Bab 2 – Gelombang Pertempuran

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode

“——Kuu!!”

Malam itu ada suara keras dari depan pintu masuk rumah kediaman itsuka. Saat shido membuka pintu masuk, pada awalnya ia mengira Kotori telah kembali, namun tiba-tiba, kotori masuk dan memukul perutnya dengan sangat keras.
note
“Ouch!”

Serangan mendadak dari Kotori membuatnya terkejut, seluruh tubuh Shidou diterbangkan mundur menuju ruang tamu.

“A-Apa yang kau lakukan, Kotori... ...!”

“Ini bukan waktunya untuk bertanya ‘apa yang kau lakukan’! Apa kau mengerti? Jika kau kalah, kau akan mati!!”

“... ...Aku tahu, tapi saat itu——“

Kotori membuat suara ‘hun’ dengan hidungnya dan menggaruk kepalanya karena frustasi lalu bicara.

“Aah, sebenarnya. Aku sudah tahu jika kau tidak punya pilihan lain selain menerima usulan Kurumi. Tetapi antara mengerti dan menerima merupakan dua hal yang berbeda! Biasanya kakak bodohku ini tidak pernah mempedulikan dirinya sendiri... ...!”

“K-Kau... ...”

Lalu, saat Shidou sedang berjuang untuk bangkit, keringat dingin menenggelamkan wajahnya, Kotori mengarahkan jarinya kearahnya.

“Un.”

“... ...’Un’? apa maksudmu?”

“Aku akan membiarkanmu mengembalikan pukulannya... ... kesalahan pada peran pendukung karena komunikasi terputus saat kau dipaksa untuk membuat keputusan penting.”

“Hei, Hei... ...”

Shidou membuat ekspresi bingung. Kadang-kadang, Kotori akan menggunakan alasan jantan seperti ini.

Meskipun ini merupakan salah satu kelebihan Kotori, tidak peduli apapun itu, tidak mungkin dia bisa benar-benar menghancurkan apa yang telah terjadi. Karena itulah, diharapkan bagi seorang kakak yang terhormat untuk menasehati adik kecilnya.

Bagaimanapun juga, jika hanya melakukannya dengan setengah hati, itu akan terlihat curang dan dia akan merasa sangat menyesal terhadap perasaan Kotori.

Shidou mengambil nafas dalam saat dia bangun lalu berdiri di depan Kotori.

“... ...Mau bagaimana lagi. Kau memang begitu, Kotori.”

“Ah, ayo cepat.”

Kotori mengulurkan kedua tangannya kesamping untuk memperlihatkan ketidakberdayaannya. Shidou menelan udara.

“Di sini!”

Dengan cepat Shidou menempatkan tangannya diketiak Kotori, menggerakkan jarinya dengan cepat lalu membuat suara kochokochokocho.

“Apa!? Tu-Tunggu sebentar... ...Ahahahahaha!?”

Tubuh Kotori menggeliat sampai sampai dia tidak bisa menahan tawanya. Setelah digelitik tanpa henti, Kotori langsung jatuh ke sofa. Shidou menepuk tangannya ‘pat-pat’.

“Hah. Jadi, ini seharusnya cukup.”

“Ti-Tidak adil... ...itu terlalu... ...”

Saat Shidou mengakhiri lawakan garingnya, Kotori mengeluarkan suara lemah diselingi dengan nafas yang terengah-engah, nafasnya habis karna tertawa terlalu keras.

Setelah itu.

“——Shidou, kami ingin mengganggumu!”

Saat itu juga, pintunya terbuka dan para gadis memasuki ruang tamu satu persatu.

Tohka dan Origami, yang telah kembali ke mansion Spirit yang ada disebelah dan rumahnya masing-masing yang telah berganti pakaian, kembali bersama dengan Yoshino, Natsumi, Mukuro, disampingnya ada Nia dan Miku, yang memiliki rumah sendiri di kota. Petugas analisis <Ratatoskr>, Murasame Reine, mereka berbaris diruangan ini. Mungkin, Kotori yang telah mengundang mereka semua untuk mendiskusikan kejadian hari ini.

“Un... ...?”

Lalu, saat melihat posisi Shidou dan Kotori yang ada di ruang tamu dengan penglihatan mereka, mereka semua terkejut tanpa terkecuali, ekspresi bingung terlihat dari mata mereka.

“Uwah... ...Kenapa Kotori terbaring disofa sambil menangis dan dengan tubuh yang gemetaran!?”

“... ...Eh, apa-apaan ini? Apa yang terjadi?”

“Ah, tidak, ini karena... ...”

Berbalik kearah itu, Shidou mencoba menjelaskan situasinya pada saat momen mendebarkan ketika ada beberapa Spirit yang membiarkan imajinasi mereka menjadi liar.

Namun, Kotori melangkah lebih cepat darinya. Dia kehilangan keseimbangan saat dia mencoba berdiri lalu dirinya terjatuh kepelukan Yuzuru. Sebenarnya, orang yang paling dekat dengannya bukanlah Yuzuru tetapi Miku, yang menyelinap kesana dengan langkah yang indah.

“Fuah! Semuanya, dengarkan aku... ...Shidou, dia, Shidou, dia... ...ha!”

Sambil pura-pura menangis, Kotori membenamkan wajahnya di dada Yuzuru. Melihat reaksi Kotori yang tidak biasa ini, para Spirit menatap Shidou dengan tatapan bingung.

“S-Shidou!? Apa yang telah kau lakukan pada Kotori!”

“Sudah, sudah, Kotori, sekarang semuanya baik-baik saja.”

“Aiyaa, maaf, nak. Apakah kami menghalangi jalan kenikmatanmu ini?”

“Ei——“

Karena semua Spirit memberikan reaksi yang beragam, Shidou tidak dapat menahan terikannya.

“T-Tunggu sebentar, kalian semua salah paham! Ini bukanlah... ...!”

“Ragu. Salah? Apa ini?”

Tiba-tiba, tubuh Shidou mulai gemetaran. Kotori hanya bilang, ‘Shidou, dia.’ Apa yang dia katakan tidak sepenuhnya salah.

Seketika itu, saat Kotori menempel erat pada Yuzuru, bibirnya melontarkan senyuman jahat kearah Shidou.

“K-Kau mengerjaiku, Kotori!”

“Apa yang kau katakan?! Jangan mengalihkan tanggung jawabmu pada Kotori!”

“A-Apa kau baik-baik saja, Kotori-san... ...”

“Ahn! Selalu saja Kotori! Tidak adil!”

“Apa dia masih adikmu? Apakah adik itu lebih baik? Seharusnya kau menyiapkan berkas-berkas adopsi tadi, Onii-chan.”

“Bukankah reaksimu menjadi semakin aneh!?”

Kata-kata yang penuh dengan penyalahan, iri, dan tuntutan ditembakan dari mulut mereka ke arah Shidou.

——Kira-kira sepuluh menit setelah kerusuhan itu mereda.

Pada akhirnya, kotori, tertawa dengan lepas setelah itu, lalu menjelaskan situasinya pada semua orang.

... ...Kebetulan, selama kekacauan itu semua orang sudah berkumpul, ada beberapa pakaian Shidou yang hilang entah bagaimana, akhirnya pelakukanya lolos begitu saja. Tepatnya, ada tiga tersangka, karena bukti yang tidak mencukupi merekapun dibiarkan lolos.

Lalu, diketahui bahwa para tersangka itu bekerja sama; menyebabkan peristiwa yang disebut insiden 1-2-9... ... tapi itu lain cerita.

“... ...Jadi itulah masalahnya.”

Setelah menjelaskannya, Kotori menatap pada Spirit yang duduk melingkar diruang tamu. Yoshino dan Natsumi menelan ludah mereka karna gugup.

Meskipun tidak bisa dihindari, Kotori tidak hanya menjelaskan pertengkarannya dengan Shidou, tapi juga kemunculan Spirit terburuk, Kurumi, di sekolah——dan bagaimana Kurumi merencanakan pertandingan melawan Shidou.

Tentu saja, Tohka, Origami, dan Yamai bersaudari, yang berada disekolah, juga Reine, yang berada kapal <Fraxinus>, sudah tau detail situasinya. Namun, Spirit yang tidak berada di SMA Raizen kehilangan kesempatan itu. Mereka lebih ingin memikirkan masa depan pada saat situasinya disampaikan pada mereka.

“Tolong berhati-hatilah, semuanya. Karena target Kurumi adalah Reiryoku Spirit, kemungkinan dia akan muncul di hadapan kalian tidaklah nol.”

“Y-Ya... ...”

“... ...Aku mengerti. Aku tidak akan meninggalkan rumah.”

Melihat Natsumi yang meringkut ketakutan, Kotori tersenyum kecut.

“Tidak, aku belum selesai bicara... ...<Ratatoskr> juga akan memperkuat kewasdaannya.”

Lalu, gadis yang duduk disebelahnya——Mukuro berbicara pelan hampir seperti berbisik.

“Fumu... ... Muku tidak mengerti.”

Dia memiringkan kepalanya dengan gaya yang imut. Mengikuti tindakannya, rambut pirangnya yang panjang membelai permukaan sofa. Beberapa hari yang lalu, Shidou telah memotong ujung rambutnya, tapi surai menyilaukan itu masih disombongkan sebagai yang terpanjang diantara para Spirit.

“Un? Apa itu?”

“Reiryoku Spirit kelihatannya... ...cukup. sebenarnya, apa yang diinginkan Kurumi dengan mengatakan Reiryoku? Mengapa dia sangat ingin mendapatkannya walau dengan cara yang sekasar itu?

“Itu... ...”

Saat Mukuro menanyakan pertanyaan itu, Shidou kesulitan menemukan jawaban yang cocok.

Memang, seperti yang dikatakan Mukuro. Lebih Dari setengah tahun berlalu sejak Kurumi muncul dihadapan Shidou. Kadang-kadang sebagai musuh dan yang lainnya sebagai sekutu yang meminjamkan kekuatannya padanya, dia tidak pernah mengatakan apa yang ingin dia lakukan dengan reiryoku-reiryoku itu.

“Fuh, bukannya tidak mungkin bagiku untuk mengerti secara pribadi. Hidup sebagai Spirit, bukan hal yang aneh untuk menjadi yang terkuat!”

Kaguya berbicara sambil berpose dengan sangat bergaya. Yang duduk disampingnya, Yuzuru menarik nafas panjang.

“Mengeluh. Akan sangat mudah menangani Kurumi jika dia sangat sederhana seperti Kaguya.”

“Ja-jangan membuatku terdengar orang bodoh!”

“Menyangkal. Aku tidak berkata seperti itu. Didunia ini, orang paling sederhana adalah yang terkuat. Menjadi sederhana adalah yang terbaik. Dengan kata lain, Kaguya adalah yang terkuat.”

“Eh, benarkah!? K-Kukuku... ...! begitulah, Yuzuru, sepertinya kau mengerti itu!”

Sekali lagi Kaguya melakukan pose gembira. Yuzuru menoleh kearah Shidou, melirik sekilas seperti ingin berkata, ‘Aku penasaran.’ Tidak tau bagaimana menanggapi hal itu, hanya bisa bergerak maju dengan senyuman ambigu.

Disaat itu, Shidou menyadari, sambil mengambang diantara percakapan sebelumnya, sikap Nia yang biasanya sudah digantikan dengan ekspresi serius dia telah tenggelam dalam pemikiran yang mendalam.

“... ...? ada masalah, Nia? Apa perutmu sakit karna memakan sesuatu yang aneh?”

“Ya, ya, tadi pagi aku mengambil permen yang ada dipinggir jalan... ...soalnya itu besar!”

Dengan gerakan tangan yang mencolok, Nia memasukkan dirinya dalam peran tsukkomi dengan sempurna. Melihat hal itu, Shidou dengan lega menghela nafasnya.



[Note : Tsukkomi : peran Si Pintar dalam lawakan jepang]



“Bagus, itulah Nia yang biasanya.”

“Apa maksudmu, nak?”

Dengan mata yang setengah terbuka, Nia balik bertanya. Balasannya, Shidou menundukkan kepalanya, seolah mengatakan, ‘Tidak, jangan pedulikan itu.’

“Yah, lupakan saja. Daripada itu, aku punya sedikit info yang berkaitan dengan tujuan Kurumin.”

“... ...! Apa... ...!”

Saat Kotori membuat ekspresi kaget setelah mendengar perkataan Nia, Nia hanya bisa mengangkat bahunya untuk meresponnya.

“Tidak aneh bila kau terkejut. Maaf, maaf, aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya juga, tapi... ...”

“Nia, barusan kau memanggil Kurumi dengan, ‘Kurumin’... ...!?”

“Hei, fokuslah pada apa yang akan dikatakan!”

Saat dia melakukan peran tsukkomi sekali lagi, tanpa sadar Shidou menepuk tangannya secara reflek.

“Aaah, benar-benar, bahkan imouto-chan juga seperti ini! Saat semua selesai kukatakan, jadi inilah gambaran Itsuka bersaudara bagiku.”

Saat bibir Nia menjadi cemberut karena tidak puas, Shidou tersenyum saat dia saling memandang dengan Kotori.

“Lagipula... ...”

“Sebenarnya... ...”

“Benar!”

Seperti dalam manga, Nia yang marah mengangkat tangannya karena protes. Kotori mencoba menenangkannya.

“Maaf, itu salahku... ...tapi sebenarnya? Apa kau menyelidiki tujuan Kurumi selama <Rasiel> masih utuh?”

“Un... ... Aaahh, yah, apa yang kau katakan itu setengah benar.”

Nia membersihkan tenggorokannya dengan batuk sebelum melanjutkan perkataannya.

“Sebenarnya, sebelum Anak ini menyegel Reiryoku-ku... ... aku berada diruanganku, tiba-tiba ada Spirit hitam keluar dari bayangan.”

“! Nia, kau bertemu dengan Kurumi!?”

“Kurang lebih, mendengarkan ceritamu, itu tidak tampak seperti sebuah kebetulan. Mengapa dia mencarimu... ...”

Bersamaan dengan volume suara Shidou dan Kotori yang keras membuatnya terkejut, Nia membentangkan tangannya seolah menyuruh mereka untuk tenang dulu sebelum dia melanjutkan.

“Entah bagaimana, sepertinya ada sesuatu yang ingin dia ketahui jadi dia menyuruhku untuk menyelidikinya menggunakan <Rasiel>. Jadi, meski sebenarnya aku berpikir untuk menolak, setelah melihat Angel Kurumin, itu terlihat sangat kuat. Ah, kupikir aku tidak bisa menang, jadi aku setuju untuk menyelidikinya. Aku minta maaf jika sedikit membingungkan.”

“... ...Tidak, keputusanmu adalah benar. Jadi, apa yang ingin diketahui Kurumi?”

Saat Kotori bertanya, Nia menekan kacamatanya untuk membenarkan posisinya sebelum menjawab.”

“——Informasi tentang asal usul Spirit.”

“Spirit... ...”

“Asal usulnya... ...?”

Menanggapi perkataan Nia, tanda tanya melayang diatas kepala para Spirit.

“Ya, itu 30 tahun yang lalu ketika Spirit pertama muncul di dunia ini. Kurumin ingin tau lokasi dan waktu orang itu muncul, dan juga kekuatan yang mereka miliki.——Semuanya untuk membunuh orang itu.”

“Apa... ...”

Mendengar detail yang mengganggu seperti itu keluar dari mulut Nia, secara naluri Shidou mengerutkan alisnya.

“Untuk membunuh... ...? Spirit pertama? Itukah tujuan Kurumi?”

“Kurang lebih itulah yang aku tau, meski akupun tidak tau kenapa dia ingin membunuh Spirit Pertama.”

Saat Nia menggaruk wajahnya dengan malu, dia bergumam, “Saat itu aku tidak pernah menyangka bahwa <Rasiel> akan dicuri, ah.”

Kotori memasukkan Chupa-chups yang telah dikupas kedalam mulutnya, mengaduk-aduk stik itu keatas dan kebawah saat wajahnya menunjukkan ekspresi yang sulit.

“Untuk membunuh Spirit pertama... ... aku mengerti kenapa dia ingin mengetahui kekuatan Spirit pertama, tapi kenapa dia menanyakan lokasi dan waktu saat dia pertama kali muncul di dunia ini... ...”

“——Dari 30 tahun yang lalu, soal itu saat ini memastikan keberadaan Spirit itu tidaklah mungkin.”

Saat Origami menjawabnya dia mencoba untuk mencari tau, Kotori mengangkat kepalanya karna terkejut.

“Eh? Apa kau tau sesuatu?”

“Bukan apa-apa. Tapi dulu——saat aku meminta Kurumi di dunia sebelumnya, dia pernah mengatakan hal semacam itu.”

Origami berbicara dengan nada kecil.

Benar, untuk menyelamatkan orang tuanya dari takdir kematian mereka, Origami pernah kembali ke masa lalu menggunakan Angel Kurumi <Zafkiel>.

“Jadi... ...dengan menggunakan Angelnya <Zafkiel>, Kurumi benar-benar bisa melakukan penjelajahan waktu. Karena itulah dia membuuhkan Reiryoku yang Shidou segel sampai sekarang. Untuk membunuh Spirit pertama, yang muncul 30 tahun yang lalu dan menghapus keberadaannya dari sejarah.”

Setelah mengidentifikasi poin ini, Kotori membuar ekspresi ciut saat dia menggaruk kepalanya.

“Aahh, benar-benar. Itu hanya menimbulkan lebih banyak pertanyaan. Kurumi membutuhkan Reiryoku untuk menggunakan pelurunya agar bisa kembali ke masa lalu... ... untuk membunuh Spirit pertama? Kenapa dia ingin melakukan hal itu?”

“Hingga saat ini, kita hanya berspekulasi. Terlalu berbahaya untuk mengembangkan penyelidikan pada tahap ini dengan informasi yang minim ini, meskipun garis besar dari apa yang kita tahu hingga sekarang ini sangatlah berguna.”

Origami membalasnya dengan nada yang datar, sambil menatap kearah Kotori. Selanjutnya, Kotori mendesah kalah sambil mengangguk dengan lembut.

“... ...Ya, terima kasih atas sarannya.”

Untuk menenangkan dirinya, Kotori mengambil nafas dalam dan memukul dahinya dengan suara ‘buk’.

“Meski begitu, untuk memenangkan pertarungan melawan Kurumi, kita harus memperjelas motifnya sesegera mungkin. Motif kita sudah terpapar dengan jelas, tapi motif dari sisi yang lain masih tersembunyi dalam kabut. Tidak peduli bagaimana kau mengatakannya, ini sangat merugikan.”

“Un... ...”

Mendengar perkataan Kotori, Shidou berkeringat dingin.

“Tentunya, ini merupakan keuntungan yang cukup besar dengan mengetahui apa yang dicari pihak lawan, terutama dalam pertandingan dimana yang kalah adalah yang jatuh cinta untuk pertama kali. Jika seseorang menggambarkan situasi yang terjadi saat ini, ini akan seperti mendekati Kurumi yang benar-benar telanjang saat dia mengenakan lapisan pelindung tambahan.”

Karena dipaksa menyadari ketidak jelasannya sendiri sekali lagi, Shidou mendistorsikan ekspresi wajah pahit yang tidak menyenangkan.

Melihat Shidou yang mengeluarkan tatapan itu, Kotori mengangkat bahunya.

“Tidak perlu membuat ekspresi seperti chihuahua yang sibuk dangan hujan. Seperti yang kukatakan sebelumnya, dalam situasi ini kau tidak punya pilihan lain selain menerima tantangan Kurumi. Meskipun komunikasinya tidak terputus, apa yang akan terjadi tidaklah berubah. Ayo bicarakan apa yang harus dilakukan selanjutnya.”

“Ah, ya... ...”

Setelah mendengarkan apa yang ingin dikatakan Kotori, Shidou juga membalasnya dengan anggukan persetujuan.

Lalu, Shidou menepuk pipinya untuk meningkatkan semangat juangnya. Jika dia membiarkan adiknya khawatir saat melihat rasa cemas yang muncul lagi di wajahnya, itu akan menjadi aib bagi seorang kakak.

Saat itu, Shidou teringat kata-kata yang Kotori sebutkan sebelumnya.

“Ah... ... benar, Kotori. Apa yang terjadi saat komunikasinya terputus? Aku cemas karena aku mendengar sesuatu seperti kepanikan... ...”

“Ahhh... ...”

Untuk semacam alasan, Kotori menyilangkan tangannya dan membuat ekspresi yang sulit.

“Saat aku memikirkannya, kami masih belum memberitahumu... ...saat itu, ada reaksi aneh diradar <Ratatoskr>.”

“Reaksi aneh?”

“Benar, meski itu sering terjadi; aku belum yakin sama sekali, tapi... ...”

“——Biarkan aku menjelaskan bagian itu.”

Lalu, menyela Kotori, ada suara yang menggema dari belakang mereka.

Saat Shidou menengok kearah suara itu, matanya melebar karna shock saat melihat sosok yang berdiri disana.

Itu adalah seorang gadis yang memiliki tinggi yang sama dengan Kotori. Rambutnya diikat tunggal menjadi ponytail dan ada tahi lalat dibawah matanya. Yang lebih penting, saat ini seluruh tubuhnya ditutupi dengan tapal dan plester perban.

“Mana!?”

Yang berdiri disana adalah adik kandung Shidou, Takamiya Mana.

“Kapan kau... ... terlebih lagi, dari mana kau mendapat luka-luka itu! Apa kau baik-baik saja!?”

“Ini bukan masalah. Ini hanya cakaran.”

Saat Mana melambaikan tangannya dengan gemetaran, Kotori menatapnya dengan ekspresi tidak senang.

“Kau... ... jika kuingat, bukankah aku menyuruhmu ke ruang medis untuk mendapat perawatan?”

“Haha... ... maaf, aku akan kembali seteleh selesai bicara. Hanya sebentar... ... ada yang ingin kuberitahukan pada Nii-sama dan yang lainnya.”

Senyuman tenangnya Mana memudar dari wajahnya saat dia berbalik, matanya menatap tajam kearah Shidou.

“Apa yang ingin kau beritahukan pada kami?”

“Ya, untuk Nii-sama dan yang lainnya, sewaktu kau membicarakan soal <Nightmare>—— Tokisaki Kurumi, soal apa yang terjadi saat itu.”

Mana duduk dikursi yang kosong dan melanjutkannya.

——Serangan Ellen Mathers yang ditujukan pada Shidou.

Disamping gadis-gadis yang tak terhitung banyaknya yang dia panggil.

“Apa... ...”

Setelah ditembak dengan informasi yang tak terduga seperti itu, untuk sesaat nafas Shidou menjadi kacau. Tidak, bukan hanya Shidou, semua Spirit yang hadir ditempat itu semuanya memperlihatkan ekspresi heran.

“Ba-Bagaimana... ...”

“Hal itu bisa terjadi... ...?”

“Gumuu... ... tindakan rahasia untuk melindungi semuanya... sial, aku juga ingin mencoba sesuatu yang sekeren itu.”

“Tapi ada apa dengan gadis-gadis yang dipanggil oleh Ellen... ...”

Mana menggelengkan kepalanya dengan perlahat untuk menanggapi pertanyaan Shidou.

“Itu masih belum jelas, tapi ini pertama kalinya aku melihat banyak orang dengan wajah yang identik selain <Nightmare>; yang jelas mereka bukanlah keberadaan yang biasa.”

Seolah tidak punya pilihan lain, Mana mengangkat bahunya dengan putus asa.

Namun, Kotori kembali bertanya pada Mana.

“——Dan juga? meski kita tau sebanyak ini. Tidak mungkin kau datang jauh-jauh kesini untuk berkata sebanyak itu kan? Jujur saja, kau pasti tau keburukan Shidou soal dia yang selalu terburu-buru, tapi meski begitu orang bodohpun bisa menilai apa perlu mereka lakukan atau tidak.”

Mana mengangkat ujung bibirnya dengan sedikit cemberut.

“Suatu kehormatan untuk bisa diberitahu oleh Kotori-san.——Ya, itu ada benarnya, tapi ada satu hal yang belum kutanyakan pada Kotori-san.”

“——Kenapa kau tidak memprediksi serangan Ellen?”

Mata Kotori sedikit mengenyit, Mana mengangguk seolah dia mengajukan pertanyaan yang benar.

“... ...? ada apa? Apa Kotori meminta seseorang untuk mengawal Mana?”

“Tidak bisa dipungkiri. Jika aku tau DEM sedang mempersiapkan sebuah serangan, aku tidak akan memberitahu Shidou dan yang lainnya pagi tadi... ... lagi pula, aku tidak mengizinkanmu untuk menghadapinya saat kau masih dalam masa pemulihan. Karena itu bisa menolongnya, aku membiarkannya; jika tidak, haruskah ada sanksi pukulan baja?”

Saat Kotori menatap Mana dengan tajam, gadis itu bergumam sedikit tertawa dengan setengah hati untuk menghindari pertanyaan itu.

“Y-Yah, disisi lain, kesampingkan soal itu, aku mempelajari rencana penyerangan Ellen sebelum itu terjadi. Tapi sejak dimulainya serangan, Ellen tiba-tiba muncul di koordinat yang tepat.”

“Aku tidak mengerti ini. Ellen bisa bersembunyi dengan sempurna; sampai-sampai kita tidak bisa mendeteksi kejadian itu sampai dimulainya pertempuran. Mana, bagaimana kau mempelajari soal ini?”

Mana menghembuskan nafas dengan diam.

“Meski aku benci mengatakannya, alasannya sederhana. Seseorang memberitahuku sebelumnya.”

“Seseorang memberitahumu? Siapa?”

“——<Nightmare>, Tokisaki Kurumi.”

“... ...Ha?”

Shidou begitu bingung sampai-sampai matanya berubah menjadi dua buah titik.

“Tu-Tunggu sebentar, apa maksudmu Kurumi yang memberitahumu?”

“Seperti yang kukatakan, tapi biar kuceritakan——Kemarin, gadis itu tiba-tiba muncul di kamarku. Kupikir dia datang untuk menyerangku saat aku tidur, jadi aku memenggal kepalanya tanpa bertanya apapun... ...”

“... ...”

Bagi Mana yang bisa mengatakan sesuatu yang sangat mengerikan dengan biasa saja, meskipun ini adalah siklus konflik diantara mereka yang sudah mengakar kuat, gadis itu masih sama agresifnya seperti sebelumnya.

Tapi Mana terus melanjutkannya tanpa cemas sedikitpun.

“Ada beberapa klon yang muncul sambil berkata bahwa mereka ingin bicara. Yah, pada saat itu, kupikir seharusnya dia bisa mengucapkan kata-kata terakhirnya saat pedang ditujukan kearah lehernya——“

“Apa dia memberitahumu soal penyerangan Ellen?”

“Benar.”

Mana mengangguk secara berlebihan, tapi ekspresi wajah Kotori yang serius sama sekali tidak berubah.

“... ... Jadi Mana-chan, apa kau pikir merahasiakannya dariku merupakan pilihan yang cerdas?”

Un.”

Saat pundak Mana mulai gemetaran, Kotori membalasnya dengan senyuman garing.

“Tidak, bukan begitu, Kotori-san. Aku tidak mencoba menyembunyikannya, karena agak aneh untuk mempercayai apa yang gadis itu katakan.”

“Tapi bukankah kau datang ketempat itu karena kau mempercayai perkataan Kurumi?”

“Tidak... ... kupikir itu adalah jebakan dan kau akan tersakiti... ... meskipun aku memberitahu Kotori-san, dia tidak akan membiarkanku pergi... ...”

“Hoho? Jadi kau mengerti. Apakah nanti kau mengharapkan obrolan yang benar mengenai hal ini?”

“Un, sepertinya penyakit kronisku mulai kambuh lagi... ...”

Langsung saja, Mana mencengkram dadanya, jatuh ke lantai dengan hembusan nafas, tapi Kotori lebih mengkhawatirkan soal arti dari pembicaraan ini saat dia melambaikan tangannya dengan santai.

“Ah, ya, ya, benar-benar serius. Lain kali kita harus merujukmu ke institusi medis yang lebih ketat lagi.”

“Un... ... ah, sepertinya itu hanya imajinasiku.”

Mana langsung berdiri seperti tidak ada apa-apa yang terjadi.

Melihat hal ini, Kotori mendesah saat dia mengangkat tangannya untuk memikirkannya kembali.

“Lagipula, prioritas utama saat ini adalah soal Kurumi.”

“Ah, pertama-tama kenapa Kurumi memberitahu Mana soal penyerangan Ellen dan bagaimana dia mempelajari informasi itu... ...”

Setelah mendengarkan Shidou, Origami menunjukkan ekspresi yang samar-samar saat dia menanggapinya.

“Tidak bisakah dia mengatakan pada Mana bahwa informasi soal penyerangan Ellen itu karena dia ingin menghentikan serangannya? Karena Tokisaki Kurumi menginginkan Reiryoku yang tersegel dalam diri Shidou, jelas dia tidak ingin DEM berhasil. Juga, dia bisa memerintahkan beberapa klonnya untuk melakukan spionase. Bukan hal yang aneh jika dia mengetahui rencana DEM saat melakukannya.”



[Note : Spionase : kegiatan memata-matai.]



Saat Origami memberikan jawaban dengan acuh tak acuh, Shidou mengerang kecil saat dia menempatkan tangan di dagunya.

“Un... ... yah, seperti yang kau katakan... ...”

“Adakah bagian yang masih membuatmu bingung?”

“Ah... ... tidak, bukan itu maksudku... ...”

Shidou membalasnya dengan balasan yang ambigu.

Apa yang Origami katakan memang masuk akal. Tapi kenapa? Untuk sesaat, gambaran wajah Kurumi melintas dipikirannya, merasakan rasa tidak nyaman yang menyulitkan pemikiran Shidou.

Meski begitu, tidak baik untuk membuat semuanya menjadi lebih bingung lagi karena alasan tidak jelas seperti itu. Shidou mengangguk dengan lembut.

“Ti-Tidak ada, bagaimanapun juga mari bersiap-siap untuk besok.”

“Baiklah, kami akan melanjutkan penyelidikannya. Namun tugas paling penting yaitu saat Shidou mengambil inisiatid dan tidak terjebak dalam langkah Kurumi. Kau benar-benar tidak boleh ceroboh.”

“Aah... ... aku mengerti.”

Banyak misteri yang masih membayangi Kurumi. Bohong jika dia tidak merasakan ketidak nyamanan saat berada dalam pertandingan dengan gadis semacam itu.

Namun selama masih ada kesempatan untuk menang, dia masih bisa menyegel Reiryokunya.

Untuk menenangkan pikirannya, Shidou mendorong kepalanya maju.



***



Namun, di pagi berikutnya.

“Apa... ...!?”

Pagi hari mengantarkan pikiran tenang pada Shidou yang menghabiskan sepanjang malam untuk berlatih.

Tapi tidak ada alternatif lain yang tersedia, karena... ...

“——Ufufu, halo, Shidou-san. Pagi ini benar-benar indah.”

Bersiap untuk berangkat sekolah, Shidou membuka pintu lalu dia menemukan Kurumi yang menunggu disana dengan jaket hitam dan membuat senyuman yang mempesona.

“K-Kurumi... ...”

“Hehe, apa yang kau lakukan, Shidou-san? Membuat ekspresi seperti itu diwajahmu.”

Melihat sesuatu yang lucu, Kurumi tertawa terbahak-bahak lalu secara bertahap menjadi tawa kecil. Shidou menggerakkan bahunya dan menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan detak jantungnya. Meskipun kemarin harapannya tampak sangat menguntungkan, kedatangannya yang tiba-tiba itulah yang dibutuhkan untuk membuatnya bingung.

“Tidak... ... aku hanya sedikit terkejut karenamu. Kenapa kau disini?”

“Ara, ara, apakah sebegitu anehnya bagi teman sekelas untuk berangkat kesekolah bersama-sama?”

“... .... Benar, itu tidaklah sebegitu mengejutkan.”

Meskipun keringat menetes menuruni pipinya, Shidou berbalik menjawabnya.

Ya, seharusnya ini tidaklah begitu mengejutkan. Pertandingan melawan Kurumi akan segera dimulai. Lebih baik jika dikatakan bahwa seharusnya Shidou berhati-hati saat memikirkannya.

Namun, dia tidak harus mengikuti semua langkah Kurumi. Mulutnya ternganga saat dia tersenyum tanpa rasa takut.

“Tapi bagimu untuk datang jauh-jauh demi menemuiku... ... apa kau tertarik padaku?”

“Ufufu, dan apa itu?”

Dia melangkah kearah Shidou, menjulurkan tangannya kesekelilingnya.

Saat Kurumi mendekatinya, kontak badan yang tiba-tiba itu menyebabkan ledakan pusing bagi kesehatan Shidou.

“Baiklah, bisakah kita berangkat?”

Dengan cara itu, Shidou ditekan untuk berjalan disebrang jalan.

Namun, membuat Kurumi yang memimpin tidaklah merugikan. Diam-diam Shidou menggunakan lengannya yang bebas untuk mengeluarkan compact intercom yang tersembunyi disakunya dan meletakkannya di telinganya. Beberapa detik setelah menyalakan saklarnya, terdengar suara dari intercom itu.

“... ...Un, ada apa, Shin?”

Dengan suara mengantuk saat memanggil nama Shidou dengan sebutan yang berbeda, tidak diragukan lagi orang itu adalah Reine.

Adanya dukungan yang bisa memandang situasi membuat hatinya sedikit tenang. Saat Shidou mengela nafasnya dengan ringan, dia berbisik dengan suara pelan agat tidak terdengar oleh Kurumi.

“... ... Aku minta maaf, Reine-san. Ini darurat.”

“... ...Apa itu Kurumi?”

Setelah berhenti beberapa saat, sepertinya Reine memahami situasinya. Shidou terdiam saat dia menegaskannya.

“... ... Tantangannya dimulai lebih cepat daripada yang diduga. Aku akan memanggil Kotori, seharusnya kau mengajaknya bicara; diam terus itu tidak bagus.”

Dengan tidak adanya tujuan komunikasi yang jelas, intercom memiliki spesifikasi untuk terhubung dengan kapal perang <Fraxinus> yang melayang diatas kota Tenguu. Biasanya, komunikasi dari Shidou ditangani oleh Komandan mereka, Kotori. Namun sekarang, Shidou sangat tau bahwa Kotori masih berada di rumah kediaman Itsuka.

Shidou mendeham untuk menunjukkan persetujuannya sebelum melanjutkan obrolannya dengan Kurumi.

“——Ngomong-ngomong, hari ini agak dingin, mungkin ini hal yang wajar karna ini bulan februari.”

“Ya, ya, tapi sebentar lagi akan terasa hangat.”

Setelah mengatakannya, Kurumi mengencangkan genggamannya.

“... ...!?”

Tubuh Shidou membeku saat dia mulai berjalan dengan susah payah, seperti robot. Tapi tentu saja, itu sudah bisa diduga.

Kurumi memang sangat menakutkan. Sampai sekarang, karena sudah memakan banyak orang, dia benar-benar hidup dengan julukannya sebagai Spirit terburuk.

Tapi bagaimanapun juga——dia adalah gadis yang cantik.

Rambut hitam halus dan kulit mulus, ditambah dengan penampilan yang anggun dan bermartabat——tidak hanya itu.

Tubuhnya menyebarkan wangi aromatik yang samar, disamping apa yang tampak seperti suara gerakan jari-jemarinya yang rampung. Dengan setiap detail tubuhnya, semuanya memberikan rangsangan yang kuat pada rasa gelisahnya Shidou.

“Ugn... ...”

“Tenang, Shin. Detak jantungmu meningkat.”

Seperti yang dikatakan Reine, mempercayakan dirinya pada emosinya hanya akan membawanya pada kehancuran. Untuk membawa kedamaian ke pikirannya, Shidou menyanyikan (ingatan yang samar tentang) Sutra Hati.



[Note : Sutra Hati : sebuah sutra dari agama budha.]



Bagaimanapun juga.

“... ...Fu... ...”

“Huff... ...”

Tanpa disadari, Kurumi meniup telinganya Shidou, dan dengan sensasi tak terduga itu, dia tidak bisa apa-apa selain mengeluarkan keluhan kecil.

“Ara, ara.”

Mendengar reaksi lucu yang berasal dari Shidou, Kurumi tertawa terbahak-bahak dari lubuk hatinya yang terdalam.

“Shidou-san, kau benar-benar memiliki suara yang imut.”

“Kau... ...”

Seperti biasa, dia merasa dirinya seperti mainan yang menari-nari di telapak tangan Kurumi.

Ini tidak bisa dibiarkan. Mencoba berbalik, Shidou membuka tenggorokannya dengan batuk beberapa kali.

Namun, tepat pada saat itu, sekali lagi Kurumi menarik Shidou, lalu membawanya ke sekolah dengan rute yang berbeda dari biasanya.

“Hei, Kurumi, kemana kau akan pergi?”

“Ufufu, masih ada sedikit waktu sebelum kelas dimulai. Bukankah tidak masalah mengambil jalan yang sedikit memutar?”

“Ha... ...? apa maksudmu... ...?”

Setelah itu, Shidou mengetuk intercom dengan lembut, meminta penilaian dari pihak pendukung.

Setelah sebuah bunyi, suara berbeda terdengar dari intercom.

“——Dari sini, biarkan berjalan sesuai keinginan Kurumi. Jika ada bahaya, kami akan menyuruhmu kembali.”

Suara yang sangat familiar, itu suara Kotori. Kelihatannya dia langsung menuju <Fraxinus> dari rumah kediaman Itsuka.

Bertindak seakan-akan menyetujui ide dari Kurumi dan Kotori pada saat yang bersamaan, Shidou menganggukkan kepalanya dengan lembut untuk menunjukkan persetujuan pada keduanya.

“... ...Baiklah. kupikir tidak ada masalah. Adakah suatu tempat yang ingin kau datangi?”

“Tidak, aku hanya ingin sedikit lebih lama bersama Shidou-san.”

“Haha... ... kata-kata itu pasti akan membuat seorang lelaki menjadi senang.”

Shidou tertawa saat dia mulai merenungkan hal ini secara bersamaan.

Sejauh ini dia hanya bersikap defensif; pasti ada cara untuk menghancurkan ketenangan Kurumi meski hanya sedikit——

Sambil memikirkannya, sesaat Shidou mengeluarkan suara ‘ah’.

“Baiklah; bisakah kau mengikutiku sebentar? Ada tempat yang ingin kutunjukan padamu meski hanya sekali.”

“... ...Eh?”

Kurumi menyipitkan matanya seoalh merasa terhibur dengan usaha Shidou untuk melakukan serangan balik.

“Itu memang sesuatu yang bisa diharapkan. Ufufu, terima kasih atas kesulitannya.”

“Oh, jadi haruskah kita pergi?”

“Sesuai keinginanmu.”

Saat Kurumi membalasnya dengan senyuman, Shidou terus berjalan sambil mempertahankan posisi tangannya yang memegang tangan Kurumi dengan erat.

Setelah beberapa saat berlalu, mereka berdua memasuki gang kecil.

Setibanya disana, sensasi getaran Kurumi terkirim ke tangannya.

“... ...Shidou-san, dimana ini?”

Kurumi mengeluarkan suara gemetar saat dia melihat pemandangan yang ada didepannya.

Namun tidak aneh jika hal itu terjadi. Karena, gang belakang itu merupakan tempat berkumpulnya kucing-kucing dari berbagai jenis dan ukuran.

Benar. Informasi mengenai Kurumi sangat didapatkan dibandingkan dengan para Spirit yang lain——Namun diketahui bahwa dia itu menyukai binatang (terutama kucing).

“Ah, kebetulan aku berpapasan denganmu disini beberapa waktu yang lalu; sepertinya ini tempat dimana para kucing berkumpul... ... Kurumi, bukankah kau suka kucing?”

“Bu-Bukannya aku menyukai mereka.”

Kurumi mencoba menghindar dengan cara yang agak berani. Tapi dilihat sekilas, bisa dibilang bahwa permukaan wajahnya menjadi agak memerah.

Sepertinya hasilnya melebihi apa yang dia perkirakan. Agar tidak mengagetkan semuanya, Shidou berjalan jinjit melewati mereka dan jongkok untuk mengelus kucing harimau yang ada ditempat terjauh dengan lembut.



[Note: Kucing harimau disini maksudnya kucing belang.]



“Lihat, sepertinya mereka sangat jinak dengan orang-orang. Bagaimana, maukah kau mencobanya juga Kurumi?”

“... ...! Yah, jika Shidou-san memaksa sejauh ini, maka kupikir aku harus mencobanya juga.”

Kurumi membuat ekspresi bahagia seperti dia telah menunggu Shidou untuk mengatakan hal itu. Sambil berjongkok disampingnya, dia mengulurkan tangannya ke arah kucing harimau.

Namun, saat tangan Kurumi berada didekatnya, kucing harimau itu mengangkat wajahnya dengan waspada.

Lalu, Kurumi mengambil langkah maju, melakukan sesuatu diluar perkiraan Shidou.

“Tidak apa-apa. Aku tidaklah menyeramkan. Meow.”

Ya, Shidou tidak salah dengar. Kurumi benar-benar mengatakan hal itu pada kucing dengan nada membujuk. Lalu, dia mengulurkan ujung jarinya seperti goyangan rubah ekor hijau yang disinkronkan dengan ekor kucing yang bergetar.

“... ...Oh?”

Shidou terdiam. Meski dia sudah tau dia suka kucing, dia tidak menyangka Kurumi akan membuat suara seperti itu.

“Meow, meow.”

Sepertinya Kurumi tidak mempedulikan reaksi Shidou saat dia menggerakkan tangannya dengan perlahan lebih dekat.

Namun, sepertinya kucing harimau itu curiga dengan tindakan Kurumi, dan dengan cepat menyelinap melewati tangkapan Kurumi dan melarikan diri.

“Ah... ...”

Kurumi shock saat dia melihat kucing harimau itu kabur.

Sambil melihat ekspresi lucu yang jarang diperlihatkan itu, Shidou merasa sedikit menyesal saat dia mengeluarkan tawa kecil.

“... ...!”

Saat itu, seakan menyadarinya, Kurumi menghela nafas lalu terdengar suara ‘Ha!’ karena malu.

“A-Ada apa, Shidou-san?”

“Tidak... ... haha, maaf, bukannya aku bermaksud buruk... ...”

Shidou berbicara dengan tidak bisa menahan tawa yang keluar dari mulutnya, membuat Kurumi menjadi cemberut karena tidak puas. Meski ekspresinya sangat imut, dia tidak berniat untuk mengecewakannya. Jadi, Shidou menunjuk seekor kucing lain yang sedang berguling ditanah.

“Lihat, disana masih ada kucing lain, kenapa kau tidak mencoba mengelusnya?”

“Lupakan soal itu, aku tidak ingin memulainya lagi. Dan meski aku mencobanya, mereka pasti akan mencoba untuk kabur lagi.”

Saat Kurumi berbicara dengan tingkah tsun yang menggemaskan, Shidou membuat senyuman masam untuk menghiburnya.

“Jangan bicara begitu. Hei, hei, selanjutkan kau pasti baik-baik saja. Meow.”

“... ...!”

Mendapati Shidou yang meniru tingkah lakunya tadi, wajah Kurumi menjadi kemerahan karena malu.

Menatap Shidou dengan tatapan marah, Kurumi langsung menyipitkan matanya, mendapatkan sebuah ide.

“... ... Jika kau memintanya. Maka——“

Kurumi melepaskan senyuman nakal sambil menggelitik leher Shidou dengan hati-hati.

“Hiya!?”

“Ufufu, ternyata benar. Membelai bocah seperti ini akan membuat perilakunya membaik.”

“Ka-Kau... ...”

Diserang dengan serangan mendadak, pipi Shidou memerah saat Kurumi memegang kepalanya sambil tertawa.

“Ufufu, anak baik. Ayo, apa yang tadi kau katakan? Meow?”

“... ... Ugu. Meow.”

Karena dia berkata tidak ada masalah sampai sekarang, dia tidak bisa menarik diri dari genggaman Kurumi. Untuk beberapa saat Shidou tidak punya pilihan lain selain menahan belaian Kurumi yang penuh keceriaan.

——Sekitar dua puluh menit kemudian, Shidou dan Kurumi langsung menuju ke sekolah dengat secepatnya, selang sehelai rambut bel sekolah pun berdering.

“Shidou!”

“Shidou.”

Didalam kelas, tiba lebih awal, Tohka dan Origami dengan cepat memanggil dirinya. Shidou melambaikan tangannya dengan lembut untuk membalasnya.

“Oh, Tohka, Origami, selamat pagi.”

“Umu, selamat pagi, Shidou... ... bukan itu. Apa kau baik-baik saja, Shidou? Aku khawatir padamu!”

Tohka mengerutkan alisnya.

Tapi itu tidak bisa dihindari. Tohka, yang tinggal di mansion Spirit disamping rumah kediaman Itsuka, selalu berangkat kesekolah bersama Shidou. Tidak mengherankan baginya untuk khawatir jika dia tidak muncul di depan rumahnya.

Tapi saat Shidou akan meminta maaf atas masalah ini, Origami menggerakkan mulutnya selangkah lebih cepat.

“Pagi ini, ada kecelakaan lalu lintas di persimpangan jalan distrik 2 di kota. Kami khawatir jika kau terlibat dan membuatmu agak telat.”

“Eh... ...?”

Shidou sangat akrab dengan persimpangan itu. Bagaimanapun juga, biasanya, itu merupakan rute yang dia lewati setiap hari untuk sampai ke sekolah. Namun, dia tidak tau apapun soal insiden ini sampai mendengar ceritanya dari Origami.

Bukankah insiden itu belum terjadi saat Shidou melewati persimpangan itu. Tidak, sederhana saja, Shidou tidak melewati persimpangan itu hari ini. karena——

“——Ufufu, selamat pagi. Tohka-san, Origami-san.”

Saat itu juga, suara Kurumi menggema dari belakangnya, mendorong rasa waspada yang menyelimuti ekspresi wajah Tohka dan Origami.

“Mu... ... Kurumi.”

“Sudah kuduga, ini pasti rencana licikmu.”

“’Rencana licik’, sungguh menyakitkan saat mendengarnya. Aku hanya berjalan ke sekolah bersama Shidou-san. Apa ada yang salah?”

Dalam keadaan itu, Kurumi membalas tatapan tajam kedua orang itu dengan lembut. Shidou mendengar teman sekelas yang lain sedang menonton adegan itu sambil berbisik, “Shuraba... ... Shuraba... ...”

“Yah, ini sudah hampir waktunya bu guru datang. Ufufu, aku menunggu hari ini, Shidou-san.”

Setelah sengaja memprovokasi mereka dengan tingkah laku yang penuh kasih sayang itu, Kurumi langsung ke tempat duduknya.

“... ...”

Benar-benar diam, Shidou menatap punggungnya.

Tidak ada arti yang spesial.

Tapi bagaimana dia mengatakannya?

Rasanya ada suasana yang rumit disekitar manuver Kurumi.

“Mu... ...? ada apa, Shidou?”

“!Ah... ...tidak.”

Didekati oleh Tohka tanpa peringatan, bahu Shidou sedikit gemetar.

“Tidak ada. Kurumi benar; kita harus kembali ke tempat duduk kita.”

Dia menaruh tasnya di meja.

Tohka memiringkan kepalanya karena penasaran untuk sesaat, tapi saat bu guru memasuki ruang kelas, dia berbalik ke tempat duduknya dengan pasrah.



***



“Kukuku.”

“Kukuku.”

“Ada apa, diriku?”

“Ya, ya, dengan ini seharusnya sudah sesuai dengan ‘jadwal’.”

“Apa itu si nomor 193, diriku?”

“Hubungan dengan penghubung sudah terputus.”

“Mungkin siap.”

“Ara, ara.”

“Apa itu si nomor 238, diriku?”

“Disana juga sama.”

“Sekarang.”

“Ara, ara, ara.”

“Ini sangat menyedihkan.”

“Sangat disayangkan.”

“Sungguh kejam.”

“Sangat tidak kekal.”

“Ah, ah, tapi.”

“Ya, ya, ini bukan waktunya bagi kita untuk tetap diam.”

“Ini hampir waktunya untuk jadwal selanjutnya.”

“Jadi, ayo bergerak.”

“Hati-hati, diriku.”

“Mari bertemu lagi suatu hari nanti.”

“Ya, ya.”

“Suatu hari dalam perjalanan menuju Hades.”

“Suatu hari di dalam penjara di dalam neraka.”



***



Bel yang menandakan berakhirnya kelas keempat bergema dipenjuru sekolah.

“... ... ... ...”

Setelah mendengar bel itu, Shidou mengepalkan tinjunya untuk meningkatkan tekadnya.

Masalahnya tentu saja. Dengan berakhirnya jam keempat, itu menandakan dimulainya istirahat makan siang.

Dengan kata lain, suara bel itu tidak lain merupakan penanda datangnya jam makan siang.

Pertarungan Shidou melawan Kurumi tentang siapa yang jatuh cinta terlebih dahulu dimulai kemarin. Meskipun serangan tadi pagi diluar prediksi, keuntungannya dalam pertarungan ini terletak di istirahat makan siang.

Dia merapikan buku tulisnya, menarik kotak makan siang (senjata) dari tasnya sebagai gantinya.

Lalu, seakan saat ini telah diatur ulang sebelumnya, ada satu sosok yang muncul dipenglihatannya——Kurumi.

“Ufufu, hei, Shidou-san, kenapa kita tidak makan bersama?”

Sambil tersenyum, dia mengeluarkan kotak makan siangnya dalam waktu kurang dari beberapa detik. Namun, dibalik senyuman ceria itu tersembunyi suasana mengerikan yang menyebar diudara karena ini merupakan rencananya untuk mengambil senjata pilihannya.

Rupanya, Kurumi pasti juga merencanakan hal yang sama.

Namun Shidou juga tidak ingin tertangkap oleh rencana ini. Merasa grogi diwaktu yang sama, dia berdiri untuk membalas Kurumi.

“Ah, tentu saja, tapi disini tidaklah bagus. karena ini merupakan kesempatan yang langka, mari pergi ke atap bersama-sama.”

“Dengan senang hati.”

Kurumi mengangguk sambil tersenyum sebelum berbali kearah Origami dan Tohka, yang duduk disamping Shidou dengan mata yang penuh kecemasan.

“——Bagaimana jika kita pergi bersama Tohka-san dan Origami-san? Mungkin kau juga harus mengajak Kaguya-san dan Yuzuru-san. Karena ini agak sulit untuk menyelinap ke pintu itu seperti kemarin.”

“Ap... ...!”

“... ... ...”

Untuk sesaat, Shidou tiak mengerti kenapa Kurumi mengatakan itu, tapi——di segera mengetahui alasan dibaliknya.

“Tohka, Origami, mungkin kalian berdua tidak harus... ...”

“... ... ... ...”

Saat Shidou ingin mengakhirinya, mereka berdua saling bertukar pandangan, tersiram dengan gangguan. Sepertinya kemarin mereka menguping dari balik pintu saat dia berbicara dengan Kurumi.

Meski saat itu tidak ada yang terjadi, bagi mereka berlari keluar pasti membuatnya benar-benar khawatir. Shidou membuat senyum masam untuk mengucapkan terima kasih.

“Jadi, ayo pergi. Aku tidak ingin menghabiskan istirahat makan siang kita yang berharga.”

“Ya, benar sekali.”

Tanpa sadar Shidou dan Kurumi mengangguk satu sama lain saat mereka berangkat. Dibelakang mereka, Tohka dan Origami mengikuti langkah mereka. Setelah pergi ke kelas sebelah untuk mengajak Kaguya dan Yuzuru, semuanya berjalan menaiki tangga menuju ke atap.

Tidak seperti kemarin, matahari menerangi mereka dengan hangatnya. Shidou meregangkan tubuhnya dengan lembut saat dia menuju kearah pagar lalu perlahan duduk dibangku.

Setelah melihatnya Kurumi duduk didekatnya, mereka saling bertukar pandangan saat Shidou membuka tutup kotak makan siangnya.

“... ...Hm?”

Melihat kedalam kotak makan siangnya, Kurumi berhenti bernafas untuk sesaat.

Namun, itu mustahil untuk dihindari. Karena hari ini, Shidou telah mengemas onigiri berbentuk kucing sekali gigit; sebuah makan siang spesial gaya neko.

“Un, Ada apa, Kurumi? Ada yang salah dengan makan siangku?”

“... ... Surga, tidak. Kupikir itu bento paling indah.”

Wajah Kurumi tercoreng dengan lapisan merah tipis, matanya agak menghindar untuk menutupinya. Dengan kata lain, hanya dengan melihatnya saja bisa dipastikan ia menarik hatinya.

Reaksi itu sudah bisa diduga. Shidou melompat pada kesempatan ini, menembakan tembakan pertama yang menandakan dimulainya peperangan.

“Haha, terima kasih.——Karena aku membuatnya agak banyak, apa kau mau beberapa, Kurumi?”

“... ...!”

Mungkin sudah menduga tujuan Shidou, alis Kurumi sedirit bergetar.

Bento kucing ini tidak sebatas penampilan saja. Rasa yang lembut itu merupakan perwujudan teknik kuliner dan kreativitas gastronomi milik Shidou.

Sejauh ini, Shidou telah berhubungan, berbicara, dan menyegel Reiryoku dari 10 Spirit. Meski metode penangkapan hatinya sangat bervariasi setiap Spiritnya, dari pengalamannya, metode ‘Menaklukkan perut’ terbukti yang paling efektif.

Makanan enak bisa merobohkan garis pertahanan terdalam sekalipun. Tentu saja, Shidou tidak berpikir ini saja cukup untuk menang melawan Kurumi. Tapi ini sedikit berhasil memberikan 10 menit pembukaan antara retakan dari pertahanan dinding kastilnya.

“... ... ... ...”

Kurumi menghela nafas lemah untuk menekan ketertarikannya saat dia melemparkan sebuah senyuman.

“Yah... ... jika kau memaksa. Tapi aku sedikit merasa sedih hanya karena sedikit menerimanya.”

Saat dia berbicara, Kurumi membuka kotak makan siangnya lalu menunjukkan padanya.

“Bagaimana jika bertukar saja... ...?”

“... ...!”

Melihat isi kotak makan siang Kurumi, Shidou berbalik terkejut.

Makanannya terdiri dari lauk pauk warna hijau terang, merah, dan kuning yang diisi dengan nasi. Terlepas dari menu yang cukup ortodoks itu, Shidou dapat melihat dnegan jelas bahwa sajian mewah itu merupakan buatan tangan dengan tingkat pengolahan yang teliti.

Shidou yakin. Dia bukanlah satu satunya yang menajamkan pedang untuk menusuk lawannya.

“Fu... ...”

“... ...Ufufu.”

Kebetulan, Shidou dan Kurumi tertawa bersama.

Mengintip mereka berdua, para Spirit yang lain merasa ada keringat sebesar manik manik yang menuruni wajah mereka.

“M-Mu... ... Apa yang mereka lakukan?”

“Pertempuran sengit antara menyerang dan bertahan sedang berlangsung.”

“Ini merupakan saat para master saling membaca kekuatan satu sama lain... ...! aku pernah membaca ini sebelumnya di manga!”

“Mengerti. Aku merasakan aura yang sangat luar biasa.”

Agar tidak mengganggu mereka, Tohka dan yang lainnya berbicara dengan berbisik.

Saat Shidou tiba-tiba menaikkan ujung bibirnya, dia menyerakan kotak makan siang Nyanko kepada Kurumi.

“Ayo——Mari makan.”

Shidou memperlihatkan senyuman tanpa rasa takut saat kotak makan siangnya ditukar.

Menghadapi tekanan yang luar biasa ini, Kurumi tidak bisa melakukan apapun selain menelan ludahnya.

——Menerima serangan yang tak diduga ini, sepertinya dia sedikit meremehkan Shidou.

Bagaimanapun juga, dia tidak boleh memperlihatkan kelemahan apapun disini. Kurumi berpura-pura tenang saat dia mengulurkan tangannya.

“Baiklah, itadakimasu.”

Tapi——sebelum mencapai kotak makan siang itu, tangan Kurumi tiba-tiba berhenti.

Tersusun didalam kotak itu ada kucing putih mengkilat yang terbuat dari beras sutra, kucing hitam yang permukaannya ditutupi rumput laut yang berkilau, dan kucing belacu yang terbuat dari katsuobushi yang dicincang halus. Dengan sekumpulan kucing yang saling melengkapi, mereka semua seperti memohon, “Tolong makan aku, tolong makan aku.” bagi Kurumi, hanya memilih salah satu itu merupakan hal yang kejam.

“Uh... ...!”

“Hm? Ada apa? Kau tidak ingin memakannya?”

Shidou langsung memiringkan kepalanya saat dia bertanya.

Meskipun kata-kata dan ungkapannya terdengar normal, saat ini Kurumi melihat seorang penjahat dengan senyuman tanpa ampun di wajah Shidou. Selain itu, dibelakangnya, ada halusinasi berbagai jenis kucing yang semuanya sedang ‘Meow, meow’ menundukkan pandangannya.

Namun Kurumu belum menyerah sama sekali. Saat-saat yang menentukan itu memicu persiapannya, dia mengambil salah satu onigiri kucing hitam itu.

“... ...I-Ini, itadakimasu.”

Setelah menatap wajah ceria itu dengan hati-hati, Kurumi menguatkan hatinya dan memasukkannya kedalam mulutnya.

“... ...!”

——Sebuah ledakan rasa.

Meski dia sudah tau dari klonnya bahwa Shidou itu biasa memasak, untuk bisa mencapai level yang sejauh ini...

Aroma rumput aut organik yang kaya menggelitik rongga dalam hidungnya. Kemudian, bohong jika onigiri bisa mempertahankan bentuk yang dideskripsikan diatas nama mereka, karena nasi tersebut langsung meleleh di mulutnya. Gambaran dikelilingi kucing yang tak terhitung jumlahnya dan saling mengeong satu sama lain, tercermin ditengah-tengah pikirannya.

Ahahaha. Ufufufu.

Namun, itu belum semuanya. Begitu butiran nasi putih itu terhamburkan, sebuah pangsit daging lezat yang tersembunyi itu menampakkan dirinya.

Diatas onigiri sekali gigit itu, ada kepintaran dengan menambahkan desain indah ke pangsit daging. Sambil memperhatikan keseimbangan antara nasi dan bumbu yang harum, saus teriyaki menyebabkan sebuah gelombang serangan. Kurumi menggeliat senang seolah ditinju oleh kaki kucing lembut yang tak terhitung banyaknya.

“Ahhh... ...”

Rongga mulut, rongga hidung, tenggorokan, perut——tempat yang biasanya tidak bisa dijangkau telah dibelai dengan sensasi hangat yang menyenangkan. Kurumi mengangkat kepalanya dengan agak grogi menggunakan tangannya saat dia hampir gagal membuat senyuman yang kuat.

“Tidak——seperti yang diharapkan dari Shidou-san, rasanya benar-benar lezat.”







“Benar-benar, hebat. Apapun yang kau suka bisa membuatnya menjadi lebih baik.”

Sebuah senyuman langsung muncul diwajah Shidou.

Tapi——saatnya giliran Kurumi. Kurumi menggunakan sumpitnya untuk mengambil ayam yang digoreng kering dan mengirimkannya ke mulut Shidou.

“——Ayo, Shidou-san, bilang ‘Ah’.”

Kata Kurumi saat dia memberinya sepotong ayam goreng.

“Gu... ...!”

Dihadapkan pada kekuatan penghancur disituasi ini, Shidou terdiam ditempat. Ya, ini adalah pertarungan dere. Siapapun yang hatinya tercuri pertama kali harus menderita kekalahan.

Bukan hanya masakan mewah saja yang menjadi penentu hasilnya. Bagaimana cara membuat pihak lain untuk memakan makanan buatan lawan juga menjadi poin yang sangat penting.

Dari sudut pandang ini, metode yang digunakan Kurumi adalah yang paling berhasil dan masuk akal. Tidak ada seorangpun anak SMA yang tidak senang jika diberi ‘ahh’ oleh seorang gadis imut. Ini merupakan pilihan yang ideal untuk membalikkan meja dengan tangan dari kelompok lain.

“Oh, apa ada masalah, Shidou-san?”

“Tidak... ... aku sudah siap, ah.”

Sambil mengelap keringat yang menetes di wajahnya, Shidou membuka mulutnya untuk melahap ayam gorengnya Kurumi.

“... ...”

Untuk sesaat, rasanya seperti ada arus listrik yang mengalir keseluruh tubuhnya.

——Enak. Kualitas dagingnya benar-benar superior, tapi disaat yang bersamaan cara memasaknya ditangani dengan sangat benar. Bukannya jahe, malahan bawang putih digunakan sebelum dibumbui, pada saat ini perasaan seorang gadis benar-benar harus dihargai.

Namun, nilai sebenarnya dari ayam goreng ini bukan hanya itu.

Luar biasa... ... didalam pikirannya dia bisa membayangkan pemandangan dapur dimana Kurumi sedang memakai apron diatas seragam sekolahnya dan menggulung lengan bajunya untuk menunjukkan sikap cekatan saat mulai memasak.

Tidak diragukan lagi, tujuan Kurumi adalah mendapatkan Reiryoku yang tersegel ditubuh Shidou, tetapi perubahan ini tidak mengubah fakta bahwa dia membuat makan siang ini sambil memikirkan Shidou. Rasa ini merupakan crème de la crème yang dibuat sangat teliti dengan memikirkan orang tersayang yang akan memakan makanan ini.

Karena dia bisa memasak untuk dirinya sendiri, Shidou hanya beberapa kali memakan makanan yang dimasak orang lain. Bisa dikatakan bahwa kemampuan ini merupakan taring dari suatu teknik membunuh.

“Ufufu, bagaimana, Shidou-san?”

“... ...!”

Mendengar perkataan Kurumi membuat bahu Shidou gemetar lalu membawanya kembali menuju realita. Dia mengusap tetesan air matanya saat dia berusaha mengembalikan ekspresi menjadi tersenyum.

“... ...Ahh, ini sangat enak sampai-sampai air mataku keluar.”

“Ara, ara, kau memujiku terlalu banyak.”

Kurumi mempertahankan ritme elegannya saat dia tertawa ‘hehe’.

Namun, sepertinya dia menyadari bahwa api yang menyala dimata Shidou belum lenyap. Dengan cepat Kurumi mengubah senyumannya menjadi ekspresi tanpa rasa takut.

“... ... ...”

“... ... ...”

Shidou dan Kurumi mengambil kesempatan untuk saling memandang satu sama lain; beberapa detik kemudian, mereka berdua membuat pergerakan disaat yang sama.

“Apa kau ingin makan lagi?”

“Telur gulung merupakan karya yang paling kubanggakan.”

Ding! Terdengar seperti ilusi dua pedang yang saling melawan satu sama lain. Shidou dan Kurumi merasakan air mata yang menetes dipipi mereka saat mereka menaikkan ujung bibir mereka dan menaikkan kotak makan siang mereka secara bersamaan.

“Oh... ... oh, aku tidak terlalu mengerti, tapi rasanya seperti melihat sesuatu yang sangat luar biasa... ...!”

“Tohka, mundur. Terlalu berbahaya untuk terlibat.”

Origami langsung memegang pundak Tohka untuk mengingatkannya. Lalu, disisi lain, Kaguya berkata ‘Ku... ...’ dalam ratapan saat dia mengepalkan tinjunya.

“Apa apaan itu, mereka berdua melakukan duel yang keren... ...! Yuzuru! Kita juga harus bertanding untuk menentukan siapa pemenangnya.”

“Setuju. Menerima tantangan.——Bagaimana dengan roti kari yang kubeli tadi?”

“Haha. Enaknya biasa saja. Ini, ini rotiku, lebih merah dari aliran darah (Selai stroberi).”

“Mengunyah. ... ...Rasanya biasa juga.”

Dengan pandangan tidak mengerti, Yamai bersaudari sama-sama memiringkan kepala mereka.

Sewaktu mereka mencoba menggunakan roti untuk menentukan pemenangnya, pertarungan antara Shidou dan Kurumi terus berlanjut. Satu persatu, Shidou mengirimkan kucing belacu yang dihias topping ikan kering. Demikian juga, Kurumi melakukan serangan balik dengan membagikan hidangan bayamnya.

“Wow... ... Serpihan bumbu bonito ini... ... ini bukan murni saus... ...!”

“Ufufu... ... bagaimana dengan yang satu ini?”

“... ...!? T-Termos ini, didalamnya ada sup miso... ...!?”

Saat peperangan telah terjadi selama 30 menit, mereka sadar bahwa kotak makan siang mereka telah kosong.

“Ha... ... ha... ...”

“U-Ufufufu... ...”

Disaat yang sama, mereka berdua mengusap serpihan nasi yang menempel dipipi mereka dengan ibu jari mereka dan menjilatnya hingga bersih.

“Bisa dibilang hari ini imbang——ya kan?”

“Fu... ... baiklah.”

Lalu, sekali lagi, Shidou dan Kurumi menepuk tangan mereka dengan suara ‘pan’ dan menundukkan kepala mereka untuk menunjukkan rasa syukur atas kebaikannya dan kehangatan makanannya.

Melihat mereka, para Spirit yang ada disisi mereka semuanya berkata ‘Ooh... ...’ saat mereka juga bertepuk tangan.

“... ...Oh?”

Mengerutkan alisnya saat menyadari sesuatu, Kurumi membuka mulutnya dengan sangat menggoda, mengeluarkan tawa kecil saat dia mempersempit jarak.

“Hei, Shidou-san... ...”

“A-Ada apa... ...?”

“Tolong diam sebentar.”

Saat tubuh Shidou menjadi kaku, Kurumi pelan-pelan mendekatkan wajah kearahnya.

Kulit halusnya menutupi seluruh penglihatannya dengan wangi harum yang merangsang hidungnya. Setiap kali nafas Kurumi terasa dilehernya, rasanya ada lonjakan arus listrik mengalir dari otaknya.

“Hei... ... A-Apa... ...”

Dengan tidakan Kurumi yang tiba-tiba itu, banyak pertanyaan mengisi pikiran Shidou. Apa yang dia lakukan? Tidak mungkin, sebuah ciuman disaat seperti ini? Tentu saja, karena itu merupakan tujuan Shidou, maka tidak boleh ditolak. Namun, dengan tidak adanya tingkat cinta yang tinggi, ciumannya tidak akan berhasil menyegel Reiryoku-nya. Lawannya adalah Kurumi. Meskipun Shidou melakukan pekerjaannya dengan baik pagi ini, mengandalkan kotak makan siang saja tidak akan cukup. Dengan kata lain, itu adalah ciuman yang sia-sia, tapi juga ciuman yang murni jika seseorang membalikkan maknanya. Shidou tidak tau apakah dia harus menghentikannya. Sambil mempertimbangkannya, bibir Kurumi mendekat dan semakin mendekat——

Kemudian, lidah Kurumi menjilat pipi Shidou.

“Ha... ...!”

Dari sentuhan tak terduga ini, Shidou tidak bisa menahan dirinya untuk terkejut.

“Hehe, Shidou-san, masih ada beberapa butir nasi yang menempel diwajahmu.”

Saat Kurumi mengerutkan bibirnya, Shidou memandangnya dengan tatapan kosong lalu dia menyentuh pipinya yang telah dijilat.

“Eh... ...? apa kau serius, bukankah itu bohong... ...?”

Shidou berkeringat untu memeriksa lagi wajahnya yang memerah. Meskipun perhatiannya terfokus pada perang makan siang, dia yakin jika dia telah membersihkan sisa nasi yang menempel di pipinya.

Menikmati pemandangan ini, Kurumi tertawa.

“Ara, kelihatannya aku mengerti dengan sangat jelas.”

“... ...Hei!”

Meskipun hanya kata-kata lembut yang datang dari Kurumi, Shidou masih menyipitkan matanya karna refleks. Sepertinya dia masih terkejut saat dijilat dipipinya.

Kurumi tidak bisa mengabaikan keadaan Shidou saat ini dengan senang, tapi untuk pertama kalinya, dia mengalihkan pandangannya kearah para Spirit yang lain.

“Ufufu, bagaimana, semuanya? Sedikit memalukan, apa lagi jika diintip dengan setajam itu.”

“... ...!”

“A-Aku tidak melihat apapun!”

“Setuju. ... ...Yuzuru dan semuanya sedang makan siang seperti biasa.”

Menghadapi tuduhan Kurumi, para Spirit menyampaikan pemikiran mereka semua. Lalu Kurumi tertawa seolah mendengar sesuatu yang lucu sebelum berdiri dengan perlahan.

“Kurumi?”

“Ufufu, aku permisi. Shidou-san, makan siangnya benar-benar enak.”

“Ah, punyamu juga sangat luar biasa.”

Setelah memberikan balasan, sekali lagi Kurumi mendekatkan wajahnya kearah Shidou, dengan lembut ujung jarinya membelai dagu Shidou.

“... ...!”

“Hei... ... Shidou-san. Ngomong-ngomong, apakah kau punya rencana di hari rabu setelah pulang sekolah?”

“Rabu... ...?”

Pertanyaan mendadak itu beradu dikepala Shidou untuk sesaat... ... tapi segera setelah itu, dia menyadari bahwa itu merupakan undangan dari Kurumi.

Karena sejak awal tidak ada jadwal; tidak sebelum itu, saat ini tidak ada yang lebih diutamakan Shidou daripada menangkap Kurumi. Jawaban yang paling mungkin adalah ya.

“... ... ...”

Namun, setelah berpikir keras selama sesaat, dia kembali menatap Kurumi dengan tatapan yang provokatif sebelum berbicara.

“Aku minta maaf, dihari itu ada sesuatu yang harus kulakukan, aku tidak bisa membatalkannya.”

“Ara, begitu ya?”

“Ahh——Maksudku, aku ingin mengajak gadis yang ada didepanku untuk kencan.”

Saat Shidou mengatakannya, mata Kurumi terbuka lebar karna terkejut.

“Ara, ara.”

Sambil tersenyum seolah tertarik dengan pilihan kata Shidou, Kurumi meneruskan perkataannya.

“Kau benar-benar mengikuti ritme yang sama, Shidou-san. Lalu, pada hari itu, tolong beri aku waktu.”

“Ahh, tentu saja... ... tunggu, ‘beri aku waktu’ tidak boleh dipahami secara langsung.”

Shidou membalas dengan mata yang setengah terbuka. Itu bukahlah ekspresi lucu, karena saat digunakan perkata oleh Kurumi, yang memakan waktu manusia, sepertinya ada sesuatu yang jahat.

Sepertinya Kurumi juga mewaspadai alasan dibalik ekspresi Shidou, sedikit menggoyangkan bahunya sambil tertawa.

“Ufufu, kau benar-benar memberitahuku sesuatu yang menarik. Tentu saja, kau mungkin menganggapnya sebagai frase idiomatis——Contohnya.”

Tiba-tiba Kurumi berhenti, lalu tangan yang membelai dagunya berpindah ke wajahnya.

“Artinya sama seperti yang kau pikirkan, Shidou-san. Aku berencana menghabiskan hari seperti biasa.”

“... ...”

Selain senyuman ceria itu, mata kiri Kurumi melintas dengan cahaya nakal; terlalu indah, benar-benar tenang, sangat dingin, dan tekad yang bersinar. Melihat wajah Kurumi dengan tatapan yang biasa itu, Shidou tidak bisa apa-apa selain menghirup nafas.

“Jadi, aku permisi dulu. Tolong ditunggu, Shidou-san.”

Pelan-pelan membuat ekspresi santai, Kurumi berbalik dan mengangkat pinggiran roknya untuk memberikan penghormatan kecil pada Shidou.

Setelah itu, dia kembali ke bangunan sekolah dengan langkah yang cepat.

Kemudian, sepuluh detik berlalu sejak dia menghilang memasuki bangunan sekolah.

“... ...Ha... ...!”

Shidou menghela nafas dalam, seolah benang ketegangan akhirnya terhentak.

“A-Apa kau baik-baik saja, Shidou!?”

Tohka, yang duduk disisi yang berlawanan dari atap, melihatnya dengan wajah yang khawatir.

“A-Ah... ... aku baik-baik saja... aku minta maaf, aku mengerti kekhawatiranmu... ... ouch, Origami, itu menyakitkan.”

Dengan keras Origami mengusap wajah Shidou menggunakan tisu basah, yang langsung berubah setelah basah kuyup karena keringat.

Kemudian, seakan menunjukkan apresiasinya pada Shidou, suara Kotori bisa terdengar dari intercom.

“Itu memang pekerjaan yang keras, tapi hasilnya tidaklah buruk. Meskipun Kurumi mencoba mempertahankan perasaannya ditingkat biasa, ada beberapa fluktuasi yang terdeteksi.”

“Be-Benarkah?”

“Un, yah, nilai yang meragukan tidak akan mengalahkan siapapun, apalagi sampai akhir.”

“Eh... ...”

Mendengar kata-kata itu, Shidou merasa dirinya tersandung saat berdiri. Dia sangat menyadari apa arti dari Spirit terburuk. Oleh karena itu, kunci penanggulangan harus dibuat untuk memastikan bahwa Shidou bisa merencanakan pertarungan yang baik.

Namun, setelah berbicara empat mata dengan Kurumi, bertukar kata, dan merasakan sentuhan dan nafasnya——kesiapan dan resolusi telah dirampas darinya membuat tubuhnya menjadi lemas dan ringan.

“Tapi... ...”

Saat Shidou melakukan semacam penilaian diri itu, Kaguya membuat wajah problematik saat dia meletakkan tangan didagunya.

“Hey, kenapa Kurumi memilih hari Odin? Apa ada yang spesial dihari itu?”

“Tidak, tidak ada, apakah... ...”

Tiba-tiba.

Saat Shidou memeras otaknya menanggapi pertanyaan Kaguya, ada orang lain yang melebarkan matanya seolah membedakan sesuatu——itu Origami.

“Rabu——Ini.”

Origami berkata dengan singkat sebelum mengeluarkan smartphonenya lalu memulai sesuatu.

Setelah beberapa saat, Origami memberikan pemahaman lengkap saat dia menunjukkan layar smartphone kepada Shidou dan yang lainnya.

“Aku mengerti motif Tokisaki Kurumi. Dia ingin menyelesaikan semuanya dihari itu.”

“Apa maksudnya itu... ...ah.”

Sambil bergumam hanya setengah jalan, Shidou berhenti saat melihat layar smartphone itu.

Origami menganggukkan kepalanya untuk menyetujuinya.

“Rabu ini adalah 14 februari. Hari itu adalah——Hari Valentine!”

Meskipun Origami mencoba untuk berbicara dengan tenang, suaranya mengungkap kecemasan kecil.

Lalu, alarm persiapan umum bergema dipenjuru sekolah.


***
Share Tweet Share

0 comments

Please wait....
Disqus comment box is being loaded