Bab 1 - Akademi Sihir

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode


Tempat penampungan telah menyebar menelan hampir seluruh dunia.

Amerika, Russia, China, dan Negara lain secara signifikan telah di cemari dan terus menyebar, dan tidak ada banyak daerah yang layak untuk di huni oleh manusia.

Ada markas Inkuisisi lain selain di tanah Jepang yang tua, tetapi bergerak diantara area yang terbatas untuk melakukan pergerakan ke langit, dan sejak itu di perlukan setidaknya ketinggian 20.000 meter agar tidak terpengaruh oleh efek dari tempat penampungan, mengunjungi daerah lain sangatlah sulit.

Dan juga sangat sulit untuk memanggil bantuan dari area lain karena gangguan Tempat Penampungan yang membuat mustahil untuk terhubung dengan mereka. Disisi lain, para penyihir yang selamat dengan membangun barrier pelindung telah mengembangkan cara mentransfer sihir dan melakukanya secara berkala.

Penampungan yang dibuat dan di kelola oleh penyihir tersebar di seluruh Tempat Penampungan.

Meskipun di tempat penampungan Itu terlihat seperti penampungan kecil yang terletak di Jepang.


“Tempat ini, adalah penampungan Eropa. Semua orang memanggilnya Akademi Sihir.”


Gadis dengan rambut biru, Kanaria sedang berjalan menelusuri lorong dengan ekspresi tegas membimbing Takeru melalui Akademi Sihir.


“Semua anak yang lahir di dalam Tempat Penampungan dikirim ke Akademi dan mendapat pengetahuan tentang sihir. Itu merupakan institusi pelatihan untuk penyihir…Sama seperti Inkuisisi di Akademi Anti-Sihir.


“…….”


“Penampungan ini memiliki total populasi 50 juta penduduk. Dalam Tempat Penampungan yang luas, terdapat banyak penyihir.”

Meskipun ia mendengarkan penjelasan Kanaria, Takeru tidak benar-benar memperhatikannya.

Setelah insiden dengan Kiseki terselesaikan, ia pingsan dan pindahkan ke dalam Akademi Sihir oleh Orochi. Sejak saat itu, sebulan tampaknya telah berlalu.

Tetapi meskipun dia sedang di jelasakan tentang Akademi Sihir, jujur saja, dia tidak dapat memahaminya. Setelah itu, perang adalah kisah masa lalu baginya, sesuatu yang terjadi 150 tahun yang lalu.

Negara dimana adanya penyihir, dan Inkuisisi menyembunyikan kenyataan?

Jika itu adalah Ootori Suigetsu, tidak mungkin ia tidak mengetahuinya.

Dan setelah terperangkap dalam insiden skala besar, Takeru merasa benar-benar merasa ada sesuatu yang hilang.

... Aku ingin tahu apa yang terjadi pada anggota peleton. dan Kiseki…

Wajahnya tampak frustasi.

Ekspresi Kiseki terlihat seperti tangan mereka di pisahkan dengan penuh kesedihan.

Dia juga mengingat suara anggota pletonnya yang mencoba untuk melampauinya.

[“Jangan pergi…Kusanagi…!”]

Mengingat suara memilukan Ouka, Kusanagi mengepalkan tangan nya.

Pada akhirnya, semua yang ia lakukan berakhir dengan kegagalan.

Dia menolak pilihan untuk membunuh Kiseki, dan berkeinginan untuk menyelamatkan semuanya.

Namun, sisanya dia tidak memiliki jalan keluar apapaun, dan berakhir dengan tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Tidak dapat melakukan apa-apa, ia akhirnya hanya digunakan ...

Ketika Takeru mengingat ketidakberdayaannya, dengan segera kekuatanya meninggalkan tubuhnya.

..Tak peduli betapa resah tentang hal itu tidak akan ada yang berubah…Mari kita berpikir kembali tentang tempat yang kumiliki saat ini. Pertama dan terutama aku harus belajar apa yang terjadi di luar…Aku akan mendapatkanya tidak peduli apa yang terjadi. Keselamatan teman-temanku…Dan keadaan Kiseki saat ini..!

Dia tidak ingin hanya berdiri dan berdoa demi keselamatan mereka.

Bermaksud untuk melawan segala sesuatu yang datang padanya, Takeru mulai berjalan ke depan.

Aku harus kembali secepatnya, ke tempat teman-temanku.

“—Hei!.”

Tiba-tiba wajah Kanaria terlihat di depan wajahnya dan dia menatap Takeru. Takeru dengan kuat melompat ke belakang.

“apa kau tidak mendengarkanku?”

“Eh?”

“Apa. Kau. Tidak. Mendengarkan. Ku?”

Menunjuk jarinya tepat pada hidung Takeru, dia mendekat dan mulai bertanya.


Saat Takeru melihat Kanaria seperti ini, Dia merasa Kanaria secara tidak realistis merupakan gadis yang cantik. Dia memiliki rambut biru, mengingatkan pada kristal biru dan mata kuning cerah. Terlebih dia masih muda dan tidak terlalu tinggi, serta setelelan yang ia gunakan benar-benar menunjukan lekuk tubuh feminimnya.

Dengan ekspresi tegas, Kanaria meletakkan tangannya di pinggulnya.

“Kana sedang sibuk. Jika tidak memerlukan bimbingan, aku akan pergi.”

“Maaf. Aku hanya melamun untuk sesaat.”

“kau perlu kesadaran diri. Aku akan mengunci mu jika memang aku bisa. Kau tidak bisa berjalan di sekitar sini sesukamu.”

“Aku tahu itu. Aku adalah tahanan perang kan…untuk saat ini.”

Takeru berkata demikian, dan menyentuh pengekang yang terpasang pada lehernya.

Itu merupakan kalung yang memiliki struktur yang sama dengan jenis ledakan Gleipnir. Alasan kenapa Takeru tidak memiliki Kekuatan sihir karena ia menganakan kalung pengekang itu. Ini di lakukan untuk mencegah dia menggunakan Mistilteinn.

Jika dia menggunakan Lapis dan mencoba berubah ke mode Pemburu Penyihir kalung itu akan meledak.

Saat ia berbisik dan menunjukan kerahnya, sekali lagi Kanaria memindahkan wajah nya ke dekat wajah Takeru.

“H-hei, K-Kau terlalu dekat, A-Apaan ini?”

Seperti tanpa ragu dia mendekatkan wajahnya, Takeru mulai mengambil sikap bertahan.

Kanaria mulai menatap mata takeru.

“….Jangan berpikir kau menang.”

Takeru tidak mengerti apa maksud Kanaria tadi.

“Aku bicara tentang pertandingan bulan lalu.’

“Pertandingan?”

“Jangan salah paham. Kau dalam mode Pemburu Penyihir. Itu tidaklah adil. Kau tidak menang. Aku tidak kalah.”

“…ha?”

“T-Teknik pedang dua sisi! Kana itu lebih kuat!”

Kanaria membalikan tumitnya.

Setelah di teriaki oleh Kanaria, Dia ingat hal kecil yang terjadi sebelum dia dibawa ke tempat ini.

Takeru hanya memiliki ingatan yang samar akan pertempuranya dengan Kanaria, tapi dia bisa mengingat bagaimana rasa sakitnya serangan Kanaria.

Pada saat itu ia menilai kemampuan Kanaria belumlah sempurna, rasanya tak terpikirkan oleh dirinya dan itu terasa agak aneh, namun seperti yang ia ingat, mereka masih belum dewasa. Itu sangat kuat, dan fakta bahwa dia tidak memiliki presisi pada Teknik pedang dua sisi.

Aku akan menyimpanya untuk diriku sendiri.

Sambil melihat belakang punggungnya, Takeru mulai mengejar Kanaria.

Apa yang seharusnya dia lakukan sekarang, adalah bertemu dengan Pemimpin Akademi Sihir. Daripada mencoba belajar dari Kanaria, akan lebih mudah jika bertanya pada orang itu.

Sampai ia mengerti situasinya, tidak ada gunanya mengambil tindakan gegabah.

Daripada itu, ada satu hal yang ingin dia tahu saat ini.

“Apakah kamu belajar Teknik pedang dua sisi dari seorang guru?”

Tetap cemberut, Kanaria menghiaraukan Takeru.

“Dalam keadaan seperti apa kau di ajari? Aku di ijinkan karena aku salah satu dari Kusanagi, meski begitu, aku harus bersujud tiga hari berturut-turut agar dapat di ajari. Jika memang tidak ada cara lain, kau harus mencoba agar lebih kerasa bukan?”

“….Kenapa aku harus mengatakan itu padamu.”

Kanaria terlihat jengkel.

Meskipun ia terang-terangan menolak jawabannya, Secara tak terduga Takeru….

Dalam hatinya, ia merasa senang memiliki seorang junior.

“Sudah berapa banyak kau yang kau pelajari? Jika sudah di ajari tekniknya, artinya kau sudah cukup di akui.”

“……..”

“Pelatihan….pasti akan sangat konyol karena telah keras padamu walau seorang wanita.”

Dia terus memberikan pujian pada Kanaria meskipun faktanya ia telah di abaikan.

Kanaria membuka lebar matanya untuk sesaat, dan mengarahkan tatapan bingung pada Takeru, dan berpaling lagi, dia pasti berpikir ia gagal untuk menyembunyikan wajahnya dengan poninya.

Dengan gerakan yang intimitasi, Takeru meletakan tanganya di atas kepala Kanaria seperti yang sering ia lakukan pada Usagi.

“Kau sudah melakukan yang terbaik. Itu sudah cukup.”

Bersamaan dengan Takeru mengelus kepalanya dan mulai bicara, tubuh Kanaria untuk sesaat gemetar seperti rubah yang ketakutan.

Pupil matanya gemetar samar-samar.

Dari serangkaian tindakannya, terlihat jelah bahwa ia marah. Guru dari teknik pedang dua sisi, Orochi, tidak mungkin memuji muridnya seperti ini, di akui seperti ini merupakan pengalaman pertama banginya.

Bersamaan dengan senyumnya, wajah Kanaria mulai memerah dan menundukan kepalanya.

“-----Jangan bertingkah layaknya seorang senior!!!!!”

Suara seperti tembakan telah terdengar.

Dengan ledakan itu kemarahan Kanaria mengarahkan pukulan ke rahang Takeru. Dan dengan waktu bersamaan Takeru menaikan kepalanya beberapa sentimeter, mengangkat sedikit tubuhnya. Dia memprediksi pukulan itu dan melompat setelahnya, tapi jika ia menerima pukulan tersebut tepat dengan momentum peluru itu ia pasti sudah mati.

“Apa-apaan itu?!, Apa kau mencoba membunuhku?!”

“Fuu! Fuu!”

“S-Salahku, itu sudah kebiasan…! Maaf tiba-tiba mencoba akrab dalam pertemuan pertama kita.”

Sebagaimana Kanaria melihat ke arahnya, dan mengepalkan tanganya sampil mengeluarkan suara retakan. Takeru buru-buru minta maaf dengan wajah pucat.

Hanya sampai ia dipojokan dan punggungnya mulai menabrak dinding, dan situasinya mulai menjadi tragis.

“-----Takeru?’

Tiba-tiba ia mendengar suara yang datang dari arah lain di koridor.

Dengan kerah yang di genggam Kanaria, Takeru melihat kerah suara itu berasal dengan wajah pucat.

Disana ada seorang gadis dengan topi dikepala dan leher yang di gulung oleh syal.

“…Mari?”

Melihat kehadiran rekan-nya, itu mustahil untuk ia bertemu disini, Takeru hanya terdiam.

Sementara Mari berdiri disana, air mata mulai jatuh dari matanya.


“Uuuu----uuuAAAAaaaaaaaann!”

Mari mulai menangis.

Dia mengusap matanya seperti anak kecil, dan mendekat pada Takeru. Meskipun Takeru sediki malu, secara alami ia mulai memeluk Mari.

“Kenapa kau berada disini?”

Mari mencoba menjawab pertanyaan Takeru sembari menangis, tapi dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terisak.

“Kami membawanya bersama denganmu. Itu usulan Orochi. ‘Tidak ada artinya dia tinggal di Inkuisisi’. Itulah yang ia katakannya.”

Disamping mereka, Kanaria bicara mengantikan Mari.

“Setelah kau di kalahkan oleh Orochi, gadis ini datang sendirian untuk menyelamatkanmu.”

Takeru terdiam dan menatap Mari yang menangis.

Saat itu, Takeru melepas mode Pemburu Penyihir Ouka dan mempercayakan rekan-rekannya, Mari harus meninggalkan mereka di belakang dan mengejarnya.

Dia menaruh tanganya di atas kepala Mari dan mulai mengelusnya.

“Aku telah membuatmu khawatir…maaf.”

Dengan berbicara dengan suara yang lantang, Mari, yang ajahnya sudah basah, mulai menangis bahkan lebih keras.

Kanaria berdiri disamping mereka dan memandang Mari dengan bingung, dan mulai menggelengkan kepalanya.

“Meskipun penuh semangat setiap saat, kau menunjukan kelemahanmu di hadapan laki-laki. Kana benar-benar membenci wanita seperti itu.”

Mendengar sindiran tajam dari kata-katanya, Mari mulai berbalik dan menatap Kanaria.

“Aku tidak ingin menjelaskan bangaimana seharusnya wanita bertingkah laku kepada wanita sepertimu! Aku sudah memberitahumu untuk segera memanggilku jika Takeru sudah sadar! Kenapa kau tidak menghubungiku, apa maksudmu!”

“?! Uh..gh.. K-Kita berencana untuk menemuimu saat ini. Itulah maksud Kana.”

“Pembohong! Kita hanya bertemu karena kebetulan aku lewat sini! Kana-chan kau tidak bisa membuat alasan.”

“I-itu bukan sekedar alasan…aku tidak cocok dengan…mesin. Aku tidak tahu apa itu telepon. K-Kana hanya…”


Pada awalnya dia bertingkah kuat, Tapi di salahkan oleh Mari yang perlahan mulai mendekat membuatnya mundur ke belakang.

Saat dia sudah ada di sudut dinding dimana tidak ada jalan untuk lari, Mari menyerangnya.

“Gyaaaaaaaa!”

Sementara Kanaria mencoba melarikan diri, Mari menggunakan jarinya untuk bermain dengan telinga panjang Kanaria.

“T-telingaku!! Menjauhlah dari telingaku!!!”

“Ayolah~ayo~! Mengakulah bahwa kau tidak berniat menghubungiku dari awal!”

“Itu benar, aku benar-benar tidak tahu bagaimana cara menggunakan telepon!”

Meskipun wajah Kanaria mulai memerah dan air mata terlihat dimatanya, Mari tidak berniat untuk berhenti memainkan telinga Kanaria.

Sementara Takeru yang kagum dengan mereka, dia melihat pemandangan Akademi Sihir yang tersebar lewat jendela.

Bel peringatan di kepalanya kembali berbunyi dan tak berubah.

Apa yang menyengat kepalanya, bukan hanya ingatan karena tak dapat menyelamatkan Kiseki tapi juga karena meninggalkan rekan-rekannya.

Meskipun sekarang sudah mulai berkabut dan dia tidak bisa focus pada hal itu. Memori yang menyambungkan.

…aku ingin tahu, apa yang sedang ia lakukan sekarang.

Khawatir dengan keselamatan senjatanya, Takeru mengepalkan tanganya.

Lapis. Realic Eater [Mistilteinn]

Jika dia masih hidup dan bernafas, dia pasti juga ada di tempat ini.

Takeru, Mari, dan Kanaria mulai berjalan di sekitar Akademi Sihir

Tempat yang Takeru lihat dan disebut dengan Akademi Sihir ‘Medical Magic Tower’.

Dia merasa bahwa itu meneyerupai Rumah Sakit Seelie seperti di Akademi Anti Sihir.

Namun, itu memang sama, Di Akademi Sihir tidak ada bedanya seperti Akademi Anti Sihir. Siswa nya menggunakan pakaian berwarna biru dan tidak membawa senjata, mereka terlihat normal.

Bagaimanapun, sebuah tongkat sihir memasuki bidang pengelihatanya, yang di sarungkan oleh siswa di pinggangnya.

Tongkat sihir mereka adalah Magical Heritage yang membantu penyihir dalam menciptakan sihirnya, ketika dia melihat ke sekeliling, sejumlah siswa membawa berbagai katalis sihir yang aneh .

Mungkin karena itu sudah terbiasa, tapi ia tetap waspada.

Sementara dunia luar mengandalkan peralatan elektronik pada video dan gambar stereoskopik, itu terlihat seperti Kekuatan sihir telah di aplikasikan sebagai ganti teknologi mekanik. Disana terdapat banyak alat yang mirip seperti di Akademi Anti Sihir. Mungkin karena para Ahli alkimia terlibat dalam pembuatan keduanya. Bagaimapun, mungkin sebagaian benda yang ada disini hanya bisa di gunakan oleh para penyihir

“Apa kau terkejut. Aku juga begitu pada awalnya.”

Mari berjalan mendahuluinya dan bicara dengan ekspresi yang kompleks.

Sudah sebulan terakhir dia menghabiskan waktu di Akademi Sihir ini, itulah alasan kenapa dia bisa akrab dengan Kanaria. Karena itu tidaklah wajar untuk penyihir yang datang dari luar. Akademi Sihir yang memperlakukanya seperti seperti siswa tahun pertama. Pakaian yang saat ini di kenakan Mari juga merupakan pemberian sekolah.

"Bahkan sekarang, aku tidak percaya ada dunia seperti ini."

Mari melihat keluar jendela.

Hampir tidak ada orang yang berjalan di luar sana. Semua orang terbang dengan kecepatan tinggi di atas sesuatu yang terlihat seperti sapu yang bergerak bersamaan tabung cahaya yang mana terhubung dengan bagunan yang mengambang.

Semua orang disini merupakan Witch dan Sorcerer.

*[Note]: Witch merupakan sebutan penyihir wanita dan Sorcerer merupakan sebuatan penyihir Laki-laki namun intinya sama saja.

Di depan mereka meringkuk sebuah mahluk sihir yang fantastis. Seekor Kadal kecil dengan Berlian merah tertanam di dahinya, ada juga seseorang yang mengendarai Gagak yang menyemburkan gumpalan asap dari mulutnya. Yang pertama merupakan mahluk sihir yang berbahaya, sedangkan yang terakhir adalah mahluk sihir yang sudah punah keberadaanya di dunia luar.

Bangunanya juga spesial. Banyak diantaranya mengambang di udara. Disana hampir tak ada yang di gerakan oleh listrik atau bahan bakar, dan setiap mesin di jalankan oleh energi sihir, partikel sihir yang keluar menyinari seluruh permukaannya.

Di tempat ini, memiliki Kekuatan sihir yang melimpah.

“Syukurlah kau baik-baik saja, Takeru. Apakah mereka melakukan sesuatu hal yang buruk padamu?”

“Oh,,Aku benar-benar baik-baik saja. Bagaimana denganmu, kau baik-baik saja ‘kan?”

“Seperti yang kau lihat. Karena ada beberapa penyihir yang datang dari dunia luar, kebebasanku di jamin untuk batas waktu tertentu. Ban lehernya…mereka telah melepaskannya untuk ku.”

Mari melihat ke arah ikatan leher Takeru, dan menaruh tanganya di lehernya dimana ikatan leheritu terpasang.

Tidak ada Glepnir yang terpasang pada leher Mari. Kemungkinan, Orochi telah melepasnya sebelum mereka di pindahkan ke tempat ini.

Meskipun Mari mengatakan pada Takeru bahwa Orochi yang melepaskanya. Dia tidak mengerti bagaimana dia melakukanya.

Saat Orochi menghilang dari depan, ikatan leher muncul di tangannya dan melemparnya dengan sangat jauh dan akhirnya meledak.

Singkanya, dia harus memotong dan melemparkanya lebih cepat dari jangka waktu meledaknya.

Dan itu merupakan hal yang mustahil untuk orang biasa.

“Mari, aku ingin kau menjelaskan bebrapa hal padaku.”

“..Ya, Aku tak mengatahui banyak hal, tapi aku akan jelaskan semuanya padamu.”

Ketika Mari dengan patuh mengangguk, Kanaria yang berada di belakang mereka menyela pembicaraan mereka.

“Pengepakkan mulutmu itu tidak baik. Perempuan dari luar memiliki bibir yang benar-benar longgar. Kalian berdua itu tahanan. kalian berada di bawah obsh----“

Saat itu Kanaria memaksakan dirinya mengartikulasikan kata yang sulit, Mari berbalik dan mulai menggerakan jarinya dengan cara yang sugestif. Melihat hal itu, Kanaria mundur kebelakang, dan terlihat seperti Rubah kecil, dia bersembunyi dari Mari di belakang pintu.

Takeru tak mempedulikan mereka berdua dan lansung ke topiknya.

“..apa kau tahu situasi rekan kita dan juga Kiseki saat ini?”

“Aku tidak tahu, aku sedang mencari cara menghubungi mereka dari sini, tapi tidak terlihat ada cara untuk menghubungi mereka selama kita berdua di pusat Akademi Sihir…dan Kiseki-chan…um..”

“……….”

“Dia di bawa kembali oleh Inkuisisi, hanya itu yang ku tahu. Itu tepat terjadi di depan mataku, tapi aku tidak dapat melakukan apapun.”

Takeru mulai mengepalkan tanganya, Ekspresinya terlihat tenang namun….di dalam dirinya amarah yang mendidih yang sangat luar biasa pada Inkuisisi, sangat kuat dan seperti membakar dirinya dari dalam.

“Tapi, Aku pikir anggota pleton kita selamat. Mereka seharusnya dapat melarikan diri setelah kau berhasil membuka jalan untuk mereka. Usagi-chan dan Suginami ada disana, Harusnya Ootori juga selamat. Aku mempercayai mereka berdua, karena itulah aku percayakan wanita itu pada meraka.”

Aku yakin dengan hal itu, kata Mari sambil menundukan matanya.

“…Tetapi, akhir bulan ini aku mendengar rumor yang tidak menyenangkan.”

“Rumor?”

Saat Takeru bertanya, Mari berbicara dengan nada berat

“Perang, meskipun hanya perang yang jarang terjadi, sepertinya itu sudah dimulai kembali.”

“……..”

“Itu adalah sesuatu yang kudengar dari siswa disini, tapi kelihatanya perang skala kecil sudah terjadi di Grey City dimana pasukan Penyihir dan Inkuisisi bertemu. Valhala dengan ekstrim dan sewenang-wenang mengaktifkan sihir perpindahan skala besar, dan ada rumor yang mengatakan seluruh battalion telah memasuki Grey City.

“………”

“Dan jika itu benar, mereka dalam bahaya.”

Keraguan terlihat dalam ekspresi Mari.

Seakan bertentangan, ekspresi Takeru terlihat sangat serius, tak terlihat keraguan di dalamnya.

Sebaliknya, apa yang bisa dilihat adalah sesuatu seperti punyai sebuah misi.

“... Kau secara mengejutkan tetap tenang, Takeru.”

“..itu tidak benar.”

“Jika itu dirimu yang sebelumnya, kau biasanya dengan segera mengambil tindakan layaknya seekor Babi hutan. Adakah sesuatu yang berubah?”

Mari bertanya melayangkan senyum masam, dengan respon wajah Takeru dan menyipitkan tajam matanya.

“Tidak ada yang berubah. Hanya saja..Aku memutuskan untuk tidak menyerah pada apapun, tak peduli bagaimana keadaanya, tak peduli penderitaan yang tersebar di depanku…Aku akan melindungi apa yang seharusnya kulindungi.”

“……..”

“Jika aku benar-benar ingin melakukanya, melarikan diri bukanlah ide yang bagus. Dan juga, jika buru-buru-pun tidak akan menyelesaikan apapun. Saat ini, Kupikir ini waktunya untuk mengerti dan mencari cara untuk bertindak.”

“…Takeru.”

Takeru berkata demikian dengan ekspresi yang serius.

“Kita akan kembali ke tempat dimana rekan-rekan kita berada. Aku ingin kau meminjamkan kekuatanmu untuk itu.”

Setelah mendengar keputusan Takeru, Mari dengan kuat mengangguk.

Dia sekali lagi menatap ke depan, dan sekali lagi bertanya pada Mari.

“…kau tahu apa yang terjadi pada Lapis?”

“oh, Realic Eater Takeru ya…”

“Jika aku masih hidup, itu artinya dia berada disini meskipun dia di sisi Inkuisisi. Kau tau sesuatu?”

“Aku tidak di beritahu terkait dengan rekan-rekan ku, Bukankah seharusnya dia bersamamu?”

“Tidak…”

Takeru menyentuh ikatan lehernya, khawatir tentang Lapis. lalu.

“Tentang itu, kami akan menjelaskanya padamu jadi tak perlu khawatir.’

Suara Orochi terdengar dari sisi lain koridor.

Dia melihat Takeru dengan pupil mata yang kosong sembari tersenyum.

Takeru mematap tajam pada Orochi dengan sedikit rasa permusuhan.

Takeru di bawa ke ruangan Putih dan sederhana oleh Orochi.

Semuanya berwarna putih mulai dari dinding, lantai, meja, pakaian, hanger, lemari, bahkan cakir the pun berwarna putih.

Mengambang di pusat ruang angkasa putih, ada seorang wanita yang lebih terang dari apapun.

Untuk sesaat, ia di kejutkan oleh penampilanya yang mirip seperti hantu.

Wanita itu tersenyum lembut ke Takeru.

“Senang bertemu denganmu, Kusanagi Takeru-san. Saya adalah pemimpin dari Akademi Sihir penampungan Eropa bagian timur, namaku adalah Mother Goose. Senang berkenalan denganmu.”

*[Note]: Mother (Ibu), Goose (Sekumpulan Angsa) tidak di TL karena memang itu namanya.

Sambil tersenyum, Mother Goose menundukan hormat.

Mungkin sudah mengenalnya, Mari terlihat tidak puas.

“Akan sangat sulit memulai pembicaraan sambil berdiri, aku sudah menyiapkan teh yang enak, silahkan duduk.”

Mother berkata dengan hangat, dan mulai duduk. Takeru dan Mari duduk di sofa di seberangnya. Kanaria dan Orochi tetap berdiri di dinding dan mengapit pintu satu sama lain.

Meskipun sedikit gugup, Takeru berada di depan Mother.

Mother Goose meminum seteguk teh dan mulai memiringkan kepalanya.

“Bagaimana keadaan tubuhmu?”

“…terima kasih, aku baik-baik saja.”

“Itu bagus. Aku berencana mengunjungimu secara langsung, tapi aku sedikit sibuk..apakah Kanaria sudah memandumu dengan benar? Dia mungkin telah menyeretmu di sekitar sini dan menghabiskan terlalu banyak tenagamu.”

Meskipun Kanaria yang berdiri di samping pintu ingin protes, Tapi Orochi mengarahkan tongkatnya ke Kanaria dan dia mulai menutup mulutnya.

Meskipun Mother bersikap tenang dan suaranya membuatnya gila, Takeru menatap lurus dan mulai merespon.

“----Aku datang kesini bukan untuk mengobrol denganmu. Cepat dan langsung saja ke intinya.”

Dia terus terang mengatakanya, sambil memperlihatkan permusuhan padanya.

Mari pun demikian, tapi ia terkejut melihatnya, terkejut dengan sikap Takeru. Kanaria mulai melebarkan matanya dan Orochi mulai bersiul.

“Saya berterima kasih karena sudah menyembuhkan dan membiarkanku hidup. Tapi aku dan kalian semua, tidak seharusnya memiliki hubungan seperti ini dan membuat kita mengobrol sambil minum teh.”

“………”

“Aku tak tahu kau musuh atau bukan…tapi aku yakin kau bukanlah sekutu-ku.”

Sambil menatap tajam, Takeru berbicara terus terang.

Mother Goose tidak terlihat marah, namun dia perlahan mulai membuka matanya yang tertutup sampai saat ini.

Mata yang berwarna seperti ruby, cantik dan mengintimidasi.

“…Apa yang kau katakan?”

“Apa yang kau inginkan dariku?”

“…………”

“Jangan berlagak bodoh. Dan juga, kau pasti memiliki motif yang mendasari untuk menggunakanku, jika tidak. Kau takan memberikanku perlakuan seperti ini.”

Hingga saat ini Takeru dipaksa melakukan hal seperti ini, memutuskan bahwa dia tidak akan lagi menari di telapak tangan orang lain. Mendalami sikap berani Takeru. Mata Mari yang mana duduk di sebelahnya mulai bersinar dan berkilau, pembulu darah terlihat di wajah Kanaria karena saking marahnya dengan sikap Takeru, dan berbicara tentang Orochi, untuk suatu alasan dia terlihat senang.

Dan, Mother.

“……..uf…fu., fufuufufu.”

Dia menaruh tanganya di depan mulutnya, menunduk dan mulai tertawa.

Untuk Takeru yang agresif, ini merupakan reaksi yang mengejutkan.

“Maaf, kau tiba-tiba ingin menyerang, dan Aku sedikit terkejut dengan hal itu,,,tolong maafkan aku, itu terlalu tiba-tiba.”

“Itu bukanlah hal yang harus di tertawakan…A-aku serius…disini..”

Takeru melanjutkan dengan gelisah dan mulai memperbaiki sikap duduknya.

“Ya itu benar! Katakan saja! Kau merencanakan sesuatu.”

Memanfaatkan hal itu Mari mulai berteriak.

Sekali lagi Mother Goose minta maaf kepada mereka berdua.

“Tentu saja, Aku punya permintaan. Kalian berdua sudah bergabung dengan Inkuisisi, di dunia lain, kau berarti musuh kami. Terlihat seperti amarahmu itu. Lalu….aku akan mengatakanya secara rinci.”



Mother Goose menyipitkan matanya, dan mulai mengatakan apa yang ia inginkan dari Takeru.

“Kusanagi Takeru-san. Ku mohon, jangan ikut dalam pertempuran lagi.”

Suasana terasa membeku oleh permintaan yang tak terduga itu.

Mother Goose tengah serius. Takeru langsung menyadari yang dikatanyakanya itu bukanlah candaan.

“Seperti yang sudah kau ketahui, Ikatan leher disana itu, dan kami tidak ingin kau memegang pedang itu lagi.”

“..Pedang itu. Maksudmu Lapis??”

“Ya. Jika kau memegang Mistleteinn lebih lama, mungkin saja..”

Dia melihat ke arah takeru dengan rasa iba.

“Jiwamu akan menyatu dengan nya, dan kau akan berubah menjadi sesuatu yang berbeda.”

“..apa..maksudmu?”

“Kau seharusnya sudah merasakanya. setelah, mode [Pemburu Dewa] sudah di aktifkan.”

Dia mengingatnya setelah di ingatkan kembali, kesadaran yang ambigu. Secara tak sadar memaksa tubuhnya.

Perasaan di dalam hatinya seakan ia menjalani sesuatu seperti penyatuan.

“..Takeru, kau baik-baik saja?”

Mari melihat Takeru dengan wajah cemas.

“Tidak mengejutkan jika kau tak mengingatnya. Saat itu kamu masihlah dirimu, atau malah bukan dirimu.”

Takeru mengerti apa maksud kata-katanya itu.

“Seperti namanya Mistilteinn, ia membawa makna 'Mistletoe'. Ini pedang terlarang yang bersifat parasit terhadap kontraktor, dan memakan keberadaan mereka ... juga ...”

Mother Goose menghela nafas, dan melanjutkan perkataanya.

“Dia merupakan penyebab utama rusaknya dunia ini.”

“Apa, Tidak mungkin…! Tidak ada bukti yang membenarkanya!


“Magical Heritage menyebutkan mereka Tipe Twillight terlarang yang berasal dari dunia lain, Meraka merupakan [Harta Suci] yang di gunakan oleh dewa dari dunia yang berbeda, Apakah kau tidak di beri tahu oleh orang keji itu….Ootori Sougetsu?”

Setelah mendengar pernyataan itu, Cerita yang ia dengar dari Hojishiro Nagaru teringat kembali di pikiranya.

Harta Suci. Sesuatu yang seharusnya tidak di gunakan oleh manusia, Senjata seorang Dewa.

Seperti yang di katakan oleh Mother Goose, Nagaru juga berkata untuk jangan mempercayai Lapis.

Terlihat bahwa cerita itu memang benar. Dia mengerti dari kenyataan yang dikatakan Mother Goose dan ingatan tentang cerita dari Nagaru.

Dia hanya bisa percaya. Sampai saat ini Lapis tetap menjadi patnernya. Dan akan memakan keberadaanya? Seperti namanya?.

Lapis lah yang menghancurkan dunia?? Senjata yang ia pegang hingga saat ini?

Pikiranya tak bisa mengikuti, dan rasa sakit yang ia terima kini semakin parah.

“Kesimpulan pemicu Akashic Hazard pada Perang Perburuan Penyihir 150 tahun yang lalu. Penyebabnya, tak dapat di sangkal adalah Mistilteinn…Pedang yang menjalin kontrak denganmu. Jika kau tetap menggunakanya, kemungkinan akan mengarah ke Akashic Hazard yang lain. Meskipun Twillight-Type sangan efektif melawan Valhala hingga saat ini, dengan melakukan kontrak pada pedang itu, kesimbangan yang rapuh telah runtuh.

“…ugh…”

Apa yang ia katakan, berarti Takeru dan Lapis merupakan sesuatu pemicu untuk melanjutkan perang.

“Tentu saja, tidak ada alasan untuk menyalahkanmu. Kau hanyalah korban. Jika memungkinkan, aku ingin kau mengahbiskan waktumu di tempat ini….dan tidak berpartisipasi dalam perang.”

Ku mohon…seperti itulah, Mother Goose memohon pada Takeru.

Tiba-tiba, Orochi meletakan tangannya di pundak Takeru. Dengan senyum masam, ia melihat kea arah Mother Goose.

“Mom, lupakan hal itu untuk saat ini. Aku mengerti kau tidak tenang, tapi itu terlalu cepat. Anak ini telah dilemparkan ke dunia yang berbeda beberapa saat yang lalu. Jika melemparkan berbagai hal padanya secara tiba-tiba, tentu saja dia akan kebingungan.”

Menepuk Takeru berulang kali, Orochi menunjukkan beberapa kekhawatiran.

Mother Goose menegapkan tubuhnya yang bersandar dan mulai meminta maaf.

“Maaf…tapi aku tidak bisa melakukan hanyak hal. Meskipun secara tiba-tiba datang dengan permintaan seperti itu, kau tidak harus memahaminya..”

Tertawa pada Mother Goose yang menunduk, Orochi dengan keras menepuk bahu Takeru.

Takeru mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Orochi.

“Hei, Takeru.”

Dengan mata tertutupnya dia memandang Takeru.

Intimidasi yang sangat tinggi, dan Takeru mengingat saat pertama dia bertemu dengan Orochi.

Lima tahun yang lalu. Di depan Takeru yang tidak mampu melindungi atau membunuh Kiseki dan hanya tertegun, Orochi muncul. Dia tidak menghiburnya, juga tidak menunjukkan simpati. Dia meraih rambut Takeru, membuatnya melihat pembantaian di depannya, dan itu membakar ke dalam matanya.

[“-----Ingat ini, Takeru. Bakar hasil keputusanmu yang tidak memilih apapun. Jangan melarikan diri.”]

Pada saat itu juga, ketakutan seperti ini telah menyelimuti Takeru.

“Aku tak berpikir kalau kau adalah korban. Empat tahun lalu, kau menolak diriku ketika aku mencoba menghentikanmu, dan melibatkan dirimu dengan Inkuisisi. Aku tak memiliki simpati padamu….Tanggung jawab juga terletak padamu.”

“…Guru.”

“Ketika kau berpisah dariku, kau mengatakan [Aku akan menjadi Inkuisisi, dan menunjukan padamu aku bisa mengubah dunia.] bukan??”

Bahkan sebagai murid Takeru sedikit bergetar, ia sedikit mengangguk.

“Jangan bersikap manja disini----Kau adalah orang yang harus melakukan sesuatu tentang Mistelteinn. Itu pedangmu bukan. Jika kau sendiri di kuasai pedangmu sendiri, kau tidak pantas menggunakan nama Teknik pedang dua sisi.”

Suara yang merasa dirinya kuat dan penting, adalah nostalgia derajat yang tidak menyenangkan.

Itulah Kusanagi Orochi. Dia tak akan ragu untuk membunuh, atau melindungi. Dia hidup karena Pedang, dan mati karena Pedang juga. Laki-laki yang menciptakan Teknik pedang dua sisi Kusanagi.

Keyakinannya selalu berubah menjadi suara yang seperti argumen dan menusuk dada Takeru.

“…Orochi, Kau benar-benar..”

Mother Goose memperbaiki posturnya dan menatap Orochi.

Orochi telah menarik pedang dengan tanganya dan mengarahkanya pada Mother Goose.

“Begitulah diriku, Kau harusnya tahu kalau itulah yang terbaik. Aku mungkin berada di sisi Valhala dan Penyihir sekarang….tetapi jalan hidupku, akan selalu kudedikasikan berdasarkan Teknik pedang dua sisi.”

“…itu terlalu berbahaya. Kami tidak bisa bertaruh pada kartu yang masih tersembunyi.”

“Meskipun sudah dikonfirmasi atau belum. Aku mampu melakukanya. Tidak ada cara untuk anak ini tak dapat melakukanya.”

Orochi menepuk kepala Takeru dengan keras.

Lalu tiba-tiba, matanya tertuju pada cahaya di pojok ruangan.

“----Hei, keluarlah. Kau mendengarkanya kan.”

Semuanya kecuali Mother Goose mengarah pada arah dimana Orochi sedang melihat.

Setelah bebarapa saat, dari pojok ruangan yang awalnya tidak ada sesuatu apapun, Lapis mulai terlihat.

“…Lapis.”

Kepala Takeru yang awalnya sakit kini sudah mereda. Berdiri di depan Lapis. Dia merasa seperti hidup kembali setelah melihat Lapis yang selamat, tapi dalam waktu yang bersamaan dia mendapatkan kilas balik tentang kontrak ulangnya dengan Lapis.

Tangan yang dia julurkan padanya mulai terhenti.

Lapis bahkan tidak menghiraukanya meski sekilas, dan dalam keadaan diam mulai melihat ke lantai.

“Apakah salah satu dari mereka mengatakan kebenaran tentang diriku. Itu pasti menyakitimu kan.”

“…………..”

“Seperti yang Mother Goose katakan sebelumnya, Ini hanya akan membawa kerugian bagi dunia ini... Itu yang kupikirkan. Sejujurnya, sebagai vahalla, aku pikir dia harus menempatkan diri secepatnya.

Takeru mengangkat wajahnya, dan memasang ekspresi pahit.

“Jangan khawatir. Saat ini, Mother Goose dan aku telah menempatkanya di tahanan pelepasan. Setelah semua itu, tanpa kekuatan sihirnya tubuhmu akan terbagi menjadi dua bagian lagi. Sebagai gurumu, aku tidak ingin melihatmu dalam keadaan seperti itu.”

“Aku juga, aku tak mengharapkan dirimu kehilangan hidupmu.”

Mother Goose setuju dengan Orochi dan melihat ke arah Takeru.

“Kenapa kau bertindak sejauh ini demi diriku? Bukankah kita sudah saling membunuh satu sama lain hingga saat ini.”

Situasi dimana membuat mereka ingin melindunginya, membuatnya binggung.

Mother Goose tersenyum lembut.

“Valhala, sama seperti Inkuisisi, tidak monotik. Terdapat ketua Senat tertinggi, tapi kita harus berhati-hati pada Fraksi Darah Murni…kami terbagi menjadi dua. Seperti yang kau lihat, kami mewaki Fraksi Bertakwa…itulah yang bisa ku katakan.”

Malu, Mother Goose tidak seharusnya mengatakan mereka Darah Murni.

“Kami berusaha untuk tidak melibatkan orang yang tak terkait dengan perang…dan tak ada niat untuk membuat alasan. Dalam upaya meminimalkan korban, kami telah menyerang kalian beberapa kali…Niakido Mari-san, salah satu yang meminta untuk melepaskan mu, adalah aku.”

Mari membuka lebar matanya sembari tetap duduk, tetapi segera setelah itu.

“…Aku tidak peduli, aku tak punya hak untuk menyalahkan atau memaafkan mu. Aku hanya orang luar yang bergabung setelah semua ini.”

“Aku juga, aku berada di posisi dimana tidak bisa meminta maaf…Namun, praktek ini sejak dulu telah melewati tingkat toleransi yang ada.”

“Hmph, aku tidak tertarik dengan apapun. Sekarang, aku hanya memiliki satu tujuan. Untuk kembali bersama-sama dengan Takeru ke tempat teman-teman kami berada. Selain itu, aku tidak peduli. Apa itu Valhalla atau Inkuisisi, itu semua sama.”

Mari duduk bersila sambil tanganya memegang dagunya, tidak ada yang dapat menanggapi itu.

Mother Goose menenangkan dirinya dan berbalik ke arah Takeru.

“Mari kembali ke topik utamanya. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, pelepasanmu dan Mistilteinn telah ditangguhkan untuk saat ini. Namun, tidak ada banyak waktu yang tersisa. Kecuali kita mendapatkan bukti bahwa Mistilteinn bukan suatu ancaman untuk kami, Kau akan dieksekusi berdasarkan keputusan senat.”

“……………”

“Jika memungkinkan, Aku ingin agar kau setuju untuk tetap berada disini. Tapi, itu tetap tidak akan cukup membuat pikiran para Senat tenang.”

Tidak ada pilihan, dia menolehkan dan memalingkan wajahnya ke arah Orochi.

Orochi mengangguk dua kali dengan “uh-uuh”, dan memegang atas kepala Takeru.

“Dan sekarang…kau harus membujuk pedang sihir ini. Agar menjadi tak berbahaya, dan membuktikan bahwa keberadaan dia dapat bermanfaat bagi kami.”

“…membuktikan…bagaimana…?”

“Nn…untuk lebih mudah---“

Orochi meletakkan tangan kirinya di dagunya, dan mengangkat jari telunjuk tangan kanannya dia membuat senyum tidak senonoh.

Takeru tahu. Kapanpun Orochi membuat senyum seperti itu, dia tidak pernah mengatakan suatu hal dengan benar.

“---Buat dia jatuh cinta padamu sampai ke titik dimana dia tidak akan menghianatimu.”

…………

…………

“…..ha?”

Ketika dia pikir itu akan menjadi sesuatu yang sangat serius, tiba-tiba cerita telah bergeser 180 derajat, membuat pikiran Takeru berhenti sejenak.
Share Tweet Share

1 comments:

    Please wait....
    Disqus comment box is being loaded