Chapter 3 – Lapis Lazuli

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode




Tidak seperti Akademi Anti Sihir. Akademi Sihir juga mempunyai kelas siang.

Meskipun disana tidak perlu mengumpulkan poin seperti bagian dari peleton tes, semua orang runtin mengumumkan hasil perbaikan sihir mereka. Meskipun kau tidak akan di usir jika tidak melakukanya, kau hanya akan mengulang kembali jika hasilnya tidak di ketahui. Sejak Takeru menjadi siswa di Akademi Sihir untuk sementara waktu, Dia diminta mengirimkan artikel tentang sihir untuk ujian akhir. Tentu saja, Karena dia tidak berniat tinggal di sana untuk waktu yang lama, dia hanya harus bertahan di kelas itu entah bagaimana caranya.

Saat ini, sudah pulang sekolah.

Takeru, tidak terbiasa dengan pekerjaan di atas meja dan merentangkan bahunya lalu memutar lenganya.



“Taa~keru~.”



Mari mendekati Takeru dengan suasana hati yang terlihat bagus. Dan juga di belakang nya ada Inia dan Ananda.



“Oh, kalian bertiga kenapa ada disini?”



“Karena ada kesempatan, kami berfikir untuk mengajakmu berkeliling disekitar kota Sisi Timur. Akan lebih baik jika kau mengetahuinya kan?”



Dia mengusulkaan sambil menaruh tanganya di atas meja.

Takeru sedikit tidak yakin, tapi akan lebih sulit mendapatkan informasi lebih dari Mother Goose atau Orochi, Dan tidak ada salahnya mengetahui lebih banyak tentang Akademi Sihir.

Dia membisikkan pertanyaan ke telinga Mari.



“Bisakah Lapis ikut bersama kita?”



Ketika berkata demikian, Dia melirik ke sampingnya. Lapis hanya menghadap ke depan dan tidak bergerak.

“Aku benar-benar tidak mengerti…apa yang terjadi dengan kalian berdua? Sikap kalian berdua jadi dingin semenjak datang kesini?”



“Bukan…Hanya..”



Takeru membuat ekspresi canggung, dan menatap Mari dengan nada meminta maaf.

Setelah mendapatkan persetujuan Mari, mereka segera menuju ke luar, saat itulah,



“Tidak. Kau benar-benar tidak boleh pergi keluar. Kana tidak mengijinkan hal itu.”



Kanaria melipat tangannya di depan dadanya, bergerak di samping mereka dan memandang ke arah Takeru.

Kanaria melaporkan apa yang terjadi di atap kepada Mother Goose dan mencoba mengambil kebebasan Takeru, tetapi di hentikan dan sekarang mulai bersipat menantang.

Mari tidak memperdulikan Kanaria, mengangkat tanganya dan berkata “Ayo Pergi!” meninggalkan ruang kelas.



“Jangan mengabaikanku! Dengarkan apa yang Ku katakan!”



Kanaria memegang pundak Mari dengan ekspresi serius. Takeru berpikir bahwa sebagai bawahan Mother Goose, sudah jelas baginya untuk tidak membiarkan mereka pergi keluar.

Merasa jengkel karenanya, Mari mulai berbalik.



“Ah berisik. Akan baik-baik saja jika kau ikut bersama kami kan? Katakan saja dengan jelas bahwa Kau tidak ingin di tinggal.”



“Tidak sepertimu, Kana itu sibuk! Itu tidak seperti aku ingin bermain denganmu------“



“Ya ya, aku menegerti, ya. Aku akan mentraktirmu sekantong permen kesukaanmu.”



“-----itu tidak akan membantu tapi jika kau bersikeras. Kana akan ikut dengamu.”

Dalam sekejap Kanaria juga mulai mengangkat tanganya dan berkata “Ayo Pergi!”.

Sangat Lemah!

Takeru berfikir apakah itu baik-baik saja menang dengan begitu cepatnya dari Kanaria, dan mulai berbalik ke arah Lapis.



“Lapis, ayo.”



“……………”



Ia mengulurkan tanganya pada Lapis.

Lapis perlahan mengangkat wajahnya, dan melihat ke arah tangan Takeru.

Bagaimanapun, Dia tidak memegang tangannya dan malah berdiri di samping mereka tanpa berkata apapun.

Tidak tahu apa yang harus ia lakukan, Takeru meletakan tanganya di pipinya dan mulai mengikuti mereka.



Matahari sudah tenggelam saat Takeru dan yang lainnya menatap dunia sihir dari tanah.



“…Menakjubkan.”



Meskipun bagunan melayang di udara terlihat sangat menakjubkan, dan membuat penglihatan mereka tertuju pada para penyihir yang terbang di angkasa. Terbang dengan sesuatu yang mirip dengan sumpit membuat meereka terlihaat seperti bintang jatuh, mereka terlihat lebih menarik dari pertunjukan apapun.

Dia terkesan dengan fakta bahwa tidak ada satu pun dari mereka yang bertabrakan.



“Mari, bisakah kau terbang di langit seperti mereka?”



“…."Aurora" sangat serbaguna sehingga mudah bagi Ku untuk terbang. Selama mereka memiliki katalisator, Ku pikir setiap penyihir bisa melakukannya. BagiKu itu mudah untuk terbang bahkan tanpa katalisator sekalipun.”

*[Note: Katalistator/Katalis adalah semacam item sihir.]



“…bagus, itu benar-benar bagus.”



Mata Takeru berkilau luar biasa. Dia adalah tipe pria yang selalu rindu untuk terbang pada pesawat tempur atau helikopter.

Mari melihat pada Takeru.



“…ingin coba terbang bersama? Itu bisa saja asal kau duduk di belakangku.”



“Dua orang dapat duduk di atasnya?!”



“Dua orang yang terbang bersama itu tidak seperti baisanya…b-biasanya hanya di lakukan oleh sepasang k-kekasih maksudku….”



Sambil menggaruk pipinya, Mari kembali menatap Takeru. Ananda dan Inia yang berada di sebelah mereka mulai menyeringai.



“Ananda dan aku akan mengikuti kalian dari belakang, jadi pasti tidak akan menghalangi kalian~.”



“Hhm. Terbang dengan cara seperti itu, Wshoo Wshoo itu.”



“A-Aku benar-benar tidak ada niat untuk hal seperti itu!”



Mari dengan segera memarahi mereka berdua. Orang yang di maksud, Takeru, sedang melihat ke arah langit dengan senang dan tidak memperdulikan meraka biacara soal sepasang kekasih.

Dan saat semua orang mengobrol dengan tenang.



“Tentu saja kau tidak bisa pergi. Kau di larang untuk terbang.”

Kanaria mulai muncul dari belakang.

Mari mengisap pipinya dan berbisik ke telinga Kanaria.



“Kenapa, dasar pelit.”



“Kana tidak memiliki kekuatan sihir. Tidak bisa terbang. Dan tidak bisa mengawasimu. Jadi kau tidak di ijinkan untuk itu.”



“~~~~~~….Lalu kenapa kau hanya bersembunyi di belakang Lapis-chan.”



Mari tertuju pada Lapis yang datang bersama mereka, yang mengikuti Takeru dengan jarak yang sedikit jauh.



“lapis, kau bisa terbangkan?”



“Tentu saja, tapi ku menolak.”



Itu merupakan jawaban secara langsung. Lapis membuang muka.



“Aku tidak ingin membuang energi sihirku untuk orang lain selain untuk kontraktorku.”



“…mm, Lalu kalau aku duduk di belakangmu dan Kanaria duduk di belakang Mari seharusnya tidak ada masalah kan?”



“Ya yaaa!! Itu merupakan sebuah masalah!”



Sambil mengangkat tangannya, Mari dengan putus asa memprotes.

Ekspresinya terlihat seperti mengatakan “Aku akan jadi satu-satunya yang mengajak Takeru”.

Seperti percikan api yang terlihat di balik tatapan Mari, Lapir bergerak ke arah Takeru dan berdiri di sampingnya.

Dan, *plop*, Dia menempel erat pada Takeru dan menarik lengannya ke dadanya, dan memeluknya.


“K-kau...aku tidak terganggu oleh itu sebelumnya, tapi bukankah itu terlalu mendadak...mulai saat ini aku akan mulai memandangmu sebagai wanita!”



Menunjuk jarinya ke arah Lapis, Mari menyatakan sebuah deklarasi yang entah apa artinya.

Takeru melihat ke arah Lapis yang memeluk tanganya, Dan dengan jari di pipinya ia tersenyum.



“Wa…Takeru?! Kenapa kau terlihat sedikit senang?!”



“Tidak….karena dia terlihat menjaga jarak denganku semenjak kita datang kesini, itu benar bahwa aku sedikit senang dapat berinteraksi denganya seperti biasa.”



“Kau senang?! K-k-Kau dasar lolicon!!”



“Tolong jangan salah paham, dia umm…. sesuatu seperti pasanganku. Jika dia membenciku maka akan terjadi banyak masalah.”



“P-Pasangan..? pasangan hidup maksudmu…? Aku tidak akan bisa menang jika seperti itu!!”



“Jangan senaknya menambahkan kata ‘hidup’ semau mu…pertandingan macam apa yang kau hadapi disini? Kenapa ada air mata di matamu?”



“UuuUUuuUu! Aku tidak ingin mengenalmu lagi!”



Mari berbalik dengan gerakan memutar.

Meskipun dia berfikir mereka bertarung bersama sebagai pasangan, tampaknya telah menyebabkan kesalahpahaman lebih lanjut. Tak mengerti apapun. Takeru terlihat memiliki tatapan kosong di wajahnya.

Ananda dan Inia sudah memasuki kotak katalis dan mengeluarkan sapu.



“Mari~, kau berada di posisi yang kurang menguntungkan karena melawan Realic Eater. Bagaimanapun, Realic Eater dan kontraktornya terhubung setiap saat.”



“Hmm, baiklah, tak perlu khawatir. Realic Eater dan Kontraktornya adalah sesuatu hal yang berbeda. Mereka tidak akan dapat menikah dan dia tidak akan hamil, kau masih ada kesempatan untuk menjadi istrinya.”



Inia dan Ananda menenangkan Mari.



“Ter-terhubung….Takeru, itu mesum.”



“tunggu tunggu, kenapa kalian menyalahkanku?! Inia dan Ananda juga, jangan biacara sesuatu yang dapat menimbulkan salah paham! Lapis dan Aku tidaklah seperti itu!”



“Tidak, tak layak menggoda Mari? Ekspresi frustrasi di wajahnya terlihat begitu mendebarkan.”



“Hmm. Kesampingkan bahwa dia kelas atas, dia sangan imut ketika di goda. Aku menyukainya.”



Saat keduanya dengan tajam menunjukkan kasih sayang sadis mereka, pembuluh darah darahnya terlihat muncul di dahi Mari. Tinjunya mengeluarkan suara saat dia mendekati mereka.



“Siapa maksud kalian…..?!”



“Oh, Ananda lihat, Mari mulai marah. Bagaimana kalau kita bermain sesuatu.”



“Ohh, seperti balapan kah?. Ayo. Tapi tidak mungkin Mari sampai mengejar ku dengan elemen 「Thunder」dengan cara mengemudinya yang penuh harapan."



“Fufufu” Ananda tertawa, dan dengan waktu yang bersamaan sihir penguat katalis yang seperti kilatan mulai terlihat. Dia menuju langit dengan kecepatan tinggi, dan terlihat seperti meteor dari kejauhan.



“Tunggu sebentar! Sial, Aku akan menggunakan mereka untuk meredakan suasana hati ini! Kana-chan cepatlah.”



Mari mengeluarkan katalis dari kotak itu, dan duduk di atasnya.

“Tunggu! Kana tak akan mengijinkanya! Jangan terbang seenakmu sendiri!”



“Tak masalah, cepatlah!”



“Aku pasti tidak mendapatkan ... waa .. uwah, jangan sentuh aku ... jangan tarik aku ... aku akan terbang di raaaaa ini ~~~~”



Mari menarik kerah baju Kanaria dan terbang dalam keadaan seperti itu.



Takeru terlihat khawatir terhadap mereka berdua yang mulai terbang menjauh, Tapi kemudian dia melepaskan pandangannya di Lapis yang berpegangan pada lengannya. Perasaan ini seperti nostalgia baginya. Karena dia selalu mencengkeram tangan Takeru, meski kedengarannya aneh, dia merasa nyaman seperti ini.



“Kenapa kau tertawa?”



“…apa yang sebelumnya ku katakan pada Mari itu benar. Di jauhi olehmu itu sangat menyakitkan untuku.”



“Tolong jangan salah paham.”



Lapis menjauh dari tanganya.



“Tindakanku saat ini pada kenyataanya karena aku merasa hidupmu dalam bahaya.”



“Hidup ku dalam bahaya….disini tidak ada situasi macam itu kan?”



“Kau akan segera mengerti.”



Setelah berkata demikian, Lapis juga, mengeluarakan katalis dari sebuah kotak.

Dan terganggu oleh roknya dia duduk di atasnya.



“Apa kau tak ingin naik?”



“…ah, ya. Tentu.”



Mengikuti Lapis, dia duduk di kursi belakang. Sabuk itu diperluas secara otomatis, membungkus dengan sendirinya sekitar pinggangnya.

Itu adalah pemandangan aneh dan nyata seperti bayangan seorang gadis kecil yang membentang di atas sepeda, dan sebagai tambahan, seorang pria besar di bagian belakang tampak sedikit menyedihkan.



“Aku akan memulainya. Tolong berpegangan.”



Seperti yang dia katakan, Takeru mulai berpegangan pada pinggang Lapis.



“Terbang dengan katalis kurang memiliki kestabilan. Karena ini berbahaya, tolong pegang aku dengan tanganmu seperti kau ingin memeluk Ku.”



“..y-ya..”



Kemudian sekali lagi saat dia diberi tahu, Takeru memeluk punggung Lapis.

Ini benar-benar mengundang kesalah pahaman…

Tak peduli bagaimana seorang melihatanya, Dia tampak seperti orang sesat memeluk seorang gadis kecil dari belakang. Sebagaimana dia menyentuhnya seperti itu, Takeru berfikir dia hanyalah gadis normal. Suhu tubuhnya tidak manusiawi, ia merasakan kelembutan saat ia melingkarkan lengannya di perutnya.

Dan ia merasakan aroma lembut yang mirip dengan lavender.



“Kita berangkat.”



“------Ooaaaahhh!!”



Setelah dia berkata demikian, Katalisnya dengan segera mulai bergerak.

Kesadaran Takeru dibawa oleh aroma manis itu, yang mengakibatkan dia melukai lehernya saat akselerasi yang tiba-tiba.

Perasaan merobek angin bisa dinikmati bahkan di atas sepeda.

Bagaimanapun, perasaan yang datang dari angin itu sendiri tak dapat di rasakan dengan mudah.

Takeru menikmati pemandangan yang dengan cepat mengalir dari aksi terbang itu sendiri.

Mereka memiliki kecepatan yang cukup tinggi. Dia terbiasa menggunakan Soumatou untuk pertarungan kecepatan tinggi, jadi dia tidak menganggap kecepatan seperti ini luar biasa, tapi karena penggunaan Soumatou memperlambat lingkungannya daripada mempercepatnya, ini berbeda dengan terbang dengan kecepatan tinggi.

Lapis menyelip diantara bangunan dan terlihat seolah-olah seperti Roller Coaster, naik dan turun berulang kali. Bagaimanapun, itu tidak untuk menghibur Takeru, malah dia mengejar Mari dan yang lainnya yang menggunakan rute acak seperti itu.

Dua orang yang menggunakan Katalis seperti mereka, mereka yang berjalan di tananh tidak terkejut oleh mereka, itu merupakan kehidupan sehai-hari bagi mereka.

Mereka terbang merumput tanah, dan melambung ke atas sebelum bertabrakan dengan sebuah bangunan.

Dan kemudian mereka terus naik menuju langit.

Sampai mereka hampir mencapai pelindung, Lapis menurunkaan kecepatan terbaang mereka.

Saat mereka melihat ke bawah, dunia sihir telah tersebar di bawah mereka.

Itu merupakan hal yang berbeda dari apa yang dapat di lihat dari atap. Gedung yang mengambangpun ada di bawah mereka.



“Menakjubkan.”



Dengan senyum kekanak-kanakan, Takeru melihat dunia yang ada di bawahnya.

Bagi Takeru yang tidak memiliki hobi dan mengabdikan hidupnya untuk ilmu pedang, pekerjaan paruh waktu dan kegiatan peleton, ini adalah pertama kalinya dia bisa menikmati suatu pemandangan dalam waktu lama.

Mungkin klise, tapi dia merasa benar-benar menjadi seekor burung.



“Berfikir meskipun tempat ini di sebut penampungan, ini benar-benar luas.”



Melihat dari satu sisi ke ujung yang lain, Takeru mengangkat suara kekaguman.

Bagaimanapun, di luar pelindung merupakan dunia yang busuk. Sebuah gurun kematian yang di bisa sebut sebagai pemakaman. Meskipun itu tidak terlihat, tempat itu di penuhi sihir “Void” yang dapat membunuh seseorang secara instan.

Bekas luka dari dunia yang di ciptakan oleh Perang Perburuan Penyihir.

“…………………….”



Jika perang di mulai, akankah dunia yang indah ini dan dunia Ku menjadi seperti dunia yang ada di luar perlindungan ini. Takeru yang tenggelam dalam kekaguman telah di tarik kembali pada kenyataan.

Itulah yang dia pikirkan saat ini, dia telah berjalan jauh. Yang pada awalnya hanya sseorang siswa, dia hanya bermaksud lulus dari Akademi Anti Sihir dan menjadi inkuisitor. Dia melibatkan dirinya dengan anggota pletonya, dan setelah banyak nya lika-liku mereka menjadi teman seperjuangan. ‘Kami akan melakukan yang terbaik dan menjadi Inkuisitor’. Itulah yang dai pikirkan.

Semuanya telah berubah…………

Takeru memegang tubuh Lapis dengan sedikit lebih erat.



“Hei, Kau…apa yang kau pikirkan tentang dunia ini?”



“Apa maksudmu?”



“Akademi sihir. Dunia luar dan dunia dalam, apakah mereka terlihat berbeda bagimu?”



“Valhalla menggunakan sihir, dan Inkusisi menggunakan sains dan senapan. Meskipun organisasi dan elemen dasar pada mereka berbeda, Ku pikir mereka tidak terlalu berbeda. Pengendalian di luar, dan di dalamnya lebih baik dalam keamanan. Perbedaan dalam kekuatan masih tidak di ketahui. Meskipun Inkusisi lebih unggul dalam hal jumlah, pasukan Valhalla jauh lebih kuat secara individu. Jika perang terjadi, mereka pasti akan menemukan jalan buntu.

Melihat ekspresi Takeru dengan takjub, Lapis memandang ke samping.



“Apa itu.”



“Bukan itu maksudku…tentang orang-orang yaang hidup disini, dan bagaimana perbedaan mereka dengan orang dari dunia luar yang ku tanyakan.”



“Jika itu perbedaan antara penyihir dan manusia normal, penjelasanya sederhana.”



“….jangan pedulikan itu.”



Takeru menghela napas dan melihat jalan yang ada di bawah.



“Kita dan para penyihir hidup dengan normal. Aku berfikir lagi tentang Mari, tapi dengan Ananda dan Inia aku di ingatkan kembali bahwa mereka tidak berbeda dari kelompok dunia luar.”



“…………..”



“…jika tempat ini, kalaupun aku dapat membawa teman-temanku dan Kiseki, mereka akan dapat hidup tanpa merasa terganggu.”



Dia kembali mengingat ajakan Orochi dan Mother Goose, lalu menyipitkan matanya.

Takeru tidak pernah memikirkan apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan seluruh manusia, atau mengapa perang terjadi, tidak ingin dirinya terganggu dengan topik yang sulit.

Dari hatinya yang terdalam, dia tidak tertarik dengan hal itu. Jiak mereka menginginkan perang mereka bisa melakukanya sendiri, dia akan baik-baik saja jika meninggalkan orang-orang yang tidak dapat mengerti.

Semua yang dia inginkan, hanyalah untuk melindungi orang-orang di sekitarnya.

Tak masalah baginya untuk tinggal di dunia luar atau dunia dalam, selama ada kedamaian, Takeru tak akan keberatan.

Apakah dengan membawa teman-temannya dan Kiseki kesini, hidup bersama disini apakah akan seburuk itu, Pikir Takeru.



“Kau juga Lapis, jika bisa tinggal disini dengan normal. Ada banyak Realic Eater, tidak akan terasa tidak nyaman kan?”



“Entah itu Inkusisi atau Valhalla itu tidak masalah. Inkusisi di lengkapi dengan akomodasi sementara yang baik. Aku tak begitu memikirkanya selama aku berada di samping kontraktor yang dapat menggunakan Ku.”



“…jadi seperti itu.”



“Jadi begitulah. Aku sudah puas selama di gunakan oleh seorang kontraktor. Hinaan terbesar bagi kami adalah, ketika Realic Eater sudah tak berguna bagi kontraktor kami.”



…jadi dia masih tetap marah.



Ambisi sementara seorang Realic Eater mungkin seperti yang di katakan Lapis, tapi dia masih merasa sedikit kesepian. Entah dia memiliki wujud manusia atau tidak, akan aneh jika memperlakukan dia sebagai benda yang sederhana.

Meskipun jika mereka adalah Pedang dan Penggunanya, Takeru ingin menjadikanya pasanganya dan saling percaya satu sama lain.



“Seperti yang sudah ku katakan di atap, aku tak ada niatan untuk melepaskanmu.”



“Lalu kenapa, kau melepaskanku saat itu?”



“Itu…Karena Aku tidak ingin membunuh Kiseki. Aku meyakinkan diriku untuk tak membunuh, tapi untuk melindungi semuanya.”



“Apakah tak apa-apa jika aku mengabulkan permintaanmu sekarang?”



“..tidak, jangan coba mengatasinya sendiri, Aku ingin kita bertarung dan mengatasinya bersama…bukankah kita pasangan kan?”



“Aku minta maaf, tapi aku tak memiliki niat untuk di kasihani karena keinginan mu yang terus berubah. Pada akhirnya aku akan di buang lagi.”



Tak terduga, bekas lukanya begitu dalam.

Untuk sesaat dia menyadari dia memberi reaksi aneh karena malu dan cemburu, Dia juga menyadari bahwa Realic Eater menghargai hal yang berbeda dari manusia.

Dan Lapis tanpa di ragukan lagi adalah tipe yang menyimpan dendam. Bagaimapun, itu terasa seperti pertengkaran sepasang kekasih baginya.



“Ku katakan sebelumnya aku tak akan melepaskanmu….aku minta maaf sebelumnya, itu hanya kesalah pahaman.”



“Meskipun itu hanya perubahan hatimu, tapi bagiku itu adalah penolakan penyatuan antara kontaktor dengan diriku, sudah cukup bagiku untuk kehilangan kepercayaan padamu.”

“,,,Pemburu dewa itu, adalah penyatuan? Bukan hanya erosi?”



“Ya, itu adalah penyatuan dengan jiwa kontraktor. Kau akan berhenti menjadi manusia, dan setelah menyatu denganku kau akan berubah menjadi sesuatu yang hanya ada di dimensi lain. Dan dengan itu, kau akan mendapatkan kekuatan untuk membunuh dewa.”



“…Aku tidak begitu mengerti, tapi apa artinya itu untukmu?”



Lapis terdiam untuk sesaat dan berfikir tentang hal itu, Dan menjawab dengan acuh tak acuh.



“Hmm. Jika aku jelaskan secara sederhana untuk di mengerti oleh manusia-----itu memiliki arti yang sama dengan s*ks.”



“Nn, apa?”



“S*ks, aktivitas seksual. Mengungkapkan dari sudut pandang manusia, itu akan seperti kita berciuman dan membuat suasana hati, melepas pakain dan sesaat setelah itu ‘Ayo kita mulai’ seperti itulah. Dan setelah itu kau seperti berkata. [Tubuhmu terlalu menyedihkan sehingga aku tidak bisa ******* , jadi selamat tinggal-----]“

[*Note: Sengaja di Sensor demi keamanan.]



“Tunggu tunggu tunggu! Apakah itu mirip seperti apa yang sepasang kekasih lakukan?!!”



Mendengar hal itu, dia mengerti apa yang dikatakan Ananda dan Inia sepenuhnya benar, dan membuatanya cukup terkejut.



“Bagi kami Realic Eater, itu artinya. Jika organisme itu hidup, Tujuan akhir mahluk hidup adalah membuat keturunan, dan tujuan akhir dari Realic Eater adalah menyatu dengan kontraktornya.”



“…apa kau serius?”



Setelah di beritahu hal itu, suasana hatinya berubah, dan terlihat seperti pria yang menyedihkan.



“Tolong jangan di fikirkan. Dalam istilah manusia, “Salahku karena kita tak dapat melakukanya, aku tidak cukup menarik, itu bukan salahmu.” Itulah yang seharusnya ku katakan.”



“…tolong, biasakah kau berhenti mengartikan dalam perspektif manusia. Ku mohon.”



Rasa sakit karena dia dikatakan seperti orang yang “impoten”. Takeru menutup wajahnya dengan kedua tanganya.



“Tapi baiklah…Ku fikir itu sedikit berbeda dari penyatuan. Aku tau itu karena kau mencoba untuk memenuhi keinginanku, tapi keinginanku adalah miliku sendiri. Aku senang kau mau membantu ku untuk memenuhinya, atau lebih tepatnya, aku ingin memenuhinya bersama denganmu.”



“Hasil dari keinginan yang akan datang sama saja. Aku tak mengerti apa bedanya. Jika kau hanya meningggalkan keingan mu hanya padaku, semua akan selesai dengan baik. Pikiran dan keinginanmu tidak perlu berada disana.”



“…………………..”



“Aku sudah mengatakanya bahwa aku adalah senjata yang akan memenuhi keinginan kontaktornya.”



Lapis mengatakannya tanpa ekspresi. Takeru berpikir bahwa itu terlalu sepihak. Pikiran manusia tidaklah sesederhana itu. Memiliki keinginan seseorang yang diberikan terhadap kemauan mereka adalah sesuatu yang sangat menyakitkan.

Seperti yang di lakukan Tubuh Kiseki.

Jika keinginan yang tercapai hanya satu pihak itu bukan penyatuan, tapi erosi semata.

Takeru memeluk Lapis, dan meletakan dagu nya di atas kepala Lapis.



“bagaimanapun, kau benar-benar mirip denganku.”



“Haa?”



“..’ha?’..hei, kenapa kau terlihat sedikit tak senang. Apa itu sakit?”



“Karena kau mengatakan kata-kata yang melampaui harapan Ku, aku tak sengaja melakukan itu. Aku minta maaf, tapi aku tidak ragu-ragu sepertimu.”



“Aku tak mendengar adanya rasa hormat sedkitpun. Bukan itu maksudku, di masa lalu aku adalah orang yang tak pernah memikirkan orang lain dan seperti orang yang terus maju ke depan seperti bom bunuh diri. Ketika aku melihatmu sekarang, tidak terlihat seperti adanya masalah. Kau tahu manusia tidak sesederhana itu.”



“Aku tak ada niat untuk mengerti tentang manusia. Aku tidak memiliki niat untuk mengerti tentang dirimu.”



“…jangan katakan sesuatu yang sepe~”



Takeru meletakan dagunya di atas kepala Lapis.



“Tolong berhenti meletakan dagumu di atas kepalaku secara tiba-tiba. Itu benar-benar tidak menyenangkan.”



“Ku pikir itu adalah komunikasi. jujur, aku senang mengetahui sedikit tentang mu, jangan beritahu sesuatu yang kau pikir aku tak seharusnya tahu. Disana.”



Meski tahu Lapis menolaknya, ia terus menggiling kepalanya lebih jauh.

Lapis tetap diam, tapi suasana terlihat dia dalam suasana hati cemberut. Takeru memikirkan interaksinya dengan Lapis sampai sekarang.

Tentu saja, dia menyukai gadis kecil. Untuk alasan dia tidak bisa membiarkanya sendirian, ataupun di benci olehnya. Bukan sebagai mahluk yang berbeda atau Realic Eater, dia mencintainya seperti “manusia” lainya.

Meskipun Lapis mengatakan dia dirinya hanyalah Realic Eater, tapi Takeru tak berfikir demikian. Dia berfikir untuk sesaat, tapi Lapis memiliki nuansa manusia.

Dengan senyum kecut, dia meletakan tanganya di kelapa Lapis.



“Kau lihat, bagi ku, tak peduli kau itu Harta suci atau yang menyebabkan kehancuran pada dunia ini, itu tak masalah. Tentunya itu sesuatu yang bodoh seperti aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi daripada itu, kau harus lebih menceritakan tentang dirimu padaku.”



“…………………….”



“Aku sudah bertanya di atap sebelumnya, tapi Kusanangi Mikoto orang yang bagaimana? Kalian telah bersama dlam waktu yang cukup lama kan? Aku tidak lagi bermaksud melakukannya demi Kiseki, Aku ingin tahu untuk diriku sendiri. Aku ingin menggunakan seniorku sebagai refensi agar biasa bergaul lebih baik denganmu.”



Lapis terdiam.

Meskipun berfikir bahawa dia selalu siap dengan jawaban langsung, dia terlihat keehilangan arah.

Takeru terus menunggu. Aku tak tahu apa yang terjadi di masa lalu.

Dan setelah beberapa saat, Lapis mengguncang rambutnya dengan ringan.



“Aku minta maaf karena terhenti di tengah pembicaraan, Namun keadaan darurat dari sebelumnya telah terjadi.”



“Hm?”



“Nikaido Mari-sama telah menyebabkan sebuah kecelakaan.”



Meski dia berbicara tak acuh, sesaat saja dia sepertinya mengeluarkan "hmph", membuatnya tersentak kaget.



“kecelakaan?! Kecelakaan di langit maksudmu?!”



“Ya, Karena orang itu terbang cukup berantakan, sepertinya dia telah menyebabkan kecelakaan.”



Lapis berbicara sambil membuat jarak.

Jadi itulah alasan Lapis menghentikan Takeru utnuk terbang bersama Mari. Mengetahui alasanya saat ini, Takeru menyentuh pundak Lapis.



“Apakah dia baik-baik saja? Maksudku, Kanaria terbang bersama denganya kan?”



“Tak perlu khawatir. Katalisnya 99% melindungi mereka. Sejak terjadinya guncangan yang menjadi pemicu terjadinya kecelakaan itu. Mereka selamat tanpa cedera.”



Lega, Takeru menarik nafas panjang.

Tapi, Lapis melanjutkan bicaranya.



“Namun, pihak lain mereka telah meraka tabrak tampaknya menjadi masalah. Aku bisa mengidentifikasi mereka sebagai murid dari Sisi Barat. Saat ini, hampir berkembang menjadi konflik.”



“…ini tidak bagus..Cepatlah!”



Sesaat kemudian, Takeru mengubah persepsi dan pikiranya bahwa tinggal di dunia dalam merupakan keputusan yang baik.

Sisi Barat dan Sisi Timur.

Mereka turun dari langit, menurunkan kecepatan mereka diantara bangunan dan dan bersiap untuk mendarat.

Meskipun dari jarak yang cukup jauh, mereka bisa melihat keributan di bawahnya. Karena, banyak orang berkumpul mendengar keributan, mereka tidak menemukan tempat mendarat dengan mudah.

Di tempat kosong yang berada di tengah Mari berdiri sambil melipat tanganya di di depan dadanya. Di belakangnya mereka bisa melihat Ananda dan Inia terlihat malu. Kanaria memandangnya dari kejauhan seolah-olah dia sama sekali tidak memprihatinkannya.

Yang berdiri di depan Mari merupakan seorang siswa yaang menggunakan pakaian militer yang berbeda dengan pakaian biru laut Sisi Timur, mereka merupakan laki-laki yang mengenakan pakain berwarna merah.

Ketika Lapis mendarat di ujung jalan, Takeru mengarungi kerumunan yang menuju ke tempat Mari berada. Ketika mereka sampai pada pandangannya, dia melihat bahwa situasinya mulai memanas.



“Kenapa bajingan Sisi Timur ada di sini? Ini adalah Sisi Barat, ini adalah area kami. Terlebih lagi, kau menghalangi jalan latihan kami…kau sudah siap untuk menerima akibatnya kan?”



“Itulah kenapa aku minta maaf bukan? Tak ada satupun dari kami yang terluka, jadi biarkan aku minta maaf..! aku sudah katakan bahwa gadis-gadis itu tidak ada hubunganya dengan hal itu!”



Di tempat kejadian yang telah berubah menjadi pertarungan, siswa dari Sisi Barat mulai memegang Katalis yang berbentuk tongkat sihir.

“Tidak, bagaimanapun juga, aku akan memintamu untuk tanggung jawab.”



“Tentu saja. Kami akan melaporkanmu pada petinggi dan memaafkanmu. Jadi diam dan dengarkan.”



Siswa yang terlihat seperti pemimpinya mengatakan sesuatu kepada temanya untuk menghasut mereka.

Ketika Mari menunjukan wajah kecewa, dia masih mencoba melakukan yang terbaik agar dapat terselesaikan dengan damai demi Ananda dan Inia yang berdiri ketakutan di belakangnya.



“…baiklah. Aku akan melakukan apa yang kalian katakan jika dengann itu kalian memaafkan kami. Tapi kedua gadis itu tidak ada hubunganya dengan ini. Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan, jadi maafkan aku.”



Saat Mari diam-diam mundur, anak laki-laki dengan kacamata itu memegangi dagunya dengan penuh kemenangan.



“Bagus sekali…begitulah wanita berambut pendek, Aku akan mengatasimu.”



Kacamata menunjuk ke Inia, dan menyuruhnya dengan sesat.



“Bagaimanapun, aku tak akan melepaskan mereka berdua. Bersama denganmu meraka akan jadi budak kami.”



“Haa?! Apa-apaan itu!”



“Manusia binatang itu mengotori Sisi Barat hanya dengan mengijakan kaki mereka…..mereka pantas untuk mati. Campuran tidak di izinkan untuk melawan kami, Purebloods.”



Ketika si kacamata berkata demikian, anak buahnya mulai tertawa.



“Pertama…benar, bagaimana jika kau melepaskan pakaianmu. Tujukan tubuh menjijikanmu itu agar semua orang dapat melihatnya. Jika kau bisa memuaskan semua rasa ingin tahu mereka, seseorang mungkin akan membawa mu, kau tahu? Baiklah, Ku kira itu tidak mungkin terjadi disini di Sisi Barat sekalipun.”

“….!!meraka itu…!”



Mari kehilangan kedali dirinya atas amarahnya, dan aura sihir seperti pelangi terpancar dari tubuhnya.

Dan tanpa di sangka, Ananda menepuk bahunya.

Dengan air mata di matanya, Ananda menggelengkan kan kepala nya ke arah Mari.



“Mari, kau tidak bisa menggunakan sihir….”



“Kenapa…? Aku bisa mengirim mereka terbang dengan mudah!”



“Jika kau menyerang mereka di tengah kota, itu akan menyebabkan masalah di SIsi Timur…Demi-Human masih belum di terima disini….Aku tak ingin teman-temanku lebih menderita dari apa yang pernah ku alami.”



“..meskipun begitu…”



“Ku mohon…kau tak perlu melakukan apapun. Aku akan baik-baik saja.”



Sambil menahan air matanya, Ananda memegangi bagian depan jaket dengan kuat, dan melepaskannya. Kemudian, mengikuti Ananda, Inia juga mulai melepas jaketnya.



“Aku akan mengikutimu. Berkata demikian, karena kita berdua telah di buat bahagia oleh Mari. Mundurlah Mari.”



“…tapi..!”



“Orang-orang di sekitar kebanyakan merupakan orang dari Sisi Barat. Karena batas antara Sisi Barat dan Sisi Timur, semua orang akan menyerangmu jika kau menyerang. Ini adalah hal yang harus kita tanggung.”



Tidak yakin, Mari merendahkan wajahnya menggigit bibir bawahnya.



“Jangan buat wajah seperti itu. Membuka pakain bukanlah apa-apa. Lihat, aku cukup percaya pada diriku.”



Meskipun Inia tertawa untuk menghiburnya, Mari tak melewatkan fakta bahwa taanganya mulai bergetar.

Siswa Sisi Barat masih tetap tertawa.



“Ngomong-ngomong, kalian juga harus melepaskan pakaian dalam kalian! Biarkan semua orang melihat sosok menyedihkan kalian tanpa mengenakan apapun!”



Seperti yang si Kacamata katakan, suara tawa mulai terdengar dari sekitar.

Mari menunduk dan mengigit bibir bawahnya, dan mengepalakan tinjunya.

Jadi entah di luar atau di dalam ... tidak ada bedanya sama sekali.

Bagi Mari yang mencoba membuktikan bahwa orang bisa diselamatkan berkat penggunaan sihir, dan berjuang melawan penganiayaan terhadap penyihir, ini adalah kenyataan yang kejam dan tidak masuk akal.

Bahkan di antara manusia yang memegang sihir, ada diskriminasi. Yang berbeda dari luar, hanya fakta bahwa di dalamnya ada ilusi kedamaian. Bagian gelap Akademi Sihir tepat di depan matanya.

Teman pertamanya di luar peleton hendak mengalami penghinaan, dan karena dia berusaha melindungi dirinya sendiri, dia tidak dapat melakukan apapun untuk mereka.

Frustasi akan situasi saat ini, Mari mengeluarkan suara dari giginya.



“Yo, Aku terlambat.”



Seseorang memegang pundaknya.

Ketika dia berbalik, dia melihat Takeru berdiri disana dengan ekspresi yang berkilau. Perasan lega bergejolak dalam diri Mari.

Dia akhirnya berhenti menahan air matanya, dan mulai menagis dengan keras.

Sungguh, aku bertanya-tanya mengapa pria ini selalu muncul dengan ekspresi lembut saat mereka berada dalam keadaan darurat.

Mari membenamkan wajahnya di dada Takeru ketika menagis.



“Takeru~~! Heee~~~!”

“Hei, Hei, jangan menang-----oi, hidung mu!!”



Ketika dia menunjukkan bahwa dia membuat pakaiannya lengket, Mari menendang tulang keringnya.



“Ouuucchhhh!”



“Kau…..! tunjukanlah akal mu dan pegang aku dengan lembut dasar idiot! Kau idiot~! Dan jangan berkomentar tentang apa yang keluar dari hidungku dan mengotori seragam mu idiot! Juga, kau terlambat, idiot~!”



“~~~. Itu memerlukan beberapa saat untuk mendapatkan senjata. Dan juga, Ananda dan Inia, kalian tak perlu melakukanya lagi. Aku akan melakukan sesuatu tentang hal ini.”



“Kau akan melakukan sesuatu, seperti apa….? Eh Takeru..jasmu?”



Untuk beberapa alasan, Takeru tidak mengenakan jas Akademi Sihir.



“Tenang saja, mundurlah. Ini berbahaya.”



Ketika Mari bertanya tentang hal itu, Takeru meletakan jarinya di bibir Mari.



“…Dan sekrang.’



Takeru mengambil sebuah pipa besi yang ia temukan entah dimana, dan berdiri di depan siswa Sisi Barat untuk melindungi mereka.

Kilauan dan kelembutannya sebelumnya sudah tak dapat di temukan lagi.

Sebagai gantinya, disana terlihat seorang laki-laki yangt di penuhi rasa amarah.



“ ‘Teknik pedang dua sisi’ Kusanagi , Kusanagi Takeru. Kalian semua, apa kalian sudah siap? Karena kalian sudah menarik tongkat sihir kalian, itu berarti Aku bisa menarik senjataku sendiri disini.”



“….Siapa kau sialan. Apa hubunganya denganmu.”

“Seperti yang ku katakan. Aku Kusanagi Takeru. Apa aku ada hubunganya, aku sendiri tak yakin.”



“Aku bertanya apakah kau dari Sisi Timur.”



“Maaf, sudah sebulan lamanya sejak Aku datang kesini. Aku bukan dari Sisi timur ataupun Sisi Barat, juga, aku juga bukan dari Utara atau Selatan.”



Meskipun ketua dari Sisi Barat mencoba memperjelas apa hubunganya dengan Takeru, Takeru tidak mengenakan jas. Jadi dia tidak bisa menentukan hanya dengan berdasar kemeja dan celana nya saja.



“hmph…mengayunkan benda barbar itu, Anda pasti salah satu dari Sisi Timur. Apa kau tahu? Jika kau mencoba menyerang kami dengan sihir, seluruh posisi Sisi Timur akan menderita.”



“Sihir, ya? Sayangnya, aku rasa itu sulit dan aku tak bisa melakukan hal itu…itulah kenapa, aku akan melakukanya dengan benda ini.”



Takeru menepuk bahunya dengn pipa besi tersebut.

Mata si Kacamata mulai menyipit dengan tajam.



“…bajingan, sebuah Empty…!”

[*Note: Empty disana berarti orang yang tak memiliki kemampuan sihir tapi berada di Akademi Sihir. Ex: Kanaria dan Takeru]

Mendengar sebuah kata yang dia tak menegerti, Takeru menegdipkan matanya untuk beberapa saat. Lapis yang berdiri di sebelahnya menarik pakaianya. Saat ia menekuk pinggangnya, dia berbisik ke telinga Takeru.



“Empty, berarti hampa di dalamnya. Dalam kondisi lain diartikan untuk orang-orang yang tidak memiliki sekuatan Sihir.”



“Ohh~, jadi begitu…seperti yang ku harapkan dari pasanganku, sangat berpengetahuan luas.”



“untuk saat ini, aku tak bisa digunakan olehmu, jadi jangan panggil aku pasanganmu.”



“..jadi kau masih marah Lapis-san.”

“jadi, apa yang akan kau lakukan. Akan sangat sulit memikirkan situasi ini hanya dengan daging dan darahmu. Jadi aku sarankan untuk lari.”



“Kau tak akan tahu jika tak mencoba, kau juga mundurlah.”



Takeru sekali lagi menatap musuhnya.

Siswa dari Sisi Barat sudah mempersiapkan diri mereka untuk sebuah pertarungan, dan mengarahkan tongkat sihirnya ke Takeru.



“Tidak ada tempat di Akademi ini untuk seorang Empty! Tidak ada alasan kami mengijikan kan sampah sepertimu untuk bernafas disini di Sisi Barat!-------Bunuh dia! Aku akan bertanggung jawab untuk itu.”



Si Kacamata memerintahkan tiga anak buahnya saat pembuluh darahnya terlihat ddi wajah merahnya.

Dengan pergerakan yaang serentak, anak buahnya melepaskan sebuah cahaya dari tongkat sihir mereka ke arah Takeru.



“ “ “-------<Bullet> !” “ “



Beberapa peluru cahaya telaah di lepaskan.

Takeru dengan segera memperluas Soumatou dan mengikuti tembakan peluru cahaya itu dengaan matanya.

-----Tenang, Aku bisa melakukanya!

Kecepatan mereka lebih rendah dibandingkan peluru normal, dan Takeru menghindarinya dengan mudah dengan memutar tubuhnya.

Segera setelah dia menghindarinya, peluru cahaya itu mengenai gedung dan meledak seperti tempakan senapan.

! Daya ledak yang benar-benar tinggi---!

Takeru berbalik dan mulai berhati-hati. Sayangnya, pipa besi yang dia pegang tak terbuat dari material Anti Sihir, dan tak memiliki ketahanan terhadap sihir, setelah menghalau dua atau tiga serangan itu sudah tak berguna lagi.

Dia harus mengahiri ini dengan segera.



“Dia menghindarinya?!”



“Pergerakan itu….penghindaran sihir?!”



“Sungguh menjengkelkaan…!”



Takeru tertawa dengan tanpa rasa takut ke arah mereka bertiga yang mulai kehilangan ketenanganya.



“Itu bukanlah sihir-----tapi tehnik berpedang!”



Dia merentangkan pinggangnya dan mendang ke tanah.

Sekali lagi dia memicu munculnya Soumatou, dan dalam sekejap berada di belakang mereka bertiga. Mereka berdiri tercengang dengan tongkat sihir di tangan mereka, karena tidak mampu melihat gerakan Takeru. Dengan mudahnya memukul yang pertama di belakang kepanya, dan tanpa ampun mematahkan pipanya pada yangan yang kedua dan yang ketiga dengan pukulan kuat di pinggangnya.

Lalu, Takeru melepaskan Soumatou dan meluncur dengan cepat.

Dan di waktu yang bersamaan dengan kecepataanya yang kembali normal, mereka bertiga jatuh ke tanah.

Bajingan berkacamata itu tak mengerti apa yang terjadi, dan hanya bisa melihat pungung anak buahnya yang terjatuh.

Takeru menganti targetnya ke Si Kacamata, dan mengarahkan pipanya lurus kedepan.

Matanya bersinar kemerahan, membuatnya terlihat seperti iblis.



“Ada apa, Kacamata bajingan….apa yang kau takutkan. Orang pertama yang memprovokasinya adalah kau. Bagaimana jika kau menggunakan semua kekuataanmu untuk melindungi kehormatan temanmu disini.”



“Tidak….Tidak mungkin…! Hanya dalam sekejap..!”



“Kau, kau penyihir dari Purebloods kan? Dalam hal ini datanglah padaku dan tunjukan apa yang di ajarkaan oleh darah mulia itu padamu. Dan sama denganmu, akan Ku tunjukan betapa biasanya dirimu.”



Karena diliputi hawa bertarung Takeru, Si Kacamata mundur dan mengeluarkan sedikit teriakan.



“K-k-kalian! Kenapa kalian hanya melihat! Kalian juga dari Sisi Barat kan?! Jangan nhanya melihat dan bantu aku!”



Si Bajingan berkacamata bertanya pada di sekitar untuk membantunya. Karena mayoritas dari mereka merupakan siswa dari Sisi Barat. Satu demi satu, mereka menjulurkan tongkat sihir mereka ke arah Takeru.

….jumlah ini, tak bagus…

Dia tak akan mudah untuk melakukanya lagi, ototnya telah menggerang akibat gerakan sebelumnya. Itu lebih mudah di hindari daripada peluru pistol biasa, jadi dia meminimalisir dan mengurangi kekuatan dari Soumatou, tapi mereka kali ini terlalu banyak.

Tak boleh membuang-buang waktu. Aku harus mengalahkan sebanyak yang kubisa.



“UUOooohhh!!!”



Mengeluarkan air mata, dia memukul group dari Sisi Barat.

Berubah menjadi pertarungan jarak dekat. Lima, Enam, puluhan orang. Di tengah hujan peluru Takeru terus melanjutkan untuk menjatuhkan mereka dengan Soumatou nya yang telah aktif.

Bagaimanapun,



“-------Khhh!?”



Saat dia mencoba mengalahkan orang kesebelas, rasa sakit telah menyerang kaki bagian kananya.



“?! Dia berhenti!! Bunuh dia!”



Orang kesebelas itu mulai mengarahkan tongkat sihirnya ke Takeru, dan mulai mengumpulkan energi sihir. Mengarahkanya ke kepala Takeru. Jika mengenainya, Takeru pasti mati.

Takeru memaksakan tubuh nya yang goyah itu dan mencoba untuk menghindar.



“Gaahhh-----?!”



Tiba-tiba, Orang kesebelas itu terobang ambing dan jatuh ke tanah.

Itu bukan hal yang di lakukan oleh Takeru. Ketika dia mengangkat wajahnya siapa disana, disana,



“…hmph.”



Kanaria berdiri memegang pedang yang tanpa memiliki ujung.

Meskipun dia hanya melihat dengan tatapan yang tak puas, itu seperti dia ingin membantu Takeru.

Tanpa menurunkan penjagaanya, Takeru berdiri dan saling memblakangi dengan Kanaria.



“Inilah kenapa Ku katakan padamu untuk tidak terbang. Ini salahmu karena tidak menghentikanya. Kau mendapatkan apa yang telah kau lakukan.”



“Kau benar…tapi, apa akan baik-baik saja? Kau juga sisa dari Sisi Timur kan?”



“Elf Kayu tak dapat menggunakan sihir. Jadi tak masalah.”



“jadi begitu-----lalu, ayo cepat dan kita selesaikan ini.”



“Jangan menahanku, Takeru.”



“Itu hal yang baru, Junior!”



“Jangan bertingkah seperti seniorku!”



Keduanya menghadapi musuh yang menjulang pada saat bersamaan.

Meskipun jika satu badai tidak dapat menjatuhkan semua orang, dua badai dapat mengalahkan musuh tak peduli berapa banyaknya mereka. Langkah pertama akan memberikanmu kemenangan, kalahkan mereka sebelum menembak. Ketika mereka menggunakan Katalis, jelas bahwa kebanyakan dari mereka bergantung pada tongkat mereka untuk menembak. Jadi mereka berdua hanya fokus pada tongkat sihirnya.

Dia terjun diantara peluru sihir, dan menyerang tongkat sihir yang di gunakan oleh lawanya. Meski hanya sedikit pergerakan, tidak keberatan untuk mematahkan satu atau dua tulangnya.

Tidak seperti sebuah pistol, sihir memerlukan waktu sehingga mereka berdua dapat mengatasinya.

Karena mereka berdua merupakan pengguna ‘Teknik pedang dua sisi’. Mereka tidak sadar bahwa meraka bekerja sama satu sama lain. Tak dapat di percaya, kerja sama meraka benar-benar sempurna. Dari waktu bernafas, gerakan keduanya sangat sesuai.

Sekitar 30 menit, Takeru dan Kanaria mengalahkan hampir sekitar Empat Puluh penyihir yang ada disana.

Dua iblis yang berdiri di tengah jalan utama yang di penuhi siswa Sisi Barat yang mengeluh.



“…itu benar-benar sangat membantu, Kanaria.”



“Hmph.”



Ketika Takeru menjatuhkan pipa besi dan mengembuskan napas, Kanaria melipat tangannya dan menghadap ke samping.

Seperti yang diharapkan dari Elf Kayu yang kokoh, dia hampir tidak kelelahan dan sepertinya hampir tidak ada beban pada tubuhnya. Di sisi lain, tubuh Takeru hampir kelelahan.

Sekali lagi dia menyadari karena memili Lapis, jika bukan karena mode Pemburu Penyihir, Takeru tak akan dapat bertahan dari pertarungan hingga saat ini.

Meskipun dia mengalami depresi karena kelemahan daging dan darahnya, dia berdiri dengan punggung lurus dan meletakkan tangannya di kepala Kanaria.

Bahunya bergetar karena terkejut



“Kau benar-benar sesuatu. Seperti ini Aku tak akan bisa bertingkah seperti seniormu disini.”



Saat dia memujinya, pandangan Kanaria tak karuan, tapi dia tidak menyeka tangan yang membelai kepalanya. Dia sedikit tersipu, tapi tetap berdiri seperti dirinya.



“…J-Jangan menyentuhku. Itu gatal.”

“Oh, tak melihat pukulan yang datang. Jadi kau sudah bersikap lebih terbuka setelah bertarung bersama kah?”



Meskipun pukulan langsung datang setelah dia berkata demikian, Takeru menebaknya dan segera menghindar.



“Jangan percaya diri dasar botak!”



“Maaf maaf, salahku! Aku juga terlalu percaya diri!”



“Khh-----!”



“Ada apa denganmu, apa kau hewan liar atau yang lainya? Aku sudah minta maaf!”



Dengan senyum kecut, Dia berurusan dengan Kanaria yang mendekatinya mengayunkan pedangnya berulang kali.

Ketika dia sedang bermain di sekitar dengan juniornya. Sebuah suara mulai terdengar.



“----K-Kau bajingan jangan bergerak! Apa kau tahu apa yang akan terjadi jika kau menentang kami?”



Takeru dan Kanaria mengarahkan pandangannya pada Si Kacamata-kun yang sebelumnya terlupakan.

Begitu Kanaria melihat penampilannya, dia kagum dengan penampilan bodoh itu.

Kacamata menyandera Lapis, dan menempelkan tongkat sihir ke pelipisnya.



“Jika kau bergerak Aku akan membunuhnya…! Jika kau tidak ingin temanmu terbunuh jatuhkan senjatamu.”



Mendengar hal itu, Kanaria kehilangan motivasinya.

Di sisi lain, Takeru melangkah dan menatap ke arah Si Kacamata.

Melihat Takeru yang berbeda dari biasanya, lapis memanggilnya.



“Aku adalah Realic Eater. Aku tak akan bisa di hancurkan oleh penyihir sekelas dirinya.”



Dia berkata demikian untuk meyakinkanya. Tapi Si Kacamata tersenyum terhadap suatu hal.



“Ha-haha! Jadi begitu, sebuah Realic Eater! Miliku ini akan memberikan efek yang sangat besar pada benda organik sepertimu! Realic Eater tingkat ketiga akan sangat mudah di hancurkan dengan itu!



Meskipun Lapis menyipitkan matanya setelah di panggil kelas tiga, dia tidak memalingkan pandanganya pada Takeru.



“Semuanya baik-baik saja. Silakan mundur. Aku bisa kabur kapan saja.”



“……………….”



“….Apa kau mendengarku?”



Tak peduli bagaimana Lapis memanggilnya, Takeru tak berhenti berjalan ke arah mereka.



“J-Jangan datang kemari! Bajingan, apa kau tak peduli apa yang akan terjadi padanya?!”



Tak memperdulikan teriakan Si Kacamata, Takeru berdiri di depanya dan Sambil menyodorkannya dengan pipa besi di tangannya.

Kemudian bersiap untuk mengumpulkan kekuatan dari seluruh tubuhnya.



“..h-hei Takeru.”



Kanaria mencoba mendekat untuk menghentikanya, tapi setelah melihat sikap Takeru. Dia tidak mengerti apa yang mencoba dia lakukan. Takeru mengumpulkan kekuatan sampai batas dan melotot tajam pada Si Kacamata.



“Teknik pedang dua sisi Kusanagi ------ Unicorn's Destructive Lance!”



Melepaskan kekuatanya, dan mengarahkanya pada Si Kacamata.

Terdengar suara ledakan di udara, dan ujung pipa berada dekat dengan Si Kacamata. Namun, tepat di depanya terdapat sesuatu yang mengahalanginya.

Sebuah didinding semi transparan berwarna merah berdiri di hapadan Takeru. Pipa besi yang menusuknya mulai terhenti.



“Ha…hahaha! Aku telah merentangkan sihir ini sebelumnya! Bodoh, itu adalah energi sihir yang begitu padat sehingga tidak akan pecah tak peduli berapa peluru yang menabraknya! Ini hasil latihanku untuk perang dengan Inkuisisi.”



Takeru menarik tubuhnya kembali, dan melepaskan dorong lain.

Sebuah celah muncul di dinding sihir itu, tapi tidak pecah.

Entah kenapa, ia bisa merasakan panas luar biasa dari pipa besi yang dipegangnya. Ketika dia melihat ujungnya, dia bisa melihat bahwa area yang terpapar pipanya bersinar terang. Rasanya seperti dilelehkan oleh panas.



“Milikku itu adalah “Heat Transfer”! tak peduli apapun itu, sihirku dapat membuatku mentransfer panas! Sebuah sihir pelindung sederhana yang dapat memberikan efek “Heat Transfer”! sekarang mundurlah! Jika tidak, Aku akan melelehkan Realic Eater ini!”



Tak memperdulikan omongan Si Kacamata, Takeru terus melepaskan dorong dari waktu ke waktu.

Pipa besi itu telah meleleh dan mencair, dan sudah sangat mustahil untuk di pegang. Namun, Takeru---



“-------Haaaaa!!!”



Kali ini melancarkan serangan pada dinding itu tanpa senjata apapun, dengan tangan kosong.



“Apaa…apa dia sudah gila?!”



Dengan Soumatou yang telah aktif dan menggunakan kekuatan penuh ototnya, Takeru mengeluarkan sebuah pukulan.

Tentu saja, panas di dinding membakar kulitnya dan tulangnya akan pecah karena dampak dan percepatannya.

Meskipun dapat di katakan demikian, pukulanya itu setara dengan peluru yang di tembakan oleh sebuah pistol.

Berkali-kali, Takeru terus menyerang satu titik yang sama dengan kecepatan yang tinggi.



“T-Tidak mungkim….hal seperti itu…”



Retakan yang sudah terlihat mulai menyebar pada dinding itu.

Setelah sebagian besar retakan itu menyebar, Takeru berhenti bergerak sembari tinjunya masih menyentuh dinding itu.

Dan sambil merasakan bau tanganya sendiri yang terbakar, ia menunduk.



“Kau adalah orang pertama yang memulai pertarungan ini….pertempuran yang mungkin tak sesuai dengan keahlianmu, Tapi kau harus membayar dan merasakan kepalan tanganku ini.”



“….hihh!!.”



“Bersama dengan harga dirimu itu-----“



Takeru menarik tanganya ke belakang dengan kekuatan penuh, dan sebuah tatapan tertuju pada Si Kacamata dengan tatapan mata iblis.

Dan,



“------Enyahlah dari Dunia ini!!”



Serangan kuat dan tak dapat dihentikan dan menghancurkan dinding pelindung, dan pukulanya itu menghantam pipi Si Kacamata.

Serangan langsung tanpa ampun, memecahkan rahang pipi Si Kacamata, dan mengehempaskan tubuhnya jauh ke belakang.

Terguling di tanah, kemudian menabrak dinding, daan setelah sedikit kejang dia berhenti bergerak.

Takeru menghela nafas pendek. Di lihat dari cara nya menghantam Si Kacamata, lehernya seharusnya tidak patah. Dan tanpa di ragukan laagi akan menyebabkan gegar otak parah, tapi nyawa Si Kacamata tak dalam bahaya.

Setelah menenangkan nafasnya, dia dengan lembut menaruh tanganya di pundak Lapis, yang berdiri dengan linglung.

Lapis menatap tangan Takeru yang ada di atas bahunya.

Kulitnya meleleh, dan tulang patah yang telah menusuk daging itu menonjol keluar.



“…Lapis, apa kau terluka?”



Ketika dia berkata demikian, Lapis menoleh dan melihat ke arah Takeru.

Takeru membuat ekspresi yang benar-benar lega.



“Apa kau idiot?”



“Itu mengerikan…”



“Sudah ku katakan padamu tidak ada yang perlu di khawatirkan. Aku tak bisa di hancurkan dengan sihir selevel ‘Heat Transfer’.”



“….Baiklah, Ku pikir aku tak khawatir akan hal itu.”



“Lalu kenapa. Aku tak dapat memahaminya, apa yang akan terjadi jika semua tidak berjalan dengan baik dan kau kehilangan tanganmu? Sementara Aku tak dapat mengalahkanya, dia tak akan dapat menghancurkanku. Kita hanya perlu menunggunya untuk menyerah.”



Meskipun Lapis mengatakan padanya bahwa dia tidak dapat mengerti, Takeru hanya tersenyum masam.

Dia menjawab pertanyaan Lapis ketika berdiri dengan rasa sakit di tanganya.



“Sederhana, aku tidak tahan kalau kau disakiti oleh sampah semacam itu, atau bahkan disentuh olehnya.”



Takeru menyentuh Lapis dengan tangaan kirinya.



“Kau adalah pedangku. Tidak…hanya pedang milik Ku kan? Aku merasa benar-benar kesal.”

“…..Itu…apa maksudmu…”



“Itu berarti aku mencintaimu. Itulah mengapa, Tak akan kubiarkan siapapun mengotorimu.”



Sesaat setelah dia berkata demikian. Lapis membuka lebar matanya, tertegun.

Maksud Ku bukan cara aneh seperti itu kau tahu? Takeru menambahkanya sambil tertawa.



“Dan, kau juga, maukah kau datang menolong Ku ketika dalam keadaan terdesak? Aku selalu di lindungi olehmu. Karena itu, terkadang aku ingin menjadi orang yang meelindungimu.”



Terlihat ekspresi Lapis telah mulai berubah.

Bagaimanapun, Saat Takeru menyentuh pipinya, dia bisa merasakan sesuatu seperti denyut nadinya. Dia menatap lurus ke pada Takeru.

Meskipun waktu terlihat seperti berhenti untuk beberapa saat, Anggota tubuhnya mulai gemetar dan mulutnya mulai terbuka.



“………….jadi…begitu.”



Saat ini, dia tidak mengatakan dia tak mengerti.

Takeru tersenyum puas. Akhirnya perasaan tidak enak ini mulai mencair. Karena dia salah sangka menganggap Takeru telah membuangnya, seharusnya dia memberitahunya bahwa dia sangat mencintainya sejak awal.

Tapi tidak apa-apa kalau ketegasannya yang kikuk itu berhasil.

Cinta, itu seperti perasaan yang dapat di mengerti oleh Lapis.

Dan sementara keduanya memandang satu sama lain secara halus.



“Ummm, ini bukan tempat yang bagus untuk main mata…..ayo, cepatlah dan perhatikan aku…!”



Mari berdiri di belakang dan melihat layaknya seorang iblis. Di belakangnya, ada Ananda dan Inia.



“Oh, Mari. Apakah Ananda dan Inia baik-baik saja?”



“Ngh, Aku melindungi mereka jadi mereka baik-baik saja….daripada itu, perlihatkan itu padaku!”



“Ya…itu menyakitkan! Ini buruk, apa yang harus ku lakukan jika aku tak bisa menyembuhkanya?”



“Tulangnya hampir terlihat tanpa daging…sungguh, apa kau idiot? Aku tak begitu pandai dalam sihir pemulihan jadi aku hanya dapat melakukan pemulihan darurat…Nah, ruang bantuan Sisi Timur sangat menakjubkan, mereka dapat melakukan regenerasi sell. Itu akan dapat menyembuhkanya, mungkin.”



Takeru meminta maaf ketika dia mendapat penyembuhan darurat dari Mari. Lingkungan sekitar telah tenang dan semuanya berjalan lancar.

Untuk meyakinkan bahwa tidak ada yang mati, Mereka secara anonim menghubungi ruang bantuan dan mengatur regu pertolongan pertama.

Mungkin, kelompok Sisi Barat tidak akan melaporkan kejadian ini. Mereka tidak akan mengungkapkan bahwa mereka dikalahkan oleh seorang Empty, bahkan jika mulut mereka terbelah.

Bagaimanapun, dengan kejadian ini Takeru mengubah pandanganya tentang kedamaian di Akademi Sihir.

Tempat terdamai hanya di Sisi Timur, dan diskriminasi yang tak henti-hentinya semakin merajalela di Sisi Barat. Melihat tempat ini sebagai tempat aman hanyalah ilusi belaka.

Setelah pertolongan pertama selesai Takeru berdiri dan menoleh ke belakang.

Jalan di Sisi Barat sangat sepi, tidak seperti bagian timur. Meski pemandangannya kuno dan tidak ada sampah di jalanan, rasanya sangat anorganik.

Orang-orang yang berdiri di bawah bangunan memandang Takeru dan menganggap bahwa mereka berbeda.

Mereka tidak dapat mengabaikan penghinaan dalam bisikan mereka, tidak ada yang bisa dilakukan bahkan jika mereka berpura-pura tidak mengatakan apa-apa.

Itu berbeda dengan ketakutan para penyihir di dunia luar.

Di sisi dalam Dunia, penghinaan terhadap manusia terus merajalela.



“…Ayo kembali. Sepertinya akan buruk jika kita tetap di sekitar sini.”



Takeru dan yang lainya meninggalkan tempat itu dengan buru-buru.

Dengan cepat mereka meninggalkan perbatasan antara Sisi Barat dan Sisi Timur



“…………………”

Sementara itu, Lapis menatap tajam ke punggung Takeru.



Share Tweet Share

0 comments

Please wait....
Disqus comment box is being loaded