Bab 2: Keadamaian yang Fana

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode

Tiga hari setelah ia tersadar.

Dalam tujuan yang secara umum membantu kelas sihir di Akademi Sihir. Takeru dengan terpaksa berdiri di samping seorang guru.

Di depanya merupakan siswa dari Akademi Sihir yang tengah belajar…Dengan kata lain, kursi yang di duduki oleh Sorcerer dan witch pemula yang tengah duduk secara berderatan.

Daripada bingung, lebih tepatnya bisa di katakan semua orang menatap Takeru dengan tatapan kosong.

“Nn..Sekarang waktunya perkenalan~. Dia adalah Kusanagi Takeru~. Ya berikan tepuk tanganya~.”


Dengan sang Guru yang mulai bertepuk tangan, siswa lainpun mulai mengikutinya. Bagaimanapun termasuk Takeru, tak banyak yang benar-benar mengerti situasinya.


“Silakan menganggap dia sebagai kawan baru~. Kusanagi-kun, Anda juga tolong beri kami Salam singkat~."


“…Aku Kusanagi Takeru..Senang bertemu dengan kalian.”


Guru Perempuan itu meletakan tanganya pada bahu Takeru yang gemetar karena terlalu tegang.


“Mereka mungkin melihatmu dengan aneh untuk sementara waktu, tapi kau tidak perlu khawatir. mempunyai orang yang tak memiliki kekuatan sihir bukanlah hal yang langka baru-baru ini, dan aku benar-benar tidak akan membiarkan adanya diskriminasi di kelas ini~.”


“..Ya.”


Ketika perkenalan dirinya berakhir dengan jawaban yang tidak jelas itu. Takeru di perintahkan untuk duduk di kursi terjauh dan berjalan melewati siswa yang lain. Ada yang memandangnya dengan rasa ingin tahu, dan mereka yang mencacinya. Disana hanya ada 2 reaksi di sekitarnya.

Bagi Takeru, adanya banyak Sorcerer dan Witch yang berkumpul dalam satu tempat merupakan hal yang tak normal. Tetapi akal sehat dari dunia luar tak berlaku disini.

Melihat dari sudut pandang dunia dalam, Takeru adalah orang sesat

Ini lebih tidak nyaman daripada yang ku pikirkan ...

Mengenai mengapa Takeru memperkenalkan dirinya di depan siswa Akademi Sihir, cerita kembali ke saat dia bertemu dan berbicara dengan Mother Goose.

Orochi berkata “Membuat Mistiltein jatuh cinta padamu.” Sesuatu yang Takeru tak dapat temukan artinya. Secara sederhananya, sepertinya ia harus memperdalam ikatanya dengan Lapis.

Ketika ia menggali lebih jauh, sepertinya Takeru dan Lapis dihitung sebagai bagian dari Valhalla, memiliki berbagai pembatasan yang diberlakukan pada mereka, dan akan dibuang jika mereka mencoba melarikan diri.

Mari sangat marah. "Kita akan kembali ke kawan-kawan kita" katanya. Tentu saja Takeru merasakan hal yang sama tetapi…

『'Lalu ... bagaimana jika saya mengatakan bahwa kita sudah memiliki cara untuk menyelamatkan Kusanagi Kiseki ... akankah kau berubah pikiran?'』

Mendengar kata-kata Mother Goose, jantung Takeru mulai berdetak kencang.

『'Saya tidak mengatakan Anda perlu untuk menjawabnya. Cara hidup dari dunia luar yang dibangun lebih dari 150 tahun tidak akan terhapus dengan mudah, saya ingin dirimu untuk belajar bagaimana kehidupan kami, kehidupan Penyihir.'』

Dia berkata demikian dan mendaftarkan Takeru ke Akademi Sihir.

Aku ingin kau belajar tentang penyihir, dan aku ingin kau belajar berbagai sihir.

Dia tahu dia memiliki niat seperti itu tetapi ...

Pada akhirnya, itu berarti bahwa mereka tidak akan memberitahu ku cara untuk menyelamatkan Kiseki kecuali aku menjadi sekutu mereka ...

Dia ingin mengatakan kalau kemungkinanya rendah, tapi seperti awalnya Mother Goose mengirim Orochi untuk mencegar Inkuisisi merubah Kiseki menjadi senjata. Dengan kata lain, orang yang menghalanginya adalah Inkuisisi dan peleton nomor 35. Jika sejak awal Inkuisisi tidak menghalanginya, ada kemungkinan bahwa Kiseki sudah berhasil di selamatkan.

Apakah ia dapat percaya atas perkataan dan tindakan dari Mother Goose, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa mereka “musuh” dari adik dan teman-temanya.

Tetapi, terlalu dini untuk menganggap mereka adalah sekutu. Orang-orang yang mungkin bertujuan menjaga kedamaian…Tetapi mereka telah mengorbankan banyak orang hingga saat ini. Aku perlu menilai mereka dengan hati-hati…
Takeru duduk di kurinya dan melihat ke samping.

Dengan tenang duduk di kursi sebelahnya, sangat dekat tanpa ada sesuatu yang memberi jarak. Itu adalah Lapis.

Meskipun ia dengan jelas berdiri, siswa lain tidak terganggu sama sekali. Ketika ia melihat sekeliling, yang duduk di samping siswa ia bisa melihat seorang gadis dan anak laki-laki yang berpakaian sama dengan Lapis, dan bahkan orang tua. Tampaknya mereka juga merupakan Pusaka Sihir seperti Lapis.

Sepertinya Pusaka Sihir berbentuk manusia yang duduk dengan kontraktornya merupakan pemandangan yang biasa disini.


“…………….”


Sambil menatap Lapis, Takeru mulai kehilangan pikiranya.

Mempererat hubunganya dengan Lapis….membuatnya jatuh cinta padanya, adalah salah satu kondisi saat ini.

Ia tidak tahu hasil bagaimana yang dapat memuaskan, tetapi jika ia bertindak sebaliknya ia tidak akan dapat menyelamatkan Kiseki.

…tetapi, apa yang harus ku lakukan..

Sejak ia bertemu kembali dengan Lapis dua hari yang lalu, ia tak melihat pada Takeru. Dia bertindak seolah-olah dia tidak ada.

Dia entah bagaimana memahami ketika mereka berkumpul kembali.

Ia seperti telah di tolak oleh Lapis.

………mengapa?..


Jujur saja, dia tidak memiliki ide untuk semua ini.

Ia melihat ke ingatanyanya. Selama pertempuran dengan Kyouya, Lapis masih bertindak seperti biasa.

Seperti itu, ia berasumsi demikaian karena peristiwa yang terjadi setelah itu.

Aku sudah putus asa saat itu... tapi aku melakukan sesuatu yang mengerikan padanya ...?


Meskipun ia berusaha keras mejelajahi pikiranya, ia tidak dapat menemukan jawabanya.

….Begitulah yang ku fikir saat itu, karena aku tidak mengetahui tentangnya.

Yang ia tahu, hanyalah apa yang di katakan orang lain.

Orang tersebut tak mengatakan apa-apa pada dirinya. Mereka berfikir dia hanya sebagai pedang dan penggunanya. Apakah itu merupakan cara yang benar-benar ideal?.

Tapi, pastinya, terus seperti itu merupakan hal yang tak bagus.

Mereka harus mengerti satu sama lain.

Takeru ingin mengetahui lebih banyak tentang Lapis. Tidak hanya sebatas pedangnya, tapi pasanganya…..Dia ingin membangun hubungan yang sama seperti dengan teman-temanya.

Jika itu terjadi, kekuatan mereka tak diragukan lagi akan tumbuh dan berkembang berkali-kali lipat.

Itulah yang dia pelajari berdasarkan pengalamanya dengan teman-temanya di peleton 35.


“Hei,,lapis?.”


Takeru mencoba memanggil lapis dengan suara lembut dan menyentuh bahunya.

——*zuzuzuzuzu...*

Menggeser Kursinya, lapis membuat jarak dengan Takeru.


“….Gufuu..”


Sengatan yang besar tiba-tiba melanda Takeru. Dia tidak berpikir bahwa dibenci oleh pedangnya sendiri akan sangat menyakitkan.

Siswa yang melihat hal tersebut mulai bersiul satu sama lain.


“Kau lihat itu? Laki-laki itu, Realic Eaternya menjauhkan diri dari laki-laki itu.” “Apakah mereka baru membuat kontrak? Juga, dia di tolak mentah-mentah.” “Itu kadang-kadang terjadi~…ada orang yang melecehkan Realic Eater mereka secara seksual. Terutama orang yang tidak memiliki banyak pengetahuan tentang sihir dan pelatihan.”


“Dia memiliki nama orang Jepang. Bukankah berarti dia dari Jepang Tua, ini sangat tidak biasa dia berada di Dunia Dalam.”


“Hmph…Itu lucu untuk melihat orang yang tidak memiliki kekuatan sihir mempunyai Realic Eater.”

“Jangan mengatakan hal-hal seperti itu. Ini tidak tampak seperti dia tipe katalisator sihir, jika dia jenis pedang, maka keterampilan dengan pedang lebih penting daripada sihir. Idolaku Kanaria-chan tidak memegang memiliki sihir apapun namun dia menakjubkan.”


“Tapi dia cukup menarik. Jika Realic Eater yang ia bawa tidak cocok baginya. Itu sudah cukup tajam.”


Semuanya mulai menganalisa Takeru berdasarkan pandanganya masing-masing.

Perasaan tidak nyaman itu cukup besar.

Aku ingin tahu apakah Mari merasa seperti ini sepanjang waktu….

Saat Mari merupakan satu-satunya penyihir di Akademi Anti Sihir. Takeru merupakan satu-satunya manusia biasa di Akademi Sihir. Keadaan mereka hampir sama.

-----Bam**

Mari yang duduk dekat dengan jendela memukul tanganya dengan tinjunya.

Hening, semua bisikan di kelas telah mereda.


“…Kita berada di tengah pelajaran sekarang…”


Sebagaimana Mari memelototi teman sekelas mereka, semua orang menjauhkan pandangan mereka dari Takeru dan focus pada meja mereka.


“Itu benar~ semuanya. Sekarang~, aku akan mengajarkan kalian sihir pelindung yang dapat digunakan untuk melindungi diri~. Kalian akan menyesal jika tidak mengingatnya, jadi lakukan dengan benar.”


Guru sudah mulai fokus pada papan tulis, dan pelajaran di mulai. Jujur, Takeru tak mengerti apa isi pelajaran itu.

Pada saat Siang, Akademi Sihir mulai istirahat makan siang.

Pada saat yang sama seperti Takeru jatuh dengan lemas di meja, Mari datang dengan senyum kecut.

“Kerja bagus, Takeru.”


“oh, Kau juga.”


”kau tampaknya benar-benar kelelahan ... kalau begitu, aku bisa bersimpati untukmu.”

Mari menepuk kepalanya, melompat ke atas meja Takeru dan duduk di atasnya.

“….Sudah beberapa waktu sejak kau di daftarkan disini, bukan begitu?”



“Ya, aku harus melakukannya, tapi jujur saja, aku masih bingung. Mempelajari sihir, merupakan hal yang tersembunyi bagiku.”

“Benar,entah bagaimana, aku merasa aku bisa mengerti kau menjadi semakin baik setelah datang kesini. Itu cukup sulit, hal semacam ini.”


“…Jadi begitu.”

Menepuk pipinya dengan jarinya, Mari menunjukkan reaksi bermasalah..


“Bukankah lebih nyaman untukmu? Lebih nyaman dari Akademi Anti Sihir.”


Ketika Takeru berkata demikian, Mari terlihat terkejut untuk beberapa alasan.

Seolah-olah ekspresinya mengatakan 'jangan mengatakan hal-hal seperti itu'.

Mari menunundukan matanya dengan canggung, dan menggenggam ujung roknya.


“Ku kira. Menjadi penyihir adalah normal di sini. Tapi entah kenapa ... berada di sini terasa tidak realistis, atau lebih tepatnya, rasa krisis yang memudar...Aku tidak yakin bagaimana untuk mengatakanya, tapi rasanya seperti ini bukan tempat miliku."



“……….”



“Dimana merupakan miliku?....umm…Tempat itu.”


Tapi itu mungkin hanya pemikiranku yang egois...katanya dengan suara rendah, dan mulai menggeliat.

Takeru tercermin pada kata-katanya. Dia tidak bermaksud menyinggung dirinya. Saat ini, Takeru dan Mari tidak berpihak pada sihir atau anti sihir, itu adalah situasi di mana mereka tidak bisa memutuskan hal itu.

Namun, tempat ini adalah tempat paling aman dan menawarkan Mari perlakuan yang paling layak. Itu bukanlah pilihan yang paling bahagia untuk Mari. Bahkan jika perang mulai pecah, takan ada tempat yang benar-benar aman di penampungan ini.

Dia mengatakan bahwa sebelumnya berpikir begitu, tapi ternyata perasaan Mari sama seperti Takeru.


“Jika aku tinggal sendiri disini, aku merasa akan di telan oleh tempat ini. Maksudku, saat ini kita tidak memiliki waktu luang untuk mempedulikan itu kan? Merasa terbiasa dan nyaman dengan situasi ini…..terasa menakutkan.”


“………….”


“Itulah mengapa….aku sangat bersyukur kau telah sadar.”


Berkata demikian, Mari mengeluarkan suara isak tangis kecil dari hidungnya.

Takeru memegang tangan Mari yang ada di atas meja.


“Ini bukanlah di mana kita harus….,Aku sudah meninggalkanmu sendirian begitu lama, maaf.”


Di lemparkan kedunia yang tidak memiliki akal sehat, tidak ada cara agar dia tidak merasa kesepian.

Dia minta maaf kepada Mari, dan mencoba menenangkan fikiranya.

Mari tersipu dan tatapannya mulai tak karuan.

Takeru tidak meminta maaf, tidak terganggu oleh itu, dan hanya mengatakan apa yang ingin ia katakan. Dia tidak tahu apa yang Mari fikirkan ketika ia mengenggap erat tanganya.


“Ah, ummmmm….aa….uuuu..Aku kesepian, Ku kira? Aku hanya sedikit ingin melakukan hal seperti ini~ku pikir.”


“? Benarkah…Aku tak keberatan.”

Dia pasti benar-benar kesepian, pikir Takeru.

Dia berfikir seperti itu tapi…jari mereka menjalin satu sama lain. Mereka benar-benar berpegangan tangan layaknyaa sepasang kekasih.

Seperti yang di duga, Takeru tidak bisa berhenti tersipu. Dia tidak bisa melakukan sesuatu seperti melepaskan tanganya. Dan keduanya gelisah sambil terus berpegangan tangan.


“-------Siswa kelas menengah? Ini adalah pasangan siswa kelas menengah.”


Sebelum mereka menyadari, dua siswa perempuan telah duduk di depan mereka berdua. Dan mulai menatap wajah mereka dari ujung bangku.

Mari terpental dari meja karena terkejut.


“A-ad-ada apa dengan mu! Ini hanya umm, membaca telapak tanganya…Aku hanya sedang melihat telapak tanganya!”

Sementara Mari yang membuat alasan yang terburu-buru, Gadis berambut pendek diantara mereka membuat senyum pahit.

“Tidak, tidak, Mari, daripada membuat suatu alasan lebih baik kau lakukan sesuatu hal lain dengan benar.”


“Klasik? Dia karakter dari buku klasik.”


Di sebelahnya, gadis dengan telinga dan ekor kucing tak dapat membedakan apakah meraka nyata atau tidak, melihat dengan penasaran dan mereka berdua mulai menggoyangkan ekornya. Mereka bedua secara naif mulai menggoda Takeru dan Mari. Mari membantahnya dengan wajah merah menyal.

Rupanya, mereka berdua telah berteman dengan Mari sejak satu bulan terakhir.

Pada dasarnya Mari merupakan gadis yang periang. Dalam Akademi Anti Sihir dia tidak memiliki teman karena di diskriminasi oleh siswa lainya. Tetapi disini taka ada alasan lagi untuk mendiskriminasinya.

Mendapatkan teman adalah hal normal, pikir Takeru.


“Jadi kau telah bertemu lagi dengan Kusanagi? Aku adalah Inia Blackmore, atributku adalah ‘Steel’. Lahir disini, di penampungan Eropa. Tahun kedua di Akademi Sihir bagian Timur, satu tahun di atasmu, senang bertemu denganmu.”


Gadis dengan rambut pendek, Inia Blackmore mejulurkan tangan dengan senyum yang ramah.

Ketika Takeru bersalaman dengan Inia, gadis dengan telinga kucing sampingnya mengayunkan ekornya kembali.


“dan aku adalah Ananda Nodens. Atributku adalah ‘Thunder’. Tumbuh di penampungan kecil di Afrika. Berada di tahun dan kelas yang sama denga Inia. Seperti yang kau lihat, aku adalah Demi-Human, tapi aku tidak menambahkan “Nya” pada akhir kalimatku. Ingat itu.”


Secara signifikan terlihat seperti kucing betina, dan ekornya mulai membengkokan ekornya menjadi bentuk “<” dan mendekat ke Takeru.

Bingung, Takeru mencoba berjabat tangan denganya, tetapi Ananda pergi “Nya!”, dan bergerak menjauh sambil berteriak.

Rambutnya mulai berdiri, dan untuk beberapa alasan dia terlihat marah. Inia melihat ke arah Takeru. Ketika Takeru bingung, Mari berbisik padanya.


“Aku melakukan hal yang sama sebelumnya, tapi untuk ras kucing bersalaman dengan cakar depanya menunjukan kalau mereka berpacaran.”


“Kau serius. Eh, jadi Demi-Human benar-benar ada…”


Takeru terkejut mengetahui bahwa telinga dan ekornya bukanlah aksesoris.

Ajin. Atau di sebut Demi-Human, adalah ras setengah manusia dan setengah mahluk fantasi. Mereka tercatat dalam sebuah suku kecil sebelumnya, tapi seharusnya mereka telah punah karena perang perburuan penyihir sebelumnya.

Tak ada cara Takeru untuk mengetahui bagaimana Demi-Human terlihat secara umum. Sekali lagi, ia menyadari di tempat ini, terdapat ras yg sudah punah disini adalah normal.

Ananda tersipu dan malu menutupi wajahnya dengan cakar depanya.


“…berarti Kusanagi juga datang dari luar? Kau terlihat dekat dengan Mari.”


Ketika Inia menayakan itu, dia betanya-tanya apakah yang seharusnya menjadi jawaban terbaik.

Takeru tidak tahu bagaimana mereka berfikir tentang dunia luar.


“Takeru datang dari bagian dalam bersamaku. Keluarga kami adalah teman dekat…dan ketika kita terlibat dengan Inkuisisi mereka mengirim kami di sini karena itu berbahaya.”


Inia dan Ananda tampak yakin setelah Mari mengatakan kepada mereka penjelasan seadanya.


“Jadi begitu, itulah mengapa kau tak tahu hal umum yang ada disini. Kami tidak tahu banyak tentang di luar sana, tetapi penyihir di anggap sebagai iblis disana, benarkan? Aku membayangkan itu adalah tempat yang memalukan.”


“Meskipun secara tiba-tiba aku takut, jika memang seperti itu aku akan memaaafkanmu. Baiklah kesini, manusia. Jika ada sesuatu yang tidak kau ketahui, tanyakanlah.”


“Fufun” Ananda bicara seperti seorang senior kepada juniornya.

Takeru melirik pada Mari yang ada di sampingnya.


“Itu benar-benar sangat membantu. Lalu, mungkin tiba-tiba tapi apa yg di maksud dengan ‘Bagian Timur’?”


Karena sering muncul dalam apa yang ia dengar dia pikir itu mencurigakan, sehingga ia bertanya setelah mendengar Inia mengatakan hal itu.

“Serius. Kau di daftarkan tanpa mengetahui hal itu….menakjubkan.”


“M-Maaf.”


Saat ia minta maaf, inia berkata “Oh Baiklah” dan tertawa lepas. Itu seperti dia memiliki keperibadian yang tidak keberatan akan hal-haal kecil.


“Sisi Timur, adalah bagian paling timur dari penampungan dimana terdapat fasilitas sekolah. Dilain sisi, Sisi Barat memiliki fasilitasnya sendiri. Kedua Akademi Sihir memiliki pemimpinya masing-masing, membuat dua fraksi, atau lebih tepatnya memiliki kebijakan pendidikan yang berbeda. Kebijakan Timur adalah [Harmony] focus pada pertahanan dan penyembuhan, dan juga sihir industri. Perlindungan lingkungan dan perlindungan riset sangat populer disini.”

“Di sisi lain, Bagian Barat memiliki kebijakan [Pure Blood]. Jadi, kau bisa berfikir itu merupakan sekolah militer. Mereka belajar strategi dan sihir yang di gunakan untuk militer.”

“Usahakan agar tidak terlalu dekat dengan Sisi Barat. Keyakinan dari Pure Blood yaitu ras campuran seperti Ananda mutlak tidak di terima, dan orang-orang tanpa kekuatan sihir akan didiskriminasi disana. Aku tak tahu apa yang akan mereka lakukan, tapi tetaplah hati-hati.”

“Ya, Kau harus berpikir bahwa Sisi Timur dan Sisi Barat adalah dunia yang berbeda. Sayangnya bagian barat merupakan sangat luas dan sangat padat. Kami tidak melawan terlalu sering, tapi karena sisi ini tidak memiliki kesempatan untuk menang kami sarankan untuk tidak bertarung dengan mereka.”


“Akar dari Perang Pemburuan Penyihir menurutku berasal dari mereka…meraka ditakdirkan untuk bertarung dengan merekaa yang tak memiliki kemampuan sihir. Sejujurnya, meski generasi kami terlahir setelah terjadinya perang, kami tidak dapat memahaminya dengan baik. Meskipun, ada orang-orang yang dibesarkan dalam lingkungan yang berkaitan dengan perang.”


“Disana pendidikanya sangat berbeda. Meskipun kebijakan pendidikan telah semakin dekat dengan Bagian Timur baru-baru ini, mayoritas masih lebih dekat dengan Bagian Barat. Begitu rumor tentang perang muncul, mereka sudah mulai merajalela.”


“Ya. Itulah keadaan saat. Terutama saat ini, itu tidak disarankan untuk mendekatinya.”

Takeru mengangguk setelah mendengar peringatan Inia.

Ananda menggelengkan kepalanya mengatakan “Good Grief” saat itu.


“Secara pribadi aku tak tertarik akan semua itu. Tapi itu menyebalkan untuk hidup di penampungan dengan keadaan seperti itu, seolah-olah kita belum muak dengan masalah dari luar.”


“Aku lebih memilih untuk berdamai dengan orang-orang dunia luar. Sangat tidak lucu jika terbawa perang seperti 150 tahun yang lalu. Lagipula, kita bisa berbicara secara normal seperti ini dengan Kusanagi.”


Saat mereka bergantian menjelaskan, Takeru telah perlahan-lahan mulai memahami kenyataan tentang dunia dalam. Singkatnya, itu adalah sesuatu seperti di Akademi sihir dan Komite Etika…konservatif dan pembangkang.

Dalam penampungan ini yang terdapat 50 juta orang, dan lebih banyak lagi Sorcerer dan Witch yang tinggal di penampungan lainya. Dan sebagian besar dari mereka, berfikir hal yang sama seperti bagaimana pemikiran Bagian Barat.

Mother Goose mengatur Sisi Timur, dan Sisi Barat di atur oleh Pure Blood.

Apakah ia percaya pada kata-kata Mother Goose, itu sudah jelas bahwa senat yang mengatur seluruh Dunia Dalam berasal dari Sisi Barat.
……apakah di dalam atau di luar, itu semua ya sama……

Namun demikian, adanya diskriminasi yang luar biasa di bandingkan dengan Akademi Anti Sihir. Meskipun jika Sisi Timur dan Sisi Barat saling bertolak belakang, orang-orang dari Sisi Timur lebih dapat menerimanya.

Takeru yang merupakan manusia dari dunia luar dan tak memiliki kekuatan sihir. Dan satu-satunya yang menerima Mari di Akademi Anti Sihir dari segenggam Pletoon yang gagal.

Juamlah informasi Dunia luar yang dimiliki oleh Dunia dalam hampirlah tiadak ada. Meskipun ada rumor mengatakan ada penyihir yang mampu bertahan di luar sana, sebagian besar orang tidak percaya akan hal itu. Mungkin itu karena control informasi penuh atau pencucian otak.

Meskipun orang-orang dari dunia dalam menyadari keberadaan dunia luar itu, pengakuan mereka ketika datang situasi yang sebenarnya cukup dangkal. Jika Inia dan Ananda mengetahui tentang perlakuan kasar para Inkuisisi kepada para Penyihir, mereka tidak akan merasa senang.


“…seperti yang ku pikirkan, orang yang tanpa kekuatan sihir tidak biasa disini kan?”


Takeru bertanya kepada mereka berdua.


“Nyaaa..disini tidak begitu banyak, tetapi setidaknya sedikit dari mereka ada disni di Sisi Timur. Lihat, disana.”


Dia melihat ke arah yang di tunjuk Ananda.

Dengan arah punggung berlawan di loker siswa, berdiri seorang gadis dengan rambut biru di arahnya.

..Kanaria.

Takeru telah tertuju pada rambut biru yang sangat familiar. Ketika dia berfikir tentang hal itu, di teringan dengan waktu ketika dia menjadi tahanan. Itu jelas bahwa ia akan diawasi.

Juga, tatapan kebencian jelas tertanam padanya. Itu karena pertarunganya sebulan yang lalu, dank arena dia bertingkah layaknya seoraang senior padanya. Jika dia memakai seragam Akademi Sihir, dia seharusnya juga seorang siswa disni.

Inia menuju ke Arah Kanaria memanggilnya.


“Hei, Kanaria. Jangan hanya berdiri disana dan datanglah kemari.”



“……..hmph.”


Meskipun dia telah di panggil, Kanaria hanya menghela nafas dan teteap berdiri disana dengan.


“Dia Kanaria, kau lihat telinga panjangnya? Dia setengah elf kayu.”


“Setengah Elf kayu…?”


“Sebenarnya. Dalam pertukaran untuk kurangnya kekuatan sihir, kemampuan tubuh kayu elf melampaui manusia. Dia tinggal disini di Sisi Timur hanya untuk berlindung.”


“………….”


“Aku juga merupakaan Demi-Human seperti dia tapi…dia dari spesies yang membahayakan. Sepertinya dia terlahir dari Elf Kayu terakhir yang berhasil bertahan dari perang. Aku tak tahu detailnya.”


Ketika dia mendengar cerita dari Ananda, senuah ingatan menyerang kepala Takeru.

Sebuah kejadian yang berkaitan dengan Elf masih tersimpat di kepanya.

Dalam dunia dalam, punahnya elf juga merupakan sebuah fakta.

…tidak mungkin, benar…

Meskipun dia membandingkanya dengan apa yang dia dengar sebelumnya, pertama, umurnya tidaklah pas. Dan juga, Takeru mendengar bahwa dia telah di buang, akan sangat lucu jika dia berada di Vallhala…Akademi Sihir.

Takeru tidak memiliki banyak informasi tentang elf gagal milik Ikaruga.

Ikaruga benci untuk mengungkit hal ini, dan juga dia menghindari untuk menggali terlalu dalam.

Bagaimapun, ada dua fakta yang ia ketahui. Takeru berdiri dan mencoba bertanya pada Kanaria tentang hal itu. Tapi Inia memanggilnya.


“Ngomong-ngomong Kusanagi….kemana perginya Realic Eatermu?”


Dia menanyakan pertanyaan yang tak terduga.


“Kau bersama seorang gadis Biru langit kan? Aku juga ingin menanyakan tentangnya juga tapi…dia menghilang setelah pelajaran selesai. Akankah baik-baik saja meninggalkan Realic Eatermu sendirian?”

[ *NOTE: Biru langit=AZURE atau Saphire berwarna biru, berdasarkan namanya Lapis Lazuli yang berarti Biru langit/Usang dalam Mineralogi. ]


“Aku juga penasaran tentang hal itu, Dimana kau mendapatkan Realic Eater? Apakah itu sesuatu yang diwariskan dari generasi ke generasi oleh keluargamu? Aku merasakan kekuatan sihir yang sangat luar biasa dan agak asing darinya. Dia telah menarik perhatianku semenjak aku mempelajari tentang Realic Eater….nya?”


Setelah begitu banyak bertanya, Inia dan Ananda melihat ke arah muka pucat Takeru. Dia melihat ke arah Mari.

Mari menggelengkan kepalanya dan berkata “Aku tak tahu?!”, lalu dia selanjutnya melihat Kanaria yang ada di belakang.

“…a-awawawa….”


Wajah Kanaria sama pucatnya dengan Takeru.


Lima menit kemudian~


“---------Bodoh, bodoh, goblok! Meskipun kau kontraktornya! Kenapa kau membiarkan dia berkeliaran tanpa pengawasanmu?!”



Kanaria, Takeru, dan Mari bersama-sama berlarian mencari dimana Lapis berada.


“Aku malu! Aku sudah terbiasa dengan ada dan ketidakberadanya dan tiba-tiba saja dia menghilang.”


“Tidak ada ada alasan! Memiliki rasa malu?”


Takeru yang telah dihujani ejekan dari Kanaria, yang berlari di sampingnya di sebelah kanannya, berubah kecil dan dan semakin kecil.

Mari yang berlari di samping kirinya mulai memerah sebagai gantinya


“Kau tak seharusnya berkata seperti itu Kana-chan! Kau seharusnya yang mengawasi kami dan membiarkan dia keluar dari pengawasan!”


“D-Diam! Mari juga sudah dimata untuk bertindak sebagai pengawas juga oleh Mother Goose jadi kau juga bersalah!”


“Aku tak memiliki kewajiban untuk mengikuti perintahmu! Kenapa aku harus mengawasi Takeru yang menjadi rekanku!”


“Bukan Takeru! Michir..mistera..mi. ah ayolah!.”

[ *Note: Maksudnya adalah Mistelltein / lapis. ]

Kanaria melanjutkan dan menggigit lidahnya, dan berlari sambil mengaruk kepala dengan keras.

Mereka bertiga melanjutkan pencariannya, tidak terganggu bahwa mereka terlihat mencolok bagi siswa yang lain. Mari mulai tertinggal, karena perbedaan waktu waktu atau keberuntungan, seorang laki-laki yang mengenakan Kimono berjalan di tengah jalan dimana mereka berlari.


“Ohh, sedang apa, apa yang kalian lakukan?”


Itu adalah Orochi. Dan mulai berjalan ke arah mereka Anpan di tangan kanan dan susu di tangan kirinya.

Takeru yang pertama terhenti, dan meletakan tangannya pada lututnya di depan Orochi.


“Guru, kenapa kau disini?”


“Kenapa kau bertanya? Aku salah satu guru disini.”


“ha?”


“Aku ada kelas pelatihan fisik. Haa Mother Goose tidak mau berhenti bicara dan terus menyuruhku untuk bekerja jika aku tinggal disni.”


Mengajar latihan fisik menggunakan teknik dasar pedang dua sisi. Itu benar-benar bukan latihan dasar.


“Daripada itu, kenapa kalian terburu-buru?”


“Sebenarnya…aku kehilangan pengawasan lapis.”


Takeru mengakui kesalahan dan mempersiapkan diri untuk dipukuli.


Bagaimanapun, Orochi dengan tatapan kosong memakan Anpanya.

“Issat sho. Jadi lakukan yang terbaik.”

“…eEehh?!”


“Realic Eater tidak akan membahayakan kecuali kontraktonya menggunakanya. Dan kau juga mengenakan kalungnya, jadi tak perlu panik secara berlebihan.”


“Tidakkah kau mau mencarinya bersama kami?!”


“? Itu pedangmu bukan? Untuk apa aku harus melakukan hal seperti itu? Dan juga sekrang aku memiliki kelas, jadi aku tak ingin.”


............apa 'aku tidak ingin' sialan.


Meskipun pembuluh darahnya terlihat di atas dahinya, Takeru tersenyum dan menelan suara dalam hatinya.


“Orochi!! Itulah mengapa Kana menentangnya! Tidak mungkin bagi orang seperti ini untuk menguasai Misuchalachein !!"

[ *Note: Dan terjadi lagi -_- maksud Kana adalah Mistelltein / Lapis. ]


Kanaria pergi meninggalkan mereka dengan kecepatann tinggi.


“Zahh….haa…haa..haaeehh..”


Mari dengan pelan mulai mengikutii Kanaria.


“Senang melihatmu menjadi semangat kembali. Masa muda sangat menakjubkan.”


Mendengar Orochi berbicara acuh tak acuh, Takeru bahkan tidak bisa tersenyum kecut. Dia sudah lupa, tapi pria bernama Kusanagi Orochi pada dasarnya orang dewasa yang baik.

Dia menyerah untuk mendapatkan kerjasama Orochi, dan mulai berlari lagi.

“---Oi, tunggu…”


“Guueehh!!’


Tapi, Orochi segera menggenggam kerah Takeru dan menahan lehernya.


“A-Apa yang senarnya kau lakukan?!”


“Aku akan memberikan mu saran. Apakah kau perlu mencari pedang tercintamu? Meski hanya sekali?


“…eh?”


“Dia selalu merespon panggilanmu, dan secara langsung menunjukan dirinya disampingmu. Dengan kata lain, dia selalu tahu dimana kau berada. Dalam kasusnya, tidak begitu mengejutkan jika hal itu sebaliknya juga bekerja.


Orochi memalingkan wajahnya ke arah Takeru sambil meminum susu yang ia bawa.

Lebih dari sekedar fikiranya, dia terlihat menakjubkan.


“Sepertinya untuk saat ini sayangnya pedang itu jauh lebih kuat darimu. Terlihat seperti erosi satu arah.”



“…………..”



“Aku tak mengatakan kau harus mempercayai mereka, tapi Pendekar Pedang macam apa kau tanpa sebuah pedang.”


Dia berkata demikian, menusuk dahi takeru dengan tinjunya, melepaskan kerah bajunya dan ia mulai berjalan.


“Semoga harimu sha~ameee.”

Orochi melambaikan tanganya dan pergi.

Takeru tak dapat menanggapinya dan hanya melihatnya dari belakang. Apakah Lapis adalah Realic Eater atau Harta Suci, faktanya Lapis bahwa Lapis adalah sebuah pedang tak akan berubah.

Astaga, aku tak dapat membantah sedikit pun.


“….Orang itu benar-benar tidak berubah.”


Takeru dengan tenang menundukan kepalanya, dan mendengarkan hatinya untuk mengetahui keberadaan Lapis.

Tanpa tergesa-gesa, Takeru mengikuti kabut yang ada dalam hatinya yang terdalam, tersa terhubung dengan Lapis, dan ketika menaiki tangga.

Yakin bahwa, hubungan mereka telah semakin kuat berkat kontrak ulang.

Setelah sampai di atas tangga, di mendorong sebuah pintu besi dan terbuka.

Angin ringan mulai membelai pipinya, dan tentu saja tatapanya tertuju ke langit. Dia menyipitkan matanya dengan samar pada cahaya lembut yaang di lindungi oleh penghalang ultraviolet.

Langit yang tidak terlalu luas, tapi memiliki warna yang tidak bisa dilihat di luar sana.

Cahaya yang menyebar seperti pucatnya pelangi. Dan di dalam penghalang itu terdapat 3 ekor gagak yang terbang.

Bangunan dan lapangan yang tersusun secara acak, tapi tak pernah bertabrakaan.

Sementara bangunan itu penuh dengan mesin, di atas atapnya terdapat tanaman yang rimbun.

Karena sihir itu tidak berbahaya bagi alam, itu wajar saja.

Meskipun ia terkejut melihat pemandangan malam ketika dia terbangun, sangat cantik dan menakjubkan meskipun di lihat saat siang hari. Karena ini merupakan negara penyihir, dia pikir akan penuh dengan sesuatu yang menyeramkan, tapi bukan itu masalahnya. Dia merasa ia berada dalam gaambar sebuah buku.

Takeru menarik nafas dalam, dan mengalihkan tatapanya ke depan.

Dia melihat seorang berwarna biru langit yang duduk di ujung akar yang tak memiliki pagar.

Rambut Lapis berkibar karena angin, membuat punggung nya terlihat lebih kecil dari biasanya. Dia terlihat kesepian di saat duduk sendiri. Di sebelanya, Takeru melihat banyak tas besar yang berisi banyak apel.

Di atap yang tenang, hanya terdengar suara Lapis ketika mengunyah apel.

Dia terlihat cocok dengan pemandangan indah itu, tapi benar-benar terlihat kesepian.

Takeru mendekatinya secara diam-diam, dan segera duduk di sebelaahnya.


“Yo. Sedang makan siang sendiri? Jika kau pergi ke suatu tempat tolong katakan padaku dulu.”


“………….”


“Woaaaahh, ini benar-benar tinggi. Karena aku tidak bisa terbang seperti siswa yang lain, ini sedikit menakutkan.”


“……………”


“………K-kau sedang makan apael huh. Itu terlihat banyak. Beri aku sat-----“

*hyop*……*Zuzuzuzuzu*

Ketika Takeru menjulurkan tanganya pada apel tersebut, Lapis mengambil tas berisi apel tersebut dan membuat jarak dari Takeru.

Dengan tangan yang tetap menjulur, Takeru lebih terlihat seperti ingin menagis daripada terlihat terkejut.

Lapis membuat jarak yang agak jauh dan lanjut menguyah apelnya.

Takeru meringkuk dan melontarkan sebuah desahan panjang.


“…hei, bukankah ini waktunya kau mengatakan alasanya padaku?”


“(*Kunyah* *Kunyah* *Kunyah*)”


“Aku sadar sepenuhnya kalau aku tidak peka tapi…apakah aku melakukan sesuatu padamu? Aku tak ingat apa yang terjadi sebelumnya dengan baik.”


“(*Kunyah* *Kunyah* *Kunyah*)”


“Ada banya pertanyaan yang ingin ku tanyakan padamu, jika aku melakukan kesalahan aku akan meminta maaf padamu sebagaimana seharusnya. Tapi setidaknya biarkan aku mendengar suaramu.”


“(*Kunyah* *Kunyah* *Kunyah* *telan*)”


“……………………….jangan makan bijinya juga.”


Lapis tidak memperdulikanya dan mengambil apel yang lain.

Takeru menggaruk pipinya dan tersenyum kecut melihat jarak Lapis dengan dirinya.


“Saat perut terisi, depresi mereda ... ya”


Ketika ia mengatakan itu sambil melihat ke atas langit, Lapis berhenti mengunyah apel untuk sesaat.


“Tentu, itulah yang di katakan oleh kontraktormu sebelumnya kan? Sebuah ungkapan yang bijak.”


Lapis tidak menjawab, dia menjauhkan apel dari mulutnya, menggenggam dengan kedua tanganya, Menahannya di perutnya seolah itu penting baginya dan melihat ke kejauhan.


“Tapi, itu artinya aku telah membuatmu merasa tak nyaman.”


“…………………”


“…..aku telah melukaimu…benarkan?”



Tanpa melihat ke arah Takeru, Lapis perlahan membuka mulutnya.


“Melukai…..tak ada goresan yang di konfirmasi, jadi kau tak usah khawatir.”


Itu merupakan pertama kalinya untuk beberapa saat dia mendengar suara Lapis, seperti biasa tidak ada intonasi.

Bagaimanapun, entah bagaimana terdapat sebuah perasaan penolakan disana.

Sirkuit pemikiran Manusia dan Realic Eater sangatlah berbeda. Sesuatu seperti menyakiti pada manuasia tidaklah sama dalam bagi Realic Eater. Terkadang ada masalah dalam memahami tingkah laku dan tindakan mereka.

Ketika Takeru sedang bersama dengan Lapis, bukanya dia tidak meragukan sikapnya.

Sampai sekarang dia tidak memiliki niat untuk menggoda nya. Apa yang Takeru inginkan adalah hubungan antara pedang dan penggunya, dan Lapis juga seperti itu.

Tapi mereka diharuskan untuk mengerti satu sama lain jika mereka mencobanya.

Setelah semua itu, ia dapat merasakan hati Lapis lebih baik dari sebelumnya.


“Jika kau bertanya apakah aku dapat menanggung beban mental, lalu kau tidak perlu khawatir tentang hal itu sebagaimana mestinya. Aku adalah Realic Eater, aku tak memiliki trauma mental seperti manusia.”


“Itu tidak mungkin benar. Aku pikir kau memiliki harga diri yang besar, dan kau sempat cemburu sebelumnya.”


“Aku heran apa sebenarnya yang kau katakan.”


“……Dibandingkan dengan orang lain, bukankah kamu cukup keras kepala?”


“Aku tak berpikir disana tak ada lagi gangguan berkelanjutan, lagipula kau bukan tuan ku lagi.”

Bukan tuannya. Mendengarnya mengatakan hal seperti itu, Takeru mengerutkan keningnya.


“…..apa maksudnya itu?”


“Seperti yang ku katakan. Kau telah melepaskan Ku. Itu saja.”


“Melepaskan…aku tak mengingan apap----“


Sampai ia berkata pada baris itu, sebuah ingatan telah mengalir dalam kepala Takeru.

Saat ia mencoba berkomitmen untuk melakukan bunuh diri sendiri bersama Kiseki, dia sudah melepaskan Lapis.

Dia memutuskan untuk menolak segala hal, bagaimanapun, satu-satunya jalan adalah menolak pilihan untuk membunuh Kiseki.



“Sudahkan kau ingat?”


“Tidak, Saat itu aku tidak benar-benar berniat membuangmu..”


“Aku juga berfikir begitu. Aku tidak punya hak untuk menyalahkanmu. Sebagai seorang instrument aku sudah tidak layak untuk memunuhi keingananmu. Itu saja.”


Setelah berkata demikian, dia mulai memakan apel yang lain.

Dengan kata lain, lapis menafsirkan dia merasa malu setelah di tinggalkan.

Kupikir begitu sebelumnya, tapi dia juga memiliki bagian-bagian yang imut. Pikir Takeru.

Di Waktu yang sama, dia merasa kesepian sejak Lapis tidak lagi menganggapnya sebagai tuanya.


“…tapi, kontrak kita belum berakhir, bahkan sekaarang, aku masih hidup.”


“Aku adalah seorang Realic Eater, jadi kekuatan tempurku sangat kecil dan akan membuatku rentan, bisa di sebut hampir tidak ada. Saat ini, statusku merupakaan tahanan Valhala, jadi itu bukan ide yang bagus untuk mengahiri kontrak dengan segera.”


“………………”


“Itu saja.”


Ini adalah bagaimana rasanya di tinggalkan oleh seorang pasangan.

Meskipun dia tidak memiliki niat seperti itu, memang benar dia melepaskannya saat itu.

Takeru mulai menunduk.


“Aku benar-benar minta maaf.”


“Tidak ada yang perlu di maafkan, aku sudah mengatakanya sebelumnya.”


“Tidak, aku satu-satunyaa yang bersalah. Dengan sewenang-wenang aku memaksakan keinginanku padamu, lalu dengan egois meninggalkan keinginanmu. Memang benar saat itu aku tak memiliki alasan padamu, yang kecewa dengan ketidakpercayaanku.”


Meminta maaf dari lubuk hatinya, Takeru membungkuk di depan Lapis.


“Itu sebabnya paling tidak, tolong beri aku kesempatan sekali lagi.”


“Mengapa demikian. Aku seharusnya tidak ada urusan lagi denganmu.”


“Itu tidak benar, aku menginginkanmu karena itu Kukatakan.”


“Untuk melindungi diri kan?. Atau mungkin demi Kusanagi Kiseki, aku bertanya-tanya.”


“Tidak untuk semua itu. Sebagai seorang pendekar pedang, dan sebagai seorang manusia aku tak ingin melepaskanmu.”


“……..Sebagai seorang manusia?


“Ya, Aku ingin memikirkanmu seperti teman-temanku.”


Meskipun apa yang ia katakan merupakan perasaannya yang sesungguhnya, Lapis memiringkan kepalanya bingung.


“Aku sudah mengatakan sebelumnya kau adalah Realic Eater.”


“Aku tahu itu. Dan aku sebagai manusia, tak ingin melepaskanmu.”


“Aku tidak mengerti.”


“tidak ada alasan.”


“…………”


“Sebagai pasanganmu….aku ingin tahu lebih banyak tentangmu.”


Dengan ekspresi serius, menyampaikan perasaanya pada Lapis.

Untuk pertama kalinya setelah datang ke Akademi Sihir, Lapis melihat ke arah Takeru.

Rambut biru itu bergoyang saat angin bertiup.


“Meski jika kau tahu, apa yang akan kau lakukan?. Aku pikir itu tak ada ada artinya.”


“Tentu ada artinya. Ada sesuatu yang seharusnya membuatku berada di sampingmu.”

“…Aku tak begitu mengerti, tapi Aku akan menjawab pertanyaanmu. Sejak aku meninggalkaan Inkuisisi, pembatasan pembicaraan telah di hapus.”


Seperti biasa, dia tampak tak berekspresi.

Bagaimanapun, untuk Takeru, dia hanya menunjukan sebuah kesedihan.

Di lokasi yang sangat jauh dan tanpa ada apa-apa di dalamnya, berdiri sendirian di dunia yang rusak, gambaran seperti itulah yang muncul di kepalanya. Tanpa sadar dia mengulurkan tangannya, ingin menyampaikan kepadanya bahwa dia ada di sampingnya.

Dia menahan dorongan aneh itu, dan bertanya apa yang ingin didengarnya darinya.


“Apakah benar kau Harta Suci, sesuatu yang di ciptakan dari dunia lain?”

Pertama, dia mengajukan pertanyaan yang mendekati hatinya terlebih dahulu.

Yang mengejutkan, Lapis meresponya dengan sederhana.


“Ya. Itu benar. Dunia dengan nomor identifikasi 1023, dalam dunia lain, Aku diproduksi di dunia mitologi, dimensi yang berbeda disebut sebagai “Mitologi Nordik” di dunia ini.”

[ *Note: Mitologi Nordik adalah Mitologi yang berasal dari Eropa Utara, yang merupakan kepercayaan warga Eropa Utara sebelum datangnya Agama Kristen dan mengisahkan banyak cerita dari dewa mereka contohnya Dewa Odin, Thor, dan Loki. ]


Meskipun dia telah dijelasakan sebelumnya, merupakan sebuah kebohongan jika dia tidak terkejut akan hal itu.


“….lalu mengapa kau berada di dunia ini? Meskipun menggunakan sihir pemanggil, seharusnya pasokan sihir saat ini tidak cukup untuk melakukan hal itu.”


“Alasannya tidak di ketahui. Informasiku tentang dunia Mitologi Nordik sudah rusak. Dan di waktu yang bersamaan, apa yang bisa di sebut dengan kepribadianku muncul setelah Aku datang ke dunia ini….untuk lebih jelasnya, itu seperti aku telah terlahir di akhir Perang Perburuan Penyihir.”


“………….”

Saat Takeru menarik napas, Lapis menanggapi dengan acuh tak acuh.


“Dengan kemungkinan 98%, Dunia Mitologi Nordik sudah tak ada lagi. Untuk suatu alasan itu sudah di hancurkan. Dan sekarang, sangat tidak mungkin untuk melakukan kontak dengan Dunia Mitologi Nordik dengan melakukan pemanggilan, dengan adanya beberaapa hipotesis.”


Penghancuran dunia mitologi….itu adalah sesuatu yang tidak pernah dia dengar sebelumnya.

Bagaimanapun, Lapis tidak mengatakan suatu kebohongan. Sekarang hubungan mereka sudah tumbuh semakin kuat, dia bisa katakan secara langsung.


“….dan kaulah yang membawa dunia ini pada kehancuran…dan menyebabkan Akashic Hazard, benar?”


“Ku katakan dengan jelas, itu salah. Akashic Harzard bukan hanya aku penyebabnya, bersama dengan Twillight Type yang lain-------Harta Suci lain yang menyebabkan hal itu.”


“Harta Suci yang lain?”


“Sebuah pedang sihir bernama ‘Laevateinn’ yang memiliki kekuatan untuk membunuh dewa sepertiku. Meskipun dia kehilangan sebagian besar kemampuanya, dia di konfirmasi telah berada di Valhalla.”


“…lalu, Inkuisisi dan Valhalla yang telah menggunakanmu dan laevatein menyebabkan bencana ini?”


“Ketika dua Pemburu Dewa bertarung, Sihir “Twilight” Ku dan Sihir “Destruction” Laevateinn bercampur selama bertarung, terjadilah wabah sihi “Void” yang telah menutupi dunia ini.”


Itu benar-benar cerita yang tak dapat di percaya.

Kedua belah pihak diantar Inkuisisi dan Valhalla menggunakan Senjata Suci sebagai senjata utama mereka. Dan Valhalla menggunakan Laevatein, lalu Inkuisisi menggunakan Mistilteinn untuk melawanya.

Karena satu sama lain menggunakan kedua senjata pemusnah massal, dunia jatuh ke dalam kehancuran.

Itu benar-benar cerita yang mengerikan.


“Pada akhirnya, siapa yang menang?”


“Kami telah menghancurkan Laevateinn dan menimbulkan luka serius pada kontraktornya, tapi jika seseorang melihat hasilnya, maka itu akan menjadi imbang."


“Apa yang terjadi pada tuanmu yang sebelumnya?”


“……….”


“…………….?”



“Dia kehilangan kendali atas Mode Pemburu Dewa, mengamuk dan akhirnya mati.”


Takeru tidak melewatkan sedikitpun hal yang di katakan Lapis.

Karena penting untuk mengetahui detail dari Mode Pemburu Dewa, dia benar-benar harus mengerti hal itu.


“Tuanmu itu, dia orang yang bagaimana?”


“……?”


“Skill nya tidak sebagus dan sebanding dengan milikmu. Bagaimanapun, kebenaranya dia merupakan orang yang kuat.”


“Dan namanya?”


Ketika Takeru bertanya, Lapis melihat ke arah Takeru dengan pupil matanya yang terlihat seperti marbel.

“Kusanagi Mikoto. Dia satu keturunan denganmu, dengan kata lain, seorang wanita dari keturunan Kusanagi.”

Untuk sesaat, dia terkejut pada titik jantungnya hampir berhenti dan kehilaangan kata-kata.

Kusanagi Mikoto. Dia tidak pernah mendengar tentangnya, jika dia merupakan seorang wanita.

“Kau bilang dia merupakan seorang wanita? Untuk saat ini, apa itu benar!?”


“Ya. Seperti yang Ku bilang.”


“Lalu seharusnya dia berada dalam keadaan yang sama dengan Kiseki!”


“Tidak, itu tidak sama. Meski dia menderita karena kekuatanya sendiri, tapi dia tidak terus menerus kehilangan kendali.”


Takeru mendekati Lapis dengan segera, dan memegang pundaknya.

150 tahun yang lalu berarti sudah 4 generasi dari keluarga Kusanagi pada waktu itu.

Kekuatan dari [Hyakki Yakou] mungkin tidak sekuat saat ini, tetap saja, tidak mungkin untuk menahaan kekuatan itu seorang diri. Dan yang terpenting, sudah tradisi dari keluarga Kusanagi untuk membunuh anak yang lahir sebagai perempuan. Jika sesuatu yang tidak biasa terjadi, seharusnya dia tidak akan hidup.


“Tolong ceritakan padaku tentang orang itu! Mungkin disana ada petunjuk tentang bagaimana cara untuk menyelamatkan Kiseki.”


Dengan putus asa, Takeru bertanya pada Lapis.

Tapi tiba-tiba pintu terbuka dengan keras.

Kanaria teerlihat berda di belakang pintu.


“Haa…haa…ha…kau..apa yang kau lakukan…!”


“Kenapa kau bertanya, Aku hanya berbi….”


“Kau makan apel di tempat seperti ini saat kami mencarinya!!”


Kanaria berlari ke arah Takeru.


“Tu-tunggu, tunggu sebentar! Aku sedang mencarinya dan menemukanyaa------eh…?”


Dia melihat ke belekang untuk memastikan Lapis berada disana, tapi meskipun berfikir telah memegang bahunya, dia tidak terlihat dimanapun. Yang tersinya hanya tas berisikan apel di belakangnya.


“Tidak tunggu?! Tunggu, sesaat lalu dia disini----“


“ChOoooyaahhhhhh!!!!!!!!!!!!”


Kanaria berlari dan menyeraang Takeru dengan flying kick.

Dia pasti akan mati jika tidak bertindak dengan segera, jadi dia mengalihkan tubuhnya untuk menghindar.


“Ah.”


Karena Takeru menghindar, lompatan Kanaria terus berlanjut dan langsung jatuh dari atap. Dia terjun dari ketinggian 500 meter di atas tanah.
Dengan segera Takeru menangkap tangan Kanaria, tapi momentum yang tak terelakan menariknya dan ikut terjatuh dari atap.


“Iniiii tiiidakk bbaguus!”


Dia terseret oleh Kanaria yang matanya di penuhi air mata dan jatuh bersama.

Jujur saja, dia tidak berpikir bahwa dia akan mati dengan cara yang begitu membosankan. Meskipun akhirnya dia melepaskan keraguannya, untuk memikirkan jatuhnya tirai hidupnya akan datang dari flying kick seorang Elf Kayu.

Agar setidaknya Kanaria bertahan, Takeru memeluknya dan membalikkan tubuh mereka, mencoba bergerak di bawahnya.

“?!Jangan sentuh payudaraku bajingan!!”

“Ini bukan waktunya unt------guuooohhh!!!”

Kanaria mengeluarkan sikunya ke arah Takeru. Mengapa aku harus di panggil botak bajingan seketika melakukan akrobat di situasi seperti ini. “Ah Cukup” gumam Takeru dengan air mata yang terlihat di matanya.

Tapi saat itulah Kanaria menggenggam kerahnya.

Di tengah musim gugur, dia meraih tepi jendela sekolah dan tergantung. Meskipun leher Takeru mengeluarkan sebuah celah saat berhenti tiba-tiba, jatuhnya mereka berhenti dan keduanya aman.

Elf Kayu sangat lincah dan memiliki kekuatan super, tapi itu sudah melampaui tingkat mereka.

Kanaria terlihat marah dan melotot ke arah Takeru.


“Aku akan melaporkan hal ini pada Mother Goose….Aku akan membuatmu tak bisa bertindak dengan bebas, jadi persiapkan dirimu….!”

Lalu Kanaria berayun dari tubuh Takeru, dan melemparkanya ke gedung sekolah.


Di akhir penyelamatan yang kejam, siswa di sekolah tersebut memandangnya dengan aneh saat dia meneteskan air mata yang menyedihkan di lantai yang penuh dengan kaca dari jendela yang hancur.
Share Tweet Share

0 comments

Please wait....
Disqus comment box is being loaded