Bab 4 - Fairy Tale

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode
"... Uh, eh ..."

Shidou merintih pelan sembari mengintip melalui matanya yang kabur.Ini sulit untuk
membedakan apakah realitas ini kabur atau kekaburan ini adalah realitas.

Shidou dengan hati-hati menggosok matanya untuk memulihkan penglihatannya yang terganggu, dan pemandangan yang kabur secara bertahap dapat diklarifikasi.

".....?"

Dengan begitu, sensasi tidak sesuai yang mengganjal yang terjadi pada kemunculan disekelilingnya menjadi jelas. Shidou seolah-olah berbaring di atas sesuatu yang seperti-tempat tidur, meskipun lingkup ruangnya jelas merupakan tempat yang asing baginya.

"Di mana tempat ini…?"

Shidou mengerutkan alisnya sambil menyandarkan tubuhnya dengan suara gemerisik. Yang ternyata ia menyandarkan tubuhnya pada bagian furnitur yang terbuat dari jalinan jerami. Kalau diamati lebih cermat, tempat ini adalah pondok yang reot, dimana Shidou menemukan dirinya berada didalamnya, semua disekelilingnya tampak terbuat dari bahan yang sama - dinding beserta langit-langitnya tampak begitu compang-camping, dan setiap sudutnya tampak hampir roboh.

"Ini adalah…."

Bahu Shidou tiba-tiba bergidik.

Hanya beberapa saat yang lalu, dia berada di dalam gudang rahasia milik Ratatoskr dan ditelan kedalam halaman buku atas kekuasaan Westcott.

"Apa aku ... didalam cerita ...?"

Ekspresi Shidou terdistorsi dalam kebingungan setelah dia bangun dari tempat tidur yang reot dengan lamban.

Ada sesuatu yang ganjil. Kondisi tubuhnya terasa tampak menurun menyadari gerakannya yang entah bagaimana kurang cekatan. Shidou dengan ragu menatap pada dirinya sendiri dan menyadari bahwa ia mengenakan pakaian katun tebal untuk beberapa alasan.

"Ada apa dengan pakaian ini ... ini sangat tidak nyaman."

Shidou mengerutkan alisnya sembari menggerakan tubuhnya, dan melucuti pakaiannya. melepaskan topeng yang menutupi wajahnya, Shidou dengan paksa menekuk lehernya. Setelah itu, ia mengamati kerah dari pakaian yang ia lepaskan dan berbalik dengan ketidakpahaman.

"..... Seekor babi?"

Tubuh-kulit berwarna sebagai tambahan pada lekukan, telinga terlipat dan karakteristik moncong yang menonjol, Shidou mengenakan kostum binatang lucu yang umumnya muncul di cerita rakyat.

Dia segera menyadari kemiripan jalan peristiwa yang terjadi saat ini dan tubuhnya seketika diam membeku.

"... Babi ... rumah jerami ... mungkinkah ini ..."

Dan setelah itu, seluruh pondok tiba-tiba tertiup oleh badai yang ganas, menghancurkan kerangka bangunan yang sudah lapuk.

"U-UWAAAH !?"

Shidou, dengan langkah-langkah yang goyah karena tekanan udara yang begitu kuat, juga terlempar ke tanah bersama tumpukan puing-puing.

"Rasanya sakit ... apa yang terjadi?"

Shidou memutar otaknya sembari berdiri dengan gemetar sambil melindungi kepalanya secara reflek dengan tangannya. Penyebab kehancuran besar-besaran tampak jelas setelah itu. Bayangan yang cukup luas menyelimuti Shidou sepenuhnya.

"....."

Shidou mendongakkan kepalanya dengan sangat gelisah. Apa yang muncul di hadapannya adalah binatang buas raksasa yang dengan mudah bisa mengintimidasi siapapun yang melihatnya dengan sifatnya yang menakutkan. Binatang itu memperlihatkan rahang tajam dan runcing yang hanya bisa disaingi oleh taring anjing pemburunya yang tampak menargetkan Shidou. Sepasang mata yang berkilauan menatap tajam ke arah Shidou sebagai mangsa.

Bulu berwarna kuning kemerah-merahan menutupi sepanjang tubuh mamalia tersebut. 

Posturnya yang tinggi menjulang, beberapa kali lebih tinggi dibandingkan dengan Shidou, hanya menyuguhkan perbandingan ukuran yang begitu besar dengan proporsi tubuh Shidou yang relatif amat begitu kecil.

Dengan perawakan bipedal, makhluk predator itu menyerupai tokoh antagonis jahat dari
cerita anak-anak. Si Serigala - Canis Lupus.

"Kehehe, babi-chan lezat. Aku akan memakanmu dalam satu gigitan! "

Serigala rakus itu menjilati tepi mulutnya dengan ujung lidahnya secara berlebihan,
Air liurnya terpercik ke seluruh tanah yang tandus dan ke kepala Shidou yang malang.

"I-itu ... "

Keringat deras mengucur pada tubuh Shidou yang gemetar.

 "Tunggu sebentar. Tenang, aku ... "

"Gaaaaaaaah!" 

Serigala itu mendekatkan rahangnya yang menganga pada Shidou, dengan suara geraman yang menenggelamkan kata-kata Shidou.

"Uwaaaaaaah !?"

Selain dari kesan eksterior dan perilaku seekor serigala, itu adalah karakter lucu jika bukan karena ambisi liar dan bau binatang yang berasal dari tubuhnya. Shidou hanya bisa memikirkan satu hal - kematian. Dia berteriak sampai paru-parunya meledak dan melarikan diri dari sana dengan kondisinya yang memprihatinkan.

"Hahahaha, Kamu tidak bisa lari dariku!"

Serigala itu berteriak, bahkan cukup keras untuk menggetarkan udara di sekitarnya, dan mengejar dibelakang Shidou. Dengan itu, pikirannya pasti sudah dibersihkan dari semua gangguan kacau selagi berlari demi kehidupannya yang berharga. Kostum binatang, rumah jerami dan serigala yang mengejar ... sepertinya "... Tiga !? Tiga babi kecil'"

Shidou menguraikan judul sebuah cerita yang terbersit di kepalanya selagi berjalan melewati padang rumput yang luas.

Benar, 'tiga babi kecil' adalah dongeng yang cukup terkenal. Masing-masing dari tiga babi bersaudara membangun rumah mereka sendiri-sendiri secara terpisah. Saudara sulung yang membangun menggunakan jerami dan saudara kedua yang membangun menggunakan kayu mendapati pondok mereka dihancurkan menjadi puing-puing oleh serigala jahat. Hanya adik bungsu yang telah mencurahkan waktu dan menggunakan batu bata untuk membangun rumahnya yang berakhir aman. Setidaknya, begitulah ceritanya. 

Shidou membandingkan keadaan saat ini dengan cerita yang dia ingat. Dia telah tertidur dalam pondok jerami ... yang menandakan bahwa ...

"Aku saudara sulung yang akan dimakan, benar kan !?"

Shidou berteriak, seolah-olah ia sedang menangis.

"Kembali ke sini, babi-chaaaan!"

Serigala itu berteriak dengan suara basah dan mulai terdengar lemah.

Mungkin itu keberuntungan, atau nasib yang menguntungkannya. Serigala yang memburu Shidou mengejar dengan cara berjalan yang tidak sesuai untuk binatang berkaki empat, Itu karena binatang itu berdiri dengan canggung menggunakan kedua kaki bagian belakangnya

Akibatnya, binatang konyol itu tidak bisa mengerahkan energi kinetik yang cukup untuk menandingi kecepatan Shidou. Meski begitu, dia juga sudah hampir mencapai batas - seluruh tubuhnya terasa sakit, ototnya lelah, jantung dan paru-parunya tersiksa dari semua sirkulasi.

"Hah ... huu ..."

Jika Shidou berhenti; ia akan segera ditelan ke dalam perut serigala yang rakus itu.

Oleh karena itu, ia mempertahankan kecepatannya, meski dengan langkah terhuyung-huyung dan kemudian mencari jalan melepaskan diri dari kejaran serigala.

".....!"

Tidak menyadari berapa lama dia dikejar-kejar dalam situasi hidup dan mati, Shidou melihat bangunan kecil didepannya. Lagi pula, itu bukanlah pondok kayu milik saudara kedua. Dia tahu bahwa tidak sopan langsung masuk kedalam, tapi dengan situasi yang terjadi saat ini tidak ada pilihan lain. Jadi Shidou dengan kasar memasuki rumah dan mengunci pintu di belakangnya.

"Ha ha ha…"

Shidou menyandarkan berat tubuhnya pada pintu, melakukan semua yang dia bisa untuk mencegah pengejarnya masuk.

Beberapa gedoran dari sisi lain bergema di seluruh ruangan, menakut-nakuti cahaya yang keluar dalam dirinya.

Dia menahan pintu selama yang dia bisa dan terus memberikan perlawanan pada serigala jahat yang dengan penuh semangat menyerang pintu yang rapuh. Setelah beberapa waktu berlalu, suara gedoran itu akhirnya berhenti juga, benar-benar  sunyi sampai-sampai hanya
keheningan yang bisa terdengar. Serigala itu pastinya sudah berhenti mencoba untuk menghancurkan pertahanan Shidou.

"A-aman juga akhirnya..."

Dia perlahan-lahan mendapatkan kembali ketenangannya yang hilang dan menstabilkan pernapasannya yang kacau dengan berbaring di lantai. Shidou dengan riang mengangkat kepalanya seolah-olah ia telah mengabaikan sesuatu yang penting. Dia teringat adegan terakhir dalam cerita yang berkaitan, serigala itu mencoba untuk menyerang rumah bata-dan-genteng saudara bungsu melalui cerobong asap setelah gagal untuk menghancurkannya berulang kali.

"Tempat ini tidak terlihat seperti dibangun oleh saudara babi lainnya. Apa ada seseorang di sini…?"

Shidou berteriak untuk mencoba memberitahu penghuni rumah bahwa akan ada serangan berbahaya dari serigala yang rakus melalui cerobong asap.

"Permisi! Apa ada orang di sini!?"

Suara berbisik yang sangat lemah terdengar dari salah satu ruangan, kesunyian seakan-akan adalah jawaban dari siapapun yang berbicara.

"Y-ya ... siapa kamu ....?"

Sepertinya seseorang ada di sana. Shidou merasa berkewajiban untuk memberitahu siapa pun itu tentang bahaya yang akan datang-

".... Nn?"

Setelah menyadari sesuatu Shidou memiringkan kepalanya. Dia pernah mendengar suara yang familiar itu sebelumnya.

"Hanya saja sekarang ..."

Shidou mengerutkan alisnya sembari mendekati sumber suara dan mengintip ke dalam ruangan. Seperti yang ia duga, seorang gadis muda yang ia kenal benar-benar berada di sana.

Dia memiliki rambut seperti gelombang air laut yang mengalir dan bertubuh loli dengan boneka kelinci terpasang di tangan kirinya.

"S-Shidou-san ?!"

"... Astaga, Shidou-kun !!!"

Yoshino dan Yoshinon, yang sebelumnya juga ditelan kedalam dunia buku, melebarkan mata mereka yang berkilauan dengan terkejut. Shidou menghela napas lega dan memasuki ruangan.

"Yoshino-Yoshinon, kalian berdua baik-baik saja ?!"

"Y-ya ... sungguh beruntung bisa melihatmu, Shidou-san!"

"Un, tapi Shidou-kun, di mana tempat ini hm?"

Yoshinon memiringkan kepalanya.

"Aku tidak terlalu yakin pada diriku sendiri. Ketika aku bangun, aku menemukan diriku dalam kisah 'tiga babi kecil' ... .eh? "

Shidou menghentikan kata-katanya pada pertengahan kalimat. Sejak ia kewalahan oleh reuni yang menyentuh dengan Yoshino dan Yoshinon, Shidou tidak segera menyadari perbedaan dalam pakaian mereka.

Gaun memikat yang hanya ada dalam dongeng - blus putih lucu, rok mewah dengan hantaman dekoratif, beserta dengan kerudung merah dan jubah. Entah mengapa ia menyerupai gadis kecil berkerudung merah.

"Y-Yoshino ... pakaianmu?"

"Aku tidak tahu, itu sudah seperti ini ketika aku terbangun. Lalu aku dipanggil ke tempat nenek ... "

"Yup yup, untuk beberapa alasan kita tidak bisa menggunakan kekuatan dan angel kita, dan kita tidak tahu apa-apa tentang tempat ini! "

Butiran keringat mulai menetes dari dahi Shidou saat ia mendengarkan kecemasan mereka. Dongeng ini layak mendapat pujian karena bahkan orang-orang Jepang telah mendengarnya. Tiga Babi Kecil dan Gadis Kecil Berkerudung Merah memang dongeng yang cukup terkenal. Menurut jalannya cerita, ketika gadis kecil berkerudung merah tiba di rumah neneknya, neneknya sudah .... Shidou pura-pura jijik pada pikiran seperti itu. Dia melihat seseorang, atau sesuatu yang menggeliat di bawah seprai di dalam ruangan.

"Ah gadis kecil berkerudung merah, apakah ada tamu?"

Suaranya terdengar agak meragukan untuk seorang wanita tua.

"Y-ya. Tentang itu ... nenek, aku harus segera pergi. Aku akan menaruh roti dan anggurnya disini."

Seperti apa yang Yoshino katakan, nenek kemudian menggeliat di bawah selimut dengan mendengus.

"Gadis baik, gadis yang baik. Kamu bahkan membawakanku babi lezat meskipun kondisiku. "

Setelah itu, serigala yang sangat besar memperlihatkan diri dari balik selimut, binatang itu menyamar dengan mengenakan piyama, topi dan kacamata. Itu adalah serigala yang sama yang telah mengejar Shidou sepanjang perjalanan ke sana.

"Yaaaaaah !?"

"Uah! Nenek berubah menjadi binatang buas?"

Gadis kecil ventriloquist itu berteriak kaget. serigala itu merobek pakaiannya dan mengejek
mereka.

"Lama tidak bertemu, babi-chan. Apa kamu pikir kamu bisa lolos dengan mudah? "

"Whaaaa! Bagaimana kau…!"

Shidou berteriak dengan nada terkejut, ia kaget dengan rangkaian peristiwa non-sekuensial yang terjadi.

Akal sehatnya memperlihatkan ketidakmungkinan yang entah bagaimana serigala itu bisa bersembunyi di bawah selimut tanpa menarik perhatian sementara sebelumnya dia mengejar-ngejar Shidou.

"Haha, apa omong kosong yang kamu semburkan di 'dunia ini'? Lupakan; Biarkan aku memakan dagingmu yang lezat !!! "

"Ayo cepat lari, Yoshino, Yoshinon!"

"Y-Ya!"

Shidou dengan erat memegang tangan Yoshino dan segera keluar rumah dengan tergesa-gesa, menghentakkan kakinya di ambang pintu. Seperti sebelumnya, mereka melarikan diri ke alam liar dalam kekacauan untuk meloloskan diri dari serigala. Meski begitu, Shidou, yang menuntun Yoshino, tubuhnya sudah mencapai batas maksimum setelah sekian lama berlari dan dengan ceroboh terpeleset karena ketidak hati-hatiannya.

"Kuh ...."

Dia entah bagaimana berhasil melepaskan tangan Yoshino yang lembut di tengah kekalutan sehingga gadis itu tidak tersandung sebagai konsekuensinya. Akan tetapi, memerlukan banyak waktu untuk memulihkan kecepatannya seperti sediakala, terlebih lagi setelah melambat untuk jeda.

"Shidou-san!"

Yoshino yang tampak khawatir meminjamkan tangannya untuk membantu Shidou. Tapi sudah terlambat. Bayangan gelap yang luas sudah terwujud diatas Shidou yang sudah kepayahan dan didekat Yoshino.

"Tidak ada lagi jalan untuk lari."

Mata serigala itu berbinar-binar dengan rasa lapar yang tak terpuaskan sambil mengawasi setiap pergerakan mereka dengan seksama. Shidou menahan napasnya dan mendorong Yoshino dengan semua kekuatan yang bisa dikerahkannya.

"Yoshino, lari! Cepat! "

"Tidak! Aku tidak akan meninggalkan Shidou-san! Aku tidak akan melarikan diri !! "

"Ahahaha! Baiklah, sempurna! Aku percaya bahwa kalian tidak akan memiliki keraguan apapun. Sekarang, aku akan memulai pestaku! "

Serigala itu membuka rahangnya yang tajam lebar-lebar untuk memakan mereka berdua dalam satu lahapan besar. Shidou memeluk Yoshino seakan melindunginya sampai saat paling akhir. Dia menggertakkan giginya dalam kepedihan yang abadi. Namun itu tidak pernah terjadi tidak peduli berapa lama mereka menunggu. Sementara itu, suara logam yang beresonansi dari katana yang menusuk bisa terdengar, ditambah beberapa tembakan keras disertai dengan kesengsaraan yang menyiksa serigala.

"Kuhh, siapa kalian ?!"

"Eh?"

Shidou mendongakkan kepalanya karena penasaran setelah mendengar lolongan menyakitkan dari serigala. dua orang gadis telah muncul di sana, berdiri mengawal dan melindunginya.

"Apa kalian baik-baik saja? Shidou! Yoshino! "

"Ehehe, itu adalah panggilan dekat, Bocah."

"Tohka! Dan Nia !? "

Shidou tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya setelah ia berhasil mengungkapkan identitas mereka berdua secara lisan. Memang, saat bahaya datang mengancam, dua gadis itu muncul entah dari mana. Tohka mengenakan perhiasan yang berkilauan-setelan pakaian perang dengan celana pendek longgar dan sandal kayu sembari memegang pedang yang dipoles di tangannya. Di sisi lain, Nia mengenakan jas hitam panjang dan memegang pistol perak ganda di masing-masing tangan. Meskipun pakaian mereka menurut pandangan Shidou eksentrik, secara spesifik pakaian mereka dirancang untuk peran karakter petarung yang cekatan, tidak seperti dirinya dan Yoshino. Mereka bisa melancarkan serangan yang brutal pada serigala untuk melindungi Shidou.

Karapas serigala itu penuh dengan luka tusukan, ditambah dengan lubang peluru disekujur tubuhnya.

Meski begitu, binatang itu tidak menunjukkan ketakutan apapun dan hanya memperdalam cemoohannya yang bengis sembari menyungutkan penderitaan di atas permukaan tanah yang berlumuran darah
.


"Oh, lezatnya! Aku tidak yakin apa yang kalian lakukan, tapi perutku akan menyambut kalian semua !! "

"Hmph, binatang yang keras kepala. Kurasa kenaifan tidak akan berubah menjadi kekuatan. "

Nia membidik menggunakan senjatanya seolah-olah dia terang-terangan menyampaikan ketidaknyamanan nya. Dia melihat ke arah Tohka dan melanjutkan gembar-gembornya.

"Tohka-chan. Dumpling yang ada di pinggangmu, kenapa tidak kau lemparkan ke anjing kampung sialan itu? "

(Note : dumpling adalah salah satu jenis dimsum yang berupa kue bola berisi daging)

"Un, Ini?"

Tohka mengangguk setuju dan menuruti saran Nia. Dia mengambil satu milet dumpling
dari saku di pinggangnya dan melemparkannya pada serigala.

"Terima ini."

"Gaaaaaaaaaa-a?"

Menyadari datang serangan dari sisi Tohka, serigala itu dengan bergegas membuka mulutnya dan memakan apa yang dilemparkan Tohka, menelannya dengan keheranan. 

Pada detik berikutnya, serigala itu mengalami perubahan yang luar biasa, hampir tidak bisa dipercaya, posisi duduknya secara membingungkan berbeda dari sebelumnya yang terlihat angkuh.

"Eh ....?"

Serigala itu menundukkan kepalanya seakan meminta maaf pada Shidou yang terkejut.
"Yaa babi-chan dan gadis kecil berkerudung merah-san, aku minta maaf atas apa yang telah aku lakukan. Aku begitu bernafsu karena aku benar-benar kelaparan ... "

"Ah, Uh... ,"

Perubahan sikap yang mendadak pada serigala itu benar-benar mengejutkan Shidou. Pada saat yang sama, Nia tertawa dengan sedikit mencemooh.

"Seperti yang diharapkan dari dumpling Momotarou, itu pasti efektif pada anjing,"

Nia memberikan pujian sembari menepuk-nepuk bahu Tohka. Seperti apa yang Nia katakan, dandanan Tohka ini dengan mudah bisa dikenali oleh setiap orang Jepang. Cerita rakyat nomor satu Jepang, Bocah persik. 1

"Apa benda seperti itu bisa disebut dumpling ....?"

"Yah, rincian tidak begitu penting,"

Nia mengutarakannya sembari mengangkat bahunya. Meskipun beberapa hal yang tidak bisa diuraikan lagi, itu saat ia menguraikannya dengan rinci. Akhirnya Shidou bisa bersantai dan beristirahat, dan kemudian dia menggerakkan kakinya untuk menemui mereka berdua.

"Umm ... terima kasih, Tohka, Nia."

"Un, yang penting kamu baik-baik saja."

Tohka tersenyum sambil dengan cekatan menyarungkan pedangnya ke dalam sarungnya dengan suara dentingan logam. Rambutnya diikat menjadi single ponytail dan dia mengenakan ikat kepala yang khas di dahinya. Entah bagaimana, kostumnya memancarkan kesan yang begitu serasi. 

"Apa ada yang salah?"

"Tidak, jangan dipikirkan. Lagi pula, kamu tahu di mana tempat ini, Nia? Apa kita berada didalam <Beelzebub>? "

Mendapatkan pertanyaan yang demikian dari Shidou, Nia yang kebingungan mengeluarkan suara * un * sebagai balasan.

"Tidak persis ... Tentu, kita berada dalam Beelzebub, tapi kita tidak hanya berada di Beelzebub. Tepatnya, fantasi yang kita lihat adalah perbatasan dunia yang diciptakan oleh Beelzebub. "

"Dunia lain?!"

Shidou mengerutkan alisnya ketika ia mendengarkan kesimpulan Nia.

"Itu hanya tampak seperti itu. Pada dasarnya, kita berada di ruang terpisah yang terputus dari dunia luar. "

"A-aku mengerti, lalu bagaimana dengan pakaian Yoshino dan yang lain?"

"Un, Phantom Library didasarkan pada imajinasi setiap orang. Fantasi dan mimpi adalah
cetak biru yang menggambarkan ruang ini. "

"Itu berarti?"

"Yah, singkatnya, Beelzebub mengumpulkan informasi tentang berbagai monogatari dan menggabungkannya menjadi suatu skenario. Kita, yang terjebak di dalamnya, juga bercampur dalam monogatari yang lain. "2

"Monogatari ..."

"Ya. pakaianmu terlihat agak biasa, Bocah. Apa kamu mengasosiasikannya dengan sesuatu? "

"Ah, ketika aku bangun aku mengenakan kostum babi yang menyesakkan, dan kemudian aku dikejar oleh serigala ini ..."

"Hah? Oh tentu saja, Tiga Babi Kecil! Ahh kenapa kau melepasnya ?! Aku ingin lihat…"
"J-jangan membuat keributan tentang itu!"

Selagi Shidou menampik permintaan Nia dengan malu malu, ia mengamati penampilan baru setiap orang.

Memang, semua orang mengenakan kostum karakter dari dongeng yang berbeda. Tiga Babi Kecil Shidou, Gadis Kecil Berkerudung Merah, Momotarou, Dan juga-

"Hm?"

Shidou melihat Nia dengan ekspresi bingung.

"Nia, karakter apa yang kamu perankan?"

Meskipun secara garis besar ia bisa menyimpulkan melalui atribut lain yang dikenakannya, Shidou tidak bisa memahami siapa Nia. Paling tidak, ia belum pernah mengetahui protagonis seperti itu dalam cerita yang pernah ia dengar sebelumnya.

"Ini? Ini Fatima Si Peluru Perak. "

"Peluru perak…. Huh, bukankah itu manga yang kamu buat ?! "

Jawaban Nia yang kontradiktif membuat Shidou berteriak dalam kekacauan, meskipun itu adalah fakta yang dapat dipercaya. Pakaian yang dikenakannya entah mengapa berbagi kesamaan yang mencolok dengan pahlawan terkemuka dari manga Honjou Souji, Peluru Perak.

"Kukuku, menciptakan sebuah plot bukanlah sesuatu yang aneh, Bocah. Kemungkinan kepopuleran bagian pekerjaan ini untuk naik peringkat cukup tinggi, melewati yang lainnya. Tapi dalam kasusku, monogatariku terwujud karena nasib! "


"B-benarkah? Kukira ini hanya terbatas dengan apa yang ada dalam dongeng ... "

"Omong kosong. Jika kita membicarakan mengenai pendapat orang tentang cerita, cerita berkembang di mana pun kamu berada. Sebagai analogi yang sesuai untuk publik, bukankah itu cukup populer dan juga karakter modern terkenal cenderung membuat langkah besar, benar begitu? Kamu tahu, tikus hitam dan putih yang terkenal- "

"Berhenti! Aku tidak berpikir kamu harus menyentuh pada topik tertentu. "

Shidou berteriak sambil menggelengkan kepalanya.

"L-Lagi pula, aku sudah memperoleh pemahaman tentang perkiraan jenis tempat dimana kita terjebak didalamnya.

Tapi aku dalam keadaan pingsan saat tiba di tempat ini ... apa kalian tahu berapa banyak waktu yang telah berlalu sejak kejadian itu?"

Shidou mengerutkan alisnya dengan gelisah sembari bertanya pada yang lain. Jika ia dan yang lainnya hendak pergi, mereka harus segera menuju ke Ratatoskr. Jika mereka menyia-nyiakan waktu mereka yang berharga,

Basis Ratatoskr mungkin akan dibombardir oleh Mukuro dari kosmos ataupun oleh cakar iblis DEM sampai hampir tidak ada yang tersisa. Seakan-akan ia melihat kecemasan Shidou, Nia dengan perlahan membuka telapak tangannya yang mengepal untuk menenangkan kegelisahan nya.

"Yah, tergesa-gesa tidak membawa keberhasilan. Bocah, kamu harus tenang pada saat seperti ini. Aliran waktu lebih lambat di dunia ini, harusnya tidak ada perubahan besar yang terjadi dalam waktu singkat. "

"B-Begitukah?"

Kata-kata Nia memberikan ketenangan dalam pikirannya. Nia melanjutkan kata-katanya.
"Meskipun itu sesuatu yang diuntungkan, kita masih belum menemukan jalan keluar ataupun prasyarat untuk itu, jadi kita juga tidak boleh terlalu santai. "

"Itu benar, aku hampir lupa. Bagaimana kita bisa keluar dari sini? "

Nia melipat tangannya di dadanya, ia merasa bermasalah oleh pertanyaan yang tiba-tiba
.
"Yah ... satu-satunya metode yang pasti adalah membuat Westcott membuka kembali lorong dengan <Beelzebub>, tapi ... "

"Hmm ..."

Shidou memberikan ekspresi rumit. Bagaimana mungkin ia dan yang lainnya bisa
mempercayakan harapan mereka pada musuh yang menangkap mereka. Pertama dan terpenting, bahkan jika Westcott ingin membebaskan mereka untuk beberapa alasan, itu hanya akan setelah ia telah mencapai semua tujuan egoisnya.

"Kita tidak punya pilihan lain selain mencari karakter yang mampu menghancurkan dunia ini
dari dalam. Salah satu dari protagonis itu hanya akan muncul dalam dongeng, atau barangkali seorang superhero superkuat... "

"Apa orang seperti itu pernah ada?"

"Ya, dunia ini terdiri dari semua jenis monogatari yang saling bercampur, baik itu kuno atau modern.

Aku tidak yakin mana yang memiliki peran seperti itu, tetapi bahkan jika ada satu, tidakkah kamu berpikir dia akan bersedia meminjamkan kita kekuatannya dengan mudah. ​​"

Shidou mengerutkan alisnya mendengar pernyataan Nia. Dia benar-benar tidak menyadari
bagaimana luasnya dunia ini - itu seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Akan tetapi, Shidou tidak bisa hanya berdiam diri dan tanpa melakukan apa-apa. Dia menghembuskan napas ringan, mengangkat kepalanya dengan keyakinan.

"Singkatnya, pertama kita harus mencari yang lainnya. Kotori dan yang lainnya harusnya juga dikirim ke suatu tempat di dunia ini juga. "

"Un, itu saja."

"Dalam hal ini, ayo kita segera mencari mereka. Tidak ada artinya kita kembali jika semua orang tidak ada di sini. "

Shidou mengatakannya dengan tegas dibarengi dengan anggukan yang lainnya sebagai dukungan. Akan tetapi, Tohka dengan ragu-ragu mendekap dadanya dengan kedua tangannya.

"Tapi Shidou, bagaimana kita akan melakukannya?"

"Um, itu ..."

Shidou benar-benar kehilangan kata-kata untuk membalas nya. Sebagai kebijakan, itu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Tapi terus terang, ia tidak tahu sedikit pun bagaimana. Shidou dengan kesal tenggelam dalam pikirannya yang mendalam. Serigala, yang diam-diam memperhatikan mereka sampai sekarang, dengan penuh perhatian mendengarkan percakapan yang memanas dan perlahan melangkahkan kaki nya.

"Tentang itu, mungkinkah itu teman-temanmu yang datang ke dunia ini bersama denganmu?"

"Ah, itu benar."

Shidou menjawab dengan bingung atas pertanyaan yang diajukan serigala sopan yang mana telah mengalami perubahan kepribadian hanya beberapa saat yang lalu. Serigala itu dengan percaya diri diri menepuk dadanya dengan rasa bangga dan melanjutkan.

"Kalau memang begitu, hidungku ini mungkin berguna. Berkaitan dengan dunia ini, kalian adalah orang asing dengan bau yang unik. Aku bisa mengendus bau aneh ini dan mengikuti jejak nya. "

"B-benarkah?"

"Cukup kompeten eh, serigala."

Tohka menampilkan ekspresi wajah berseri-seri sembari ia mengelus kepala berbulu binatang itu. Serigala itu tentu menganggap orang yang telah memberinya makan dumpling sebagai tuannya, menyalak riang.

"Saa, kita harus segera berangkat. Meskipun tidak begitu jelas, indraku merasakan sesuatu di Kota kecil utara dari sini. "

"Kami akan mengandalkanmu."

Shidou memaksakan kekuatan pada kedua kakinya dan berdiri dengan gemetar. Akan tetapi, karena penggunaan yang berlebihan, kakinya kembali roboh setelah beberapa waktu yang lalu dalam kepayahan.

"Otto-to ..."

"A-Apa kamu baik-baik saja, Shidou?"

"Aah Aku baik-baik, hanya sedikit lelah."

Mendengar kata-kata Shidou, serigala itu merasa sedikit bersalah dan melengkungkan telinganya ke bawah.

"Aku benar-benar menyesal, ini salahku. Biarkan aku memberikan tumpangan pada babi kecil-san sebagai permintaan maaf. "

"Tidak perlu sampai sejauh itu."

"Tidaktidak, jangan khawatir tentang hal itu. Ayo, silahkan masuk ke mulutku. Aku tipe yang menelan mangsaku utuh-utuh dan tidak menggigit. Aku akan memuntahkanmu ketika kita sudah tiba, jangan khawatir. "

"........"

Shidou hanya bisa menggelengkan kepalanya dalam diam mendengar tawaran yang terlalu menakutkan.

♢♢♢

"....- Ri! Kotori! "

".....Tidak ... Sesuatu seperti ini."

Di bawah kesadarannya yang kabur, telinga lemah Kotori mendengar suara yang nostalgia. 

Akan tetapi, tubuhnya tidak mampu mendeteksi setiap rangsangan dengan cukup, dan itu tidak terbatas hanya fisiknya. Bahkan kognisi otaknya tidak mampu memberikan tanggapan. 

Satu-satunya hal yang dapat menguasai tubuh terbaring Kotori adalah rasa kantuk yang luar biasa. tangan dan kakinya yang dingin serasa membeku sampai-sampai ia bahkan tidak bisa merasakannya. Jika dia menyerah pada iblis tidur yang keras kepala, itu menjadi tidak akan mungkin baginya untuk bangun lagi. Meskipun ini titik utama yang dapat dipahaminya dengan baik dalam pikirannya yang goyah, Kotori tidak bisa menggelorakan upaya apapun untuk melawan. Hanya sebagian tipis kesadaran yang layu tetap dalam dirinya, dan itu semakin jatuh sedikit demi sedikit ke dalam kekosongan tanpa dasar dari mimpi, seperti butiran-butiran kecil pasir dalam jam pasir.

"Ah Shidou, waktu yang tepat. Kotori kedinginan! "

"Permintaan. Ini sangat gawat. Kumohon untuk melakukan CPR padanya. "

(Note : Cardiopulmonary resuscitation (CPR, resusitasi kardiopulmoner) adalah sebuah langkah darurat yang dapat menjaga pernapasan dan denyut jantung seseorang.)

"... Uah, langsung membelai dadanya dari awal. Sungguh berani. "

"Mengabaikan. Kalau hanya sedikit tidak akan ada masalah dalam situasi mendesak seperti ini. Tolong segera lakukan. "

"... A-A-Apa yang kamu lakukan !!"

Kotori tidak bisa menahan untuk tidak berteriak saat ia merasa kedua payudaranya diremas. Dia langsung membuka matanya dengan keterkejutan, hanya untuk mendapati bahwa orang yang meremas dadanya dengan penuh gairah bukanlah Shidou, kakaknya, tapi dua orang gadis dengan wajah identik.

"Apa yang sedang kalian lakukan…? Kaguya, Yuzuru, "

Kotori bertanya dengan setengah tatapan menusuk. Si kembar itu saling pandang satu sama lain dan segera mengalihkan pandangannya ke Kotori.

Mereka mengenakan pakaian yang bersahaja dan membawa beberapa barang bawaan yang cukup besar. Meskipun mereka berpakaian sama, Kaguya mengenakan celana pendek sedangkan Yuzuru mengenakan rok. Penampilan dan gaya rambut mereka sama, memperkuat fakta bahwa mereka lahir sebagai anak kembar.

"Kuku, kami benar-benar menipumu dengan cukup baik, Kotori."

"Persetujuan. Nama Shidou benar-benar mujarab untuk membangunkanmu melalui kekuatan cinta. "

Kedua gadis yang mana sudah meremas dadanya dengan santainya melangkahkan jari-jari mereka. Kotori dengan segera menepisnya dan berusaha untuk berdiri, akan tetapi ia kembali runtuh ke tanah dalam kepayahan.

"A-Apa yang salah?"

"Khawatir. Kamu tampaknya benar-benar lemas. "

".... Benar, aku lemas."


Kotori menghembuskan napasnya yang berkabut dan dengan lemas menatap kondisi menyedihkan disekelilingnya.

Lokasi mereka saat ini adalah salah satu tempat yang hanya muncul dalam dongeng, jalanan di negara asing. Masalahnya, bagaimanapun, tidak hanya ia berbaring di sana, tetapi iklim di tempat itu cukup berbahaya. Sejauh matanya memandang, semuanya berwarna putih bersih. Salju tak berujung telah menenggelamkan seluruh permukaan dalam
selimut lembut berwarna putih keperakan. Di bawah cuaca yang ekstrem, Kotori hanya mengenakan pakaian yang bersahaja, tanpa pelindung yang layak terhadap musim dingin. Tak mengherankan kalau tubuhnya melemah. Dia mengintip ke dalam keranjang beku di tangannya, dan menemukan tumpukan korek api basah.

"Benar ... Aku terlihat seperti Gadis Penjual Korek Api."

"Gadis Penjual Korek Api?"

"Penyelidikan. Apa itu?"

Si kembar memiringkan kepala mereka dengan arah yang sama dan Kotori menjawab dengan desahan kecil.

"Ini cerita anak-anak yang ditulis oleh Andersen. Seorang gadis miskin mencoba untuk menjual korek api di jalanan pada musim dingin, tapi tidak ada satupun yang terjual. Tidak tahan terhadap suhu yang cukup dingin, gadis itu menyalakan koreknya untuk menghangatkan dirinya .... * Achu * "

Kotori bersin pada pertengahan alur yang ia ceritakan. Meskipun dia dengan susah payah dapat dibangunkan oleh Yamai bersaudari, situasi yang mengerikan itu tidak banyak membaik dibandingkan dengan sebelumnya.

"Berpindah tempat mungkin pilihan yang tepat. Disini terlalu dingin. "

"Persetujuan. Kita harus menghindar dari salju ke suatu tempat. "

Kaguya dan Yuzuru dengan kuat menarik tangan Kotori seakan membantu bahunya untuk tegak, dan berjalan diatas padang salju tanpa hambatan. Setelah beberapa menit telah berlalu, mereka bertiga akhirnya tiba di gang sempit. Tentu, di mana-mana masih cukup dingin, tapi tempat itu adalah tempat pembuangan sampah jadi tidak terlalu sering angin beku berhembus. Terima kasih untuk langit-langit pada bangunan yang padat, butiran salju
tidak bisa bertimbunan diatas tundra-seperti permukaan.

"Di dalam ruangan akan lebih baik, tapi kita harus melakukan sesuatu dengan alternatif yang ada saat ini."

"Persetujuan. Kalau saja kita punya api. "

Yuzuru berkata sambil melihat ke dalam keranjang Kotori selagi ia menyadari ide yang cemerlang. Kotori, yang sudah tahu apa yang dipikirkan Yuzuru, memberikan respon dengan mengambil sekotak korek api dari keranjang di tangannya.

"Meskipun ini adalah barang dagangan, aku tidak bisa melakukan apapun jadi aku mengizinkanmu untuk menggunakannya seperti apa yang gadis kecil penjual korek api lakukan. "

Kotori mengutarakannya sembari mengambil korek api dari kotak.

"Ngomong ngomong, ceritanya belum selesai. Apa yang gadis itu lakukan setelah ini? "

"Ah itu ...."

Kotori menggesekkan korek api pada sisi kotak dan ujungnyapun meletup menjadi nyala api. Pada saat berikutnya, samar samar tercium bau sup hangat, ayam panggang dan berbagai makanan lezat lainnya melintas dalam ruang yang terbatas yang diterangi oleh api.

"Waa, apakah ini sihir?!"

"Keheranan. Bau masakan muncul entah dari mana. "

Yamai bersaudari melebarkan mata mereka, terkejut. Kotori tidak terkecuali. Meskipun dia
ditempatkan di posisi gadis kecil penjual korek api, Kotori tidak menyangka akan menemui fenomena tersebut. Akan tetapi, korek api hanya bisa membakar selama itu. Bagaimanapun juga, api kecil hanya bisa bertahan selama beberapa detik dan segera padam, bersamaan dengan semua ilusi lezat.

"Ah ... itu lenyap."

"Bertanya-tanya. Sungguh peristiwa yang tak terduga. Apakah ada elemen dalam korek api yang dapat menimbulkan imajinasi ini? "

"Kurasa itu tidak ada hubungannya ...."

Kotori menyeringai kecut. Kaguya dengan gembira terlihat begitu terpikat oleh korek api yang tersisa.

"Lalu apakah alur cerita berjalan seperti ini?"

"Ah ... gadis itu menyalakan korek api setelah itu, dan melihat bayangan kebahagiaan yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya.

Dia meninggal dengan damai keesokan harinya. "

"Eh ... bagaimana itu menjadi begitu sedih?"

"Saran. Jika begitu-"

Yuzuru memikirkan sesuatu dan dengan cepat mengumpulkan beberapa potong kayu dari relung jalan untuk menyusun sebuah api unggun dadakan.

"Permintaan. Kotori, sulut ini. "

"Eh? Baik."

Kotori dengan bergegas menyalakan korek api dan menyulutkannya pada susunan kayu. Nyala api yang sebelumnya tidak dapat diandalkan segera berubah menjadi kobaran api yang besar. Seolah-olah langsung berproporsi dengan api, adegan yang menawan diwujudkan sekali lagi seperti persediaan makanan yang tak terbatas, perapian yang nyaman dan hangat, dan ada juga gambar dari Shidou yang sedang tersenyum lembut.
"UWAAAH, fatamorgana ?! Ini terlihat begitu nyata! "

"Keheranan. Bahkan Shidou juga ada disini, aku cukup yakin dia menanggapi hati Kotori. "
"D-Diam ... lupakan. Syukurlah kita akhirnya hangat. "

Menggunakan korek api semaunya untuk menyalakan api unggun entah bagaimana menyalahi atmosfir kelam dari gadis kecil penjual korek api, tapi kelangsungan hidup memerlukan pengorbanan. Tidak peduli seberapa gembira ataupun sedih cerita itu,
memerankan karakter utama dan mati kedinginan di bawah salju tidaklah berguna. Untuk mempertahankan suhu tubuhnya, Kotori mendekatkan tangannya yang kaku di atas api unggun dan jari jemarinya yang mati rasa akhirnya dapat mengenal kembali persepsi rasa. Seolah-olah dalam konser, perut meratapnya diam-diam berbunyi dengan nada rendah.

"Hm? Kotori, apa kamu lapar? "

Kaguya bertanya dengan perhatian, pipi Kotori seketika merona merah karena malu.

"Kuh .... Apa yang bisa kulakukan, suhunya begitu dingin ... Kalau saja aku bisa makan ini. "

Kotori benar-benar berharap sembari mengulurkan tangan rampingnya ke arah gambar yang berkibar. Akan tetapi, ilusi optik hanyalah merupakan gambar virtual, jadi Kotori hanya bisa menggenggam udara kosong dengan sia-sia.

"Harusnya aku sudah menduganya..."

Kotori bergumam pada dirinya sendiri dengan kecewa. Di saat yang bersamaan, Kaguya menepukkan kedua tangannya sembari meneorisasikan gagasan yang tiba-tiba.

"Hei, Yuzuru sesuatu dari yang sebelumnya."

"Eureka. Kita punya itu. "

"Apa itu?"

Kotori mengerutkan alisnya kebingungan mendengar percakapan antara si kembar. Setelah itu, Kaguya dan Yuzuru membuka barang bawaan besar yang telah mereka bawa sepanjang waktu, memperlihatkan benda misterius pada Kotori.

"Ini….!"

Kotori benar-benar sangat takjub, mulutnya ternganga seperti yang diduga. Alasannya sederhana. Apa yang Kaguya dan Yuzuru keluarkan dari tas di punggung mereka adalah warna-warni berbagai macam biskuit jahe, permen manis dan kue-kue yang berlimpah.

"Kalian berdua, dari mana kalian mendapatkan ini?"

"Hm? Aku dan Yuzuru terbangun di kedalaman Schwarzwald yang ditinggalkan. Kami bersama-sama menjelajah melintasi black forest yang terkutuk, dan menemukan rumah iblis permen. "4

"Penjelasan. Karena kelaparan, kami mengambil sebagian dari dinding rumah dan atap. "

"Apa ...."

Kotori tak henti-hentinya terpana mendengar deskripsi rumit mereka, tapi ia bisa memahami keadaan mereka yang cukup mirip dengannya.

"Jadi seperti itu. Kalian berdua Hansel dan Gretel. "

"Hansel dan siapa?"

"Keraguan. Gretel? "

Si kembar tampak kebingungan, Kotori mengangguk untuk membuat penegasan.

"Ya. Ini dongeng lain. Dua bersaudara ditinggalkan oleh ibu mereka dan
setelah itu mereka menemukan sebuah rumah berlapis-permen di hutan. Yang lebih penting, apa kalian tidak menjumpai siapa pun yang tinggal di sana? "
Menanggapi pertanyaan Kotori, mereka tampaknya mengingat-ingat urutan peristiwa yang telah terjadi dan mengkonfirmasi sangkaannya.

"Membicarakan mengenai hal itu, seorang wanita tua tinggal di sana dan memanggil kami untuk segera masuk. Tubuh rentanya tampak agak meragukan; oleh karena itu kami tidak menghiraukannya. "

"Setuju. Kemudian, dia sangat marah dan mengejar kami. "

"Kaka, bajingan malang yang ada disana tidak punya kesempatan menghadapi Yamai seperti kami!"

"Otentikasi. Kaguya begitu ketakutan bahkan ia mengompol saat melihat sifat jahat penyihir itu, dan menangis seperti bayi sambil berlari. "

"Aku tidak melakukan hal seperti itu!!"

"......."

Mendengar ucapan kasual mereka membuat Kotori tersenyum, meskipun terpaksa. Hansel dan Gretel berhasil diperdaya dan ditangkap oleh penyihir jahat dalam cerita asli, tetapi untuk mereka berdua, tidak ada sesuatu yang perlu dicemaskan.

"Yah ... yang terpenting kalian berdua baik-baik saja. Bolehkah aku memakan beberapa? "

"Tentu saja, makanlah sebanyak yang kamu inginkan."

Sebagai respon atas apa yang dikatakannya, Kaguya membusungkan dadanya dan menyerahkan beberapa minuman ringan pada Kotori. Kotori dengan bahagia menempatkan berbagai makanan berkalori tinggi seperti biskuit choco chip dan donat manis di mulutnya yang menunggu, mengunyah kebaikan rasa manis. Meskipun umumnya makanan manis dianggap sebagai musuh alami bagi para gadis, mereka adalah sumber energi yang baik dalam kondisi buruk Kotori saat ini.

Kotori mungkin saja sedang dalam pengalaman berseri yang menyenangkan, sensasi nikmat dari mencairnya tepung gula di kedalaman mulutnya, manis murni yang bertaburan di seluruh ujung indra pengecapnya. Pada saat yang sama, kondisi tubuhnya mulai pulih, tubuhnya diberikan asuapan gizi oleh karbohidrat.

"Oh, aku berharap ada permen lolipop di suatu tempat di sini ... Tidak, aku tidak harus 
mengucapkan kata-kata yang berlebihan. "

"Aku mengerti. Aku melihat gagang yang harusnya tidak ada ...! "

"Keheranan. Ilusi lollipop. "

Kotori hanya bisa menyeringai melihat reaksi berlebihan mereka berdua.

"Apa yang kalian katakan ...? Yah, terima kasih karena sudah menyelamatkanku, Kaguya, Yuzuru. "

"Kaka, jangan dipikirkan. Itu bukan apa apa bagi kami Yamai. "

"Setuju. Kita harus saling membantu satu sama lain pada saat dibutuhkan. "

Si kembar dengan santai mengungkapkan kedekatan mereka sembari tertawa lembut, Kotori menggaruk dagunya ringan dengan canggung.

"Jadi mungkin saja, kita tidak begitu jauh dari tempat kita mula-mula. Apa-apaan dunia ini .... Apa kita benar-benar terjebak di dalam buku? "

Memori terakhir yang sedikit mereka ingat adalah konfrontasi sengit melawan
Westcott di pangkalan rahasia milik Ratatoskr, dan setelah itu mereka dengan kejam ditelan kedalam halaman khayal buku raksasa. Itu tidak diragukan lagi salah satu kemampuan jahat Raja Iblis <Beelzebub>. Tapi mereka masih tidak mengerti dan tidak menyadari di mana mereka berada saat ini, begitupun juga dengan keadaan mereka saat ini.

"Singkatnya, kita harus menemukan jalan kembali."

Kotori mengatakannya secara ringkas selagi Kaguya menyilangkan tangannya yang ramping didadanya.

"Lebih mudah berkata daripada bertindak. Apa rencana kita? "

"Itu ... belum diketahui. Tapi karena kita sudah terlempar ke dunia ini, yang lain harusnya juga berada di sini.

Untuk saat ini, ayo kita menemui yang lainnya terlebih dahulu sebelum kita membicarakan strategi-"

Kalimat Kotori tiba-tiba terputus. Suara kereta kuda yang melintas
melewati pintu jalan mencapai telinga mereka, begitupun juga percakapan informal para pejalan kaki.

"..... Hari ini banyak angkutan eh, apa yang terjadi disana?"

"Apa kamu belum mendengarnya? Sebuah perjamuan yang akan diselenggarakan di istana kerajaan untuk mengumumkan orang tertentu."

"Berapa orang? Atas jasa apa, apa itu keturunan raja yang bajingan? "

"Nah ... seorang pelayan kerajaan yang kukenal  mengatakan bahwa seseorang telah menemukan seekor putri duyung legendaris dan ingin menawarkannya pada Raja. Raja berencana untuk mengadakan pesta dansa dan menyingkap identitas putri duyung di sana. "

"Putri duyung? Dalam mimpimu ... Sejak kapan sesuatu seperti itu ada? "

"Itu benar! Sepertinya putri duyung itu terus bernyanyi "Darling, Darling '."

"......."

Mendengar percakapan itu, Kotori dan yang lain saling tatap dengan wajah datar.

"...Apa yang kamu pikirkan?"

"Um, eh ..."

"Keadaan sulit. Putri duyung itu nampaknya agak akrab. "

Setelah beberapa detik dalam keheningan, mereka bertiga tidak sadar telah berdiri.

♢♢♢

Di jembatan Fraxinus, dering alarm peringatan yang menandakan situasi darurat memenuhi
ruangan.

Situasi yang mendesak, tertangkap oleh kamera pengintai, dengan jelas ditampilkan pada layar besar LCD. Peta skematik basis Ratatoskr dengan banyak tanda titik merah yang berkedip ditampilkan pada monitor, membangkitkan kekisruhan di antara para anggota kru.
"Meski bom udara telah berhenti, kelihatannya baku tembak masih terjadi di pangkalan!"

"Wizard Industri DEM dan banyak Bandersnatch telah terkonfirmasi di sana."

"Di mana Komandan dan yang lainnya?!"

"Dia tidak menanggapi meskipun kita sudah berusaha untuk menghubunginya beberapa kali!"

"Bagaimana ini bisa terjadi! Aaaaaaa,  shenmisiti-samaku! "

Seluruh jembatan sampai penuh dengan keluh kesah dan raungan para kru. Dengan catatan sampingan, Nakatsugawa menempatkan figurin dari salah waifunya yang seharusnya dilarang pada panel sebagai hiasan, ia dengan setia berdoa kepada figurin dengan telapak tangannya menutup seakan-akan itu adalah gambaran dari Tuhan.

Tapi itu adalah hal yang biasa. Menurut informasi dari intelijen Ratatoskr, kapal perang industri DEM bermunculan di atas basis mereka dan melancarkan serangan habis-habisan. Bagi para kru Fraxinus yang sedang melakukan pemeliharaan untuk operasi ke luar angkasa, sebuah serangan sama saja seperti pukulan mendadak. Begitupun bagi beberapa mekanik yang melakukan reparasi ditempat itu, itu juga benar-benar tak terduga.

"Hu hu…"

Salah satu anggota kru, Shiizaki Hinako, berusaha untuk menenangkan
denyut jantungnya dengan menempatkan tangannya di dadanya dan menekan irama yang intens. Akan tetapi, semakin ia berpikir menenangkan diri, lebih cepat dan lebih keras jantungnya berdenyut.

Setelah itu, karakter "MARIA" muncul pada layar monitor pribadi mereka masing-masing.

"Eh?"

Hinako membulatkan matanya terkejut saat mendengar suara AI Fraxinus, Maria dari speaker konsolnya.

「Tenanglah, Hinako. Kamu akan kalah jika kamu lebih ketakutan daripada musuh pada waktu seperti ini. Santai, ikuti pelatihanmu. Tidak masalah, kamu luar biasa dan aku sangat mengetahuinya.」

"I-Itu ... Roger."

Hinako berbisik terkejut menanggapi nasihat tulus Maria. Jika lebih diperhatikan, anggota kru lainnya tampaknya juga mengalami hal yang sama. Masing-masing dari monitor mereka tampak cerah, dan mengobrol dengan mereka seolah-olah untuk menghibur mereka. Semua kru juga nampak terkejut seperti Hinako, tapi akhirnya mereka mulai mendinginkan kepalanya. Seolah selaras dengan situasi, suara Wakil Komandan Kannazuki bergema di seluruh jembatan.

"Benar. Seperti apa yang Maria katakan, jagalah ketenangan kalian. Adakah pemberitahuan dari pusat? "

"Roger! Setelah Komandan Itsuka dan Shidou-kun, bersama dengan para Spirit menaiki Fraxinus, kita akan memulai operasi untuk <Zodiac>! "

"Hm, bagis. Kita akan menyelesaikan persiapan sebelum Komandan dan yang lainnya kembali, dan juga mempertahankan tempat ini. "

Kannazuki menginstruksikannya secara tersusun, para kru menjawab 'Dimengerti' dengan
napas mendalam.

Akan tetapi.

Pada saat berikutnya.

Suara ledakan yang lebih keras daripada sebelumnya mengguncang seluruh jembatan.

"Kuh ...! Ini…?!"

Kawagoe berteriak ketika melihat monitor yang menampilkan keadaan diluar Fraxinus. Banyak sekali Bandersnatch dan Wizard yang dilengkapi dengan CR-unit dapat terkonfirmasi berada didalam gudang.

Musuh akhirnya tiba di sana.

"Basis bawah tanah telah ditembak! Meskipun kerusakannya kecil, Wizard musuh
sudah menginvasi interior Fraxinus '! "

Para kru merasa mesin berguncang.

"Sial! Jika kita tidak segera membalas ...! "

"Tapi jika bertempur didalam gudang-"

Seluruh jembatan tenggelam dalam kegaduhan, hanya saja keadaan kembali hening ketika Kannazuki menepukkan tangannya.

"Aku punya tindakan balasan. Maria, sebarkan territory kapal, batasi ruang lingkup pada 50, dan tetapkan atributnya untuk menghalangi produksi setiap kekuatan magis. "

「Dipahami. Inisialisasi dasar Realizer. Menyebarkan Territori. 」

Selagi Maria memulai proses, suara suram dari penderitaan terdengar dari dalam
kapal perang dan territory tak terlihat menyebar di sekitar kapal. Dalam sekejap, banyak
Bandersnatch dalam gudang tiba-tiba runtuh, seperti boneka yang talinya terlepas.

"Bandersnatchnya!"

"Aah, memanfaatkan territory kita untuk menetralkan sumber daya magisnya, pada dasarnya membuat mereka tidak aktif. "

"S-Seperti yang diharapkan dari Wakil Komandan!"

Mikimoto memberikan sebuah pujian, akan tetapi Kannazuki mempertahankan ekspresi berhati-hati sebagai ganti rasa puas.

"Tapi."

Secara serentak, ledakan lain mengguncang seluruh jembatan.

"Ini hanya blok Territory. Ini tidak berpengaruh terhadap manusia berdaging dan peluru logam. "

"Apa ...."

"Lalu apa gunanya!" 

Teriak para kru.

Pada saat berikutnya, sebuah * boom * meledakkan pintu jembatan, dan beberapa Wizard yang mengenakan linear armor dengan senjata api di tangan memasuki ruangan.

"Semua kru, angkat tangan diatas kepala!"

"Siapapun yang bergerak mencurigakan akan kami tembak!"

"Gaaah !?"

Dihadapkan dengan peristiwa yang tak terduga, Hinako tidak bisa menahan diri menyatakan keberatannya dengan tangan yang terangkat tinggi. Anggota kru lainnya juga mematuhi arahan musuh, berhubung keadaan.

Para Wizard mengawasi situasi dan menatap satu sama lain, berbicara dengan berbisik.

"Heh ~ Jadi ini Fraxinus yang legendaris?"

"Kapal perang yang bahkan Arbatel tidak bisa tembak jatuh sekarang takluk oleh kita bertiga, ini benar-benar layak dibanggakan. Westcott-sama akan sangat senang. "

"Jangan berbangga diri dulu, kalian berdua. Daripada berbicara mengenai hal-hal yang tidak berguna, ikat mereka dan matikan AI kapal. "

Kata-kata itu diucapkan oleh pria yang nampaknya kapten mereka. Dua lainnya segera
mematuhinya.

"Saa, aku akan mengikatmu. Jangan khawatir, Westcott-sama sangat menyukaimu, ia tidak akan melakukan sesuatu yang buruk padamu. "

Wizard yang memegang senapan berbicara dengan penuh perhatian dan mendekati sandera terdekat, Hinako, meraih tangannya dan mendorongnya ke lantai.

"Ah….!"

"Jangan melawan. Aku sudah diminta untuk menawan hidup-hidup jika mungkin. "
Wizard itu berkata dengan nada kasar.

".... Ch."

Dan setelah itu, kepala harimau raksasa muncul dari atas Hinako dan mengaum mengerikan pada Wizard itu.

"Uaaah ?!"

Wizard itu begitu terkejut oleh kemunculan harimau raksasa yang tiba-tiba, dan berteriak ketakutan sembari menarik pelatuk pada pistol. Akan tetapi peluru yang ia tembakkan hanya menembus tubuh harimau dan mengenai dinding. Pada akhirnya mereka menyadari bahwa harimau itu hanyalah hologram.

"Apa ....?!"

Perhatian dua Wizard yang lainnya juga tertuju pada harimau, menambah keyakinan mereka bahwa Kannazuki diam-diam berhasil meloloskan diri. Para Wizard yang terkejut oleh proyeksi hewan buas itu hanya bisa meratap putus asa dan terjatuh kebelakang karena kehilangan keseimbangan.

"Eh ....? Ah-"

Tanpa buang-buang waktu, Kannazuki segera mengambil keuntungan dari perubahan situasi, pada tingkat yang bahkan tidak bisa diikuti mata telanjang, ia menendang rahang bawah salah satu Wizard dengan kakinya.

"Kerja bagus, Maria. Aku akan membersihkan unit gerakmu sebagai hadiah. "

「Menjijikkan, Kannazuki.」

Maria menanggapi pujian Kannazuki dengan dingin. Wizard lain yang tercengang mengarahkan moncong senjata mereka pada Kannazuki setelah berhasil menguasai diri, meskipun lamban.

"Kamu rendahan ....!"

"Jangan melawan ....!"

Tepat sebelum jari-jari mereka menekan pelatuk ...

"Ah ... Aaaaaaaaaaaaaaaah !!"

Ratapan pilu Nakatsugawa menggema di seluruh jembatan.

"A-Apa yang terjadi ?!"

Ratapan berkabung yang tiba-tiba menyebabkan para Wizard mengarahkan senapan mereka ke arahnya, Meski begitu, Nakatsugawa tidak sedikitpun risau dengan hal itu dan kembali menangis terisak-isak.

Dengan melihat telapak tangannya, penyebab tangisannya bisa ditebak. Karena
keberuntungan yang sangat buruk, peluru yang sebelumnya telah memantul dan mengarah ke objek yang saat ini di telapak tangan Nakatsugawa, menghancurkan tubuh bagian atas nya.

"Kalian terkutuk ... kalian terkutuk kalian terkutuk kalian terkutuk !! Beraninya kalian melakukan ini pada Mistyku !!! "

Nakatsugawa meneteskan air mata darah sembari membebankan kesalahan pada Wizard yang menodongkan senapan padanya, penuh kemarahan dan kebencian. Berbicara lebih spesifik, tubuh Nakatsugawa tidaklah benar-benar ramping, ia bisa dianggap sebagai proyektil manusia, secara harfiah.

"Kuh ....?!"

Wizard itu membidik ke arahnya dan menarik pelatuk, peluru yang ditembakkan menusuk bahu Nakatsugawa menyebabkan darahnya menyembur keluar. Tapi ia tidak bisa merasakan ketakutan atau kesakitan dan terus menyalahkan wizard itu dengan penuh kemarahan sampai akhirnya ia membanting salah seorang wizard ke lantai.

"Kuheh!"

Kepala wizard itu berbenturan dengan permukaan yang keras, mengakibatkannya menjeritan kesakitan. Akan tetapi, Nakatsugawa masih terus menyerang tanpa henti, menahan wizard itu dengan berat badannya dan memukulinya.

"Gaaaaah!"

"Aku -puuhh ..."

Tidak ada perbedaan besar antara orang biasa dan wizard yang tidak bisa menggunakan territorynya. Orang yang sedang dinaiki Nakatsugawa melindungi kepalanya yang sakit dengan tangannya. Melihat situasi ini, wizard yang terakhir membidikkan senapannya ke tubuh Nakatsugawa. Jarak antara mereka kira-kira hanyalah 10 meter; Selain itu, Nakatsugawa adalah target stasioner. Wizard yang berpengalaman bisa dengan mudah menembak bullseye 

(note : bullseye adalah lingkaran pusat pada sasaran tembak) dengan akurasi sangat tinggi.)

"Uu!"

Dengan cepat, Hinako merogoh dadanya dan mengeluarkan boneka voodoo, ia membawakan lagu-lagu pujian dengan kecepatan-tinggi sembari dengan erat mencengkeram boneka itu.

"Uaaah !?"

Akibatnya, Wizard yang membawa senapan di tangannya mengeluarkan suara teriakan yang menarik perhatian, seakan-akan dikutuk oleh ilmu hitam Hinako. Kannazuki tidak menyianyiakan kesempatan untuk mengambil keuntungan dari wizard yang sementara tidak berdaya dan dengan cepat maju ke arahnya, menendang senapan di tangannya. Serangannya tidak berakhir di sana, setelah itu ia menggunakan lengannya untuk mencekik leher Wizard itu sampai ia pingsan karena kekurangan oksigen.

Kalau dikonversikan ke durasi yang lebih tepat, seluruh penanganannya bahkan tidak sampai sekitar tiga menit. Dalam periode waktu yang singkat, krisis yang muncul di Fraxinus dapat ditangani dengan sesuai.

"Ha, sekarang sudah beres."

Kannazuki mengatakan itu sembari menekuk pergelangan tangannya. Semua orang selain Nakatsugawa mendesah lega.

"Ha ... .Aku pikir kita akan mati."

"Ini buruk untuk jantungku ... Ah Nakatsugawa-kun, orang itu sudah tidak sadarkan diri, kamu bisa menghentikannya sekarang."

Minowa memberitahu Nakatsugawa, sembari meratap sedih ia akhirnya melepaskan Wizard yang sudah tidak berdaya.

"Uu, Misty .... Maaf, Misty .... "

Seakan akhirnya ia tersadar bahwa bahunya telah terluka parah oleh peluru, Nakatsugawa berteriak kesakitan sambil berguling-guling di lantai.

"Ahh bahuku! Sakit! Uaah! Uaah! "

"Astaga, jangan bergerak terlalu banyak! Analis Murasame, dapatkah aku menyerahkan perawatannya padamu? "

"Ah, aku akan menghentikan pendarahannya. Kelihatannya tulang belikatnya retak. 
Peralatan medis realizer harusnya bisa menanganinya. Lepaskan jasmu terlebih dahulu. "

Reine memulai pengobatan darurat pada luka Nakatsugawa. Tiba-tiba, Maria berbicara.

「Semua orang, kerja bagus. Tolong ambil senjata dan unit Realizer para wizard sementara mereka masih tak sadarkan diri, dan tahan mereka. Juga, Nakatsugawa dan Shiizaki. 」

"A-Apa kesalahanku?"

Dua orang yang mendengar nama mereka tiba-tiba disebut mengangkat kepala mereka dengan rasa ingin tahu. Maria melanjutkan kata-katanya dengan suara yang monoton.

「Aku menyadari adanya implikasi strategis mengenai figurin dan boneka. Aku akan meninjau apakah benda-benda seperti itu akan diizinkan berada di di jembatan. 」

♢♢♢
"Achoo! Achoo! "

Nia bersin berulang kali tanpa layaknya sikap seorang gadis, Shidou hanya menampilkan senyum kecut melihatnya.

"Hehe, kamu baik-baik saja?"

"Seolah-olah. Ada apa dengan tempat ini ...? Dingin sekali…"

Sembari mengeluh, Nia membenamkan kepalanya di jas hitam panjang dan mengancingkan kerahnya.

Tindakannya bisa dimengerti, itu karena Shidou dan yang lainnya telah melakukan perjalanan melewati pegunungan yang ekstrim dengan keteguhan hati di bawah tuntunan serigala. Tapi pada saat mereka tiba di kota kecil tujuan mereka, musim, cuaca, dan bahkan konsep waktu secara signifikan berubah hanya dalam sepersekian detik. Lapisan salju putih keperakan menutupi seluruh pemukiman, dan langit juga sudah mulai gelap karena senja. Jalur terpencil yang mereka lewati remang-remang diterangi oleh beberapa lampu jalan, menciptakan limpahan pemandangan menakjubkan yang menyerupai keindahan lukisan.
Pemandangan seperti itu hanya ada dalam sebuah penggabungan dari monogatari yang tidak sesuai dan unik.

"Hei Bocah, apa kamu masih punya kostum hewanmu?"

"Tidak lagi. Mengapa kalian tidak memakai pakaian pelapis kalian? Tohka dan Yoshino, apa itu baik-baik saja?"

"Un, aku baik-baik saja."

"Tidak m-masalah, aku akan memakainya kalau kedinginan."

Dua lainnya mengangguk sebagai balasan, Nia bersin lagi dengan dilebih-lebihkan.
"Sungguh dingin, sialan. Ayo cepat kita cari imouto-chan dan pergi ke suatu tempat yang lebih hangat ... "

"Benar. Mengenai hal itu ... menurut serigala, baunya berasal dari istana yang ada disana. "

Shidou mengalihkan garis pandangnya ke istana besar yang terletak jauh di ujung relung jalan. Serigala, yang telah menuntun perjalanan mereka, mengambil jalur yang terpisah dengan kelompok sebelum mereka bersama-sama memasuki kawasan perumahan. 

Bagaimanapun juga, membawa binatang raksasa masuk kedalam kota terlalu mencolok. 

Hal seperti ini akan menimbulkan keributan yang tidak diinginkan di semua tempat. Faktanya, sejumlah warga kota dan pelancong sudah menarik perhatian pada Shidou yang berpakaian aneh dan juga yang lainnya secara diam-diam, seakan-akan mereka adalah pendatang dari dunia lain yang berkelana. Bagaimanapun juga, mereka adalah sekelompok orang yang terasingkan dengan penampilan dan kebangsaan yang berbeda dari orang-orang yang ada di sana. Meskipun entah bagaimana bisa berhubungan dengan warga kota, tetapi, selalu ada rasa ketidaknyamanan dan kegelisahan di antara mereka yang menyebabkan Shidou dan yang lain mencela mereka, mengata-ngatai mereka seolah-olah membenci mereka.

"Singkatnya, ayo kita menuju ke istana itu. Lagipula, kita tidak punya petunjuk lain. "

Semuanya menyatakan persetujuan mereka sendiri-sendiri mengenai usulan Shidou. 

Sebagai respon, Shidou mengangguk pada mereka, dan dengan ketetapan hati mereka melanjutkan perjalanan di jalan utama. 

--Tak menyadari sudah berapa lama mereka berjalan, Shidou dan yang lainnya segera menghentikan langkah mereka saat mereka tiba di Istana yang mereka tuju. Alasannya sederhana. Semacam perselisihan terjadi di depan istana.

"Itu ...."

Shidou menatap tempat itu dari jarak yang aman. Itu karena ia melihat seseorang yang tampaknya penjaga gerbang istana sedang diinterogasi paksa oleh tiga gadis muda. Mereka tampak seperti-

"Kotori! Kaguya! Yuzuru! "

Shidou memanggil nama gadis itu, dan mereka bertiga langsung berpaling ke arahnya sebagai respon.

"Shidou! Apa kamu baik-baik saja…. Dan mengapa kalian memakai pakaian seperti itu ...? "

Kotori menampilkan ekspresi rumit selagi ia mengamati pakaian mereka, sementara itu Shidou mempercepat langkahnya seakan berlari menuju adiknya tercinta.

"Aku senang kamu juga baik-baik saja ... Apa yang terjadi di sini?"

"Seperti yang kamu lihat, seseorang di istana mengetahui tentang putri duyung."

Kaguya menanggapi sambil melipat tangannya dengan ketidakpuasan.

"Putri duyung?"

"Aah, makhluk langka yang bernyanyi ' Darling, Darling '. "

"A-aku mengerti ...."

Keringat Shidou mengucur deras, karena ia yakin mengenal putri duyung itu.

"Akan tetapi, untuk alasan yang bodoh penjaga di sini tidak mengerti bahasa manusia."

"Penghinaan. Dia tidak mengizinkan Yuzuru dan aku masuk istana. "

Penjaga itu memasang wajah angkuh mendengar kata-kata Yamai bersaudari.

"Tidak mungkin aku mengizinkan bajingan seperti kalian masuk ke dalam! Pesta bergengsi yang akan diadakan di istana hari ini untuk bangsawan dan kaum elit istimewa yang berkedudukan tinggi. jelata keji sepertimu tidak diizinkan masuk! "

"Apa yang kamu katakan dengan bibir busukmu ?! Beraninya seorang bajingan rendahan sepertimu mengabaikan kemurahan hatiku ?! "

"Kemarahan. Melihat seseorang dari penampilan sama sekali tidak sopan. "

"Pergilah ke neraka! Pria baru yang di sana terlihat lebih mencurigakan! Pergilah atau aku akan melemparkankan kalian bajingan ke penjara !! "

Penjaga itu berkata dengan lebih kasar sambil mengibaskan tangannya seakan mengusir Kotori dan yang lainnya. Kecurigaannya tumbuh dengan pesat seiring dengan kedatangan Shidou dan yang lainnya.

"Jika hal ini tetap berlangsung, kita tidak akan bisa memasuki istana."

"Tapi kita tidak bisa terus seperti ini. Ingin mencoba menyelinap kedalam? "

"Tidak, membuat penjaga pingsan lebih cepat."

"Persetujuan. Ide yang bagus."

Selagi Kotori dan Yamai bersaudari mendiskusikan tindakan nakal mereka, kemarahan penjaga itu berkembang dari buruk menjadi lebih buruk.

"Aku mendengar semuanya, kalian sekelompok penjahat keji! Cukup. Pengawal- "

Pada saat itu, suara kereta kuda terdengar dari belakang, dan penjaga itu menghentikan kalimatnya tiba-tiba dengan mata yang terbelalak kaget.

"Hm?"

Shidou merasa hawa dingin menerpa punggungnya dan menoleh kebelakang, mendapati kegelisahan penjaga gerbang. Berderap anggun di jalan utama yang mengarah ke kastil kerajaan adalah angkutan megah yang ditarik oleh kuda dengan bulu putih berkilauan dan keretanya yang berseri bermandikan kemuliaan di bawah pijaran indah dari lampu jalan

Itu seakan kendaraan bercahaya telah muncul dari portal ajaib ke dunia mimpi. Shidou
dan Para Spirit dengan seksama menatap proses yang sedang berlangsung dan menjadi benar-benar terpikat dalam keheningan yang mutlak. Dengan semua mata yang tertuju pada kereta itu, rodanya berangsur-angsur berhenti saat mencapai gerbang. Kusirnya kemudian turun dari kereta dan dengan penuh hormat membuka kompartemen utama, menyingkapkan penampilan seorang gadis yang elegan. Dia mengenakan gaun pesta
berhiaskan batu permata-seperti cahaya yang mana hanya dipersiapkan secara khusus untuk menyoroti paras cantiknya yang tidak kalah dalam aspek apapun, sebagai tambahan ia memakai sepatu kaca yang berkilauan. Di bawah suasana yang bagaikan peristiwa suci, dia melihat pada penjaga, dan semua undangan pesta menahan nafas mereka dalam kekaguman seolah-olah mereka menyambut kehadiran seorang dewi.

"Ah."

Tapi hanya Shidou dan para spirit yang berasal dari dunia luar yang mengetahui identitasnya dan memberikan respon keakraban. Dia memang sangat cantik, berupaya menarik perhatian semua orang.

Tapi yang terpenting, gadis itu adalah-

"Natsumi ?!"

Spirit yang juga terlempar ke dalam dunia ini dengan Shidou dan yang lainnya.

"Ara, Shidou, semua orang, bagaimana kabar kalian?"


Natsumi, yang mengenakan gaun cantik, menyapa mereka. Meskipun ia jelas-jelas Natsumi, itu bukanlah kondisi normal tubuh Natsumi. Rambut panjangnya yang menawan jelas-jelas diwujudkan oleh <Haniel>.

"Apa yang terjadi, Natsumi? penampilanmu ... Apa kamu bisa menggunakan Angelmu ?! "

Kotori menanyai Natsumi, ia menyangkal dengan menggeleng tenang.

"Uun, ada penyihir muncul di hadapanku dan mengubah penampilanku. Cantik, kan? "

Natsumi melakukan putaran cepat dengan tubuhnya untuk memamerkan kecantikannya, tindakannya menyebabkan Shidou dan Kotori menoleh pada para Spirit lain seakan mereka tahu apa yang mereka pikirkan. Sepertinya Kotori telah berteori dongeng apa dimana Natsumi terlibat didalamnya. Di sisi lain, Natsumi, orang yang dimaksud, tidak menunjukkan kepedulian sedikitpun dan menemui penjaga.

"Halo penjaga-san, bisakah kamu membiarkanku masuk?"

"Baik nyonya! Silakan masuk seperti yang anda inginkan! "

Sikapnya benar-benar berbeda dari sebelumnya, penjaga kemudian memberikan jalan untuknya. melihat perlakuan istimewa ini, Kaguya menampilkan ekspresi cemberut penuh ketidakpuasan.

"Kamu sialan brengsek! Ada apa dengan kepribadian bermuka-duamu!? "

"D-Diam! Bagaimana bisa kamu membandingkan dengan ningrat seperti dia ?! "

Penjaga itu menyangkal. Seakan ia mengetahui situasi mereka saat ini, Natsumi mengangkat alisnya.

"Ara, apa Kaguya dan yang lainnya juga ingin pergi ke istana?"

"Aah, tapi si tolol ini menghalangi jalan kami."

"Hmm ... begitu?"

Natsumi mengatakannya sembari menggoda si penjaga dengan membelai dagunya menggunakan jari-jarinya.

"Mereka bersamaku; Bisakah kamu membiarkan mereka masuk juga? "

"Ha?! Tapi ... "

Penjaga itu menjawab sambil menahan napas, dimabukkan oleh Natsumi yang melonggarkan bibirnya.

"Ne ~, silakan ~"

"Baik, masuklah-"


Tepat pada saat itu, jam raksasa yang terpasang di dinding istana berdentang saat jarumnya menunjuk pukul dua belas. Bersamaan dengan suara lonceng, tubuh Natsumi perlahan memancarkan cahaya pucat dan kembali ke kondisi normal.

"Eh ?!"

Tidak hanya tubuhnya yang kembali seperti semula, tapi gaunnya juga berubah menjadi pakaian compang-camping dan kereta yang ia tunggangi berubah menjadi labu oranye.

"Hah…. Apa yang terjadi?!"

Natsumi, tingginya kini hanyalah sekitar Yoshino, ia begitu kebingungan dengan peristiwa yang bertentangan dengan harapannya, dan memeriksa dirinya. Shidou memandang ke arah jam,dan segera menghubungkan transfigurasi Natsumi dan waktu saat ini.

Jam berdentang menunjukkan waktu tengah malam. Dengan kata lain, itu adalah waktu kapan sihir Cinderella berakhir.

"....."

Penjaga yang digoda Natsumi hanya beberapa detik yang lalu sekali lagi menampilkan ekspresi sinis, memelototi loli Natsumi. Ketakutan olehnya, Natsumi dengan malu-malu menyembunyikan diri di punggung Yoshino.

"Anjing betina! Beraninya kau menipuku dengan ilmu sihir menjijikkanmu ?! Kalau mau lewat langkahi dulu mayatku!!"

Penjaga itu terus menatap Natsumi dengan rasa permusuhan, ia dengan kukuh menghalangi jalan ke istana. Itu tampak seperti menerangkannya hanya menjadikan penjagaan menjengkelkannya semakin ketat. Tapi Shidou tidak bisa membuang semua harapan begitu saja; Oleh karena itu, ia mundur beberapa langkah dan berdiskusi
dengan yang lainnya dalam volume yang tidak terdengar oleh penjaga.

"Ini sudah menjadi cukup merepotkan ... Kita harus cepat-cepat mencari solusi."

"Tapi ... a-apa yang harus kita lakukan?"

Yoshino bertanya sembari mengerutkan alisnya membentuk huruf V terbalik. Kemudian, Nia mengangkat jarinya dengan berseru * ah * .

"Bagaimana kalau kita mengatasinya seperti bagaimana kita mengatasi serigala, dengan membuatnya memakan dumpling Momotaro? Bukankah dumpling ini super efektif pada anjing, monyet dan ayam? manusia dan monyet tidak begitu memiliki banyak perbedaan, jadi tidakkah ini harusnya akan bekerja? "

"Tidak, bahkan jika melakukan itu, dia sudah mencap kita sebagai orang yang mencurigakan. Bagaimana mungkin dia mau memakan sesuatu dari kita. Akankah dia mengizinkah kita masuk bila kita mengganti pakaian kita menjadi pakaian yang lebih layak seperti apa yang Natsumi kenakan sebelumnya? "

Kotori menampilkan ekspresi rumit terhadap usulan Shidou.

"Tapi bagaimana kita akan mendapatkan gaun? Maaf, tapi aku bahkan tidak memiliki uang sepeserpun. aku hampir membeku sampai mati karena itu. Aku hanya punya beberapa kue dan korek api- "

Kotori tampaknya memikirkan sebuah solusi yang mungkin saja akan bekerja selagi ia menghentikan kata-katanya dan memegang dagunya.

"Un? Apa yang salah, Kotori? "

"... Semuanya, bisakah kalian kemari sebentar?"

Saat ia menuntun semua orang menjauh dari gerbang istana, penjaga gerbang menghela napas jengkel dan mengibaskan tangannya seperti sedang mengusir anjing liar.

"Hei ke mana kita akan pergi, Kotori?"

"Jangan pedulikan itu, pokoknya ikuti saja."

Kotori mengikuti arah jalan untuk beberapa saat dan mendekati beberapa vegetasi yang tampak seperti potongan kayu bekas. Dia merobek ujung bawah roknya dan melilitkannya disekeliling bilah kayu, dengan cerdik Kotori membuat obor di tempat.

"Itu ..."

"Kalau saja aku punya sedikit minyak untuk mencelupkan ini ... pastinya ini bisa bertahan selama beberapa waktu,"

Kotori mengatakannya sambil mengangkat bahu kecewa. Dia kemudian mengambil satu
korek api dari kotak di tangannya yang lain dan meneriakkan sesuatu dengan mata tertutup, dan menyalakan obor. Pakaian Kotori, setelah disinari oleh api, berubah menjadi gaun yang berwarna merah cerah.

"Uah! Ini…!"

Shidou berteriak takjub. Yamai bersaudari bertepuk tangan seakan menyambutnya.

"Jadi begitu! fatamorgana Gadis Penjual Korek Api ! "

"Pemahaman. Ini memang terlihat nyata. "

Seperti apa yang dikatakan, bahkan pakaian Kaguya dan Yuzuru langsung berubah menjadi
gaun yang sangat indah, penuh dengan keanggunan dan keluhuran. Tidak hanya mereka, tapi semua Spirit yang berada di bawah cahaya obor mendapati pakaian mereka jauh lebih indah mirip bangsawan kaya.

"Oh! Mengagumkan! "

"Sangat indah."

Para Spirit begitu riuh oleh ketakjuban mereka. Meskipun mereka tidak mengetahui
seluk beluk fenomena ini, itu sudah cukup untuk menipu mata penjaga. Akan tetapi, Keringat mengucur dari dahi Shidou yang begitu gelisah ketika pandangannya jatuh pada dirinya sendiri.

"Mengapa aku juga mengenakan gaun ...?"

Benar; pakaian Shidou bahkan juga berubah menjadi gaun dengan rok indah. Bahkan ada tambahan makeup yang dipoleskan di wajahnya, dan juga rambutnya menjadi panjang mencapai pinggang. Dia tampak seperti versi perempuan Shidou, Shiori-chan.

"Kupikir seorang gadis akan lebih mungkin diizinkan masuk ke pesta dimana Cinderella pergi.

Bukankah Pangeran-sama mencari pasangan pernikahan kebanyakan dari keluarga aristokrat? Tidak ada kesalahan sedikitpun mengenai ini. "

"Apa benar begitu?" 

Tanya Shidou seakan berakting. Kotori menjawab santai * hai, hai * seolah merupakan hal yang lazim.

"....."

Meskipun ada beberapa kecelakaan yang tak terduga, Shidou tidak punya pilihan lain. Dia bernapas dalam-dalam dan mengikuti Kotori ke istana kerajaan dengan tekad bulat.


Terjemahan dan Referensi
1. Momotaro adalah pahlawan terkenal dari cerita rakyat Jepang yang berasal dari Prefektur Okayama.
Namanya diterjemahkan menjadi Peach Tarō, nama yang umum untuk anak laki-laki Jepang, dan sering
diterjemahkan sebagai Peach Boy(Bocah Persik). Momotaro adalah judul dari berbagai buku, film dan karya-karya lain
yang menceritakan kisah pahlawan ini.
2. Monogatari mengacu pada narasi epik, yang merupakan salah satu bentuk karya sastra Jepang.
3. Gadis Kecil Penjual Korek Api adalah sebuah cerpen karya penyair Denmark dan penulis Hans Christian
Andersen. Film ini menceritakan tentang mimpi dan harapan anak yang malang.
4. Black Forest (Jerman: Schwarzwald) adalah pegunungan berhutan di Baden-Württemberg, Jerman barat daya, Setting utama dalam cerita Hansel dan Gretel



Share Tweet Share

0 comments

Please wait....
Disqus comment box is being loaded