“---Hn, hn, Hmmn, hn~.”
Ada seseorang ditengah kegelapan yang berwarna hitam legam. Tidak——lebih tepatnya, ditengah lautan bintang.
Hoshimiya Mukuro melayang pelan, rambut panjangnya menari-nari bersama kilauan cahaya yang redup dan keanggunan yang lemah gemulai.
Diatas kepalanya ada angkasa Stygian yang tidak terbatas. Dibawah pandangan matanya ada sebuah benda angkasa berwarna biru yang memproporsikan angkasa itu sendiri.
[Note : Stygian : ini adalah istilah dalam mitologi Yunani yang berhubungan dengan akhirat]
Benar. Setelah ia mengucapkan salam perpisahan dengan Shido, Mukuro membuka gerbang diudara menggunakan <Michael> dan sekali lagi berteleportasi ke tanah hampa yang dikenal sebagai ruang angkasa.
Mungkin karena itu, bukan berarti ia kehilangan minatnya pada Shido dan permukaan bumi. Lebih tepatnya bisa dibilang tempat mereka menghabiskan kencan mereka bersama itu indah sekali. Bagaimanapun juga——jika ada seseorang yang ingin merenungkan sesuatu, luar angkasa yang tenang berhasil memenangkan pilihannya.
“Tapi justru——“
Mukuro berbicara pada dirinya sendiri, mengarahkan pandangannya pada planet yang ada dibawahnya.
“Benar-benar iklim yang bagus. walau sering melihat dari jauh, belum pernah ada penyesalan——Muku memang setia.”
Dihari itu, dada Mukuro telah ditusuk dengan <Michael> palsunya Shido.
“Hehe, Shido memang layak mendapatkan rasa terima kasih dari Muku.”
Dia membungkukkan badannya kebelakang, merenggangkan tangan dan badannya.
Peregangan membuat pikiran seseorang menjadi bebas dari rasa khawatir. Tidak hanya itu, tapi pemandangan, pernafasan, dan cahaya matahari——setelah menolak dorongan eksternal untuk waktu yang lama, rasanya seperti ada seseorang yang baru saja menyerangnya.
Hanya saja ini adalah——
“... ...Hueh?”
Seketika, Mukuro memiringkan kepalanya.
Dengan teliti, di dunia ini dia sudah diberkati dengan begitu banyak kemegahan, jadi kenapa dia menyegel hatinya sendiri?
“Mmm... ...?”
Mukuro memeluk tangan dan kakinya, dengan tenang berputar sambil mengenang masa lalu. Tapi tidak peduli seberapa banyak usaha yang dia lakukan, tidak ada yang datang. Akhirnya, dia menyerah dengan kegagalan dan menghela nafas.
“Jadi, tidak berguna.”
Benar, yang lebih penting——ada urusan yang harus diutamakan dan perlu disetujui dengan segera.
Shido. Itsuka Shido. Laki-laki yang telah membuka segel yang ada dihati Mukuro dan memperkenalkannya dengan keindahan ini, dunia yang berwarna-warni.
Dan yang paling penting——dia adalah orang mencintainya dan demikian juga dengannya.
“Mn, hn, sungguh membahagiakan. Memiliki seseorang yang dicintai dan mencintai satu sama lain, tapi tidak bisa membuat kebahagiaan saat hari berlalu.”
Pemikiran Shido sangat sederhana, hati perawannya tersanjung lembut dengan semangat yang meluap-luap, sangat membahagiakan. Jadi perasaan ini yang Shido bicarakan sebelumnya.
Bagaimanapun juga, hanya ada satu rintangan yang harus dilewati.
Ketergila-gilaan Mukuro itu terlalu lembut, terlalu baik hati.
“Kemalangan akan menimpa Muku jika kenakalanku bekerja.”
Dia tersenyum manis, meskipun hanya sedikit, dan mengambil sebuah kunci besar <Michael> dari kekosongan.
***
——Setiap hari yang terisi penuh dengan kenyaman .
Setelah aku bangun tidur dipagi hari, Ayah, Ibu, dan Ane-sama bilang selamat pagi padaku.
Saat itu, aku belum mengetahui seberapa menyenangkannya memiliki anggota keluarga yang berada di sisiku ketika aku bangun tidur.
Membiarkan betapa membahagiakannya makan pagi bersama-sama.
Sebelum itu, ada satu hal yang lebih bernilai daripada sekedar kenyamanan.
Ane-sama yang mengikatkan rambutku untukku.
“——Rambutmu benar-benar cantik!”
Dia punya kebiasaan berbicara banyak ketika menyisir rambutku.
Dipuji oleh kakak tersayangku, aku sangat senang dan bangga. Aku selalu mengharapkan waktu-waktu seperti ini setiap hari dengan sepenuh hati.
Sebelum aku sadar, jari jemari Ane-sama sudah mengikat rambutku menjadi gaya dango. Dalam beberapa menit, kucing bingung yang baru bangun dari tidurnya melirik kearah gadis muda yang tengah bergembira. Ketika aku mendapatkan pengalaman pertama yang mengejutkan itu, aku percaya kakakku akan menjadi seorang pesulap.
Setelah memberitahunya tentang kesanku dengan nada yang riang gembira, dia terlihat sangat terkejut, hanya senyuman dari telinga ke telinga——kepalaku dielus lagi dan lagi dengan lembut seperti memetik senar yang ada di hatiku.
Lalu, kami makan sarapan pagi yang enak buatan ibu untuk kami dan selanjutnya berangkat sekolah setelah bertukar salam.
“Kami berangkat!”
“Hati-hati!”
Saat kami pulang ke rumah, ibu datang dan tidak pernah lupa menyambut kami.
“Selamat datang.”
Melihat langit di atap bersama dengan kakakku yang seorang pecinta bintang setelah makan malam adalah sesuatu yang pasti dilakukan setiap malam hari.
Selama musim panas yang membakar, kami memasang papan plastik yang kami gunakan untuk berbaring dan melihat langit yang penuh dengan bintang.
Ane-sama selalu menunjuk kesetiap titik yang berkilau di langit satu demi satu, menyebutkan nama dari setiap bintang dan juga tempat mereka berasal kepadaku.
Meskipun diriku yang masih kecil benar-benar tidak mengerti maksudnya, aku memperlihatkan tatapan senang pada Ane-sama yang dengan antusias menjelaskan konsep yang sepertinya belum bisa ku jangkau, jadi aku selalu kembali ke atap rumah saat malam datang.
Tidak lama setelah rasa ngantuk menyerang dan kesadaranku memudar, Ane-sama memaksakan senyumnya sebagai tanda maaf dan mengelus rambutku dengan lembut.
“Maaf atas keterlambatannya.”
Sepertinya aku tidur dengan sangat damai, diselimuti dengan kehangatan.
Rasanya seperti hanya sesaat, aku terbangun——hari yang baru sudah dimulai.
Hidup yang biasa ini, hidup bahagia yang tiada tara dan sangat menarik untukku.
Sekali lagi sambutan Ayah, Ibu dan Ane-sama memberiku kenyamanan yang tiada tara.
Keluargaku yang hanya milikku, ruang tambang kesendirian, disana ada orang-orang yang memcintaiku dan orang-orang yang aku cintai.
Saat-saat yang membahagiakan itu, diriku yang masih anak-anak selalu berpikir bisa bersama mereka selamanya.
Namun, hari dimana dunia berakhir datang lebih cepat daripada yang kuduga.
Tidak ada perubahan drastis yang terjadi. Itu bukanlah insiden sial dimana semua orang dikirim ke dunia lain, ataupun perpisahan itu karena keluarga yang jatuh berkeping-keping. Itu bukanlah pemandangan dari darah keluarga yang terambil dari mereka yang berada tepat dipenglihatanku.
——Hari itu.
Aku sangat menantikan hari itu. Karena, Ane-sama berjanji untuk membawaku ke Tenguu Tower.
Bagaimanapun juga, hari itu, dia juga membawa teman sekolahnya.
Benar. Seperti itulah.
Tidak ada hal penting yang lain, hanya halaman lain dari keseharian hidup.
Tapi itu tidak bisa diterima olehku.
Ane-sama seharusnya hanya menyayangiku. Dia seharusnya hanya menyayangiku.
Saudarinya, tanpa sepengetahuanku, dia bersenang-senang dengan temannya yang tidak kuketahui. Orang itu mengganggu dunia diantara kakakku dan aku.
Pemikiran ini membuat hatiku terkunci. Sangat menyakitkan. Sangat tidak bisa diterima. Tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa.
Aku mencoba menahannya sekuat tenaga, menahannya dan menikmati hari seperti yang lainnya.
Bagaimanapun juga, ketika aku melihat pemandangan di kejauhan dari menara observasi, teman kakakku berbicara padaku.
“Ne,******chan, rambutmu benar-benar panjang. Bukankah lebih baik jika membuatnya sedikit lebih pendek? Ne,******, bukankah kau juga berpikir demikian?”
Lalu, kakakku, mencoba mencari solusi, berpikir sejenak sebelum berbalik kearahku dan berkata:
“Un... ...benar. bukankah ini terlalu panjang? Bisakah kita memendekkannya dilain waktu.?”
——Ini bukan seperti mereka berdua menyembunyikan niat jahat.
Ane-sama dan temannya hanya memperingatkan bahwa panjang rambutku dipelihara hingga terayun-ayun dan juga saat aku berjalan, jadi mereka menyarankan begitu.
Tapi akibat dari kata-kata itu membuat hatiku terikat yang mana ikatan dan ancaman itu mebuatnya remuk. Aku kabur dari Tenguu Tower seperti saat hidupku tergantung pada itu.
——Aku tidak bisa berharap pada penderitaanku.
Ane-sama pernah bilang bahwa itu indah.
Ane-sama pernah bilang bahwa dia menyukainya.
Hanya sebuah kata sederhana dari temannya bisa membuat Ane-sama berubah.
Dengan kata lain, dia lebih menghargai orang lain daripada aku. Jika Ane-sama menemukan situasi dimana dia harus memilih antara temannya dan aku, dia akan memilih orang itu tanpa ragu.
Dugaan itu mirip dengan tinta yang menodai pakaianku, mengalir dengan deras, dengan kecepatan yang tidak bisa ditangkap.
Aku selalu mengakui bahwa Ayah, Ibu, dan Ane-sama sangat menyayangiku.
Tapi ketiga orang itu, sebelum aku muncul, selalu hidup di dunia ini——masing-masing dari merek menjaga hubungan interpersonal yang mereka rahasiakan dariku.
Ayah juga, Ibu juga, Ane-sama juga punya, tanpa sepengetahuanku, bergaul dengan orang-orang yang tidak kukenal, dan memegang pundak orang asing.
“Ugh... ... Ah... ...”
Ketika aku hampir mengingat kenyataan yang kejam ini, sakit, muntahan perasaan menyentak dadaku.
Hatiku, hanya mengetahui tentang mencintai dan dicintai, akhirnya mengerti bahwa emosi ini adalah penderitaan.
Lalu, waktu itu——
***
“... ...Huh.”
Satu malam telah berlalu sejak kencan dengan Mukuro.
Shido bangun lebih awal seperti biasa.
Ini tidak seperti dia punya semacam hal yang aneh untuk dilakukan ataupun dibangunkan dengan paksa oleh alarm jam. Tadi malam, terganggu dengan kata-kata yang Mukuro tinggalkan saat dia pergi, Shido tidak bisa tidur nyenyak.
Selain itu, dia mendapatkan mimpi buruk yang mengerikan.
itu terjadi setelah jatuh dari langit dihari itu, benar-benar mimpi yang menyedihkan; hidup terlihat seperti mengingatkan apa yang terjadi padanya dengan detail yang sangat jelas.
Akhirnya, apa yang Shido dapatkan dirumah barunya bukanlah seorang kakak, tapi seorang adik yang imut.
“... ...Hm—— “
Kurang tidur menjadi bukti adanya gangguan dengan kondisi tubuhnya Shido. Meski begitu, tidur lagi setelah bangun juga perlu dilakukan.
Namun, jika dia tidak tidur lagi, memulai persiapan untuk sarapan menjadi jalan terbaik yang bisa dilakukan. Shido melihat jam dengan sekilas untuk mengkonfirmasi waktu sebelum dia menguap panjang dan beranjak dari tempat tidur.
Dia mengambil langkah menuruni anak tangga yang menuju lantai pertama, Shido membasuh wajahnya dan bersiap mengganti bajunya, setelah itu dia memakai seragam tempur laki-lakinya——apron itu melambangkan kemahiran Shido dalam hal memasak sarapan pagi.
Lalu, tidak sadar akan waktu yang telah berlalu, tepatnya ketika bau yang enak dari ikan yang dia goreng mulai menyebar, Shido mendengar suara langkah kaki yang datang dari lantai kedua.
Kelihatannya itu Kotori yang baru bangun dari tidurnya. Dia mengatur pencarian Mukuro dan mengawasi datanya tadi malam, melanjutkan pekerjaannya di Fraxinus sampai larut malam. Kelelahan masih melekat di tubuhnya melebihi apa yang dia rasakan.
Kotori mengusap matanya sambil berjalan pelan menuruni anak tangga seperti zombie. Shido memaksakan senyumnya, melambaikan tangannya untuk menyapanya.
“S-Selamat pagi, Kotori.”
“Un... ...Selamat pagi... ...”
Tiba-tiba.
Saat dia menyelesaikan perkataannya, Kotori seperti menyadari sesuatu, lalu dia membuka matanya dengan lebar——
“Kyaaaaaaaaaaaaaa!?”
Teriakan keras keluar dari mulutnya.
“... ...!A-Ada yang salah... ...!?”
Shiddo tidak bisa melakukan apapun selain menutup telinganya dengan tangannya, diserang tatapan bingung dari adiknya.
“Ada apa, Kotori, apa ada sesuatu yang terjadi?”
Bagaimanapun juga, meskipun dia menolak untuk menjawabnya, Kotori melirik Shido dengan tatapan yang tajam.
Lalu, dia mengeluarkan suara peringatan yang sangat emosinal.
“Siapa kau? Kenapa kau ada di rumahku!?”
Pernyataan yang berebihan itu melebihi apa yang dia perkirakan.
“..............................Hah?”
Matanya Shido menyusut menjadi 2 titik kecil.
Itu sangat wajar, pertanyaan itu langsung membuatnya bingung. Kenapa dia ada dirumahnya; sungguh pertanyaan yang membuatnya kehilangan kata-kata. Tidak peduli apapun itu, Shido sudah tinggal dirumah itu lebih dari satu dekade. Meskipun mereka tidak punya hubungan darah, mereka masihlah kakak dan adik.
“... ...Guh, apa yang kau katakan, Kotori?”
Shido mengerutkan wajahnya dan mencoba mendekatinya, hanya untuk mendapatkan terikan dari gadis yang mungkin akan membawanya ke rumah sakit.
“Jangan mendekatiku! Aku akan memanggil polisi!”
“Eh... ...”
Heran, Shido mengusap keringat yang datang dari dahinya.
Apa yang Kotori lakukan; ini sudah terlalu berlebihan hanya untuk sekedar candaan. Dengan kata lain——
Tepatnya ketika dia sedang memeras otaknya, Kotori mengambil ornamen acak dari sebelahnya dengan segera.
“Kau... ...kenapa kau berdiri disitu dengan bingung! Ku bilang pergilah ke neraka... ... pergi dari sini sekarang!”
“Uwah!?”
Kotori melemparkan ornamen yang ada ditangannya kearah Shido tanpa ampun. Shido langsung menyingkir untuk menghindari serangan itu.
“H-Hey, itu berbahaya——“
“Diam! Pergilah!”
Kotori menjerit dengan histeris, mengambil proyektil lain untuk dilempar.
Meskipun dia tidak punya petunjuk untuk menjelaskan perbuatan Kotori, Shido tahu perkataannya tidak akan mampu mencapainya dengan baik. Dengan sekejap, dia mengambil tas dan jaketnya, melarikan diri dari tempat itu.
“Guh,, hya!”
“Ahh! Hey, berhenti!”
Tadi dia memerintahkannya untuk pergi dari pandangannya, sekarang dia melarangnya untuk lari. Dia bilang sekarang bukanlah saatnya untuk menyampaikan alasan dengan cara yang riang. Shido menangkap sepatunya yang berada diteras dengan lesu, melarikan diri dengan kaki telanjang.
“Hah... ...Hah... ... Hah... ...”
Setelah berlari untuk sementara waktu dan mengkonfirmasi ketiadaan pengejaran apapun dari Kotori, akhirnya Shido bisa menghela nafas lega. Sambil menstabilkan pernafasannya dan mengambil apronnya, Shido menggantinya dengan seragam sekolahnya.
“Benar-benar... ...ini sangat tidak beralasan meskipun dia tidak mendapatkan tidur yang cukup. Kakakmu akan menangis!”
Shido menggaruk wajahnya saat dia berbicara pada dirinya sendiri, berjalan melewati rute yang biasanya.
Ini adalah bulan pertama dari tahun yang baru. Sebenarnya, hanya mengenakan jaket membuatnya merasa seperti mati kedinginan. Jika kondisi ini terus dibiarkan, Shido harus kembali ke rumahnya untuk sementara waktu dan mengambil pakain musim dinginnya untuk melindunginya dari serangan cuaca.
Meski begitu, karena ada kemungkinan Kotori akan mengamuk lagi, tidak pergi ke rumah kediaman Itsuka untuk sementara waktu adalah pilihan terbaik. Untungnya dia tidak menelfon polisi setempat, kemarahannya mungkin akan membuat beberapa rumor dan fitnah di lingkungan sekitarnya.
Orang lain akan melupakan gosip itu kurang lebih sekitar 75 hari, tapi untuk Shido yang sekarang, dia akan terjebak dalam lingkarang hukuman yang kejam hanya untuk sebuah gosip lain yang tersebar sebelum waktunya berakhir. Dia berharap dia bisa menghindari datangnya kritikan kejam sebanyak mungkin.
“Ku pikir aku tidak bisa melakukan apapun... ... untuk saat ini lebih baik aku pergi ke sekolah.”
Shido membicarakan ucapannya yang tertinggal, menderita karena udara dingin yang menusuk tulang sambil menggigil saat dia berjalan dengan susah payah diperjalanan menuju sekolahnya.
Lalu, setelah bersin beberapa kali dn berjalan beberapa menit, akhirnya Shido tiba di SMA Raizen.
Shido melepaskan sepatunya dan menggantinya dengan sepatu indoornya. Pergi menuju ruang kelasnya, dia menempatkan tasnya diatas meja dengan gerakan yang biasa, dan menarik kursinya sebelum dia duduk.
“.............Hn?”
Menghembuskan nafas besar di dalam ruangan yang hangat, Shido merasakan sebuah tanda bahwa ada sesuatu yang salah.
Terus terang, ini seperti dia baru saja memasuki ruang kelas yang salah karena suatu alasan. Teman-teman sekelasnya yang berada ruangan itu dari tadi mengarahkan pandangan bingung kearahnya, sambil membicarakan sesuatu diantara mereka.
“Apa yang salah... ...?”
Shido memiringkn kepalanya, mengamati pakaiannya sendiri untuk melihat jika ada sesuatu yang salah, apa sampai sekarang dia memakai celana piyama sewaktu dia meninggalkaan rumahnya karena diserang, atau dia memakai sepatu secara terbalik.
“Hm... ...”
Bisa jadi, saat cuaca dingin begini, tidak menggunakan mantel dan pergi ke sekolah sambil menggigil adalah kebiasaan yang tidak biasa?
Shido mengambil solusi untuk saat ini, mengambil alat tulis dan buku catatan dari tasnya.
“Ho~Hoho~Hohoho! Hukehkehkeh......”
Saat itu, mengeluarkan rangkaian suara sengau yang aneh, seorang lelaki yang membentuk rambutnya menggunakan pomade memasuki ruang kelas.----dia adalah temannya Shido yang sedikit eksentrik: Tonomachi Hiroto.
“Ooh, Tonomachi.”
“Hm? Aah, pagi, teman sekelas.”
Shido berdiri dan memanggil namanya, dan Tonomachi membalasnya dengan gaya bicaranya yang tidak karuan.
Tetapi.
“Lama tidak berjumpa, huh? Aku heran sudah berapa lama itu... ...Ah, maafkan aku, aku agak lancang menuju padamu. Maaf, tapi siapa kau?”
Ekspresi yang ada di wajah Tonomachi menjadi terlihat khawatir saat dia berbicara sampai dia menundukkan kepalanya untuk minta maaf. Shido tidak bisa bicara sama sekali, melebarkan kedua matanya.
“Hah?”
“Yah, aku benar-benar minta maaf soal ini. ... ...Ah, apakah kita pernah bertemu satu sama lain di karaoke sebelumnya? Saat itu ada banyak orang jadi aku tidak bisa mengingat---“
“... ...Tidak, tidak, tidak, apa yang kau katakan, Tonomachi? Ini aku, Itsuka Shido. Bukankah kita selalu menjadi teman sekelas?”
Shido mengerutkan alisnya, tapi saat ini Tonomachi beralih menunjukkan menunjukkan ekspresi kebingungan.
“Teman sekelas... ...? sejak kapan?”
“Tonomachi... ...?”
Melihat respon temannya, sekali lagi Shido mengerutkan alisnya. Tentu saja, dulu Tonomachi terkadang bercanda dengan seseorang untuk menunjukkan kemampuannya, tapi dirinya yang sekarang dengan tegas memberikan kesan yang berbeda dibandingkan dengan yang dulu. Jujur, itu hanya bisa terjadi jika saja dia benar-benar lupa tentang Shido.
Jika kemampuan akting Tonomachi bisa berkembang jauh secara drastis tanpa Shido ketahui, itu artinya... ...
Shido melirik kesekelilingnya, memanggil teman-temannya yang ada di ruangan itu.
“Um, Yamabuki, Hazakura, Fujibakama.”
“Haeh?”
“Hueh?”
“Hoeh?”
Menanggapi perkataan Shido, tiga orang gadis yang sedang ngobrol didekatnya mengangkat kepala mereka untuk berpikir——gadis tinggi dan semampai yang memakai seragam yang sengaja disobek, gadis dengan tinggi medium yang sama sekali tidak memiliki perbedaan yang mencolok, bersama dengan gadis mungil yang memakai kacamata. Mereka dikenal sebagai trio kelas 2-4, Ai, Mai, dan Mii.
“Tonomachi masih bicara omong kosong... ... kalian bertiga mengenalku, kan?”
Setelah Shido bertanya begitu, trio itu memandang satu sama lain dan lalu memandangnya dengan penuh keraguan.
“... ...Ugh, siapa dia?”
“Uwah, apakah dia nembak kita? Payah sekali——“
“Mungkinkah musim semi sudah datang——siapa yang kau incar? Siapa?”
Ai, Mai, dan Mii langsung berdiri, membuat kehebohan.
Namun sebaliknya, semua warna yang ada diwajah Shido kini memudar menjadi pucat.
“Kau tidak... ...mengenalku... ...?”
Mengeluarkan suara kering, suara yang layu, pandang sekitar Shido menjadi hampa. Masih tidak berguna, tidak ada bedanya dengan Tonomachi dan trio Ai, Mai, & Mii. Tidak hanya itu, tapi para murid yang lain juga memandangnya dengan terkejut.
Ini jelas situasi yang tidak normal yang dia temukan sendiri. Apakah Shido belum bangun dari mimpinya, atau apakah seluluh teman sekelasnya sedang bercanda dengannya... ...jika begitu, mereka tidak akan melakukannya tanpa alasan. Shido merasa bahwa dirinya sedang tersesat disebuah tempat yang sangat familiar dengannya.
Lalu——
“Hoho, selamat pagi semuanya!”
“Selamat pagi.”
Saat Shido sedang terkurung dalam penjara kebingungan, dua orang gadis muda memasuki ruang kelas. ——Mereka adalah Tohka dan Origami.
“... ...!”
Shido baru saja mengenali sosok merekaa dan pergi kearah mereka, dia berencana mencari pertolongan pada mereka berdua.
“N-Ne! Tohka, Origami!”
“Hoho!? A-Apa yang kau lakukan? Jangan menakutiku seperti itu.”
“.........”
Tohka sedikit terkejut, sedangkan Origami mempertahankan ketenangannya saat dia menhadap kearah Shido.
“A-Aah... ...Maaf. tapi dengarkan aku, kalian berdua. Semua orang dikelas bertingkah aneh. Tidak... ...tidak hanya itu. Apakah Kotori juga tertidur dengan agak aneh——?”
“Muu... ...?”
Meskipun Shido melepaskan semua keluhannya, Tohka mengerutkan alisnya dengan ekspresi yang bingung.
Sungguh, reaksi itu membuatnya merasakan sebuah ilusi meskipun hatinya memaksanya untuk tetap kuat.
Urat nadi Shido mulai berdebar kencang dan kencang lagi karena kecurigaannya mulai terbukti kebenarannya. Keringat dingin sebesar manik-manik mulai keluar dari atas kulit diseluruh tubuhnya. Sebuah sensasi yang mirip dengan pusing menginvasi tubuhnya mulai dari kepala hingga ujung kakinya, rasa terancam mulai membanjiri anak laki-laki ini dan seterusnya. Prasangka buruk membanjiri pikiran Shido.
Tapi, Tohka dan Origami tidak merasakan keadaan sulitnya saat ini dan melanjutkan perkataannya tanpa peringatan.
“Aku minta maaf, tapi aku tidak mengerti apa yang kau katakan... ...?”
“Siapa kau sebenarnya?”
“..........”
Keduanya menjawab tanpa perasaan, kata-kata yang kejam.
Shido hanya bisa berdiri ditempat dengan lesu dari awal sampai akhir.
***
Saat ini satu jam telah berlalu sejak tengah hari. Matahari, yang seharusnya sudah naik kepuncaknya beberapa waktu yang lalu, tertutup oleh lapisan awan yang tebal, menghalangi semua cahaya yang bisa menghangatkan tanah.
Hembusan angin yang dingin menghilangkan suhu tubuhnya Shido sedikit demi sedikit. Dia mengeluarkan nafas berat, menghirup untuk yang kedua kali melewati hidungnya, dan menyentuh bahunya.
Saat ini Shido tidak berada di ruang kelas SMA Raizen, tapi berada di luar apartemen yang berada disebelah rumah kediaman Itsuka——tepatnya, dia berada diseberang jalan dimana dia bisa melihat bangunan itu dengan jelas. Dia menyembunyikan tubuhnya dari pandangan dibalik tiang listrik, mengangati blok perumahan itu dengan teliti.
“... ...!”
Tanpa peduli seberapa lama Shido berkeliaran, pintu apartemen itu terbuka, dan dua gadis manis keluar. Salah satu dari mereka adalah gadis penurut yang memakai topi imut di kepalanya. Dia memakai mantel gemuk dan sebuah boneka kelinci berada di tangan kirinya. Yang satunya memakai pakaian sederhana dan syal yang melilit di sekeliling lehernya. Gadis ini sepertinya memiliki suasana hati yang agak tidak nyaman dilihat dari ekpresinya.——Mereka adalah Spirit yang tinggal di apartemen itu, Yoshino dan Natsumi.
“... ...Uah, aku mati beku. Nafasku sangat putih.”
“Fuuu... ...Benar. Ha——“
“Hihi---! <Nafas Putih>!”
Merespon perkataan Natsumi, Yoshino mengeluarkan gumpalan lingkaran putih di udara, dan, menanggapinya, Yoshinon si boneka kelinci memutar tubuhnya. Yoshino tertawa senang.
Namun sebaliknya, ekspresinya Natsumi terlihat sulit dimengerti... tapi, lebih tepatnya dia merajut alisnya dengan ketidaknyamanan.
“... ...Um, Yoshino? Maukah kau pergi denganku untuk membeli barang, kau tahu? Ini bukanlah kesepakatan yang besar, dan jika kau kedinginan... ...”
“Itu tidak benar, jangan khawatir. Aku bisa mengatasi kedinginan ini dengan baik. Dan——“
Yoshino menanggapinya sambil menggenggam tangan Natsumi, dia memasukkannya kedalam saku yang ada dibajunya.
“Hya?”
Mungkin dia kaget karena aksi Yoshino yang spontan itu, Natsumi berteriak karena terkejut.
Yoshino memerah sebelum mengatakannya dengan malu-malu.
“Eh... ...begini lebih hangat.”
“Um... ...yeah... ...”
Natsumi malu, wajahnya ratusan kali lebih bingung dibanding ekspresi Yoshino. Apakah ini karena jumlah keringatnya meningkat atau yang lainnya, Natsumi merenggangkan syalnya sedikit dengan tangannya yang masih bebas untuk membiarkan angin dingin membelai lehernya.
“... ...Haha.”
Menonton adegan itu bisa membawa senyum diwajah semua orang sewaktu-waktu, Shido hanya bisa melepas pojokan bibirnya.
Tapi Shido langsung mengingatkan dirinya. Benar. Sekarang bukan saatnya untuk memata-matai dari jauh.
Dia menarik dirinya sendiri sambil menguatkan wajahnya, berlari dari balik tiang listrik dan melompat kebelakang sepsang gadis itu.
Lalu, dia menahan kegelisahan yang mengganggu hatinya dan berteriak.
“Yoshino, Natsumi! Dan Yoshinon!”
“Eh... ...?”
“A-Apa maksud semua ini... ...”
“Uwaha——! Kau mengagetkanku disiang hari——!”
Memandangi kemunculan Shido yang mendadak, mereka berdua memperlihatkan ekspresi bingung. Shido mengambil nafas dalam dan melanjutkan.
“Soal itu, kalian berdua, apakah kalian masih mengingatku?”
Dia menggenggam tinjunya dan bertanya dengan sungguh-sungguh. Namun——
“Uh, itu... ...maaf, tapi aku juga tidak tahu siapa kau.”
“... ...Aku juga. ayo pergi, Yoshino, Yoshinon.”
“Aha——Maaf soal itu nak, bisa kau temukan orang lain untuk ditanya?”
Hasilnya sudah keluar. Setelah Yoshino dan Ntasumi memperlihatkan keraguan mereka, keduanya mempercepat langkah kaki mereka melewati Shido.
“Ah... ...”
Shido belum pernah mengulurkan tangannya kearah mereka sebelumnya, hanya untuk jatuh berlutut ditempat itu, tidak bergerak.
“Ini bukan candaan... ...ada apa dengan ini... ...”
Heran, dia memaksakan kata-kata itu keluar.
Setelah menyadari bahwa Tohka dan Origami adalah orang asing baginya, rasa heran yang tidak diketahui dan ketidakberdayaan menyerang seluruh tubuh Shido saat dia ngotot bertanya pada Spirit yang lain apakah mereka masih mengingatnya.
Kaguya dan Yuzuru dari kelas sebelah 2-3 memiliki ekspresi terkejut yang sama dengan Tohka. Nia, yang tinggal di lantai atas apartemen yang ada di kota, memandang Shido sebagai fans yang kurang sopan dan menghantamkan pintu ke wajahnya——disisi lain, Miku, saat mendengar suaranya, dia berteriak, “Kyaaaaa!? Ada panggilan dari orang asing!?” tidak ada lagi kontak yang terjadi setelah itu.
Dia sudah mencoba semua yang dia bisa, dengan pilihan terakhir dari harapannya yang tersisa, Shido datang menemui Yoshino dan Natsumi... ...hasilnya tidak beda jauh dengan yang lainnya. Shido menggaruk rambutnya dengan lemas.
Tidak ada yang berubah dibanding kemarin. Semuanya sudah diperkirakan. Pemandangan yang Shido lihat tidak berbeda dari yang ada diingatannya.
Kecuali satu hal. ——Para Spirit bersama dengan teman-temannya, semuanya melupakan segala hal tentang Shido. Aspek tunggal ini menghasutnya kedalam rasa bingung yang teramat sangat bagaikan dia sudah dilemparkan ke dunia paralel.
“Sial... ...’Tidak kenal aku’. Ada apa dengan ini!? Seseorang, semua orang, adakah seseorang yang mengenalku... ...?”
Shido menyandarkan dahinya dengan tangannya saat dia merenung seperti hidupnya bergantung pada itu. Namun, satu-satunya orang yang tersisa adalah Spirit terburuk, Tokisaki Kurumi, yang keberadaannya tidak diketahui dimana; musuhnya Shido, DEM, Westcott dan Ellen; bersama dengan Spirit yang menghilang dihadapan Shido tanpa meninggalkan petunjuk apapun——
“——“
Seketika.
Shido sedikit menahan nafasnya.
Dia memanggil nama yang muncul dipikirannya dengan bibir yang gemetar.
“Mu...kuro... ...”
Tepat sekali. Mukuro. Hoshimiya Mukuro. Spirit yang memiliki Angel berbentuk kunci <Michael> yang mampu menyegel hampir semua hal yang ada.
Kekuatannya tidak bisa dilihat dengan mata telanjang dari jauh. Kenyataannya, Mukuro bisa menggukan kemampuan itu untuk menyegel hatinya sendiri.
Itulah alasan Shido memanggil namanya, bukan karena mungkin dia masih memilikinya di dalam ingatannya.
“Muku berpikir. Nushi-sama tidak perlu mengatakan hal lain. Cukup percayakan semuanya pada Muku.”
Kalimat yang dia tinggal ketika mereka bersama kemarin bergema didalam kesadarannya Shido.
Sampai sekarang, Shido belum menyadari apa arti yang ada dibalik kata-kata itu, dan fenomena tidak masuk akal menimpanya saat ini saling berkaitan menjadi kutipan dengan sempurna didalam pikirannya.
Hanya dengan menempatkan segel tak terlihat di dalam hati, Angel <Michael>, yang berbentuk kunci, bisa menyegel emosi target.
Shido curiga jika kemampuan itu bisa disalurkan juga pada ingatan seseorang.
“Apakah... semua ini ulahmu, Mukuro... ...!?”
Shido menekan mulutnya, ekspresinya perlahan mulai diterobos rasa takut.
Tentu saja, ini hanya perkiraan. Tidak ada bukti kuat ataupun sebuah dasar untuk spekulasinya; ini hanyalah dugaan dengan imajinasinya Shido sebagai dasarnya.
Namun, sebuah kejadian tidak masuk akal tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Jika memikirkan bahwa disana ada Spirit yang menarik benang dari balik bayangan, nama Mukuro tanpa ragu bisa disebutkan.
“... ... ... ...”
Shido mengangkat kepalanya dengan diam. Dia mengulurkan tangannya kearah tembok, mengatur tubuhnya dengan tegak dan mendesahkan bisikan pelan.
Tentu saja, Shido menemukan dirinya berada di situasi yang membingungkan, jika dia kehilangan arahnya. Meski ingin mengkonsultasikan keluhannya dengan seseorang, dia hanya akan menemukan skenario terburuk yaitu tidak ada seorangpun yang mengingatnya. Kenyataannya, dia sedang berada dalam Dead End.
[Note: Dead End : kalian para pemain game, terutama game VN pasti taulah apa itu Dead End]
Namun, di dalam pikirannya memancar hipotesa yang membawanya memperoleh jalan keluarnya.
Tidak ada gunanya berbicara, kemampuan Mukuro itu sangat besar. Namun menyingkirkan seluruh keanehan yang terjadi sendirian itu sangat jauh berbeda dengan menyimpulkan siapa kira-kira pelaku yang mmicu semua ini.
Benar. Jika Mukuro tidak ragu menyegel ingatan semua orang dengan kekuatan <Michael>——
“——<Haniel>!”
Shido dengan cepat mengamati sekitarnya untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang ada di dekatnya, dan dengan menutup matanya, dia memanggil nama Angel itu setelahnya.
Menyetujui pemanggilan itu, sebuah Angel berbentuk sapu tercipta di tangannya. Shido menghirup nafas dengan cepat, mengumpulkan keberanian, dan mengucapkannya sekali lagi.
“<Kaleidoscope>... ...!”
Merespon suaranya Shido, <Haniel> memancarkan sinar putih muda, penampilannya terus berubah menjadi clay.
Setelah beberapa detik berlalu, tongkat berbentuk kunci yang besar tercipta.
Tepat. Dulu Shido pernah menduplikasi <Michael> dan, dengan itu, dia membuka segel yang sebelumnya menyegel hati dan jiwa Mukuro.
Angel menjawab harapan tuannya. Jika para Spirit melupakan Shido karena percabangan <Michael>, bisakah melepas segel ingatan mereka dengan cara yang sama bisa membawa efek yang sama?
——Namun.
“Eh... ...?”
Saat Shido menjaga posturnya dalam menggenggam <Michael>, seluruh tubuhnya membeku dan memjadi kaku, dia mengeluarkan suara yang kasar.
Namun, sesuai dugaan.
Disisi kanan <Michael> palsu yang dia genggam di tangannya, miniatur gerbang mulai terbentuk di ujung depan lalu sebuah kunci besar muncul menembusnya, menusuk <Michael> palsu.
“I-Ini adalah——“
“——<Lock-Segva>!”
Shido melebarkan matanya karena terkejut. Lalu, sebuah suara yang rasa-rasanya pernah dia dengar menggema disuatu tempat, dan, dengan suara gemerincing, kunci besar itu masuk ke dalamnya.
Dalam sekejap mata, <Michael> palsu yang digenggam Shido hancur dengan perlahan. Muncul cahaya yang bergelombang saat kembali menjadi bentuk asalnya, <Haniel> sebelum akhirnya berpencar menjadi partikel cahaya lalu memudar menjadi ketiadaan.
“Ah——“
Shido memandangi tangannya yang kosong dengan mata yang lebar.
Lalu, dia melemparkan pandangannya kearah ujung dari kunci yang mengambang di udara, lalu mengeluarkan suara yang gemetaran.
“Mi-<Michael>... ...”
Menanggapi suaranya, gerbang yang terpecah di ruangan itu mulai melebar secara perlahan——
Sambil mengikutinya, seorang gadis terbang keluar dari dalam celah.
Dengan rambut pirang seperti bulu domba berwarna emas yang digulung memutari lehernya dan dihias dengan pakaian yang desainnya mirip dengan milik Kotori, dia adalah gadis muda yang ukuran tingginya sedang cenderung kecil.
——Hoshimiya Mukuro muncul.
“Mukuro... ...”
“Muahaha, sangat cocok dengan kebijaksanaan orang berkelas seperti Nushi-sama, yang telah membuat hati Muku berdebar kencang. Sesuai dengan namamu, Nushi-sama.”
Gadis itu memperlihatkan senyuman tipis. Shido hanya bisa membayangkan kata-katanya saat dia ketakutan.
Dengan singkat, Mukuro memperhitungkan kemungkinan bahwa Shido akan mengubah <Haniel> menjadi <Michael> dan membuat pergerakan untuk melepas segel di ingatan semua orang.
Tidak perlu memikirkan alasan lainnya. ——Untuk menutup kekuatan yang dilepaskan Shido agar dia tidak dibiarkan melepas segel ingatan para Spirit yang lain.
Pernyataan dan tindakan Mukuro telah membuktikan hipotesisnya Shido.
“Mukuro... ...Jadi kau adalah orang yang telah mengubah ingatan semua orang!”
“Hmm, itu juga. benarkah, ay?”
[Note : entah “Ay” disini maksudnya apa, perkataannya Mukuro terkadang sulit dimengerti, bahasa yang dia pakai seperti sastrawan dan cenderung kuno yang bikin aku pusing bolak balik kamus ama tanya mbah google tapi juga ikut pusing]
Mukuro berdiri dengan bangga sambil bertolak pinggang, yang membuat Shido mengerutkan alisnya dan berteriak.
“Kenapa! Kenapa kau melakukan hal semacam itu!?”
“Kenapa? Hueh. apakah pertanyaan menyimpang itu sungguhan.”
Wajahnya mengatakan segala hal tentang ketidakpeduliannya dengan senyuman riang yang tampak diwajahnya.
“Dengan demikian, Muku dan Nushi-sama bisa mengasingkan diri dengan yang lainnya. Nushi-sama tidak perlu memikirkannya terlalu jauh. Mencintai selain Muku sambil dikawal kerakusan dan keserakahan sudah cukup sebagai gantinya.”
“Ap... ...!?”
Shido kaget, sampai tidak sanggup bernafas.
Ucapan gadis yang ada di depan matanya dan penyamaran manis yang ada di wajahnya membuatnya mencolok, keganjilan yang tegas, langsung melemparkan Shido pada kekacauan.
Shido adalah laki-laki yang sudah menyegel beberapa Spirit sebelumnya. Hari ini, dia bertemu dengan banyak krisis pahit dan hubungan yang kompleks, memiliki pengalaman mengerikan dan dendam menakutkan dari para musuhnya.
Namun——saat ini berbeda.
Gadis yang ada di depannya sangat berbeda dibandingkan dengan Spirit dan orang-orang yang pernah dia temui sampai sekarang.
Spirit terburuk, Tokisaki Kurumi, menimbulkan ketakutan dihati orang-orang. Dengan wajahnya yang haus darah dan kesombongan yang tak berujung, Shido hanya bisa diam.
Sama dengan saat berhadapan dengan Westcott dan Ellen dari DEM Industries, Shido juga merasa takut. Sebelum kekejaman, dendamnya meluap, Shido membatu ditempat.
Namun, Mukuro tidak memiliki rasa haus darah ataupun penyakit.
Jika dilihat dari ekspresinya——Sangat murni, kebaikannya bukanlah kepalsuan; dan cinta.
“Lo, Nushi-sama.”
Mukuro menunjukkan senyuman tenang, bibirnya mulai bergerak.
“Apakaah engkau mencintai Muku?”
Dia mengucapkan kata-kata yang imut dan tanpa dosa.
Namun Shido kehilangan semua kata-katanya.
***
“A-Angh! Sudah lama sekali, Teman-temaaaaaaan! Sejak kita berpisah, aku tidak bisa berhenti memikirkan tentang kaliaaaaaaan!”
Tengah hari dihari hari libur. Tap tap tap tap... ... dengan cepat melangkah di koridor sambil mengeluarkan gema, salamnya sudah menggema sejak awal. Miku meluncur menuju ruang keluarga di rumah kediaman Itsuka.
“Ugh——“
Kemunculannya mengirimkan rasa takut di tulang punggungnya Natsumi, melemparkan gadis kecil itu dari sofa saat dia berjalan dengan cepat menuju tempat tujuannya yaitu tempat persembunyiannya.
Natsumi kesal, namun, pergerakan cepatnya telah dikejar oleh Miku, bagaikan kucing yang mengunci tikus targetnya, lalu menerkamnya.
“Yaa!”
“Kyaa!”
Dipeluk dengan nafsu yang kuat dari Miku, disamping pernyataan kerasnya, Natsumi meronta dengan bingung dalam cengkramannya.
Melihat situasi itu, sang pemilik rumah, Kotori, mendesah.
“Apa yang harus ku lakukan denganmu, selalu saja membuat keributan? Ngomong-ngomong tentang perpisahan, bukankah kita baru saja bertemu kemarin?”
“Fu fu, stress berkurang haha houhohohoho ah nutrisi.”
“... ...Aku tidak mengerti sedikitpun dengan apa yang kau katakan. Pertama-tama singkirkan wajahmu dari perut Natsumi, lalu kita akan bicara.”
Kotori sedikit memukul saat meliriknya. Miku yang sudah puas, mengangkat kepalanya sambil ‘Pfha!’
“Isi ulang selesai——! Kelelahan hari ini sudah disingkirkan——!”
Mungkin itu hanyalah imajinasinya, tapi kulitnya Miku tampak lebih lembut dari sebelumnya. Disisi lain, Natsumi, yang tubuhnya telah ditandai dengan tanda yang cukup besar, sekarang sudah kabur sepenuhnya. Sungguh menakutkan!
Seorang vampir yang tidak pernah diduga muncul di area perumahan di kota Tenguu.
Kotori hanya bisa mengangkat bahunya saat dia mengarahkan pandangannya kearah ruang keluarga.
Para Spirit sekarang berada di ruang keluarga di rumah kediaman Itsuka. Tohka dan Origami duduk di dipan, sedangkan Yamai bersaudari tengah asyik bermain video game di TV. Yoshino sedang memeluk Natsumi yang lesu dan trauma berat, energinya sudah diserap habis oleh Miku. Meja makan sudah ditempati oleh Nia, yang sedang menggaruk kepalanya sambil mengamati notebook putihnya. Kelihatannya dia sedang memeras otaknya dengan naskah manganya.
Meskipun tidak ada kejadian khusus yang membuat semuanya berkumpul, kebetulan saja mereka sedang merasa bahagia, jadi semuanya langsung berkumpul di rumahnya.
Lalu, ada suara keras yang terdengar datang dari arah TV. Sepertinya itu adalah hasil dari pertarungan antara Yamai bersaudari yang ditentukan. Kaguya menundukkan kepalanya sementara Yuzuru membusungkan dadanya dengan bangga.
“Ah——!Hampir——! Tadi itu!? Ah——!”
“Menang. Meskipun sedikit berbahaya, ini adalah kemenangan Yuzuru. Sekarang Hidangan sampingan untuk makan siang adalah milikku.”
“Uguh!”
Sepertinya mereka sudah memasang taruhan. Kaguya terbaring dilantai karena tidak puas. Kotori menghela nafasnya sekali lagi.
“Aku tidak ingin menentang persaingan kalian, tapi camkan dibenak kalian untuk menjaga keseimbangan diet kalian.”
Setelah selesai bicara, Kotori melihat jam. 12 tepat. Sepertinya mereka berdua baru saja bilang, waktu makan siang sudah tiba.
“... ...Hm?”
Perasaan heran timbul dalam dirinya saat dia memikirkannya. Kebiasaan dari masa lalu, makanan seharusnya ada banyak yang tertata rapi di meja makan... ... tapi hari ini, persiapan untuk membuat makanan belum dilakukan.
“A-re? Ini aneh, bagaimana aku... ...Uh, ngomong-ngomong, apa aku bisa membuat makanan?”
Ketidak jelasan ini membuat Kotori mengerutkan alisnya. Saat itu, Yoshino mengangkat kepalanya dari balik badan Natsumi, memandangi Kotori dengan khawatir.
“Ada apa, Kotori-san?”
“Eh? Ah, itu... ...tidak ada. Aku hanya merasa lapar, hari ini ayo beli pizza.”
Berharap dengan tidak bersungguh-sungguh, Kotori mengatakannya, hanya Yamai bersaudari yang berteriak dengan gembira dibanding semuanya.
“Benarkah!? Jadi aku ingin Grand Banquet of Half Dead Poultry!”
“Menjelaskan. Kaguya ingin makan Roast Chicken Pizza.”
“Tepat sekali! Fufu——dan pizza yang tidak memiliki sisi samping——! Sungguh menyedihkan, Yuzuru.!”
“Menyangkal. Menghilangkan sisi samping akan menimbulkan efek. Tukar topping pizza Kaguya dengan kulit pizzanya Yuzuru.”
“Kulit pizza!?”
“Mangampuni. Disinilah bagian menyedihkannya: kau tidak akan mendapatkan bagian yang crispy dan garing, tapi hanya berupa roti dengan tekstur yang lembut.”
Yuzuru menghibur dengan suara penawaran palsu, memicu teriakan Kaguya.
“Kau bukan manusia——!”
“Memang. Aku adalah Spirit.”
Lalu, Yuzuru, setelah melihat tingkah depresinya Kaguya, dengan senang hati membatalkan judi mereka dan membiarkannya makan bagian pizzanya yang enak. Kotori mengangkat bahunya lagi, mengambil hp untuk memesannya.
“... ...?”
Dengan seketika, ada kesan bahwa ada sesuatu yang menghilang dari tempatnya berada yang langsung menyentaknya saat dia melihat kearah sofa dimana Tohka biasa duduk.
Meski begitu, Tohka tidak melakukan apapun, dia memeluk tangannya dengan ekspresi rumit yang tergambar diwajahnya.
Namun, itu bukan alasan yang sebenarnya. ——benar. Itu tidak bisa dipercaya saat bicara tentang memesan pizza, namun Tohka, dibiarkan menentukan pilihannya sendiri, dia tidak berdiri sambil bersorak dengan keras.
“Uh, Tohka. Ada yang salah? Kau boleh menolak jika perasaanmu tidak nyaman, ok?”
“... ...——Nuu?”
Saat Kotori bertanya, Tohka langsung sedih beberapa saat kemudian, diikuti dengan alisnya yang mengerut kejang.
“Ahh... ...maaf. Aku sedang berpikir.”
“Apa kau baru saja mengunyah sesuatu secara berlebihan... ...? Tohka? Ada yang lebih penting daripada pizza? ... ...tidak, bukan itu maksudku.”
Dia tanpa sengaja mengatakan sesuatu yang menusuk, mengkoreksi dirinya sambil gugup.
Tapi Tohka tidak memasukkannya kedalam hati——bisa dibilang pikirannya sudah terisi oleh suatu hal dengan urgensi yang lebih besar, yang membuatnya berpikir keras ditempat.
“Apa ada sesuatu yang terjadi? Padamu sehingga kau bertindak begitu jauh...”
“Muu... ...Tidak banyak, hanya saja aku bertemu dengan laki-laki aneh saat di sekolah kemarin.”
“Laki-laki aneh?”
“Umu. Seorang laki-laki yang tidak kukenal datang ke ruang kelasku, dan dia memanggil namaku dan Origami. Tap setelah kami memberitahunya bahwa kami tidak mengenalnya, dia terlihat sangat kesakitan dan pergi keluar... ...”
“Kira-kira siapa dia? Fansmu? Meskipun itu sangat aneh, apa kau menjadi sangat terganggu karena itu... ...”
Ketika dia mencapai titik itu, alis Kotori langsung tersentak sambil berteriak ‘Ah’.— tentang laki-laki yang diuraikan Tohka, Kotori juga sadar.
“Ada yang salah—?”
Memperhatikan perubahan ketegasan Kotori, Miku bertanya dengan ragu. Dengan satu tangan yang menyangga rahangnya, Kotori menjawab.
“... ...saat kau menyebutnya, aku juga bertemu pria yang mirip kemarin. Ketika aku bagung dipagi hari, aku melihat seorang laki-laki yang belum pernah kulihat sebelumnya membuat sarapan pagi di dapur.”
“Ehh!? Bagaimana bisa terjadi—! Film horor—! A-apa kau baik-baik saja, Kotori-san!”
“A-ah, aku langsung menyuruhnya keluar. Aku meminta Fraxinus untuk memperketat penjagaan mereka, jadi seharusnya baik-baik saja, kuharap... ...”
Saat Kotori menghentikan pidatonya, giliran Miku yang berteriak ‘Ahh’ sambil menepuk tangannya.
“Ada apa, Miku?”
“S-soal itu, aku juga menemuinya—! Kemarin, ada panggilan masuk yang tidak dikenal—! Lalu seorang laki-laki mulai bicara. Itu mengejutkanku—! Dan saat aku melihat di layak kontaknya, disana menampilkan ‘Darling’!? aku benar-benar tidak ingat pernah mencatatnya, jadi itu mengejutkanku sampai hampir mati—!”
Saat para Spirit mendengarkan cerita itu, satu persatu dari mereka mulai mengingat sesuatu, ekspresi mereka menjadi ragu.
“Ne, Yuzuru, soal itu, bukankah dia adalah orang itu?”
“Mengingat. Kami juga mendapat kontaknya. Seorang laki-laki mendesak masuk ke kelas kami sebelum kelas dimulai dan mengintrogasi kami dengan serius, ‘Apa kau masih mengingatku!?”
“... ...Ah——Rasanya seperti aku berada di kapal yang sama. Waktu itu, aku begadang semalaman untuk bekerja, lalu ada suara bel pintu *ding dong* *ding dong*. Aku pun mengusirnya lebih dulu.”
“N-Natsumi-san dan aku juga! sebelum kami pergi kemarin, seorang laki-laki asing menanyai kami... ...”
“... ...Ah—, hm, itu benar. Kami dibuntuti. Aku tidak tahu apa maksud semua itu. Sangat menakutkan saat aku memikirkannya... ...”
Sambil dipeluk Yoshino, Natsumi akhirnya membalasnya sambil menutup sebelah matanya.
Kotori tidak bisa menahan diri untuk mengerutkan alisnya sambil menyimpulkan kesaksian semuanya menjadi pertimbangan.
“Seorang laki-laki yang menemui kita semua, huh... ...? tidak, semua orang tidak perlu menemui orang yang sama... ...tapi kita tidak bisa menolaknya dan menjadi sangat optimis.”
Tetap ada kemungkinan bahwa dia hanya orang mesum yang mencari korban secara acak, meskipun bisa juga dia adalah salah satu anggota DEM.
Meskipun tidak tahu tujuan sebenarnya dari laki-laki itu, sekarang semua! nya yang ada disini adalah Spirit yang memiliki kemampuan setara bencana alam. Sebuah Tindakan pencegahan leih baik daripada tidak ada sama sekali.
“Untuk selanjutnya, ayo semuanya saling memperingatkan untuk masalah ini. Jika ada sesuatu yang terjadi, tolong segera beritahu aku.”
“A-Aku mengerti... ...”
“Dimengerti——! Kami akan selalu berjaga-jaga——!“
“... ...Ah meskipun berjaga-jaga tidak akan menyakitkan, maukah kau meminjamiku seorang bayi yang cakap? Aku sudah kehabisan waktu saat ini. Terutama... ...jika kau bisa memberiku seorang anak yang cakap, sesosok mungil dan namanya diawali dengan ‘Nia’.”
“... ...um, Kotori, Aku ingin mengganti nama, apa yang harus kulakukan?”
Para Spirit mengangguk dengan sigap. ... ...yah, tanpa menghiraukan apa yang sedang dipikirkan dengan permintaan aneh dari seseorang, Kotori mengabaikannya untuk sesaat.
Namun, ada seorang gadis yang tidak memberikan tanggapan. ——itu adalah Origami.
Diam sejak tadi, dia terdiam sampai akhir sambil bertahan seperti sedang berlomba menatap dengan lantai. Meskipun tidak ada sepatah kata kecil maupun besar, sikap Origami saat ini mirip seperti dirinya dari masa lalu. Kotori melihat ekpresinya dan berbicara.
“Origami, apa kau baik-baik saja?”
“... ...Tidak masalah. Hanya, sedikit sakit kepala.”
“Bukankah itu sebuah masalah... ...jangan memaksakan dirirmu. Apa kau merasa lelah, aku akan mengantarmu pulang.”
“Maafkan aku karena menyusahkan.”
Origami menjawab dengan lemah, nadanya lemah, itu sangat jarang terlihat darinya. Kotori yang khawatir berjalan menuju kesisi Origami, membiarkan gadis itu menopang pundaknya.
“Kau bisa berdiri?”
“... ...Tidak masa——“
Saat mencoba untuk bangkit, Origami menyandarkan tangannya pada lehernya Kotori. Namun seketika itu, tubuh Origami langsung kehilangan kekuatannya dan dia jatuh ke lantai.
“Origami!?”
“Ap... ...!”
“A-Apa kau baik-baik saja!?”
Lalu semuanya, para Spirit yang berkumpul di ruang keluarga itu mengeluarkan suara terkejut. Meski begitu, seperti yang diharapkan. Bagaimanapun juga, salah seorang yang jatuh tidak lain adalah si gadis penopang Origami.
“Guh——“
Kotori menghela nafasnya, lalu dia memanggil Fraxinus dengan hpnya untuk mencari pertolongan. Tidak ada yang bilang tentang kondisi Origami saat ini, jadi membawanya menuju klinik pengobatan di atas kapal itu jauh lebih cepat daripada mengirimnya dengan ambulance.
Namun, beberapa saat sebelum Kotori sempat menekan tombol angkanya, dia berhenti.
“... ... ...”
Alasannya sangat jelas. Origami, yang baru saja jatuh pingsan di lantai, bangun seperti tidak ada apapun yang terjadi.
“Origami... ...? jangan berdiri jika kau tidak merasa baikan. Jika ada sesuatu yang terjadi padamu!”
Kotori memanggil Origami dengan panik, tapi dia hanya menggelengkan kepalanya bagaikan semua yang terjadi hanyalah candaan semata.
Lalu, dia melihat kearah matanya Kotori dan bicara.
“Tidak ada apa-apa——Aku baik-baik saja. Aku minta maaf telah membuatmu khawatir.”
Gaya bicaranya, untuk suatu alasan, sepertinya agak berbeda tidak seperti sebelumnya.
“... ... ...”
Keringat dingin sebesar manik-manik turun dari dahi Kotori saat dia mendengarnya.
“O-origami?”
“Ya. Ada apa?”
“Itu, bisakah aku bertanya padamu, apa kau Origami?”
“Eh? Ya, itu aku. Apa yang kau bicarakan?”
Sambil berkata begitu, Origami membuat senyuman tipis. Ekspresi yang disebarkan dengan semangat dan kekuatan itu menyentak perhatian para Spirit.
“H-hii... ...!”
“Mustahil. Demam? Mungkinkah, Master Origami, otakmu... ...”
“Seseorang——! Origami-san——! Selamatkan Origamiiiiiii!”
“Uh, jadi begitu kalian berpikir tentangku... ...?”
Melihat reaksi beragam dari semuanya, Origami hanya bisa tertawa.
Bisa dibilang, jika ada sesuatu yang menyerang pikirannya Origami, ekspresinya menolak dengan sangat. Dia melihat semuanya dan membuka matanya.
“Yah... ...Lupakan itu. Yang lebih penting, apakah perkataan kalian yang sebelumnya itu serius? Apa kalian benar-benar——melupakannya?”
“Eh... ...?”
Kata-kata Origami membuat alis Kotori gemetar.
“Dia... ... jangan bilang, maksudmu teka-teki tentang siapa laki-laki yang muncul menemui kita?”
Semata mata hanya Orang itu yang terpikir ketika menyebut dirinya di topik ini. Kotori meraba dagunya dan berkata begitu.
Setelah itu, Origami menganggukkan kepalanya dengan bersemangat.
“Melihat situasi ini, kalian benar-benar melupakannya. Sudah kuduga, ini pasti perbuatan Mukuro-san... ...”
“Mukuro?”
Kotori memiringkan kepalanya saat nama itu keluar dari mulut Origami. Seolah nama itu memberinya kesan tidak menyenangkan.
“Jadi... kalian juga melupakannya? Dia adalah Spirit yang tinggal di luar angkasa! Bukankah semuanya melawan dia sebelumnya!?”
“A-apa yang kau katakan, Origami... ...”
Melihat tatapan bingung di wajah Kotori, Origami memperlihatkan ekspresi patah hati meskipun dia mengerti semuanya.
“... ...Jadi begitu ya. Dia beraksi dengan cepat. Tidak hanya soal dia, tapi juga ingatan dirinya juga segel. dengan ini, dia bisa kabur tanpa ditemukan... ...”
“Soal itu, Natsumi-san. Aku ingin meminta kemuran hatimu... ...jika mungkin bisakah <Haniel>nya Natsumi-san menyasil <Michael>?”
“Eh... ...? Um, benda itu disebut <Michael>, apa maksudnya itu? Subuah Angel?”
“Benar. Itu adalah Angel yang berbentuk kunci yang memiliki memampuan untuk membuku ataupun menyegel kegunaan dari hampir semua hal.”
Origami mengalihkan pandangannya kearah Natsumi setelah berbicara. Gadis kecil itu merespon sambil memandang balik untuk mengcover penelitiannya dengan jelas.
“... ...Tidak, itu tidak mungkin. Jika aku tidak tahu bagaimana kerjanya, membuat tiruan tanpa model sangat menghabiskan waktu.”
“Begitu ya... ...”
Sambil mengerutkan keningnya dan mennyeringai, Origami menyentuh ujung bibirnya, membicarakan sesuatu dengan dirinya sendiri.
“... ...Aku tidak menyangka cara penggunaan <Haniel> harus menggunakan cara itu juga. sekarang semua jadi seperti ini... ...Apa yang harus kulakukan... ...”
“T-tunggu sebentar. Aku tidak mengerti apapun. Origami, apa maksudmu? Siapa Mukuro? Dan dia yang kau katakan... ...Apa kau tahu laki-laki itu ?”
Sambil gemetar, Kotori menuangkan keraguannya. Oleh karena itu, Origami memandang dengan penuh perhatian kearah matanya dan bergerak.
“Ya. Semuanya juga sangat familiar dengan dirinya. Semuanya——tidak, Kita semua——sudah diselamatkan oleh Itsuka Shido.”
“Shido... ...”
Nama yang Origami ucapkan membuat Kotori seketika mengerutkan alisnya. ... ... itu membuat perasaan nostalgia seperti pernah mendengarnya disuatu tempat, tapi disaat yang sama juga belum pernah mendengarnya. Sensasi halus menjalar diseluruh tubuhnya. Para Spirit yang lain membuat balasan yang sama dengan reaksi Kotori.
Bagaimanapun juga——
“Ugh... ...guh... ...?”
Diantara para Spirit, satu persatu dari mereka mulai mencerminkan apa yang dilakukan Origami beberapa saat yang lalu, menekankan kepala dengan tangannya dan jatuh berlutut.
***
“... ...Ahh, sangat menyenangkan Mukuro.”
“Fufu, ayo pergi, ayo pergi.”
Saat Shido membalasnya, Mukuro memperlihatkan senyuman tulus dari hatinya yang paling dalam, mengayun balik dan meneruskan tangannya yang berpegangan pada Shido.
“Ne, Nushi-sama. Apakah engkau mencintai Muku?”
“Tentu saja, sangat cinta.”
“Muku juga. Fufu... ... Kebahagiaan yang sebenarnya.”
Dengan pipinya yang langsung memerah, senyum diwajah Mukuro menjadi lebih bersemangat.
“... ... ...”
Melihat ekspresi nyamannya yang sebenarnya, Shido hanya bisa menggertakkan giginya.
Saat ini dia sedang berpegangan tangan dengan Mukuro, berjalan melewati jalan utama kota Tenguu dengan langkah yang santai. Itu menunjukkanbahwa kencan mereka yang sebelumnya membuatnya senang sekali. Oleh karena itu, dia mengusulkan agar mereka berdua jalan-jalan bersama lagi.
“Ne, Apa itu?”
Semua benda yang dilihat Mukuro adalah hal baru dan aneh, matanya memancarkan kilauan keingintahuan kesetiap langkah yang dia ambil sambil memulai percakapan dengan Shido. Distiap saat, laki-laki itu membalasnya dengan penuh kasih sayang.
——Karena jengkel, Shido melakukan lebih dari sekedar jalan bersama dia.
Beberapa waktu yang lalu, setelah <Haniel> yang dibuatnya menjadi tidak berguna, Shido membujuk Mukuro dengan sungguh-sungguh.
Meskipun dia benar-benar mencintai dia, dia juga menganggap semuanya sama pentingnya. Shido mencoba membujuknya agar mengembalikan semuanya kekeadaan semula.
Namun Mukuro tidak melakukan apapun untuk membalasnya. Disamping itu, dia menyembunyikan dendam yang tak terhitung banyaknya. Tepatnya dengan menerima cintanya Shido untuk Mukuro, gadis lain bisa dibilang tidak dibutuhkan. Lagi pula, Shido tidak bisa mengatakan keluhannya tanpa membelit kata-katanya tepat saat gadis lain muncul. Tidak hanya ragu, dia menyiapkan banyak sistem yang berguna.
Benar. Hatinya Mukuro memang murni seperti itu.
Namun, kemauannya ini jauh berlawanan dengan keinginannya Shido.
“... ... ...”
Tapi Shido tidak bisa meninggalkan semua harapannya hanya karena itu.
Sebenarnya, tidak ada situasi yang benar-benar dekat dengan harapan. Oleh karena itu, Shido tidak punya kawan sama sekali, dan alat yang mungkin bisa menghancurkan keadaan ini, <Haniel>, sudah disegel oleh Mukuro.
Namun, dia memiliki satu cara untuk menemukan jalan keluar dari kebuntuan ini. Diam-diam Shido menyentuh bibirnya.
——Dengan ciuman yang dia gunakan untuk menyegel kekuatan Spirit.
Menggunakan kemampuan misterius luar biasa yang hanya dimiliki oleh Shido untuk mengamankan tujuan akhirnya.
Dengan membuka hatinya, membuatnya jatuh cinta, dan menciumnya; tindakan itu akan menyegel kekuatan Mukuro dan setelahnya mengembalikan ingatan semua orang yang disegel oleh <Michael> ke keadaan semula.
Meski begitu, strategi ini bukannya tanpa kekurangan.
Pertama-tama, tingkat kebahagiaan Mukuro sangat berperan besar. Sepertinya dia bersungguh-sungguh mencintai Shido; namun, untuk seseorang yang kehilangan dukungan dari Ratatoskr, Shido tidak memiliki cara untuk menentukan apakah tingkat kebahagiaannya sudah melewati batas minimal untuk bisa disegel. Jika begitu, dia tidak bisa bertindak sembarangan. Mukuro memiliki <Michael>. Kira-kira saat dia menemukan tujuannya Shido, mungkin kemampuannya untuk menyegel kekuatan spiritual mungkin saja, bisa, disegel layaknya <Haniel>.
Angel yang bisa menyegel semua keberadaan yang tercipta didepannya melawan kemampuan yang memungkinkan untuk mennyegel kekuatan Spirit. Shido tidak tahu yang mana yang lebih unggul dibanding yang satunya. Jika kemungkinan terburuk menimpanya, Shido tidak mungkin bisa bergerak. Dia tidak boleh mengambil tindakan yang gegabah.
Terlebih lagi‒‒—
“... ...Mukuro. kenapa, kau harus... ...”
Dorongan dibalik tindakan diluar nalar Mukuro untuk memonopoli Shido, soal itu pertama-tama kenapa dia menyegel hatinya sendiri, disamping kenapa dia memutuskan untuk tinggal dikosongnya ruang angkasa.
Shido percaya, dibawah situasi dimana alasannya untuk tinggal tidak bisa digambarkan, meskipun kekuatannya sudah berhasil disegel, sumber dari kebingungan itu belum bisa dipecahkan.
“Hn?”
Kata-kata yang hapir keluar dari mulut Shido membuat Mukuro sedikit memiringkan kepalanya.
“Kenapa, kau harus, melakukan sesuatu semacam ini? ... ...katakan, aku, kamu, sangat dekat, ya kan? Apa maksudnya?”
“bukankah Muku sudah memberitahukannya sejak awal. Perkataan yang terpecah tanpa tudung. ... ...yah, jika harus.”
Mukuro berdiri, menekan rahang bawahnya dengan jari-jarinya.
“Akibat menyerang Muku di daerah dada, Nushi-sama, penglihatan Muku menjadi menyimpang. Dalam penglihatan yang redup Muku menghormati Nushi-sama.”
“Mimpi?”
“Mn. ... ...Namuun, Nushi-sama tidak mengambil penglihatan yang dikatakan. Waktu itu yang paling menyedihkan. Aku masih belum melupakan genggaman kesendirian, menjadikan mereka sebagai keluarga.”
“Eh——“
Rumit nan kacaunya Mukuro membuat Shido mengerutkan dahinya.
Itu sudah diantisipasi. Namun, mimpi itu adalah——
“Itsuka-kun!”
Shido melebarkan matanya karena terkejut, menengok kebelakang dengan heran.
Ada sepasang alasan untuk kekagumannya. Yang pertama sangat sederhana: sejak kemarin, Shido tidak pernah dipanggil dengan namanya oleh seseorang selain Mukuro. Semua kenalan dan teman-temannya kehilangan ingatan mereka masing-masing, pelakunya tidak lain dan tidak bukan adalah Mukuro. Jadi, ini sangat tidak lazim untuk dirinya yang sudah tidak dikenali oleh semua orang.
Alasan yang satunya adalah——kualitas suara yang terdengar sangat familiar.
“O-Origami!?”
Menengok kebelakang untuk memandang gadis yang berdiri disana, Shido tidak melakukan hal lain selain kaget. Benar. Orang yang memanggil namanya Shido dari sana adalah teman sekelasnya, si Spirit Tobiichi Origami.
Hening, Origami sudah menyesuaikan diri dengan kebiasaan yang lain selama pertemuan kemarin. Tepatnya apa yang dia lakukan untuk lepas dari jeratan kemampuan <Michael>.
“——uh, ah... ...”
Ditengan kubangan renungannya, Shido menyadari yang terakhir.
Origami tidak memanggilnya dengan sebutan ‘Shido’, tapi ‘Itsuka-kun’.
Sebagai tambahan, aura dari gadis yang ada didepan matanya mememiliki kelembutan tidak bisa dibandingkan dengan Tobiichi Origami yang biasanya.
“Jangan bilang... ...kau adalah Origami dari dunia ini?”
Matanya Shido menjadi bulat sebulat bulan purnama saat dia mengucapkannya.
“Ah, un... ...lama tidak berjumpa——bilang begitu rasanya sedikit aneh. Karena, terkadang aku bertemu dengan Itsuka-kun.”
Origami tertawa ‘Ahaha’.
Dari sudut pandangnya, senyuman yang sangat tidak mencerminkan Origami itu sangat meyakinkan Shido.——Gadis yang ada didepannya saat ini disaat bersamaan adalah Origami, namun juga bukan Origami.
Shido pernah sekali meminjam kekuatan dari Angel of Time dan pergi ke masa lalu, untuk menulis ulang sejarah.
Di dalam tubuh Origami, ada Origami dari dunia asalnya dan Origami yang berasal dari dunia yang baru disaat yang bersamaan.
Meski begitu, lebih baik dikatakan bahwa dua buah kepribadian itu dipisahkan oleh dinding yang tipis, namun lebih tepat jika dikatakan bahwa kedua kepribadian itu berbaur menjadi Origami yang baru... ...
Namun, jelas sekali bahwa orang ini adalah Origami dari dunia yang telah diubah.
Tetapi, sekarang ada alasan lain yang memasuki pikirannya. Shido mengintrogasi, menahan desakan kegilaannya.
“Origami.. ...Kau, masih mengingatku!?”
“Tentu saja.——meskipun diriku yang dari permukaan telah disegel ingatannya. Tidak, lebih tepatnya, ingatan itu sudah dicabut dari salurannya, kan?”
“... ...!”
Perkataan Origami menekan nafasnya Shido.
Tapi ini adalah keberuntungan yang sangat kecil. Ketika Shido diisolasi dan tidak punya harapan, seorang teman muncul dihadapannya. Kenyataan ini menjadi sesuatu yang sama dengan rangsang jantung bagi Shido yang dilanda ketakutan.
Harus diakui——saat ini urusannya tidak bisa diubah dengan mudah.
“... ...Hueh?”
Disebelahnya, Mukuro memandang wajahnya Origami dengan pandangan tidak percaya.
“Kau... ...temannya Shido. Cabang dari kesungguhan, ingatanmu seharusnya tidak bisa dibuat dengan cepat.”
Mukuro mengeluh dengan tidak senang, mengulurkan tangan kanannya kedepan.
“——Yah, tidak masalah. Selagi jeratan <Michael> belum dilepas sisanya tidak akan diketahui, bagaimanapun, segel cadangan bisa dilakukan.”
Lalu, di udara, ada sinar yang membentuk tongkat berbentuk kunci.
“... ...! Mukuro!”
Shido tidak bisa menahan teriakan dari atas suaranya. Tindakannya sudah bisa diduga. Temannya yang baru saja muncul akan disegel lagi itu sama sekali tidak bisa diterima.
namun——
“Jangan!”
Untuk semacam alasan, Origami langsung berteriak, diluar dugaan Shido.
“Jika ada Angel yang tercipta disini dan sekarang——itu akan dditemukan! Oleh orang itu... ...!”
“Siapa?”
“Orang itu... ...?”
Perkataan Origami membuat Mukuro dan Shido memiringkan kepalanya.
Lalu, beberapa saat kemudian.
“——Huh.”
Gendang telinga Shido merasakan suara keras yang terkirim dari atas.
Lalu datang dan membuat keributan, Shido mengarahkan kepalanya keatas.
Lalu, dia mengarah pada gadis muda yang bertengger diatas lampu jalanan dengan tangan yang disilangkan.
Rambutnya panjang, mempesona, rambut berwarna gelapnya malam yang tertiup angin. Kilauan sepasang mata diamantine nya yang sebening kristal, yang memiliki sinar bagaikan mimpi, dengan tenang menghadap kearah Shido. Astral Dress berwarna hitam legamnya yang lebih mirip dengan kegelapan itu sendiri adalah bahan pembentuknya, terbalut di seluruh tubuhnya. Jika sekarang sudah malam, pakaiannya akan menyatu dengan sempurna bersama langit.
“Ap——“
Melihat gadis yang seperti memancarkan cahaya yang indah sekali bagaikan matahari, Shido tidak bisa menahan untuk melebarkan matanya lebih lebar.
——Gadis itu, dia memiliki kesan darinya.
“Kutemukan kau, gadis. ... ...Un? bersama dengan orang asing. Dia Spirit——Hmph, laki-laki yang waktu itu. Sempurna, bakar saja menjadi abu bersama-sama.”
Memperlihatkan kesungguhannya dan ekspresi jahat sedingin es, Tohka menyatakannya dengan nada muram yang menggemakan kalimat kematian.
0 comments
Please wait....
Disqus comment box is being loaded