Bab 3 – Waktunya Para Gadis

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode

“——Semuanya, terima kasih telah datang kemari.”


Malam itu di ruangan yang ada di mansion Spirit, Kotori berbicara sambil melihat semuanya. Untuk suatu alasan pencahayaan di ruangan itu sangat redup, dengan lampu yang hanya menyinari area disekitar meja.



Sementara itu, Kotori menempatkan kedua sikunya dimeja, memposisikan jari jemari dengan saling terkait satu sama lain. Meski alasannya tidak bisa dipahami, sepertinya kesan komandannya telah meningkat dari pada yang biasanya.



Yang telah berada di ruangan, Tohka, Origami, Yoshino, Kaguya, Yuzuru, Miku, Natsumi, Nia, dan Mukuro, semua bintang telah berkumpul dengan kekuatan penuh. Semuanya duduk mengelilingi meja, mereka melakukan pose yang berbeda beda ada yang membelai pipi ataupun merenggangkan pergelangan tangan mereka.



“Fumu, apa teka-teki ini... ada di jam sihir...”



[Note: mungkin maksudnya, “Udah jam segini” dll. Dari Volume kemaren, Logat Mukuro yang emang bikin pusing -_-]Note



Mukuro bertanya sambil sedikit menguap.



Tapi, aneh jika berharap sebaliknya. Saat ini sudah tengah malam. Kebanyakan orang selain Mukuro juga terlihat mengantuk... ... yah, bagaimanapun juga ada pengecualian seperti Nia, yang kelihatan sangat bersemangat sepanjang hari.



Kotori menganggukkan kepalanya dan kemudian menjawab pertanyaan Mukuro.



“Situasinya harus segera dijelaskan pada kalian. Besok dari sekarang, ——Kurumi mengajak Shidou untuk berkencan di tanggal 14 Februari, di hari Valentine.”



Mendengar hal ini, Tohka memiringkan kepalanya dan menyilangkan lengannya dengan ekspresi bingung.



“Muu, pertama-tama apa itu hari Valentine?”



“Ah... ... maaf, maaf. Sepertinya ini belum dijelaskan. Jadi, hari Valentine adalah... ...”



Saat Kotori ingin menjelaskannya, Nia langsung menyelanya.



“Ini... ... adalah hari dimana St. Valentine, yang dipanggil sebagai saint pelindung para pasangan, menemui eksekusinya yang mengerikan!”



“Apa.... ...!?”



“I-Itu adalah hari yang mengerikan... ...?”



Saat Tohka dan Yoshino membuat ekspresi terkejut, Kotori memukul sisi kepala Nia dengan aneh.



“Meskipun itu benar, perhatikan cara menyampaikannya!”



“Ehehe, maaf, maaf. Jadi, dihari itu, untuk memperingati St. Valentine, para gadis memberi persembahan pada para lelaki; seperti itulah.”



“Fumu, hadiah.”



“Pertanyaan. Apa yang harus diberikan?”



Yamai bersaudara bertanya sambil memiringkan kepala mereka dengan simetris.



“Yah... ... meskipun tak ada ketentuan pengirimannya, coklat jepang yang biasa digunakan.”



“Hey!”



Mendengar perkataan Kotori, mata Tohka mulai berkilau dan berbinar-binar.



“Memberi coklat... ... benar-benar hari yang luar biasa!”



“... ...Salah, Tohka. Tidak masalah jika kau senang, tapi ini ditujukan untuk lelaki oleh seorang gadis, mengerti? Jadi kau yang berada di sisi lain hadiahnya.”



Saat kegembiraan Tohka membuat tangannya terguncang, Natsumi membalasnya dengan mata yang setengah terbuka.



“Mu? Umu, aku tidak tau... ...nu? aku mengerti, aku tidak bisa memakannya... ... tidak, tidak masalah, membuat hadiah untuk Shidou juga sangat menarik... ...”



“Moodmu jatuh dengan sangat jelas... ...”



Natsumi berbicara dengan keringat yang menetes menuruni kepalanya. Sementara itu, Kotori menghela nafasnya dan mengangkat bahunya.



“Jangan khawatir, Tohka. Akhir-akhir ini coklat pertemanan juga sedang digemari... ... terlebih lagi, ada White Day ditanggal 14 bulan depan. Dihari itu, lelaki yang menerima coklat dari gadis dihari Valentine membalas kebaikannya dan mengembalikan coklatnya.”



“O-Oh... ...!”



Tohka melihat Kotori seperti seorang pastur yang baru saja menerima ramalan suci dari seorang peramal. Melihat tatapannya, semuanya tidak tau apakah ingin memberinya senyuman manis ataukah senyuman masam.



“Er, Kotori-san, soal itu? Meskipun aku pasti cemburu pada seseorang yang berkencan dengan Darling di hari Valentine... ...”



Miku berbicara sambil membuat gerakan itu dengan mengarahkan jarinya ke dagunya.





Lalu, Kotori membalasnya sambil menganggukkan kepalanya.



“Kurumi bilang dia ingin menentukan hasil pertandingan ini dengan kencan di hari itu. Kekalahan berarti Reiryoku dan hidup Shido akan diambil, jadi kita benar-benar tidak bisa tinggal diam.”



“Namun, meski itu Shidou, kupikir dia tidak akan mengaku kalah jika itu menyangkut hidupnya... ...”



“Kupikir juga begitu, tapi benar juga jika Kurumi tidak mengemukakan negosiasi semacam itu jika dia tidak memiliki kemungkinan sukses yang tinggi. Tidak ada salahnya untuk berhati-hati.”



“Pertanyaan. Apa yang harus dilakukan sebagai pencegahan.”



Saat Yuzuru mengangkat tangannya untuk bertanya, Kotori mengangguk sambil mengangkat dua jarinya.



“Ada dua pendekatan untuk anggapan ini, pertama kita juga akan memberikan coklat pada Shidou.”



“Itu cara yang masuk akal, pada dasarnya memang ingin memberikan coklat.”



“Pasti, jika ada adalah laki-laki dan Kurumin itu satu-satunya orang yang memberikan coklat, pasti itu akan membuat jantungku berdebar.”



Nia mengangkat bahunya. Lalu, Kotori membuat senyum masam pada perasaan yang tidak jelas mengingat situasi saat ini.



“Meski begitu, ini adalah hari terakhir sebelum tanggal 14. Saatnya untuk membuat coklat, tidak ada masalah dengan persiapan sebelum hari itu——jika ada, masalahnya berawal dari sini. aku ingin melatih ketahanan Shidou sebanyak mungkin sebelum itu terjadi.”





“Ketahanan... ...?”



Tohka memiringkan kepalanya saat dia menyilangkan tangannya saat Kotori melanjutkan pembicaraannya.



“Ya, bisa dibilang, agar tidak ditipu oleh Kurumi selama kencan, jadi ayo beri dia imunisasi.”



“Hmm. Tapi, imunitas macam apa dan kenapa?”



Berhadapan dengan pertanyaan Mukuro, Kotori membalas sambil mengacungkan jarinya keatas.



“Singkatnya——pesona dewasa.”



“... ...!?”



Merespon perkataan Kotori, para Spirit mulai menggosip. Jadi saat semuanya tenang, Kotori melanjutkannya.



“Tohka dan yang lain melihat apa yang terjadi hari itu, jadi kupikir mereka akan mengerti... ... sudah kuduga, Kurumi adalah ancaman terbesar. Seorang wanita jahat, dengan telapak tangannya, dengan tenang bisa mempermainkan hati lelaki seperti halnya penyihir, ajakan yang menggoda dan tipu daya seorang succubus. Karena Shidou tidak pernah menyegel Spirit semacam ini sebelumnya, dia harus belajar bagaimana cara menghadapi tipe gadis yang seperti ini.”



“... ... ...”



Para Spirit menelan ludah mereka dan menarik nafas dalam. Seperti ingin memecah suasana yang menegangkan ini, dua orang mengangkat tangannya dengan penuh semangat. Mereka adalah Miku dan Nia.



“Ijinkan aku! Aku lebih tua setahun dari Darling. Aku bisa menjadi kakak perempuan!”



“Aku juga, aku juga! pesona dewasa dari tubuhku meluap!”



Mereka berdua berbicara dengan bangga sambil membusungkan dada mereka. Namun, Kotori memukul kepala mereka dengan penuh rasa malu.



“Ini bukan tentang angka. Aku berbicara tentang kedewasaan ditingkat spiritual. Jika kondisi itu tidak tercapai, maka itu hanya akan menjadi anak yang sedikit lebih tua.”



“Uchu!”



“Ahha!”



Kata-kata yang tanpa belas kasihan itu menusuk Miku dan Nia seperti pisau.



“Uuu, kejam Kotori-san... ... aku... setidaknya gaya penampilanku sudah sangat dewasa... ...”



“Meski aku... itu... ... hebat bisa tetap bangun tiap malam... ...”



“... ...”



Seperti yang dikatakan oleh Miku dan Nia, benar-benar tanpa belas kasihan, mereka tidak memperhatikan Origami yang memukul bahu mereka dari belakang dengan suapa ‘pon’. Mereka berdua yang diserang pada saat yang bersamaan, mengeluarkan suara ‘wan’ saat mereka berpegangan pada Origami... ... tapi, bagi Miku motif dari gerakan tangannya sangat aneh.



Meski begitu, sambil mengabaikan mereka bertiga, rapatnya masih berjalan.



“Ini menyebalkan. Tidak peduli seberapa kuatkah itu, sepertinya ada keinginan dari lubuh hati seorang lelaki untuk berperilaku seperti anak manja saat sedang dimainkan oleh seorang kakak perempuan dewasa.”



“Kaka, begitulah, sudah saatnya seorang lelaki untuk tumbuh dewasa.”



“Setuju. Kaguya sebenarnya adalah laki-laki. Ah, tidak mengherankan.”



“Apa maksudmu!? Juga, apa artinya ‘tidak mengherankan’ itu!?”



“Tenang... ...Eh, ara?”



Kotori langsung menyela kata-katanya sendiri.



“Origami, kemana mereka pergi?”



“Muu?”



Tohka melihat tempat dimana Origami dan yang lainnya berada. Tepatnya, seperti yang Kotori katakan, mereka bertiga menghilang.



“Uh... ...”



“Apa mereka pergi ke ruang istirahat?”



Saat para Spirit menggelengkan kepala mereka, Kotori sekilas melihat pintu sebelum melanjutkan.



“Tidak masalah, mereka akan segera kembali. Bagaimanapun juga, jika kita memuaskan perasaan itu untuk sementara waktu, hati Shidou akan tetap tenang tidak peduli bagaimanapun Kurumi mencoba mempermainkannya. Karena itulah kita harus menjadi Kakak perempuan Shidou.”



“Ta-Tapi, Kotori-san, kami lebih kecil dari Shidou-san... ...”



Saat Yoshino berbicara sambil mengerutkan alisnya seperti kanji delapan, Kotori membuat ekspresi malu saat mengangguk.



“Yah, itu benar, tapi selama kau bisa menggunakan pesona dewasa seharusnya kau bisa mendapatkan daya tarik yang lebih tua tanpa memperhatikan usiamu. Tentu saja, jika kau benar-benar menjadi dewasa, efeknya akan tinggi, tapi sudah kuduga——“



“... ...Itu.”

Saat Kotori berbicara, ada seorang gadis yang mengangkat tangannya seolah malu untuk ditertawakan.



“Mungkin, mungkinkah... ...?”



“Hmm... ... Uh... ...”



Diikuti dengan uapan kecil, Shidou membuka matanya dengan pelan. Saat kesadarannya mulai kembali secara perlahan, sedikit demi sedikit keadaan disekitarnya mulai terlihat. Sepertinya keadaan sekitarnya masih gelap, dengan siang belum menyebar. Meskipun hari ini dia tidak punya niat untuk pergi dari kasur lebih cepat dari biasanya... ... tapi kemudian.



“... ...Hmm?”



Ditengah kesadarannya yang masih kabur, saat dia mencoba bangun dari tempat tidurnya, Shidou mengerutkan alisnya.



——Tubuhnya tidak bisa bergerak.



Untuk sesaat, dia berpikir itu bukanlah Sleep Paralysis... ... tapi rasanya benar-benar aneh. Jika ada, rasanya seperti ada seseorang yang menempel padanya.



[Note : Sleep Paralysis : biasa juga disebut tindihan, peristiwa dimana tubuh terasa kaku dan tidak bisa bergerak, biasanya terjadi saat bangun tidur.]





Sebuah sentuhan hangat nan lembut, jelas sekali ada orang lain yang ada di kasur ini selain dirinya.



“... ... ... ...”



Shidou mendesah pelan setelah diam beberapa saat.



Mungkin jika ini merupakan hal yang biasa, dia meungkin menduga dia masih bermimpi atau sesuatu yang mirip fenomena fisik... ... namun apa itu keberuntungan ataukah bukan, Shidou sudah tahu penyebab sensasi ini.



“Origami... ...? atau Miku? Tidak, mungkinkah Nia... ...?”



Dengan mata yang setengah terbuka, Shidou merasakan kekuatan yang mengunci tubuhnya menjadi mengendur. Pada saat yang bersamaan, dia mengangkat selimut kasurnya.



“Seperti yang diharapkan dari Shidou.”



“Seperti yang diharapkan dari Darling.”



“Seperti yang diharapkan darimu Nak.”



“Uwaaah!?”









Melihat tiga orang berada dibawah kasurnya, Shidou berteriak karna terkejut.



Dia tidak menyangka bahwa tiga orang yang dia sebut namanya muncul secara bersamaan. Meskipun alasannya karena——



Terlebih lagi, mereka bertiga memakai pakaian yang sangat sensual seperti pakaian baby doll dan garter belt.



“Ka-Kalian... ...?”



Sebagai hasil dari tidak mengetahui apa yang terjadi, wajah Shidou penuh dengan kebingungan.



Namun ketiganya hanya bisa tersenyum, mendekat untuk bersandar pada dirinya.



Sementara itu Origami menempel diperutnya, Miku menggerakkan dada besarnya kekiri dan kekanan, siap untuk menerkam dan menyerang dari kedua sisi. Meski saat ini dia merasakan sentuhan kulitnya, tapi melihat isyarat semacam ini menimbulkan rasa tegang dan senang yang sangat berbeda berputar-putar diotak Shidou.



“Tunggu... ... h-hei... ...”



“Jangan khawatir, Shidou, serahkan tubuhmu pada kami.”



“Itu benar; kami para kakak akan selalu mencintaimu.”



“Yap, jika sekarang kau bisa menjadi bijak, maka kau tidak akan takut lagi pada Kurumin!”



Seperti itulah, mereka bertiga mulai mendekat. Sikap nakal dan pakaian yang berbeda membuat jantung Shidou berdetak kencang.



Tapi——



“Untuk seorang lelaki, ini sangat mustahil. Ada rumor bahwa seseorang bisa menjadi Wizard jika mereka sudah berusia 30 tahun tanpa memiliki pengalaman dengan wanita, tapi untuk orang yang ingin menjadi Sage... ... Ah, itu pasti karena dia sudah menjadi Playboy. Seorang Playboy muda.”



[Note : istilah istilah dari game Dragon Quest 3.]



Hasil dari lelucon Nia yang biasanya, Shidou merasakan suhu tinggi yang ada dikepalanya mulai sedikit mendingin.





“... ...Ah benar, meski aku tidak tau apa yang kau katakan, keluarlah dari kamarku!”



Shidou berteriak, mendorong Origami dan yang lainnya untuk mengeluarkan mereka dari kamar itu.



“Mau bagaimana lagi. Aku akan datang lagi.”



“Kya! Tapi Darling yang agresif juga bagus!”



“Eh, ada apa Nak, kenapa baru sekarang?”



Dengan meninggalkan kata-kata itu, trio tersebut meninggalkan rumah kediaman Itsuka.



“Geez... ...”



Shidou menghela nafas lega, mengusap keringat yang ada didahinya dengan lengan bajunya sebelum masuk lagi kedalam kasur.



“... ...Bagaimanapun juga, dia tidak akan langsung tidur.”



Meskipun hanya setengah sadar, dia terbangun oleh pakaian dalam Origami yang mengambang disekitar kasur, memaksa jantungnya untuk berdebar kencang.



kapan——



“... ...Hmm?”



Meski tidak tau berapa lama waktu yang telah berlalu, Shidou langsung menaikkan alisnya.

Diluar jendela——untuk suatu alasan, disana ada suara klik yang datang dari beranda.



“Keributan apa itu... ...?”



Suaranya seperti seseorang yang mengetuk jendela. Shidou bingung saat dia perlahan merangkak keluar dari kasur, menggosok matanya sambil berjalan menuju jendela, lalu tangannya memegang tirai.



Namun, tiba-tiba, Shidou menghentikan tangannya.

Rasa kantuk membuat indera penilaiannya berkurang, Shidou tidak memperhatikannya sampai saat itu——situasi janggal saat seseorang mengetuk jendela pada saat tengah malam.



“Tidak mungkin, Kurumi... ...?”



Shidou mengerutkan alisnya saat dia berbisik pada dirinya sendiri. Pada siapa yang mengunjunginya ditengah malam, ya——



“... ... ... ...Tidak, belum tentu.”



Mengingat wajah orang yang menyerangnya beberapa waktu yang lalu, Shidou menarik nafas dalam... ... jika dibandingkan dengan Kurumi, ketiga orang tadi memiliki kemungkinan menyerang yang lebih tinggi.



Bagaimanapun juga, dia akan tau apa yang ada setelah ini. Shidou membuka tirainya dengan berani.



Namun.



“Huh... ...?”



Tidak ada seorangpun, tidak ada apapun diluar jendela. Sebaliknya, ketika Shidou membuka tirai, bahkan kekasaran kain yang bergesekan dengan lantai hampir tidak terdengar.



“Ini aneh, aku yakin... ...”



Menggaruk pipinya, dia membuka jendela untuk menuju balkon. Udara dingin menyerang tubuhnya yang dimanjakan oleh kasur yang hangat dan nyaman.



“Uh... ... Dingin sekali.”



Sambil memakai sandalnya, dia melihat lingkungan sekitarnya. Namun tidak ada bayangan mencurigakan, bahkan burungpun belum ada yang bangun lebih awal.



Penasaran apakah dia masih setengah sadar, Shidou menggaruk kepalanya dan masuk lagi kedalam ruangan.



Namun, tiba-tiba.



“——Fufu, fufu.”



“... ...!?”



Sambil mencari dari mana datangnya suara tawa itu, Shidou merasa tubuhnya menggigil.



“Si-Siapa disana... ...?”



Terkejut dengan suara tawa yang tiba-tiba itu, Shidou melihat ke sekelilingnya sekali lagi. Mengikuti pemimpinnya, ada benyak suara lain yang terdengar satu persatu.



“Hei, bukankah dia itu Itsuka Shidou yang disebutkan sebelumnya?”



“Benarkah? Dia imut.”



“A-Apain ini... ...”



Dengan wajah yang tersipu, dia mencari sumber suara itu. Namun, ada kemungkinan bahwa apapun yang dia lihat bisa saja bukan seorang manusia.



Untuk sesaat, Shidou berpikir bahwa dia berbicara dengan salah satu klon Kurumi yang ada dibalik bayangannya. ——Tidak, itu tidak benar. Suara yang menggema disekitarnya berbeda dengan milik Kurumi.



“Siapa disana!? Apa yang kau inginkan dariku!?”



Shidou hanya bisa memanggilnya dengan suara yang menggema di langit malam.

Dan kemudian, untuk meresponnya, suara tawa memenuhi sekitarnya.



——Tiba-tiba.



Ada banyak kertas berjatuhan dari langit.



“Kertas... ...?”



Shidou memiringkan kepalanya saat dia mengambil sebuah kertas.



Namun, saat tangannya membuat kontak dengan kertas itu, ada cahaya redup yang menyinari balkon——



“Baah!”



“Wa... ...!?”



Akibat dari kemunculannya yang tiba-tiba itu, Shidou terjatuh kebelakang. Gadis itu, menganggap hal itu lucu, lalu tertawa kecil.



“Haha, apa semengejutkan itu?”



“K-Kau——“



Shidou membeku saat dia melihat wajah gadis itu.



Mendengar pertanyaan konyol itu, Shidou segera menahan nafasnya. Meski masih setengah sadar, ia merasa sangat bingung melihat pemandangan itu. Hasilnya adegan itu membuatnya seperti terbangun secara tiba-tiba.



Jika pemandangan yang dilihatnya bukanlah mimpi, tidak ada yang luar biasa seperti seorang gadis yang muncul dari selembar kertas.



Tapi Shidou sudah mendengar keberadaannya dari Mana.



“Tidak mungkin, apa ini DEM... ...!?”



Saat Shidou mulai gemetar, dari kertas yang berserakan itu keluar banyak gadis dengan wajah yang sama satu persatu.



Itu seperti adegan saat Kurumi mengungkapkan klonnya. Menghadapi fenomena yang melanggar hukum dan teori dunia, Shidou terdiam sesaat.



“Huh, apa kau tau soal aku?”



“DEM memang biasa disebut seperti itu.”



Gadis-gadis itu cemberut tidak senang.



Namun, Shidou tidak bisa membalasnya.



Ditengah banyak suara yang datang dari segala penjuru, salah satu gadis itu mengungkapkan hal yang sulit dipercaya.



“Ya, bisa dikatakan kami——juga bisa dianggap sebagai Spirit.”



Dia mengatakannya.



“Apa... !?”



Shidou membuka matanya lebar-lebar karna terkejut.



“S-Spirit... ...!?”



Ya, gadis itu baru saja mengatakannya.



Kebingungan itu membuat kepala Shidou menjadi kacau. Mungkin saja gadis itu memiliki kekuatan kloning seperti Kurumi, tetapi kenapa ada Spirit yang bersama DEM padahal mereka ingin membunuh Spirit——



Saat Shidou masih kebingungan, ada gadis lain yang berbicara.



“Ah, kami dipanggil <Nibelcol>. Nama yang bagus, kan?”



“Yah, karena kami dibuat oleh Otou-sama, mungkin itu sedikit berbeda dari apa yang kau tahu.”



“A-Apa maksudmu... ...?”



Mendengar Shidou yang bingung menanggapinya, gadis <Nibelcol> mengangkat bahunya.



“Hehe, apa kau ingin tau?”



“Tidak masalah memberi tahumu, tapi bukankah itu tidak ada artinya, ya kan?”



“Ya, karena kau——akan mati disini.”



Kemudian, seperti terlalu santai, <Nibelcol> memuntahkan kata-kata itu.



Pertanyaan itu tidak berisi kebencian, bahkan kegelapan yang samarpun tidak ada sedikitpun. Itu seperti ucapan selamat yang dibuat saat meninggalkan rumah setelah diminta untuk berbelanja. Hasil dari nada yang dikirim padanya, tidak ada cukup waktu untuk bereaksi.



“... ...!”



Meski begitu, waktu reaksinya masih jauh lebih cepat bila dibanding dengan siswa SMA biasa. Didorong oleh pengalaman kurang dimengerti karena terkena krisis yang fatal, Shidou mengangkat tubuhnya dari lantai, melompat dari balkon untuk melarikan diri dari <Nobelcol>.



Namun——



“Eh... ...?”



Kemudian, Shidou mendengar suara yang keluar dari tenggorokannya.



Disaat yang sama penglihatannya bergetar dengan hebat, tubuhnya jatuh ke balkon.



Melihat ke tubuh bagian bawahnya, Shidou akhirnya sadar.



——Kaki yang dia gunakan untuk kabur telah terpotong dengan rapi.



“Guh... ... AHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!?”



Perlu dicatat, rasa sakit luar biasa yang diterima Shidou, sudah cukup untuk membuat pikirannya runtuh.



Seperti ilusi yang berkilau dan memercik dibawah langit malam yang gelap,



Emosi yang kacau dan menegangkan membuat jantungnya berdetak kencang saat darah mengalir deras dari kakinya.



“Kau pikir kau bisa kabur?”



“Tidak, tidak, karena ayah menyuruh kami begitu.”



“Kau akan menemui akhirmu disini.”



<Nibelcol> masih berbicara dengan nada biasa.



Namun, saat wajahnya terkena genangan darah, alisnya hanya bisa bergerak sedikit dari pada menunjukkan rasa sakitnya.



“Eh... ...? menakjubkan, apa ini?”



“Kakimu terbakar? Seakan ingin mengembalikan kakinya yang putus.”



“Huh... ... ini pasti kemampuan regenerasi dari <Camael>. Tidak buruk, orang ini.”



<Nibelcol> berbicara dengan semangat saat menonton kakinya yang terputus, seperti anak kecil yang menemukan serangga langka di pinggir jalan.



Tepatnya, api yang menyala-nyala itu mengelilingi bagian kakinya yang terpotong, meski tidak tahu bagaimana apai itu bisa menyala. Rasa panas yang dahsyat ditumpangkan pada rasa sakit yang hebat. Rasa sakit itu, adalah perasaan yang menghancurkan syarafnya tanpa ampun.



Namun, saat <Nibelcol> berbicara, api itu juga mencoba untuk mengembalikan bagian-bagian lain yang terpotong.



——Itu adalah Healing Flame yang dimiliki oleh Angel Kotori, <Camael>.



“Begitu ya, begitu ya, ini pasti hal yang sulit diatasi.”



“Un, ada yang salah, tidak mati meski dibunuh.”



“Jadi, perintah Otou-sama tidak bisa dipenuhi, apa yang harus dilakukan?”



<Nibelcol> memiringkan kepala mereka dengan bingung sambil menatap satu sama lain untuk berkonsultasi.



Tapi beberapa saat kemudian, <Nibelcol> mengangguk satu sama lain sebelum beralih menatap tubuh Shidou.



“Yah, hanya ada satu cara.”



“Yup, hanya ada satu cara.”



“——Dengan membunuhmu hingga kau mati.”



Disaat <Nibelcol> mengatakannya, Shidou merasakan sakit yang luar biasa diseluruh tubuhnya.



“... ... ... ... ... ...!?”



Pandangannya berwarna merah saat datang rasa sakit yang lebih hebat.

Sensasi sakit melesat melalui sistem syarafnya, menggerogoti perasaannya sendiri. Jika bukan karena perlindungan <Camael>, orang biasa pasti sudah lama mati karena shock.



Bahkan Shidou tidak bisa menangis karena tersiksa lagi.



Niat ingin menggunakan Angel of Sound, <Gabriel>, untuk mengurangi rasa sakit——Namun sudah terlambat.



<Nibelcol>, tanpa memberi jeda atau rasa kemanusiaan, menyerang setiap inci tubuh Shidou, menusuk, menghancurkan, memotong——



Akhirnya, kesadaran Shidou tenggelam dalam kegelapan.



“... ...Uwaaaaaaaaaaahhhhhhh!?”



Berteriak keras seakan meruntuhkan tenggorokannya, Shidou terbangun dari tempat tidurnya.

Beberapa saat kemudian, Shidou melihat kesekitar lalu mendapati dia berada dikamarnya. Dari jendela, matahari sudah terbit tinggi dilangit.



“... ... ... ...!”





Dengan sekejap, Shidou langsung mengecek tubuhnya.



Dengan menggunakan tangannya dia mengkonfirmasi bahwa tidak ada lubang didada atau perutnya dan kakinya tidak terpotong, Shidou menghela nafas lega.



“... ...Itu terlalu mengerikan untuk sebuah mimpi buruk, hei... ...”



Saat dia mengatakannya, keringat menetes dari dahinya, lengannya basah karena keringat. Itu sama sekali bukan keringat yang biasa muncul dimalam hari. Seolah-olah Shidou telah tertidur di sebuah hutan tropis.



Namun, itu tidak mengherankan. Mimpi buruk yang Shidou lihat itu sungguh terlalu——Meski dia tidak ingin mengingatnya, masih saja ada yang memaksa ditengah jalan. ——Sambil berbisik, tubuhnya gemetaran.



Akhirnya, berapa banyak kegelisahan yang dibutuhkan mimpi buruk semacam itu... ... atau bisa dikatakan, bagian mana yang merupakan mimpi?



Shidou memegang kepalanya mencoba untuk menghilangkan rasa sakit yang masih tetap ada di kepalanya. Lalu dia berdiri setelah bangun dari kasurnya yang basah.



Dengan angin yang meniup dadanya dengan kencang, Shidou memutuskan untuk turun ke lantai satu lalu mandi.



“... ...Hmm?”



Saat turun dari tangga, Shidou menggerakkan ujung alisnya. Aroma yang enak tercium diseluruh lantai pertama, ‘ton, ton, ton’... ... dan ada suara pisau dapur yang menabrak papan pemotong.



Benar——seperti ada seseorang yang menyiapkan sarapan.



“Kotori... ...?”



Shidou berbisik pada dirinya sendiri sambil menggaruk lehernya.



Tidak aneh jika berpikir demikian karena hanya ada dia dan Kotori yang berada di rumah saat ini. Meskipun itu sarapan... ... atau lebih tepatnya semua makanan yang biasa dimakan setiap hari merupakan pekerjaannya, mungkin dia terlambat karena mimpi buruk tadi dan Kotori berinisiatif untuk membuat sarapan sendiri.



Namun, ada satu yang membuatnya tidak nyaman. Apa Kotori bisa menggunakan pisau dapur seahli itu... ...?



“... ...Eh?”



Melihat orang yang ada diruang keluarga, mata Shidou menjadi dua titik kosong karena terkejut.



“... ...Un? Oh, selamat pagi, Shidou.”



Ada wanita, yang duduk disofa, melambaikan tangan untuk menyapanya.



Namun, Shidou tidak bisa mengembalikan sikapnya. Dengan mulut yang menganga, dia hanya bisa melihat dengan heran.



Itu tidak bisa dipungkiri, yang duduk disana adalah Kotori, yang terlihat lebih tua dari dia.

Kontradiksi yang besar muncul dari sapaan yang hanya berupa lima suku kata (O-ha-you-Shi-dou). Shidou, berpikir bahwa dia masih bermimpi, mencubit dirinya sendiri, hanya untuk mendapatkan lebih banyak rasa sakit.



Umurnya sudah menyentuh sekitar dua puluhan. Dengan tangan dan kaki yang ramping disamping wajah yang dewasa, dia tidak mengikat rambutnya menjadi twin tail, tapi sebagai gantinya, pita hitamnya diikatkan dipergelangan tangannya.



Namun, yang paling mencuri perhatian adalah dadanya. Dada Kotori, yang biasanya normal diumurnya yang masih remaja, telah mengembang dengan tingkat yang diluar nalar.



Benar-benar Kotori Onee-san, yang duduk di sofa, hanya mengenakan kemeja saja dan menonton TV dengan acuh tak acuh. Pokoknya, tidak peduli bagaimana dia terlihat, penampilannya memiliki pesona seorang wanita karir yang ingin berangkat bekerja.



“Ada apa, apakah itu? ——Ah, apa kau tertarik dengan kaki Onee-san yang ramping? Hei, mau bagaimana lagi Shidou juga laki-laki.”



Saat Shidou membuka matanya karna terkejut, Kotori melontakan senyuman nakal dan dengan sengaja mengangkat kakinya. Mengintip dari balik kemeja putih dan berkilaunya, garis kaki yang indah, Shidou hanya bisa menahan nafasnya.



“... ...! Ti-Tidak, buakan itu! Kotori... ...kan? tidak, tidak, apa yang telah terjadi... ...?”



“Eh? Ada apa?”



“Tidak, meski tubuhmu tiba-tiba tumbuh, dada itu sangat tidak wajar——Gaha!?”



Ditengah pembicaraannya, Kotori melempar bantal kecil kearahnya. Tubuh Shidou terjatuh kebelakang.



“Shidou-san.”



Saat Shidou mengelus hidungnya yang terkena lemparan bantal, suara lain datang dari arah dapur.



Jika dilihat, dia melihat Yoshino, yang memperlihatkan semacam pertumbuhan, sedang menyiapkan sarapan.



Dengan rambut yang diikat ponytail dan mengenakan apron bergaya sederhana, dia terlihat seperti seorang istri muda.



Selain itu, ada sosok tiga orang gadis kecil yang ada didekat kaki Yoshino. Setelah bingung untuk sesaat, dia segera menyadari bahwa mereka adalah Origami, Miku, dan Nia yang penampilannya mengecil. Untuk semacam alasan, ada tanda yang menggantung dibawah leher mereka yang mengatakan, ‘Kami benar-benar minta maaf karena menyelinap’.



“Salah perhitungan, tapi aku tidak akan menyerah. Siapa yang bilang bahwa seseorang yang penampilannya lebih muda tidak bisa menjadi seorang kakak perempuan?”









“Ya! Kenapa kita dikecilkan! Aku juga ingin menggoda Darling!”



“Ahhh, bagaimanapun juga orang yang memiliki pandangan yang kontras akan mengerti. Lihat, karena keberadaan kita, bukankah wanita muda bisa terlihat seperti seorang istri?”



“Wa... ...!? Be-Benar... ...!”



Setelah mendengarkan Nia, untuk semacam alasan Miku terlihat seperti baru saja menerima semacam wahyu ilahi. Setelah melihat-lihat dia lalu memeluk kaki Yoshino.



Yoshino membuat senyuman masam saat dia mengelus kepala Miku. Shidou melihat kearah yang berbeda. Ditangan kirinya, ditangan kirinya, boneka kelinci <Yoshinon> (karena semacam alasan yang tidak diketahui ada kumis palsu yang melekat padanya) memberi isyarat padanya dengan sedikit lambaian.



“Shidou, sepertinya mama ingin kau mencicipinya. Ngomong-ngomong, akulah ayahnya.”



“Itu... ... tolong, bisakah kamu melakukannya? Tidak, apa tidak boleh... ...?”



“Eh... ...? A-Ah... ...”



Meskipun masih tidak tahu apapun, Shidou melangkah dengan pelan kearah yang diminta. Lalu, dia mengambil piring kecil dari tangan Yoshino, mencicipi rasa dari sup miso.



“Un... ...ini enak. Rasa kaldu dagingnya sangat terasa.”



“Benarkah? Itu... ... itu hebat.”



Yoshino memperlihatkan senyuman kecil.



Ini sangat berbeda dengan Yoshino yang biasa, penuh dengan suasana yang anggun dan inklusif. Detak jantung Shidou melesat tanpa sadar.



Namun, Shidou segera berpikir lagi sambil menggelengkan kepalanya.



“... ...Itu, itdak, tidak, bukan seperti itu. Pertama-tama, apa-apaan ini? Ini bukanlah mimpi larut malam, ya kan!?”



Saat Shidou berteriak, Origami kecil mendekatinya dan membalasnya.



“Bagian dari latihan.”



“La-Latihan... ...?”



“Ya, saat tanggal 14, untuk mengasah ketahanan Shidou saat melawan pesona godaan Tokisaki Kurumi.”



“Mengasah ketahanan... ... bagaimana bisa begitu?”



“Kau harus mengikuti rutinitasmu. Namun, kami akan memantau detak jantung dan tingkat kesenanganmu. Untuk memastikan nilainya tidak melebihi batas yang ditentukan, aku ingin kau mempertahankan detak jantungmu agar tetap terkendali.”



“Ha... ...”



Shidou menggaruk wajahnya sambil membalasnya dengan ragu. Namun, Kotori menambahkan sesuatu dibelakangnya.



“Ah, ada hukumannya, jadi jangan khawatir? setiap kali tingkat kesenanganmu berada diatas level waspada selama lebih dari 10 detik, sebuah ilustrasi yang dibuat oleh Shidou saat masih kecil akan diupload ke SNS.”



“Sial, kupikir tidak banyak yang seperti ini!”



Saat Shidou menangis dengan suara melengking, Kotori langsung tertawa. Dilihat-lihat seperti seorang kakak yang menggoda adiknya.



Meski salah jika dibilang tidak ada yang membuatnya tidak puas, dia tau dari pengalamannya bahwa tidak ada yang bisa melawan hal ini, Shidou menghela nafasnya saat berbalik kearah Origami.



“... ...Jadi kenapa Kotori dan Yoshino yang menjadi kakak?”



“Kami menjadi kakak Shidou untuk melihat apakah hati Shidou bisa digoyahkan.”



“Maaf, tapi ini juga untuk mengetes batasku!?”



Saat Shidou menangis, Origami mengangguk.



“Jadi, tidak ada masalah selama kau dipaksa dari dekat.”



“I-Ini, bisa dikatakan, juga merupakan masalah yang mencekik batas kehidupan... ... meskipun dalam arti lain ini merupakan masalah hidup dan mati pada tingkat sosial... ...”



“Jadi?”



Saat Origami berbicara, dia menjentikkan jari manisnya.



Menyadari sinyal itu, Nia dan Miku meraih ujung roknya Yoshino, menariknya hingga terlepas dalam satu tarikan.



Kemudian, sisi kanan dan kiri terlepas, hanya apron yang tersisa. Sang istri yang masih polos penampilannya berubah menjadi mode malam dalam sekejap mata.



“Ki-ya... ... !”



“Apa... ... !?”



Karena kejadian yang tiba-tiba ini, Shidou hanya bisa memutar matanya hitam dan putih.



[Note : ini maksudnya apa ya?? , Mungkkin mode istri impian yang merayu suami]





Namun, Shidou bukan satu-satunya yang terkejut. Yoshino, yang pipinya menjadi merah merona, terjatuh ke lantai.



Dia tertekan menghadapi kakak yang malah terbalik dari sebelumnya, namun tingkah imut tak bermoral itu membuat tubuh Shidou tetap membeku ditempat.



Kemudian, ada bel yang mengeluarkan bunyi bip dari suatu tempat. Sepertinya detak jantung Shidou telah melewati parameter yang bisa diterima.



“Ugu... ...!”



Entah bagaimana, dia harus cepat memperlambat laju detak jantungnya. Shidou langsung mengalihkan pandangannya dan meraih mantel yang tergantung di kursi untuk menutupi bahu Yoshino.



Namun, tidak lama berselang, pembunuh berikutnya muncul didepan Shidou.



“Shidou... ...tidak! Itsuka-kun! Sekarang kelasnya akan dimulai... ...!”



Dia tidak sadar sejak kapan dia disana, tapi yang berdiri disana adalah Tohka-sensei yang memakai kacamata dan setelan yang sangat menekan lekuk tubuhnya.

Tidak perlu dikatakan, dia terlihat lebih tua dari Shidou, tubuhnya berkembang sekitar 20 tahunan. Tapi setelan yang dia pakai ukurannya terlalu kecil, menekan garis tubuh dengan sangat sensual, merangsang mata Shidou untuk berkeliaran menuju area dada.



“Muu, ada yang salah, Itsuka-kun?”



“Ah, tidak... ...”



Sambil mengalihkan pandangannya, Shidou batuk seolah ingin mengatasinya.



Didepan Shidou, Tohka memperlihatkan ekspresi bingung. Meskipun tubuhnya memancarkan godaan erotis seperti sebuah senjata, orang yang dimaksud bahkan tidak menyadarinya. Celah itu membuat jantung Shidou semakin berdebar.



Namun, sepertinya Tohka tidak menyadari hal ini. Sambil berjalan berirama bagaikan seorang model, dia memandu Shidou lalu mempersilahkannya untuk duduk di meja dekat kursi.



Lalu, dia menaruh kursi lain kemudian duduk disampingnya, menempatkan tubuhnya sedekat mungkin dengan Shidou.



“H-Huh... ...?”



“Sekarang Itsuka-kun, pelajaran Tohka-sensei akan dimulai. Bersama diriku... ...mu?”



Entah kenapa Tohka mengerutkan alisnya, mengambil catatan dari sakunya untuk mengecek tulisan yang ada disana lagi.



“Oh, benar. Melaksanakan pelaran ekstrakulikuler yang tidak diperbolehkan. Apa kau siap? Eh, yang pertama adalah kebersihan dalam pelajaran olah raga, benang sari dan putik.”



“Siapa yang mengatur peran kalian semua!”





Shidou mengeluarkan teriakan yang bercampur rasa frustasi saat dia berdiri dari kursi.



“Mu, kemana kau pergi, Itsuka-kun!”



“Ha-Hanya membasuh wajahku... ...!”



Shidou berlari menuju kamar mandi untuk mendinginkan pipinya yang memerah dan darah yang mengalir dikepalanya. Alarm dari sejak awal berdering tanpa henti. Setidaknya, pertama-tama dia harus mencoba menenangkan emosinya.



“Apa... ...?”



Namun, saat dia membuka pintu, Shidou merasa kaku sekali lagi.



Alasannya sederhana. Natsumu ada disana dengan hanya mengenakan sebuah handuk.

Tidak perlu dikatakan, ini bukan Natsumi yang biasa. Itu adalah Natsumi yang muncul sebagai orang dewasa dengan menggunakan Angel <Haniel>.



Setelah terjebak dalam kebingungan, melihat sosok itu akhirnya Shidou sadar apa yang menyebabkan transformasi Kotori dan yang lainnya.



“Ara... ...?”



Natsumi menyapanya dengan senyuman sambil mengarahkan pandangannya.

Akibat dari dirinya yang baru saja mandi, rambut basahnya masih menempel di kulit putihnya yang halus. Mungkin tidak ada yang lebih indah dari pemandangan ini.



“Ufufu, selamat pagi, Shidou-kun. Sangat disayangkan, beberapa menit yang lalu, dan aku belum memakai handuk.”



“... ...! Kau, apa yang kau katakan... ...”



Akibat kata-kata yang tidak disangka-sangka itu, wajah Shidou menjadi lebih merah lagi.



Lalu, dengan ekspresi nakal, Natsumi menyentuh dagunya dengan ujung jarinya.



“Atau apa kau ingin menunggu semenit untuk melepas pakaianmu? Fufu... ... sungguh anak yang nakal.”



Sambil mengatakannya, Natsumi memegang tangan Shidou dan membawanya kearah dadanya.



“Tunggu... ...!?”



Shidou menarik tangannya karena panik. Namun, karena dipaksa dengan berlebihan, momentum itu membuat dirinya jatuh kebelakang.



“Oww!”



Terbentur dibagian belakang kepalanya, Shidou meringis kesakitan saat dia mengusap area itu dengan lembut.



Disaat itu, ada bayangan yang muncul dengan tiba-tiba lalu memandanginya.



“Apa... ...!?”



Dengan sedikit aneh, Mata Shidou dipaksa untuk terbuka dengan lebar.



Benar, yang muncul disana adalah Kaguya yang memakai mentel putih diatas setelannya, secara keseluruhan dia terlihat seperti dokter perempuan. Disisi lain, Yuzuru terlihat seperti perawat rumah sakit dengan rok mini yang berbahaya.



“Kuku, ada apa? Apa ada yang sakit? Biar kulihat.”



“Identifikasi. Kaguya, meski diubah menjadi dewasa dengan kekuatan Natsumi, semua itu terbuang dengan gaya bicaramu.”





“... ...! Su-Sungguh menjengkelkan! Bukankah gaya Yuzuru juga sama seperti biasa!”



Begitulah, mereka berdua memulai pertengkaran kecil karena hal-hal sepele seperti biasa.

Masalahnya bukan itu, masalahnya adalah——Mereka bertengkar sambil memakai rok mini diatas wajah Shidou yang berada dilantai.



“... ... ... ... ...!”



Saat sirine berbunyi nyaring, Shidou berdiri dengan aneh dan berjalan menuju koridor dengan tergesa-gesa.



Bagaimanapun juga, dia harus menenangkan detak jantungnya dulu. Jadi, dia ingin berlari cepat menuju pintu dan langsung keluar.



Namun, ada bayangan seseorang yang berada disana, ketenangan itu seolah-olah mengungkapkan identitas penjaga gerbang terakhir.



“Mun. Kemana kita akan pergi, Nushi-sama?”



“Mukuro... ...!?”



Jadi, Mukuro, tubuhnya juga ditransformasikan menjadi dewasa seperti yang lainnya, merenggangkan tangannya untuk menghadang pintu sambil memakai kimono.



Tapi itu bukan kimono biasa. Dengan desain berpola yang mempesona disekitar pinggang ditambah dengan bahunya yang terbuka dengan berani, ini merupakan kimono bergaya seorang pelacur. <= WTF!!!



“Jadi, ah... ...”



Mukuro, juga tumbuh dengan kekuatan Natsumi, tubuh sensualnya telah mencapai tingkat baru dengan kapasitas penghancur, sebanding dengan senjata nuklir. Langkah demi langkah, dia mendekat dengan gerakan yang menggoda.

Sirinenya berbunyi lebih keras dari sebelumnya. Shidou menghentikan Mukuro dan membuka pintu untuk kabur keluar.

——Namun.



“Mun, tolong berhenti, Nushi-sama.”



“Wa!?”



Saat dia membuka pintu, dari belakang, Mukuro meraih ujung celananya, membuatnya jatuh kedepan.



Namun, Shidou tidak jatuh.



Lebih tepatnya, saat ini wajahnya terkubur oleh dada seseorang yang berdiri disana didepan pintu yang terbuka.



“Apa... ...ini... ... eh!?”



“... ...Hmm?”



Ditengah gejolak yang terjadi dikepalanya, Shidou mendengar suara pelan yang datang dari luar. Mengangkat kepalanya dengan hati-hati, dia menyadari orang itu adalah staff analisis <Ratatoskr>, Murasame Reine.



“R-Reine-san... ...! aku minta maaf——“



“... ...Ah.”



Namun sebelum Shidou menyelesaikannya, sepertinya Reine mengerti apa yang terjadi saat dia menganggukkan kepalanya. Lalu, dia menempatkan tangannya dibelakang kepala Shidou. Sekali lagi, wajahnya terkubur di dadanya saat dia membelai kepalanya dengan lembut.



“... ...Bagus.”



“————!?”



Di kepala Shidou penuh dengan kebingungan dan rasa malu, dia mendengar suara ‘hoh’ yang datang dari para Spirit di belakangnya sambil bertepuk tangan dengan meriah.



Beberapa jam setelah keributan di rumah kediaman Itsuka.



Dengan bantuan <Haniel> Natsumi, penampilan Kotori dan yang lainnya dikembalikan. Dengan cepat, mereka sampai di toko khusus manisan yang ada dijalan utama kota Tenguu.

Sambil melihat semuanya, Kotori menempatkan tangan di pinggangnya saat berbicara.



“Baiklah, semuanya, lihat kesini. Pada latihan pertama untuk Shidou, terima kasih atas usaha kalian, kami mendapatkan hasil yang tepat.”



Saat Kotori berbicara, Nia dan Miku berbisik-bisik.



“Benarkah, huh? Kurasa semua hasilnya diberikan pada Reinechino.”



“Akan lebih baik bagi kita jika ikut dalam pertarungannya.”



“Uohon!”



Setelah mendengar mereka, Kotori batuk untuk mendapat perhatian mereka.



“Jadi, kupikir kita harus bergerak ke strategi selanjutnya.”



Ya, itu juga alasan kenapa Kotori dan yang lain mengunjungi toko ini.

Bisa dibilang——untuk membuat coklat buatan tangan yang akan diberikan pada Shidou ditanggal 14.



“Lihatlah bahan-bahan yang kalian suka. Meskipun bahan minimum sudah dijelaskan, jika kau masih tidak tau apa yang harus dibeli, jangan ragu untuk bertanya padaku atau Reine. Mengerti?”



“Umu!”



“Ya... ...!”



“Mengerti?”



Para Spirit membalas, mereka berpencar keseluruh toko. Kotori menghela nafas ‘Yah sekarang’ saat dia mempersilahkan mereka pergi.



“Ayo masuk juga.”



“... ...Ah, baiklah.”



Saat ini, Reine tidak memakai seragam <Ratatoskr> maupun mantel lab putihnya dari sekolah. Sebagai gantinya, dia memakai baju elegan dan warna-warni, dengan boneka beruang bertanda jahitan yang khas diwajahnya yang mengintip dari sakunya. Entah bagaimana, hal itu menimbulkan sensasi yang sangat tidak nyata.



Ini bukan kebetulan dia mengunjungi rumah kediaman Itsuka. Sebenarnya, Kotori memintanya mengawasi pemilihan bahan dan produksi coklat.



“Jadi, kita harus memulainya dengan bahan utama untuk coklat... ...”



Sambil berbicara, Kotori berjalan memasuki area dalam bersama Reine yang mengikutinya.

Inilah saat dimana toko ini berada dimusimnya. Berbagai macam coklat ditampilkan berderet di rak. Bahkan ada papan reklame mencolok yang menampilkan resep coklat buatan sendiri.



“Hehe, ada beberapa tipe yang berbeda.”



Bagaimanapun juga, tidak seperti barang siap pakai yang ada di toko serba ada dan tempat-tempat lainnya, kemasan yang transparan telah disiapkan untuk memastikan daftar isi yang telah tertulis. Rasio biji kakao dan distribusinya bervariasi tergantung pembuatnya. Bila dilihat dari jauh, kata-kata itu akan meniru sebuah nada gradasi yang indah.

Didepan rak berdiri 5 orang gadis. Mereka adalah Tohka, Yoshino, Natsumi, Kaguya, dan Mukuro. Mereka melihat dengan mata yang serius, memeriksa rak-rak coklat dengan hati-hati.



“Bagaimana, kalian? Ada yang kalian inginkan?”



Mendengar suara Kotori, Tohka langsung berbalik.



“Oh, Kotori. Muu... .... semua terlihat bagus, tapi ada yang terlalu banyak.”



“Ya... ...aku tidak tahu yang mana yang lebih baik.”



“Ne, beberapa kelihatan sederhana.”



“Hmm, adik yang terhormat, apa yang membatasi kakao Venezuela dari yang berasal dari Kolombia?”



“Eh... ... ... ...?”



Saat ditanya oleh Mukuro, Kotori merasa keringat dingin menetes dari dahinya.

Meski bisa dikatakan sebagai buatan tangan, pengalaman Kotori dalam membuat coklat hanya sebatas membantu ibunya menyelesaikan beberapa makanan yang tidak sesuai dengan buatan tangan yang tersedia secara komersial. Tidak mungkin baginya mengatakan sesuatu perbedaan rasa dengan rinci menurut daerah asalanya.



Meski begitu, meski belum memahami pokok pembicaraan, dia harus menjawab apa yang dia tanyakan tadi.



Agak tercengang, mata Kotori merosot saat berputar.



“Er... ...um, benar...”



Jadi saat itu, menyadari masalah Kotori, ada tangan yang berada dibahu Kotori——itu milik

Reine.



“Reine... ...?”



“... ...Hmm.”



Setelah mengangguk seperti ingin berkata ‘serahkan padaku’, dia berbalik kearah yang lainnnya.



“... ...Diantara biji kakao, aroma yang paling enak dari biji Criollo, yang memiliki daya tahan paling kuat terhadap penyakit biji Forastero, begitu juga biji Trinitario, yang telah mewarisi kedua keunggulan tersebut——“



“... ...M-Muu... ...?”



Mendengar penjelasan Reine, Tohka membuat wajah bingung.



Tidak, tidak hanya Tohka, tiga yang lainnya juga memiliki ekspresi bingung yang sama diwajah mereka.



Namun, sepertinya Reine sudah memprediksi reaksi mereka. Dia meluruskan jarinya dan menunjuk keatas saat dia melanjutkannya.



“... ...Daripada mencoba membeda-bedakan biji kakao, akan lebih mudah dipahami melalui proporsi kakao dan susu. Tidak salah berpikir bahwa warna yang lebih gelap akan terasa lebih pahit dan warna cerah akan lebih ringan.”



“O-Oh, aku mengerti.”



Saat Tohka berbicara sambil meninju telapak tangannya, di kembali melihat rak. Yoshino, Natsumi, dan Mukuro mengikutinya dan mulai memutuskan warna coklatnya.



“Maaf soal itu, kau sangat membantu.”



“... ...Aku tidak masalah.”



Saat Kotori mengatakannya, Reine sekali lagi mengalihkan perhatiannya ke belakangnya.



“... ...Terlebih lagi, Kotori, apa jenis coklat yang ingin kau buat?”



“Yah... ...sebenarnya aku masih bingung. Hanya melelehkan coklat kedalam cetakan bukan hal yang rumit, namun kurasa aku akan gagal soal keenakannya... ...”



“... ...Hmm, kupikir tidak perlu memikirkan hal yang rumit. Setelah mengeraskan, menghiasnya dengan coklat putih sudah cukup untuk menunjukkan kepribadian. Meski agak klise, yang terpenting adalah perasaan yang melekat disana.”



“Un... ...Aku penasaran apa memang begitu.”



“... ...Ah, tapi dengarkan, saat memberikan coklat, apakah langkah sederhana dalam proses memasak akan membuat seorang lelaki tidak nyaman?”



“... ...!”



Setelah mendengarnya, Kotori melebarkan matanya sambil tawaan keras keluar dari mulutnya.



“Benar, meski itu Shidou, tidak peduli apapun jenis coklatnya, dia akan senang menerimanya. Terima kasih, Reine.”



“... ...Oh.”



Saat Kotori berterima kasih pada Reine, Tohka dan yang lainnya mengambil apa yang mereka butuhkan dari rak. Tohka memilih coklat susu dengan keseimbangan yang bagus sol rasa manisnya lalu disimpan di keranjang belanjanya.



Saat itu, matanya beralih kearah area disebelah.





Disana ada banyak bahan untuk penghias manisan, ada coklat berbentuk pena dan kembang gula kecil berbentuk hati.



Yang pertama ke sisi yang lain adalah Yamai bersaudara. Sambil mengangkat manik-manik kembang gula berwarna perak dan daun emas yang bisa dimakan dengan tangan mereka, mata mereka berkilauan dengan ‘Oooh’ karna takjub.



“Eh? Sungguh menarik, bisakah kau memakan ini? Bukankah ini dibungkus kertas?”



“Konfirmasi. Sudah ditulis bisa dimakan di bungkusnya.”



“Serius... ...? K-Kuku... jika ada sesuatu, ini bisa membuat cahaya salib Kreuz ku muncul di dunia... ...”



[Note : Salib Kreuz : simbol salib warna hitam dengan background putih.]



Senyuman jahat muncul di wajah Yuzuru saat dia memegang daun emas ditangannya.

Saat Kotori melihatnya sambil tersenyum masam, dia mendengar suara Miku dan Nia yang memanggil dari sisi lain.



“Kotori-san, Reine-san, aku sudah memikirkan sebuah coklat, tapi bahan apa yang harus kuambil?”



“Ah, disini juga sana, disini juga sama. Aku pusing saat ingin memasaknya.”



“Apa yang ingin kalian buat?”



Mendengar pertanyaan Kotori, Miku dan Nia membuat tanda dengan tangan mereka saat mereka melanjutkan pembicaraan.



“Jadi, aku ingin membuat sesuatu yang lengket disuhu ruangan, tipe coklat yang tidak akan mengeras... ... ah, tapi tidak benar-benar cair. Terutama, aku ingin kelengketan itu juga bisa digunakan di tubuhku.”

“Dan aku ingin jenis yang bisa membuat kekuatan remaja si Bocah berkembang 100 kali lipat setelah memakannya. Tapi apa yang harus kumasukkan? Contohnya, kura-kura cangkang lunak?”



“Buatlah coklat yang biasa!”



Kotori menghela nafas panjang setelah menceramahi mereka berdua.



Pertama, Miku dan Nia seharusnya lebih tua diantara para Spirit. Namun, rasanya Kotori seperti berurusan dengan dia bocah yang sangat besar.

Kemudian.



“... ...Hmm?”



Menyadari sesuatu, Kotori langsung melihat kesekelilingnya. Baik di rak coklat maupun rak hiasan, ada satu Spirit yang tidak dapat dia temukan keberadaannya.



“... ...Hey, kemana kau pergi, Origami?”



Setelah mencari dibagian kemasan dan pita, dia untuk mencari dipintu masuk toko.



Lalu, sosok Origami terlihat keluar dari toko peralatan rumah tangga yang letaknya berlawanan dengan toko bahan manisan tempat Kotori dan yang lainnya berada.



“... ...Huh?”



Kotori mengerutkan alisnya saat dia melihat Origami kembali ke toko bahan manisan dengan tas belanja ditangannya.



“Jadi, kemana kau? Kau seharusnya tahu bahwa kita akan membuat coklat.”



“Tentu, aku pergi untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan.”





Berbicara dengan penuh rasa percaya diri, Origami memperlihatkan tasnya pada Kotori.

Saat melihat kedalamnya, dia melihat disana ada beberapa kotak berbentuk tabung yang digunakan untuk membungkus sesuatu.



“... ...Apa ini?”



“Silikon.”



“... ...Apa yang ingin kau lakukan dengan ini?”



“Membuat cetakan.”



“... ...Cetakan macam apa?”



“Diriku.”



Origami menjawab tanpa keraguan sekecil partikelpun.



Dengan jawaban yang singkat itu, Kotori langsung mengerti apa yang dia pikirkan.——Intinya Origami ingin membuat coklat dengan model dirinya berasio satu banding satu.

Kotori menghela nafas yang lebih besar lagi, seolah dia telah kehabisan udara.



“... ...Tidak, tolong hentikan. Tidak peduli seberapa toleran dia, Shidou pun akan menolak jika kau melakukan itu.”



“Tapi ini satu-satunya cara untuk bertarung melawan Tokisaki Kurumi.”



Origami mengatakannya dengan ekspresi yang sangat serius. Melihat wajah itu, sepertinya dia melakukannya dengan sepenuh hati. Memang dia ini sangat pintar, tapi apa yang menyebabkan ide ini? Kotori tidak bisa mengerti itu.



Sekali lagi, Reine membuat ekspresi seolah ingin berkata ‘serahkan padaku’ sebelum melangkah kedepan.

“... ...Sungguh, kau memikirkan sesuatu yang sangat menakjubkan Origami. Namun, ada satu masalah.”



“Masalah?”



“... ...Kuantitasnya. Volume tubuh manusia itu sangat besar. Tentu saja, Shin yang baik tidak akan pernah mau menyia-nyiakan hadiahmu yang hebat ini. Akibatnya, jelas dia akan mengkonsumsi karbohidrat berlebih dengan coklat yang telah kadaluarsa.”



“... ... ... ...!”



Mata Origami langsung melebar setelah mendengar kata-kata Reine.



“Aku tidak memikirkan sampai kesitu, sungguh memalukan.”



”... ...Itu karena kau selalu memikirkan soal Shin. Tapi sekarang, kita harus membuat rencana yang juga mempertimbangkan kesehatan Shin.”



Mendengar hal itu, Origami menganggukkan tangannya.



“Aku akan melakukannya juga. mengecilkan sambil menjaga kualitas itu sulit dilakukan dengan pekerjaan manual, kita perlu menyiapak printer 3D sesegera mungkin.



“... ... ... ...”



Mata Origami dipenuhi dengan tekad saat dia mengepalkan tinjunya. Melihat hal itu, Reine hanya bisa terdiam, menggaruk wajahnya.



Kotori menghela nafas sambil menyentuh bahu Reine.



“Meski liburan ini sudah lama dinanti, kami benar-benar memberimu beberapa masalah. Reine... ... gajimu akan dinaikkan jadi maafkan aku.”



“... ...Tidak, aku tidak masalah. Aku berencana pergi belanja, karena disini ada beberapa bahan yang ingin kubeli juga.”



Reine mengatakannya dengan gaya mengantuknya yang biasa.



Dari jawaban yang tak terduga itu, mata Kotori membulat menjadi lingkaran sempurna.



“Reine, apa kau juga membuat coklat? Siapa yang ingin kau beri?”



“... ...Hmm? Yah, kepada semua orang yang menjagaku setiap hari, dari para anggota <Fraxinus> sampai rekan kerja dari sekolah. Aku juga menyiapkan untuk Shin, tapi bukankah dia sudah banyak menerima dari para Spirit?”



Reine berbicara sambil menempatkan tangan didagunya, saat dia berpikir.



Kotori mengeluarkan suara ‘hah’ saat dia mengangkat bahunya.



“Apa-apaan dengan daftar orang-orang itu, dan kupikir Reine sudah menemukan kekasih untuk diberi juga.”



“... ...Aku minta maaf karena gagal memenuhi harapanmu. Tapi saat ini, aku tidak ingin melakukan hal itu.”



Reine menghela nafas saat mengatakannya.



Kotori menghadap keatas untuk melihat wajahnya sekali lagi.



Dia memiliki lengan dan kaki yang ramping disamping dada menggairahkan yang tak tertandingi. Meskipun lingkaran gelap yang ada disekitar matanya tampat sedikit tidak sehat, namun itu diimbangi dengan wajahnya yang cantik.



Banyak akal dan cerdas, dia bisa mengatasi semua hal dengan mulus. Meski lebih tua dari Kotori, dia adalah wanita dewasa yang mampu membangun persahabatan yang nyaman tanpa menampilkan sisi yang terlalu rendah hati ataupun sombong.

Jika seseorang meminta Kotori untuk membuat daftar wanita yang mereka cita-citakan, maka Reine akan menjadi yang terbaik diantara yang lain. Dunia para pria tentu saja tidak akan menutup mata terhadap wanita semacam itu, tapi dia belum pernah mendengar pembicaraan bertema cinta dari Reine.



“Belakangan ini... ...”



“... ...Hmm?”



Saat Kotori mengulangi perkataan Reine, Reine berbalik kearah Kotori sambil sedikit memiringkan kepalanya.



“Itu mengingatkanku, aku belum pernah mendengar topik semacam dari Reine. Apakah dulu ada? Seseorang seperti——seorang kekasih.”



“... ...Yah.”



Mata Kotori berbinar-binar dengan penasaran, Reine menggaruk kepalanya seperti terkena sedikit masalah.



Ini sungguh reaksi yang langka. Kotori tidak bisa apa-apa selain merasa senang, dengan ujung mulutnya dia tertawa sambil berjalan mendekati sisi Reine.



Baru menyadarinya, Kotori tahu itu adalah topik cinta yang langka dan menyebabkan para Spirit berkumpul lagi, mendengarkan dengan seksama. Bahkan untuk para Spirit, mereka adalah gadis remaja yang menunjukkan ketertarikan alami dengan hal semacam itu... ... Yah, ada orang lain seperti Tohka yang datang karena yang lain berkumpul bersama. Pola pikir orang semacam ini juga bukan hal yang mustahil.



“Katakan, ini tak akan menyakitkan. Ayo, ayo, cepat dan katakan yang sejujurnya.”



Kotori berbicara dengan nada ceria seolah mewakili orang lain. Sebagai gantinya, Reine terdengar mendesah seolah dia sudah menyerah.



“... ...Ah, yah, benar. Ada——satu orang.”



Entah bagaimana, dia terlihat sedikit melankolis saat dia melihat keatas dan berbicara. Para Spirit, sangat tertarik dengan topik ini, semuanya berkata ‘Oh... ...” disaat yang sama.



“Ah, aku mengerti. Jika itu Reine, bukankah itu tidak lebih menggembirakan, ya kan?”



“Benar, kau punya lelaki yang baik? Jadi katakan, disini bukanlah campuran jadi tidak perlu malu.”



[Note : maksudnya tidak bercampur dengan laki-laki, hanya ada perempuan.]






“... ...Itu, bagaimana mengatakannya. Kupikir ini tidak seperti yang kau bayangkan, disukai oleh lawan jenis.”



Reine berbicara dengan ambigu seolah ingin meluruskannya.



Kotori berkata ‘tidak apa-apa’ untuk mengatasi kerendahan hatinya sebelum dia melanjutkan.



“Soal itu, orang seperti apa kekasihmu ini? Memiliki seseorang seperti Reine, dia pasti orang yang sangat baik, ya kan?”



“... ...Benar. Dia adalah... ...orang yang baik. Orang yang sangat baik.”



Berbisik mengulangi perkataannya sendiri, Reine menutup matanya dengan lembut.



“... ...Aku berani berkata bahwa aku tidak akan pernah bisa melampaui dirinya dalam hatiku. Dia akan selalu menjadi cinta pertama dan terakhirku.”



“... ... ... ...”



Kata-katanya yang penuh dengan kesedihan menyela pertanyaan Kotori untuk sesaat.



Tapi Kaguya, yang tidak membaca suasana itu, memiringkan kepalanya karna penasaran.



“... ...Eh, lalu kenapa kau putus? Meski sampai sekarang kau masih menyukainya——“



“——Hei!”



Kotori menyela untuk menghentikan pembicaraannya. Setelah mengerti apa yang terjadi, Kaguya mengalihkan pandangannya seolah ingin meminta maaf karna telah berbicara.



——Dari cara bicara Reine; kelihatannya itu cerita dari masa lalu. Namun, sampai sekarang, sepertinya Reine masih memikirkannya.



Bisa dikatakan mengetahui asal-usul sebuah cerita yang membosankan itu adalah bohong. Namun, memaksa untuk mengintip seperti ini sangat tidak sopan. Kotori menarik nafas dalam sebelum melepaskan sebuah pemikiran yang datang dari dadanya.



“Sungguh indah sekali.”



Mendengar kata-kata itu, mata Reine terbuka karna terkejut.



“... ...Begitukah?”



“Ya, orang itu pasti sangat senang karna kau memikirkan soal dia.”



Saat Kotori mengatakannya, para Spirit yang lain tidak ragu mengangguk bersama untuk menunjukkan persetujuan mereka.



“Ya... ... kupikir itu sangat indah.”



“Setuju. Sungguh mengherankan Reine memiliki masa lalu yang pahit.”



“Hei, kenyataan memang lebih aneh daripada manga. Dalam hal ini, kisah nyata tidak dapat dibandingkan dengan karya fiksi. Kenyataan semacam itu akan menyerang tanpa pertanda ataupun berkembang.”

“Ufufu... ...sungguh cerita yang sangat indah, itu sedikit membuat iri.”



——Kemudian.

Saat semuanya berbicara keras, Kotori mendengar sesuatu entah darimana yang membuat alisnya gemetar.



Butuh waktu sekitar 3 detik agar suara itu berhasil diselamatkan dari ingatannya soal Kurumi, tubuhnya langsung menegang saat dia berbalik.



“Kurumi... ...!?”



Benar, tidak diketahui berapa lama dia disana, Spirit terburuk, Tokisaki Kurumi, berdiri disana.



“Apa... ...!”



“... ...”



Setelah mendengar suara Kotori, atau mungkin menyadari kehadirannya dibelakang Kotori, para Spirit yang lain bersiap menghadapi tanda merah.



[Note : Tanda Merah : bahaya.]




“Ara, ara, ada apa semuanya?”



“... ...Tidak, aku sedikit terkejut saat kau memulai percakapan.”



Hidung Kotori mengeluarkan suara ‘hun’ saat dia memperbaiki sikapnya dan menjawabnya dengan nada yang tanpa takut.



Dilihat dengan seksama, Kurumi tidak memakai Astral Dress-nya. Sebagai gantinya, dia memakai mantel monokrom yang cantik.

Sejauh yang orang lihat, ini tidak terlihat seperti situasi perang——tapi itu hanya yang terlihat dipermukaan.



“Jadi, Kurumi. Apa yang kau lakukan? Apa kau kemari mencari sesuatu?”



Saat Kotori menyilangkan tangannya dan bertanya, Kurumi menepuk tangannya seperti baru mengingat sesuatu.



“Ah ya, aku kemari untuk belanja.”



“Belanja.”



“Benar——aku sedang memikirkan susunan bahan untuk coklat yang ingin kuberikan pada Shidou-san.”



“... ...!”



Ucapan Kurumi membuat kegemparan kecil diantara para Spirit.



Namun itu sudah diduga. Tanggal 14 telah dipilih sebagai hari perang penentuan, yang diperkaya dengan liburan istimewa yang disebut Hari Valentine.



Kemudian, Kurumi menyadari sesuatu dengan mata yang berbinar-binar.



“Mungkinkah, kalian semua juga datang untuk membeli bahan untuk membuat coklat?”



“... ...Yah, sepertinya kau juga menyadarinya.”



“Ufufu, benar. Tujuannya yaitu datang ke toko manisan disaat yang terbatas ini. Juga, kau bisa tau saat melihat sekilas ke keranjang belanjamu.”



Lalu, Kurumi melihat semuanya secara bergiliran sebelum berhenti seketika di tangan Origami, membuat ekspresi aneh sebagai balasannya... yah, tidak mengherankan mengingat apa yang sedang dipegang gadis itu.

“... ...Kalian juga ingin membuat coklat buatan tangan?”



“... ...Itulah rencananya.”



Untuk sesaat, Kurumi terlihat seperti menghilang dalam pemikirannya, dengan tanda tanya diatas kepalanya. Namun, dia segera mengembalikan sikapnya yang biasa dan mengangkat wajahnya sambil terbatuk.



“Sekarang, ada permintaan yang kuinginkan.”



“Permintaan... ...?”



Mendengar kata-kata Kurumi, Kotori mengeluarkan ekspresi skeptis.



——Sekitar satu jam telah berlalu.



“... ...Apa-apaan, dengan situasi ini?”



Kotori, yang tiba diruangan yang berada di mansion Spirit untuk membuat coklat setelah meninggalkan toko, mengatakannya dengan suara kecil.



Namun itu hal yang wajar, bagaimanapun juga——



“Ara, ara. Jadi ini tempat tinggalmu. Ufufu, ini bukanlah tempat yang menakjubkan.”



Dibelakang Kotori, Spirit terburuk, Tokisaki Kurumi bicara dengan ceria sambil melihat dapur yang luas.



Benar. Itu adalah permintaan Kurumi——



(——Aku juga ingin mulai membuat coklat sesegera mungkin setelah mendapat bahan-bahannya. Jika semuanya tidak keberatan, bisakah kita mengerjakannya bersama?)





Melebihi perkiraannya, itu adalah permintaan yang tidak beralasan dari orang itu.



Kurumi juga seorang Spirit, target untuk ditangkap dan ditawari suaka. Bagaimanapun juga, pertukaran semacam itu mungkin perlu diselesaikan untuk melawan rasa waspada.



Namun dalam kasusnya, situasi sangat berbeda dibanding para Spirit yang lain.

Bagaimanapun juga, dia sudah tahu soal <Ratatoskr> dan tujuan Shidou dan tantangan untuk mengikuti pertandingan yang syaratnya telah ditetapkan. Tidak ada salahnya mencurigai motif tersebunyi dibalik tindakannya itu.



“... ... ... ...”



Namun, saat Kotori berbalik menatap Kurumi.



Tetap saja, Kurumi adalah Spirit yang berbahaya. Dengan kapasitas Reiryoku yang besar, dalam pertandingan jumlah tidak ada cara untuk menang melawannya. Sebuah kecerobohanpun tidak diizinkan jika melawan musuh yang satu ini.



[Note : Pertandingan Jumlah : mungkin maksudnya jika melawan Kurumi dan klonnya, meraka akan kalah jumlah.]




Tapi untuk alasan ini, bisa dibilang ini adalah kesempatan emas untuk mendapat informasi darinya.



Untuk tanggal 14 yang akan datang, sebelum pertandingan yang menentukan antara Kurumi dan Shidou, Kotori ingin tahu sebanyak mungkin soal Kurumi. Untuk itulah, dia tidak punya pilihan selain menerima permintaannya.



“... ...Kotori.”



Saat Kotori sedang berpikir, Reine memanggil namanya dengan pelan.



“... ...Untuk selanjutnya, aku akan kembali ke <Fraxinus>. Ini kesempatan langka untuk memantau tingkat perasaan dan kebahagiaan Kurumi sebanyak mungkin.”



“Yah, silakan. Aku akan melakukan sesuatu untuk menangani yang disini.”



“... ...Un, aku mengandalkanmu; semoga beruntung.”



Setelah Reine menyelesaikan omongannya, dia mengangkat kepalanya dengan pelan dan meninggalkan ruangan. Ketika dia melihat Reine meninggalkan ruangan, Kurumi memiringkan kepalanya karena ingin tahu dengan perpisahan misterius itu.



“Ara, apakah Murasame-sensei ingin pulang?”



“Ya, sepertinya dia memiliki tugas.”



Saat Kotori mencoba menipunya secara langsung, Kurumi membalas ‘huh... ...’, menyipitkan matanya saat melihat sosok Reine menghilang disana.



Kemudian, Kotori berpikir dia menyadari kebohongannya——namun itu sedikit berbeda. Meskipun belum jelas, didalam tatapan itu sekilas ada sebuah kecurigaan.



“Ada masalah? Apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan dengan Reine?”



“Ah, tidak, bukan begitu.”



Saat dia tanya oleh Kotori, Kurumi menggelengkan kepalanya.



“——Yang lebih penting, kami akan segera memulainya.”



Lalu, seolah ingin mengembalikan topik utama, dia menunjuk tas belanja berlogo toko manisan yang berada diatas meja masak.





Sekarang, Kotori dan yang lain tidak berada dalam satu ruangan di mansion Spirit, tapi di dapur yang ada di lantai pertama mansion.



Meski mansion didesain sebagai rumah para Spirit, ada banyak fasilitas yang disiapkan selain ruang keluarga. Ada gym untuk menjaga kesehatan dan ruang teater untuk hiburan. Dapur adalah salah satunya.



Tentu saja, ada dapur disetiap ruangan, namun saat ada acara liburan seperti hari Valentine dan Natal, ruang besar ini dibangun untuk mengantisipasi kemungkinan ada beberapa Spirit yang berkerja bersama.



Di meja dapur dimana para Spirit bisa berkerja berdampingan, ada berbagai peralatan memasak, disamping yang berasal dari timur ataupun barat, yang telah dirakit. Bahkan ada kompor gas besar yang biasa digunakan untuk bisnis profesional yang telah dipasang dan siap digunakan.



Saat mansion selesai setahun yang lalu, sekali tatapan saja sudah cukup membuat Shidou membeku ditempat, seperti anak kecil yang menatap trompet baru yang ada di jendela display.



“Ufufu, sudah lama aku tidak membuat manisan... ...ara?”



Saat Kurumi membentangkan bahan-bahan yang telah dibelinya di meja dapur, matanya melebar saat menyadari sesuatu.



Alasannya masuk akal. Para Spirit berada dipojokan ruangan, menunjukkan tatapan waspada.



“Mu... ...Apa yang kau pikirkan, Kurumi?”



“Ji-Jika kau membuka itu, aku akan membantu... ...”



“Ikut berperang. Yuzuru tidak bisa diam saja.”



Beberapa orang berbicara saat mereka mengalihkan pandangan mereka kearah Kurumi.



Namun, keyakinan mereka tersembunyi olah ketakutan yang malu-malu itu.



Tapi itu wajar saja. Musuhnya adalah Spirit yang menyatakan tujuannya untuk memakan Shidou. Tidak mungkin mereka tidak waspada.



Namun, itu sudah dalam jangkauan dugaan Kurumi. Dia mengendurkan bibirnya dengan suara ‘fufu’ sebelum melanjutkan omongannya dengan suara keras.



“Ara, apa kalian semua tidak ingin mulai membuatnya? Ufufu, maka hati Shidou-san akan jadi milikku sendiri.”



“Apa... ...!”



Setelah mendengar kata-kata Kurumi, para Spirit mengerutkan alis mereka.



Hanya dengan provokasi kecil, namun bagi mereka yang menyadarinya (Meskipun ada beberapa yang benar) mereka bisa membalikkan telinga setelah mendengar kata-kata itu. Para Spirit yang marah menghela nafas sebelum bergerak perlahan menuju ke tempat memasak.



“Bagaimana bisa aku membiarkanmu berhasil... ...! Aku akan melindungi Shidou! Ungunu!”



“A-Aku juga... ...akan melakukan yang terbaik!”



“Nushi-sama milik Muku tidak boleh dibiarkan direbut tanpa alasan oleh orang sepertimu.”



Setelah berkata demikian, para Spirit mulai mempersiapkan bahan-bahan.



Melihat hal itu, Kurumi tertawa dengan riang dari lubuk hatinya.



“Ufufu, aku tidak akan kalah.”



Kurumi menggulung lengan bajunya, mengabil apron yang tergantung diruangan, dan mencuci tangannya dengan ceria.

Semuanya juga mengubah penampilan mereka utuk memasak sebelum kembali ke tempat memasak sekali lagi.



Menggenggam tangan mereka yang sudah dicuci hingga dikeringkan diatas dada mereka dan didepan meja, penampilan mereka seperti ahli bedah yang bersiap melakukan operasi.



“... ... ... ...”



“... ... ... ...”



“... ... ... ...Ummmuu.”



Namun, para dokter bedah yang berdiri didepan tempat memasak, tidak, para Spirit tidak tahu bagaimana memulai operasinya.



Setelah terdiam untuk beberapa saat, Tohka menatap Kotori dengan bingung.



“Kotori, apa yang harus dilakukan selanjutnya? Umumu.”



“Eh, ah, ya.”



Mata Kotori membulat seperti lingkaran selama beberapa saat sebelum dia mengangguk dengan sama——meski mereka sudah membicarakan soal bahan-bahannya, metode produksi yang spesifik belum dijelaskan secara mendetail.



“Yah, singkatnya, kau harus melelehkan potongan coklat lalu mendinginkannya di kulkas dan menghiasnya sesuai keinginanmu.”



“Oh, aku mengerti! Ummuu.”



“Katakan, Tohka, bukan sejak awal, tapi beberapa saat yang lalu kau mengunyah sesuatu?”

Saat itu,Natsumi berbicara pada Tohka dengan mata setengah terbuka setelah mengerutkan alisnya.

Ngomong-ngomong, untuk semacam alasan, kata-kata Tohka terdengar tidak jelas. Saat Kotori menatap kearah Tohka, alasannya langsung terlihat jelas.



Tohka sudah membuka bungkus coklat yang dia beli dan tangannya telah mengambil isinya lalu memakannya dengan ceria.



“Hei... ... ini tidak bagus, Tohka. Jika kau memakannya terlalu banyak, takkan ada yang cukup untuk diberikan pada Shidou.”



“Muu? Ah... ...! sebelum aku menyadarinya... ...!?”



Saat Kotori selesai, Tohka terdiam setelah menyadari gerakan tangannya.



“A-Ah, Kurumi... ...apa-apaan serangan diam-diammu ini... ...ummmuu.”



“... ...Tidak, ini benar-benar berbeda dengan itu. Ngomong-ngomong kau masih memakannya.”



“Ufufu, sepertinya itu bekerja. Ubah itu jadi kau bisa memakannya lagi~~~.”



“Muu!? A-Aku tidak bisa berhenti... ...! Ummmuu.”



“Kurumi, seharusnya kau tidak menggodanya sesudah itu.”



Setelah Kotori berteriak sesaat, dia merebut kantong coklat dari tangan Tohka, yang terlalu lelah bahkan untuk bernafas.



“Ha... ...yah untung kita membeli sedikit lebih banyak untuk asuransi. Semuanya, ayo mulai.”



“Umu!”



Saat Kotori berkata sambil mengecilkan suaranya, Tohka menganggukkan tangannya dengan bersemangat.



Namun, dia memiringkan kepalanya sesaat setelah itu.



“... ...Mu, Kotori. Bagaimana kita melelehkan ini?”



“Eh? Apa yang kau bicarakan; kau tidak perlu menanyakan itu. Coklat... ...”



Setelah mengatakannya, Kotori langsung tercekik kata-katanya sendiri.



Tidak, tidak hanya perkataannya. Untuk beberapa saat, semua gerakannya terhenti saat tubuhnya benar-benar tidak bisa bergerak. Hanya ada gerakan keringat yang menetes dari dahinya dengan sangat pelan.



“... ...Kotori-san?”



“Ada yang salah?”



“T-T-Tunggu sebentar.”



Setelah mengatakan itu, para Spirit membuat ekspresi bingung, Kotori akhirnya bisa pulih dari kekakuannya. Sambil mengusap keringat didahinya, dia mencoba mengingat saat dia membuat coklat bersama ibunya.



Namun, ingatan yang dia terima dimulai dengan coklat yang sudah meleleh dan dituang dalam cetakan. Saat itu, ibunya berkata itu terlalu berbahaya jika dia menggunakan api dan coklatnya sudah dilelehkan.



Dia tidak berpikir kelemahan akibat Reine yang kembali ke <Ratatoskr> akan muncul dalam bentuk ini. Kotori menekan dahinya dengan tangannya saat dia menggertakkan giginya dengan frustasi.



Lalu, setelah melihat Kotori yang berada dalam keadaan terkalahkan seperti itu, Kurumi tertawa terbahak-bahak.



“Ara, Kotori-san. Kau tidak tahu cara melunakkannya? Aku bisa mengajarimu jika kau tidak keberatan.”



“... ...! Su-Sungguh berisik. Aku mengerti cara melakukan hal kecil seperti ini!”



Kotori menghela nafas sambil marah saat dia membual dengan bangga.



Namun beberapa saat kemudian, pertanyaan memenuhi kepalanya.

——Melunakkan? Apa yang dilunakkan? Apa itu melelehkan coklat? Melunakkan... ...tenpa?



[Note : Tenpa : rambut keriting yang tidak wajar atau bahkan bentuknya aneh.]





“... ... ... ...”



Diam-diam Kotori menatap kearah Natsumi, terkejut melihatanya, bahunya gemetar karena terkejut.



“... ...A-Apa yang kau lakukan?”



“Tidak, tidak ada.——Bagaimanapun juga, pertama kau harus melelehkan coklatnya. Intinya kau harus meleburkannya, jadi tidak perlu terlalu dipikirkan.”



Saat Kotori menggertak sambil mengulurkan tangannya, dia mengeluarkan sebuah panci dari rak dan meletakkannya diatas kompor. Lalu, dia melemparkan segumpal coklat kedalam panci itu sebelum menyalakan kompornya. Api pengeringan dari kompor gas ke panci ini sebanding dengan yang digunakan untuk sirkulasi oleh restoran Cina yang sudah profesional.



Meski sangat lambat, coklat itu kehilangan bentuk aslinya saat mulai meleleh. Tohka dan yang lain berkata ‘Oh... ..” karena takjub dengan pemandangan itu.



“Hebat, Kotori, coklatnya meleleh dengan sempurna.”





“Mun, hebat sekali.”



“Oh, tidak buruk, Imouto-chan, sesuai dugaan dari adiknya si Bocah.”



Saat semuanya memujinya, Kotori mengingat sebuah ketidaknyamanan yang samar, tadi kebanggaan masih membara didadanya.



“Y-Ya, bagiku itu hal yang mudah seperti——“



“... ...Hey, ada sesuatu yang terbakar?”



“Eh?”



Setelah mendengar perkataan Natsumi, Kotori bergegas mengeceknya.



“Hiii——“



Saat dia berbalik, lelehan coklat yang ada dipanci telah mendidih dan terbakar dalam sekejab mata. Asap hitam muncul dari panci itu lalu bau gosong menyebar kesekelilingnya.



“I-Ini bencana! Air! Siram coklat itu dengan air!”



“O... ...Ohhh.”



“Ba-Baik, ambil ini... ...!”



Kotori langsung menuangkan segelas air yang ada ditangannya ke panci itu. Juuuuuuuu——!



Saat suaranya terdengar, bahkan asap tak lagi keluar dari panci saat airnya mendidih.



“Ha... ...ha... ...”



“A-Aku terlalu tidak sabaran... ...”



“Ne, ne, Imouto-chan, apa membuat coklat rasanya harus seperti ini?”



“Ugu... ...”



Setelah ditanyai oleh Nia, Kotori merasa keringat sebesar manik-manik menetes dari dahinya.

Didalam panci, cairan hitam legam mengendap dibawah sisi-sisa coklat yang belum meleleh. Akhirnya, tidak mungkin benda ini bisa dibilang enak meski telah dipadatkan.



“Ara, ara.”



Kemudian, penglihatan Kotori dipotong oleh Kurumi.



Sambil menerima tatapan Kurumi, Kurumi tersenyum dengan lembut seakan ingin berkata—

—‘Aku bisa membantumu kapanpun’.



“Ku... ...”



Wajah Kotori terpaku karna kecewa. Meski memang benar jika dia ingin meminta bantuan, harga dirinya tidak akan membiarkannya mengandalkan Kurumi.



“... ...Ne, ne, Kaguya, Yuzuru, apa kalian pernah duel membuat coklat?”



Mengecilkan suaranya agar tidak terdengar oleh Kurumi, Kotori memutuskan untuk bertanya pada Yamai bersaudari. Mereka berdua menaruh tangannya di dagu mereka.



“Genesis dan aku itu tidak cocok. penghancuran dan pemusnahan adalah asalku.”



“Menerjemahkan. Sayangnya tidak pernah ada pertandingan coklat, yang ada hanya pertandingan makanan cepat saji.”



“Begitu ya... ...”



Saat bahu Kotori mengendur karena kecewa, Kaguya menyelanya dengan kata ‘tapi’.



“Bukannya kami tidak tahu soal melelehkan potongan hitam legam itu.”



“Setuju. Aku ingat mereka menggunakan air mendidih di TV.”



“Air mendidih... ...”



Saat Kotori mendengar mereka berdua, matanya langsung melebar.



Kemudian, dia ingat ibunya menuangkan air mendidih kedalam panci. Pasti, dengan begitu tidak perlu khawatir coklatnya akan terbakar.



“Begini!”



Kotori menyiapkan panci lain, menaruh air didalamnya sebelum menyalakan api. Tidak lama berselang, air mulai mendidih saat uap keluar dari panci.



“Bagus.”



Kotori mengambil coklat dan melemparkannya ke dalam air mendidih itu. Saat itu, meski tidak tau alasannya, Natsumi mengeluarkan suara ‘ah... ...” seolah menyadari adanya kesalah pahaman.



Menempatkan coklat kedalam air mendidih terlalu cepat menyebabkan pinggiran larut kedalam air panas.



“Itu meleleh, itu meleleh, tidak, kita hanya harus mengeraskannya.”



“Hmm... ...adik yang terhormat, coklat ini tidak mirip dengan apa yang muku bayangkan.”



Sambil memperhatikan gerakan tangan Kotori dengan hati-hati, Mukuro memberi tatapan ragu. Tapi Kototi hanya membalasnya dengan ‘ahaha’.







“Ya, kau tidak akan mendapat coklat dengan bentuk seperti ini selain dengan buatan tangan. Tapi itu akan menjadi keras setelah dimasukkan kedalam cetakan. Cobalah mencicipinya jika kau khawatir.”



“Mun, baiklah.”



“Kotori! Aku juga! aku juga ingin mencicipinya!”



Mata Tohka bersinar saat dia mengangkat tangannya. Kotori berkata,”Baiklah, baiklah’, sebelum menaruh lelehan coklat kedalam mangkuk kecil untuk mereka berdua.



Disaat yang sama, mereka menjilat coklat itu.



Namun——



“... ...M-Mun... ...?”



“Kotori... ...? Entah bagaimana rasanya sangat aneh.”



“Eh?”



Kotori menggetarkan alisnya saat mencicipinya sendiri.



Setelah itu, dia membuat ekspresi yang mirip dengan mereka berdua.



“Hei, apa ini... ...bahkan ini tidak enak sedikitpun... ...”



“... ...Tidak, yah, itu karena pencampuran yang mendadak dengan air panas yang membuat rasanya jadi sangat aneh... ...”



Dengan mata setengah terbuka, Natsumi menjawab. Bahu Kotori gemetar saat mencoba untuk memberikan penjelasan.





“Ja-Jadi, bagaimana seseorang melelehkan coklat? Lagipula... ...”



Saat Kotori menahan kepalanya karena kesulitan ini, saat itulah Miku memberikan ekspresi cerah dengan hembusan seolah dia telah memikirkan sesuatu.



“Ah, Kotori-san, kupikir aku dapat ide yang bagus!”



“... ... ... ...”



Kotori menatap Miku dengan curiga. Tentu saja, jika itu cara yang bagus, maka dia harus mempelajari bagaimanapun juga. tapi meski begitu, ekspresi Miku yang ceria sepertinya agak berlebihan.



“... ...Apa? apakah seperti, ‘dengarkan aku, apa kau akan marah jika kubilang kau dapat melelehkan coklat yang keras dengan menjilatnya’?”



“Kya! Bagaimana kau tahu? Kupikir, kita harus berhubungan dari lubuk hati yang terdalam!”



“Tunggu... ...tidak, biarkan aku pergi!”



Saat Kotori ditekan tubuh Miku dari belakang, sekali lagi dia menekankan kepalanya.



Harga dirinya takkan membiarkannya menerima bantuan Kurumi. Melihat seseorang yang jago memasak——



“... ...! Ya, Origami!”



Kotori menaikkan wajahnya dan menengok kearah Origami.



Baik dalam hal militer dan seni, Origami sangat berbakat dalam segala hal. Jika itu dia, membuat coklat pasti salah satu keahliannya.



Tapi——



“Apa.”



“... ... ... ...”



Menggunakan komputer pribadi dan printer 3D yang tidak disadari sebelumnya, Origami mencetak patung dirinya yang sedang telanjang. Kotori hanya ternganga.



... ...Entah bagaimana, sambil membawa gambar dirinya sendiri dikomputer, sekarang benda itu tampak seperti sesuatu yang mengikuti Vienna Gashapon Gashapon. Gambarnya tidak terbungung dengan pusat kepala.



[Note : Vienna Gashapon Gashapon : sejenis vending machine yanga ada di jepang.]





“... ... ... ...Semoga beruntung.”



“Aku akan melakukan yang terbaik.”



Saat Kotori berbicara dengan keringat yang menetes, Origami mengangguk sambil memberikan ekspresi serius.



Untuk ketiga kalinya, dia gagal total.



Mungkin karena tidak tahan melihat Kotori yang seperti ini, Natsumi berkata dengan suara yang sangat sopan.



“... ...Kotori?”



“... ...Apa?”



“... ...Tidak, aku tidak tahu soal ini dan aku tidak ingin bertanggung jawab jika gagal. Mungkin kau tidak ingin mendengar apa yang kukatakan juga——“





“Tidak, jadi apa yang ingin kau katakan?”



Setelah Kotori berbicara, dia mengerutkan alisnya. Natsumu membalas sambil menghindari tatapan matanya.



“... ...Jika itu cara yang mudah, aku tahu caranya.”



“... ... ... ...Sensei!”



Kotori langsung memegang tangan Natsumi.



“Oooh... ...!”



“Natsumi-san, luar biasa... ...!”



Lalu, para Spirit yang lain memandang Natsumi dengan hormat. Terkejut dengan hal itu, bahu Natsumi gemetar saat dia mencoba tetap tenang dibawah kedipan matanya.



“Ti-Tidak, aku tidak ingin kalian terlalu berharap banyak... ...”



“Sensei! Pertama-tama apa yang harus dilakukan!?”



“... ...Yah, pertama masukkan potongan coklat kedalam mangkuk lalu tambahkan air panas. Ah, suhunya juga harus dijaga disaat yang sama... ...”



Saat Natsumi memberi penjelasan dengan agak grogi, para Spirit mendengarkannya dengan seksama saat mereka mulai membuat coklat buatan tangan.



Disaat itu——



“... ...?”



Alis Kotori menutup tanpa sadar.



“——Ufufu, ufufu.”



Melihat keadaan terkini dari para Spirit yang lain, Kurumi tertawa gembira dengan nada yang tak bisa dijelaskan.



Itu bukan ejekan yang dibuat untuk mengejek orang lemah yang menentangnya. Seolah dia sedang berjalan dengan ceria sambil menontong ekspresi bingung seorang adik perempuan.



“... ...Tidak ada cara lain.”



Kotori sedikit mengangkat bahunya saat mengambil mangkuk untuk memasukkan coklat.



“Baiklah semuanya, ayo buat coklat yang akan mengalahkan Kurumi!”



“Ooh!”



Seolah menyesuaikan dengan suara Kotori, para Spirit menaikkan tinjunya ke udara.

Share Tweet Share

0 comments

Please wait....
Disqus comment box is being loaded