandang dan mengangguk pada waktu yang bersamaan.
"Baiklah, sepertinya yang kamu katakan. Maaf, maaf, aku salah. "
"Benar. Kurumi tidak akan pernah datang ke Neko Café. "
Mereka mengatakan hal itu, tapi jelas meragukannya. mereka berjalan melewati Kurumi, yang wajahnya masih memerah, dan meninggalkan kafe.
---- Sekitar 20 menit setelah itu, Shidou dan Mayuri mencapai supermarket terdekat.
Rasanya lebih seperti perjalanan belanja keluarga daripada kencan ... ... Tapi karena ini pertama kalinya Mayuri kesana, itu bisa dipahami.
Tapi ia tampaknya tidak memiliki tujuan yang ditetapkan. Shidou berjalan didalam
toko mengikuti Mayuri, yang melihat bahan-bahan makanan dengan minat yang besar.
"* Hee * ... ... Mereka punya segalanya di sini, bukan begitu? Apa kamu sering berbelanja disini, Shidou? "
"Ya. Tergantung, aku juga belanja di distrik perbelanjaan dan toko-toko lainnya,
tapi aku kemari cukup sering karena dekat dengan rumahku. "
"* Fuu ~ mh * ... ..."
Selagi Mayuri mengatakan hal itu, perutnya mengeluarkan suara * Guu ... ... * yang menarik perhatian.
"... ...!"
Dia meletakkan tangannya di perutnya dan memalingkan wajahnya karena malu.
"Ahaha ... Kalau dipikir-pikir, kita belum makan siang. Kamu lapar, kan? Berada di bagian bahan-bahan makanan dengan perut kosong cukup menggoda, benar begitu? "
Shidou mengatakannya sembari mengangkat bahu, dan melihat sekeliling.
"Setelah kita pergi dari sini, bagaimana kalau kita pergi cari makan? Ada banyak toko di sekitar sini.
Meskipun, kita juga bisa membeli roti atau onigiri dan memakannya di taman. "
Mayuri mengangkat wajahnya seakan mengingat sesuatu.
"Nh ... ... Jika kita mau makan, ada tempat yang ingin kukunjungi. Bisakah kita makan siang di sana? "
"Ya tentu saja. Tapi jangan pergi ke tempat yang biayanya sangat mahal, tidak apa-apa kan? "
"Tidak masalah. Kamu adalah seorang ahli dalam cuci piring, benar kan, Shidou? "
"Bisakah kamu tidak melanjutkan percakapan dengan premis bahwa aku harus mencuci
piring?! Tolong?!
"
Pipi Shidou sedikit berkedut dan Mayuri melonggarkan pipinya dengan * Fufuh *.
Kemudian, dari belakang, suara yang familiar terdengar.
"---- Ara? Shidou dan ... ... Mayuri? "
"Nh ... ...?"
Mereka membalikkan badan mereka menanggapi suara itu. Disana, ada seorang gadis dengan rambut panjang
yang diikat dengan dua pita hitam, berdiri membawa keranjang belanja di tangannya. ---- Dia
adalah adik Shidou, Itsuka Kotori.
Kotori menampilkan ekspresi terkejut pada awalnya, tapi kemudian ia tampak seolah-olah memahami situasi dan mengangguk.
"Ah ... ... Aku penasaran mengapa kamu keluar rumah pagi-pagi pada hari libur, tapi sekarang aku paham. "
Shidou tidak benar-benar bermaksud menyembunyikannya, tapi menerima sikap seperti itu, untuk beberapa
alasan, dia merasa malu. Dia menjawab sambil menggaruk-garuk pipinya.
"T-tidak ada yang salah dengan itu, kan?"
"Benar. Aku tidak mengatakan itu adalah hal yang buruk. Dan aku tidak akan melakukan sesuatu
kasar seperti mengganggu kencan orang lain. "
Kotori mendesah seakan mengatakan "yare, yare". Meskipun dia lebih muda dari
Shidou, itu tampak sebaliknya.
"... ... Tunggu. Kotori, apa yang ada di keranjangmu? "
Shidou menunjuk keranjang belanja yang Kotori bawa. Itu penuh dengan
Chupa Chups, permen favorit Kotori.
"Apa kamu tidak merasa bahwa membeli sebanyak itu terlalu berlebihan ... ...?!"
"Mau bagaimana lagi?! Ini rasa baru! ---- Dan yang lebih penting, Mayuri, jika Shidou
melakukan sesuatu padamu beritahu aku segera, oke? Wajahnya adalah Shiori-chan,
tapi seorang laki-laki akan selalu menjadi seorang laki-laki, kan? "
"Nh. Baik."
"Hei, tunggu! Tunggu sebentar! "
Setelah Shidou menyipitkan matanya, Kotori menjulurkan lidahnya dan mulai menjauh dari
sana.
"Baiklah, aku akan pergi dulu. Tapi ingat, jika kamu pulang telat aku nanti akan mencurigai banyak hal, oke? "
"Ah, hei, tunggu! Makan permennya setelah makan siang! "
Shidou berteriak dari balik punggung Kotori selagi dia beranjak pergi. Dia melirik sekilas pada Shidou dan
melambaikan tangannya.
Setelah melihat hal itu dan mendesah ringan, Shidou menatap Mayuri.
"Kalau begitu ... ... Bagaimana kalau kita pergi makan sesuatu? Kalau tidak salah, Kamu berkata ada tempat yang ingin kamu kunju... ... "
Shidou menghentikan kata-katanya.
Mayuri, karena suatu hal, berjongkok dan mengambil lollipop ---- sebuah Chupa
Chups.
"... ... Rasa baru ..."
Mayuri mengatakan itu dan menatap Chupa Chups dengan minat besar.
"... ...Tolong. Makanlah itu setelah makan siang. "
Peristiwa itu, anehnya, begitu manis, sampai-sampai Shidou tak sengaja tertawa.
Setelah meninggalkan supermarket, Mayuri mengajak Shidou ke kedai kari yang terletak di
sudut suatu jalan.
Rupanya itu adalah sebuah kedai yang terkenal di mana antrian besar terbentuk, tapi, mungkin
karena ini sudah sedikit lewat waktu makan siang, mereka berdua mampu memasuki kedai
tanpa harus mengantri.
Shidou memesan katsu-curry, dan Mayuri memesan karaage-curry. Dari
kedua piring, bau yang sedap dari campuran rempah-rempah yang kompleks, membubul dan membuat
perut mereka berbunyi.
"Oh, ini terlihat lezat, bukan? Baiklah, selamat makan. "
"Selamat makan."
Shidou dan Mayuri mengulurkan tangan mereka bersama-sama sambil menghadap satu sama lain,
mereka meraih sendok dan memakan kari pada saat yang bersamaan.
"NNH! Lezat! Dan tidak hanya karinya, kerenyahan katsunya juga tak tertahankan! "
"Nh ... ... Kamu benar, ini lezat."
Mayuri mengangguk setuju dengan kata-kata Shidou.
Kemudian, dia kembali memakan karinya, dan setelah itu, ia menatap piring Shidou.
"Nh? Ada apa, Mayuri? "
"Itu kelihatan lezat."
Dia mengatakan itu dan menunjuk pada katsu yang ada di kari Shidou.
"Ah, kamu mau?"
"... ... ... ..."
Dengan pipi yang memerah, Mayuri mengangguk dengan ringan. Melihat sikapnya yang lucu, Shidou tertawa * Haha *.
"... ...?"
"Ah, tidak, aku minta maaf, aku minta maaf. Ini."
Shidou meminta maaf dan meletakkan sepotong katsu di piring Mayuri.
"Terima kasih. ---- Lalu, ambil ini. "
Kemudian, sebagai apresiasi, Mayuri memberikan beberapa karaagenya untuk Shidou.
"Oh terima kasih. ---- Mungkin hal-hal seperti ini adalah kenikmatan sebenarnya makan bersama orang lain, ya? "
"Ya kamu benar."
Shidou tersenyum dan Mayuri, sebagai tanggapan, juga tersenyum lebar.
"Tapi ini benar-benar lezat. Sekarang aku mengerti mengapa kamu ingin makan ini, Mayuri. "
"Nh ... ... Tidak ..."
Mayuri menjawab dengan canggung kata-kata dari Shidou.
"Sejujurnya, tujuan utamanya bukanlah kari."
"Eh? Lalu, mengapa kamu berkata kamu ingin datang ke sini? "
Mayuri perlahan menggerakkan tangannya dan menunjuk potongan katsu di piringnya.
"Ini."
"... ... Nh?"
"Aku ingin ... ... saling bertukar."
Mungkin karena itu agak memalukan untuk mengatakannya, Mayuri mengatakannya dengan berbisik sambil mengalihkan pandangannya ke tempat lain.
Mendengar alasan yang lucu, Shidou menjawab: [ "Aku mengerti."], Dan tersenyum sekali
lagi.
Kemudian...
"... ... Eh?"
Seakan bertepatan dengan itu, karena suatu hal, bagian dalam kedai mulai gaduh. Shidou mengerutkan kening dengan curiga.
Namun, alasannya segera diketahui. Setelah pintu kedai terbuka,
seorang gadis masuk.
Rambut berwarna-malam dan pupil kristal. Dia adalah gadis yang cantik, sosoknya tak terlupakan bahkan jika kamu hanya melihatnya sekali. Bahkan, kedua pekerja dan pelanggan, yang
tampaknya pelanggan tetap, berbalik untuk menatapnya.
Tapi, tatapannya tidak tampak tercuri oleh kecantikan gadis itu.
"M-mungkinkah ... ..."
"Ya ... ... Tidak salah lagi. Dia Ratu. "
"I-itu dia? Aku tidak percaya itu ... ... "
Para pelanggan berbisik-bisik. Akan tetapi, gadis yang dijuluki "Ratu" melebarkan matanya ketika melihat Shidou dan Mayuri yang duduk di belakang.
"Ooh! Bukannya itu Shidou dan Mayuri! Jadi kalian juga datang kemari, ya ?! ""
Dia mengatakan itu dan duduk di meja disebelah mereka dengan tampak senang.
Benar. Orang yang telah memasuki kedai adalah teman sekelas Shidou yang juga
tetangganya, Yatogami Tohka.
"Tohka? Kamu akan makan siang di sini juga? "
"Tidak. Aku sudah makan siang. Sekarang saatnya untuk snack! "
"Kari sebagai snack ... ...?"
Mayuri mengatakannya dengan bingung, dan kemudian, Tohka menjawab : [ "Umu!"] dengan penuh semangat.
"Kedai ini menakjubkan, kalian tahu? Kalian mungkin tidak akan menyangka ... Mereka memberiku kari gratis!"
"Gratis? Tidak, itu tidak mungkin ... ... "
"Itu benar! Pemilik, beri aku yang itu! "
Tohka mengacungkan jarinya dengan tegas dan menunjuk menu yang tertera di
dinding.
Disitu dikatakan: "Kari Jumbo Spesial. Jika anda menghabiskannya dalam rentang waktu kurang dari 10 menit, itu Gratis!".
"Y ... ... Ya! Segera!"
Pekerja yang menerima pesanan menuju dapur dengan tampak gelisah.
Kemudian, setelah beberapa saat, dua pekerja membawakan kari dengan wadah
yang seukuran baskom besar.
"S-Silakan. Kari Jumbo Spesial. "
"Umu!"
"Bagus, batas waktu 10 menit. ... ... Anda bisa mulai. "
Pekerja, karena suatu alasan, berbicara tanpa antusiasme. Tohka menangkupkan tangannya dengan * Clap * dan berterima kasih pada mereka atas hidangan yang disajikan. Kemudian, ia meraih
sendok dan mulai menyendokkan kari ke mulutnya dengan kecepatan yang mengerikan.
Kemudian, hampir 5 menit setelah ia memulainya,
"---- Terima kasih banyak atas makanannya! Umu! Hari ini juga lezat! "
"" "Ooooooooooohhhhhhhhh ~~~~~~ ... ...!" ""
Setelah Tohka menangkupkan kedua tangannya sekali lagi, kerumunan, pada titik ini meningkat, suara yang gemetar bisa terdengar. Kemudian, hujan tepuk tangan terdengar.
"Mengagumkan ... ... Dia menghabiskan Jumbo Spesial yang tak tertaklukkan hanya dalam 5 menit ...
... "
"Seperti yang diharapkan dari Ratu ... ..."
Setelah melihat peristiwa itu, Shidou dan Mayuri tertawa dengan lemas.
"Ah ... ... aku mengerti."
"Ratu, ya?"
Mereka berdua saling pandang dan menghela napas * Puh * pada waktu yang sama.

----Di tanah yang berwarna merah karena matahari terbenam, dua sosok meregangkan badan mereka.
Shidou dan Mayuri, mereka menikmati kencan sepenuhnya, mereka berjalan bersama-sama
ke taman di atas bukit.
Dari tepi tebing, seluruh kota Tengu terlihat. Matahari sore
menyinari celah antara bangunan, menghasilkan
pemandangan hampir tak terlukisan yang fantastis.
Tentu saja mereka datang kesini karena keinginan Mayuri, tetapi, untuk suatu alasan, Shidou merasa seperti taman ini merupakan bagian dari perkembangan kencan hari ini.
"Bagaimanapun juga kurasa, ini adalah tempat yang terakhir."
Shidou berbicara sambil sedikit meregangkan badannya. Mayuri, yang sedang melihat kota dengan
menyandarkan tangannya di pagar, meliriknya.
Kemudian, dia tersenyum seakan mengatakan "Kamu benar", dia tetap diam untuk sementara waktu.
Tapi ---- Shidou tidak merasakan kegelisahan ataupun tekanan dalam keheningan itu.
Meskipun ia tak punya bukti, entah bagaimana ia berpikir bahwa Mayuri, pasti, merasakan hal yang sama
seperti dia. Bahkan jika mereka tidak berbicara, kamu bisa mengatakan itu adalah suasana santai.
Pada suatu titik, perasaan itu muncul diantara mereka berdua.
"---- Hei, Shidou."
Siapa yang tahu sudah berapa lama waktu berlalu.
Tiba-tiba, Mayuri berbicara.
"Aku bermimpi."
"Mimpi... ...?"
"Ya. Mimpi. Mimpi yang sungguh... ... mengerikan. "
"Mimpi apa? Apa mimpi tentang hantu? "
"Bukan. Bukan mimpi semacam itu. Tapi----"
Mayuri melanjutkan kata-katanya sambil menatap kota Tengu dengan pandangan yang jauh.
"Tidak ada yang bisa melihatku. Bahkan saat aku berjalan, bahkan saat aku ada di situ, bahkan saat aku
berbicara, tidak ada ---- yang memperhatikan keberadaanku. "
"Itu ... ... terdengar seperti mimpi yang benar-benar mengerikan."
Shidou mengatakannya sambil sedikit mengernyitkan alisnya.
Manusia menjadi manusia ketika mereka berinteraksi dengan manusia lain ... ... Seseorang pernah
mengatakan itu. Jika kamu menyadarinya, tapi tidak ada yang bisa melihatmu ... jika tidak ada yang bisa
mendengarmu ... Jika tanganmu tidak bisa menyentuh siapa pun ...
Itu pasti akan menjadi ---- situasi yang tak terkirakan ... yang dipenuhi banyak
penderitaan.
Dia hanya membicarakan mimpi. Meski begitu, Mayuri benar-benar merasakan teror dari itu, bahkan jika itu hanya beberapa saat, Shidou hanya bisa mengubah ekspresinya.
"Tapi kamu tahu?..."
Mungkin karena menebak pikiran Shidou, Mayuri melanjutkan kata-katanya.
"Di dalam kengerian, mimpi yang mengerikan, ada seseorang, dan hanya seseorang, juru selamat."
"Juru selamat ... ...?"
"Ya. ---- Ada seseorang yang menyadariku, bahkan ketika tidak ada seorangpun yang bisa
melihatku."
"* Hee * ... ... Yah, aku senang mendengarnya."
Setelah Shidou mengatakan hal itu, Mayuri, tampak seperti dia tidak bisa menahannya lagi, ia tersenyum lebar.
"* Fu * ... ... * Fufuh * ..."
"A-ada apa?"
"* Fufu * ... Maafkan aku. I¯ t itu hanya karena ---- orang itu ... itu kamu, Shidou. "
"Eh?"
Mendengar kata-kata Mayuri, Shidou melebarkan matanya.
"A-aku?"
"Benar. Kau menemukanku. Sungguh, terima kasih banyak. ... ... Yah, bahkan jika
aku hanya berbicara mimpi. "
Setelah menertawakan dirinya sendiri, Mayuri mengangkat bahunya.
"... ... ... ..."
Shidou sedikit menggerakkan bibirnya sambil menatap Mayuri.
"... ... Yah, bagaimana mengatakannya ya? Mengatakan hal ini karena mimpi yang aneh, sekiranya,
tapi ... ... Kalau aku punya semacam kekuatan spesial, aku ... pasti akan menemukanmu. Meski tidak ada orang lain yang bisa melihatmu, meski hanya aku, tanpa gagal ---- aku akan menggenggam tanganmu erat-erat. "
"... ...!"
"Itu sebabnya ... ... jika kamu punya masalah ... datanglah padaku kapan saja! Bahkan jika itu ada di
mimpi atau di mana pun! "
Setelah mengacak-acak rambutnya, Shidou mengatakan hal itu dengan berlebihan.
Kemudian, Mayuri, setelah beberapa saat dalam  keheningan, ia menghirup napas dalam-dalam dan menghampiri Shidou dengan langkah tegas.
Dia menghampirinya pada jarak di mana ia bisa merasakan napas, dan mulai menatap
matanya.
"A-ada apa?"
"Kamu bilang aku bisa datang padamu kapan saja, jadi aku lakukan."
"... ...Kenapa kamu..."
Shidou mendesah * Haa * karena sepertinya Mayuri menggodanya.
Kemudian, Mayuri perlahan mengulurkan tangannya, dan menutup mata Shidou. bidang penglihatannya
yang diwarnai oleh matahari terbenam tiba-tiba menjadi gelap gulita.
"Hei, hei, apa yang kamu ----"
Pada saat berikutnya.
Kata-kata Shidou terputus pada pertengahan kalimat.
Jika mengatakan yang sebenarnya, itu karena ada gangguan.
---- Secara fisik, oleh bibir Mayuri.
"... ...?!"
Untuk beberapa saat, dia tidak tahu apa yang terjadi karena bidang penglihatannya
masih gelap, tapi sedetik kemudian, otaknya mulai memahami situasi yang terjadi.
Tapi, bahkan jika ia memahaminya, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak memeluk atau
menjauh dari Mayuri. Dia hanya berdiri diam seperti patung.
Beberapa saat kemudian, Mayuri memisahkan bibirnya dari bibir Shidou dan menyingkirkan
tangannya dari mata Shidou.
"---- Aku benar-benar senang bahwa kamu adalah orang yang menemukanku."
Dia menjilat bibirnya dengan nakal dan, hanya seperti itu, lalu mulai berjalan pergi.
"H-hei, Mayuri ?!"
"Sampai jumpa, Shidou. ----Kapan-kapan ketemuan lagi."
Mayuri melambaikan tangannya seolah mengatakan akan menjadi berlebihan bila mengatakan lebih dari apa yang telah dikatakan.
"... ... Ya ampun. Dia ... ... "
Shidou menggaruk-garuk pipinya dan mendesah panjang. Sekarang, untungnya,
wajahnya disamarkan oleh matahari terbenam. Sebelumnya tidak pernah seperti ini, tanpa diragukan lagi wajahnya memerah seperti tomat.
Kemudian----
"... ... Eh?"
Ketika punggung Mayuri sudah tidak tampak lagi, Shidou merasakan perasaan yang aneh.
---- Ada air mata yang mengalir di pipinya.
"Eh? ... ... Apa yang? Kenapa aku menangis ... ...? "
Mungkinkah ia menangis karena ia tergerak oleh ciuman tak terduga dari seorang gadis?
Atau mungkin ---- mungkinkah air matanya mengalir karena ia sedih dengan pamitnya Mayuri?
Apa pun alasannya, ini terlalu pedih. Shidou menyeka air matanya dengan lengan bajunya.
"Aneh ... ... Ini tidak seperti ini adalah terakhir kali aku bertemu dengannya ..."
Dia mengangkat wajahnya dan berbicara ke arah dimana Mayuri pergi.
"---- Sampai jumpa, Mayuri."
Seakan sempurna menyesuaikan dengan itu, matahari sore terbenam di antara gedung-gedung.

[Selesai]
Share Tweet Share

0 comments

Please wait....
Disqus comment box is being loaded